Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Masyarakat Jepang Pada Zaman Taishō

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sastra Jepang Menurut Orang Jepang

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Bab 2. Landasan Teori. Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang,

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

Bab 1. Pendahuluan. Dalam dunia kesusastraan, banyak sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya

Bab 2. Landasan Teori

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

PENGARUH PERUBAHAN PERANAN WANITA JEPANG DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP MUNCULNYA SHOUSHIKA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional

SIKAP TOKOH UTAMA DALAM MENGHADAPI MASALAH KELUARGA PADA CERPEN TETSUZO KARYA KODA ROHAN

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen)

KISI KISI SOAL POSTTEST. Kompetensi Dasar 毎日の生活

Pergi kemana? どこへ行きますか

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB 3 ANALISIS DATA. mencoba untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang telah saya temukan

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Bab 3. Analisis Data. Analisis tersebut akan penulis jabarkan menjadi dua sub bab, yakni analisis

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

SOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか

PERSEPSI REMAJA USIA TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang

Bab 5. Ringkasan. Bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( 伝達 ) suatu makna kepada

BAB 2. Landasan Teori

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

Bab 1 Mengapa perlu melakukan pekerjaan dengan aman?

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SHJ Student Voice. For Indonesian Students. SHJ Language School

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

ANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

Bab 3. Analisis Data. yang dilakukan Yuri. Faktor pertama berasal dari hubungan antara Yuri dan ibunya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

ABSTRAK. Kata kunci: psikologi sastra, Nymphomania, perilaku menyimpang.

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO

ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Masyarakat Jepang Pada Zaman Taishō Pada zaman Taishō (1912-1926) terjadi kekacauan di segala penjuru Jepang. Hal tersebut merupakan dampak dari Perang Dunia I. Jepang mengalami perubahan secara drastis akibat modernisasi dan westernisasi. Modernisasi terjadi tidak hanya dalam bidang industri saja tetapi juga pada bidang pendidikan, seni, sastra, dan sebagainya. Pada tahun 1914, meletuslah Perang Dunia I, perang ini berlangsung di Eropa. Pada saat berlangsungnya perang dunia, Jepang menggantikan negara-negara Eropa untuk megekspor barang-barang komoditi industrinya ke Asia. Akibatnya muncullah kapitalisasi-kapitalisasi besar yaitu orang kaya baru yang memperoleh keuntungan yang besar. Di satu pihak, keadaan rakyat Jepang semakin menderita diakibatkan naiknya harga-harga barang kebutuhan pokok. Pada tahun 1918 terjadi penjarahan terhadap toko-toko beras. Kekacauan tersebut semakin meluas ke seluruh Jepang dan keadaan ini berhasil ditumpas oleh Hara Takashi (1856-1921) yang sering disebut sebagai perdana mentri rakyat jelata yang telah membentuk kabinet partai politik asli yang sesungguhnya untuk pertama kali di Jepang. Pada tanggal 1 September 1923, terjadi gempa besar di wilayah selatan Kanto. Bencana tersebut menyebabkan kekacauan politik dan ekonomi secara besar-besaran. Dalam kekacauan tersebut, polisi dan aparat menyebarkan rumor tak beralasan bahwa rakyat Korea yang telah membuat kekacauan, melakukan pembakaran, dan meracuni sumber air minum. Berdasarkan rumor itu, rakyat Korea yang tidak melawan dalam jumlah yang besar tersebut dibantai dan terjadi pendiskriminasian terhadap rakyat Korea. 10

ちょうせんじんここくていちんきんろうどうしゃざいにち朝鮮人は, 故国をはなれて低賃金の労働者となっている われわれ在日 いぞくひせいふくしゃ朝鮮人労働者は 異族 日本民族 から被征服者としてあつかわれ 民ひあいたいけん族の悲哀をかぎりなく体験した (Surajaya, 2001 : 73) Rakyat Korea telah dipisahkan dari negara asal dan menjadi buruh dengan upah di bawah rata-rata. Kami (rakyat Korea) tenaga buruh di Jepang, telah diperlakukan sebagai orang-orang terjajah oleh ras lain (ras Jepang) dan merasakan penderitaan yang tiada habisnya (Surajaya, 2001 : 73). Setelah gempa bumi hebat di Kanto, secara berturut-turut dibangunlah bangunanbangunan besar di Tokyo, rel KA pun segera dibangun, dan dikalangan masyarakat, penggunaan telepon dan mobil mulai berkembang. Penyiaran radio, penerbitan koran dan majalah mulai meningkat. Ilmu pengetahuan dan teknologi Barat mulai masuk ke Jepang. Pada pertengahan zaman Meiji hingga awal zaman Taishō dalam bidang kesusastraan, mulai bermunculan sastrawan-sastrawan terkenal seperti Tanizaki Junichiro (1886-1965), Kobayashi Takiji (1903-1933), Akutagawa Ryūnosuke (1892-1927), dan sebagainya. Akutagawa Ryūnosuke, menulis karya-karya sastra berbentuk cerpen dan novel, yang ditulis secara intelektual dan terampil seperti Rashōmon, Hana, Jikokuhen, dan lain sebagainya. Pada zaman Taishō, negara Jepang pun melakukan perdangangan dengan negara lainnya seperti Korea dan Cina. Akibat modernisasi tersebut mengakibatkan perubahan secara besar-besaran dalam segala aspek bidang termasuk juga perubahan perilaku masyarakat Jepang. Salah satu contohnya adalah pada tahun 1925 terjadi pergerakan yang menuntut pemilu diadakan agar siapapun dapat memilih dalam pemilu. Masyarakat Jepang menuntut demokrasi dalam pemilu. 11

だいいちかいそうせんきょおこないちぶ第一回総選挙は1980 年に行われたが それは一部の人しか選挙でき ないものだった それ後 誰でも選挙ができるようにしたいと普通選挙もとさいいじょうを求める運動がつづけられていたが 1925 年に 25 歳以上のすべけんあたての男子に選挙権が与えられた 普通選挙法 (Surajaya, 2001 : 135) Pemilu pertama dilaksanakan pada tahun 1980 dan hanya sebagian orang yang bisa berpartisipasi. Setelah itu, berlanjut pergerakan yang menuntut agar pemilu dapat diikuti siapapun, dan pada tahun 1925, bagi pria yang berusia diatas 25 tahun diberikan hak untuk memilih (Surajaya, 2001 : 135). Perubahan-perubahan akibat modernisasi yang terjadi pada zaman Taishō membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif terlihat dari perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, industri, dan sebagainya. Dampak negatif terlihat dari perubahan tingkah laku masyarakat Jepang yang sudah tidak sesuai dengan kebudayaan mereka. Dampak perubahan tingkah laku masyarakat Jepang inilah yang dikritik oleh Akutagawa Ryūnosuke dalam karyanya yang berjudul Kappa. 2.2 Konsep Kesusastraan Jepang Modern Pada awal tahun Meiji (1868) dimana terjadi Restorasi Meiji, tidak berdampak banyak pada bidang kesusastraan. Kesusastraan pada masa itu masih merupakan kelanjutan kesusatraan zaman Edo, yaitu kesusastraan gesaku (sejenis novel zaman Edo) sedangkan corak kesusastraan Barat belum diimpor. Pada tahun 1876, jenis kesusastraan yang dalam sejarah kesusastraan disebut novel politik, merupakan novel propaganda ideologi diterbitkan dalam jumlah besar akibat terjadinya pergerakan demokrasi Jepang. Novel politik ini mendapat pengaruh dari kesusastraan Barat. Sejak saat itu, kesusastraan modern Jepang mulai mengalami 12

perkembangan. Mandah (1992 : 41) mengungkapkan bahwa, Kesusastraan modern Jepang adalah kesusastraan yang bermodelkan kesusastraan modern Eropa. Kesusastraan Jepang pada permulaan zaman Meiji diwarnai dengan novel kesusastraan gesaku yang bermula dari zaman pramodern dan novel politik, sedangkan modernisasi kesusastraan Jepang lahir melalui bentuk yang tidak terduga sama sekali. Orang pertama yang masuk dan merupakan pemicu lahirnya kesusastraan modern adalah Tsubōuchi Shoyo dengan karyanya Shosetsu Shinzui (1885). Dia menyatakan bahwa kesusastraan haruslah berdiri sendiri sebagai kesusastraan, bukan sebagai alat propaganda politik maupum moral, dan realisme diterapkan dalam teknik penulisannya (Mandah, 1992 : 42). Teori di dalam kutipan di ataslah yang mengawali arah perjalanan kesusastraan modern di Jepang. Setelah itu, terdapat seorang sastrawan muda yang bernama Futabei Shinmei dengan karyanya Ukigumo yang ditulis dengan gaya bahasa percakapan dan juga masuk dalam prasyarat kesusastraan modern tipe Eropa. Dapat disimpulkan bahwa lahirnya kesusastraan modern Jepang didasarkan pada teori yang dibuat Tsubōuchi Shoyo dengan karyanya Shosetsu Shinzui dan novel Ukigumo karya Futabatei Shinmei. Pada zaman Meiji tahun ke 30 (1898) akibat perubahan yang terus terjadi sesuai dengan perkembangan zamannya melahirkan sebuah gerakan baru dalam kesusatraan yaitu gerakan naturalisme. Mandah (1992 : 83) mengungkapkan bahwa, Arti naturalisme / realisme dalam kesusastraan adalah penggambaran / pengkhayalan dari kejadian sesungguhnya yang dilaporkan dalam bentuk roman / novel. Ide kejadian / data nyata, berarti tidak hanya ide pemikiran yang indah-indah saja, tetapi justru ide nyata dari hal-hal yang tidak baik / kelemahan manusia, bahkan kejelekan dipaparkan dengan cara apa danya / polos. 13

Setelah karya Ukigumo, terciptalah karya-karya beraliran naturalisme yang mendapat pengaruh dari sastra asing. Khususnya yang perlu diperhatikan adalah karya Shimazaki Tōson (1872-1943) yang berjudul Hakai. Hakai melukiskan tentang rahasia pribadi manusia modern yang mengalami kehidupan yang resah karena harus menyembunyikan suatu rahasia, tetapi berakhir dengan bentuk pengakuan pelakunya (Mandah, 1992 : 172-173). Naturalisme Jepang berkembang akibat pengaruh neturalisme Eropa, terutama Perancis yang dianut oleh Emile Zola. Pengaruh Zola ini lebih cepat berkembang dan dikenal sejak munculnya sebuah buku berjudul Ishibigaku yang berisikan tentang naturalis estetika. Hasil perkembangan dari naturalisme Jepang melahirkan bentuk novel baru yaitu shishosetsu atau novel aku. Shishosetsu lahir setelah munculnya karya Futon yang ditulis oleh Tayama Katai Pada tahun 1910 awal munculnya kelompok paham estetika dan Shirakaba (kelompok berpaham humanisme dan penentang naturalisme) yang membentuk dasar kesusastraan Taishō. Sastrawan yang menganut paham estetika tersebut antara lain Nagai Kafu, Tanazaki Junichiro, Yoshī Isamu dan yang lainnya. Dalam kelompok Shirakaba, Arishima Takeo, Arishima Ikuma, Shiga Naoya dan yang lainnya. Ketidaksepahaman dengan kesusastraan naturalisme Jepang melahirkan kesusastraan intelektual dan kesusastraan moral yang dipelopori oleh dua sastrawan terkemuka yaitu Mori Ōgai dan Natsume Sōseki. Mereka memberi cahaya terang dalam kesusastraan modern Jepang dengan kritik yang bersifat ilmiah dan etik yang hanya terdapat pada orang-orang yang berpendidikan tinggi. Karya-karya Mori Ōgai antara lain Vita Sexualis, Seinen dan Gan. Dia juga menuliskan novel sejarah seperti Abe Ichizoku, Sanshō Dayū, Takase Bune dan Kanzan Jittoku. Natsume Sōseki menuliskan karya-karya yang 14

berisikan tentang moral antara lain Sanshirō, Sore Kara, Mon, Kōjin, Kokoro, Michi Kusa dan Meian. Salah satu murid dari Natsume Sōseki yaitu Akutagawa Ryūnosuke membawa warna baru dalam kesusastraan Jepang era Taishō. Akutagawa mengutamakan pengambilan bahan dari ceritera yang berlatar belakang sejarah atau ceritera klasik, kemudian diolahnya dengan baik sehingga akhirnya lahirlah sebuah karya baru dengan penafsiran yang baru juga. Karya-karyanya antara lain Rashōmon, Gesaku Zanmai, Karenoshō dan Yabu no Naka. Akutagawa mempunyai keahlian untuk mengubah realistas, sehingga dijuluki grup cendekiawan atau neo realisme. Pada pertengahan zaman Taishō ketika rakyat sangat kehausan akan buku-buku bacaan, berkembanglah Tsuzoku Shōsetsu (novel popular) dan Taishū Bungei (kesusastraan rakyat). Buku Shinju Fujin hasil karya Kikuchi Kan yang termasuk novel popular pada saat itu menjadi buku yang sangat digemari rakyat. Pelopor Taishū Bungei (ceritera-ceritera zaman lalu) adalah Nakazato Kaizan yang menulis novel yang sangat panjang berjudul Daibosatsu Tōge. Dapat disimpulkan kesusastraan modern Jepang diawali dengan paham naturalisme yang terpengaruh dari Eropa. Dalam perjalanan dunia kesusastraan mengalami perubahan-perubahan yang memicu karya-karya yang baru dalam kesusastraan Jepang. Paham-paham dan karya-karya dari para sastrawanlah yang memberikan warna baru dalam perkembangan kesusastraan Jepang sampai saat ini. 2.3 Teori Psikoanalisis Dalam skripsi ini, saya menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Sigmund Freud yang lahir di Moravia, 6 Mei 1856, dan wafat di London, 23 September 1939, 15

merupakan pendiri paham psikoanalisis. Dia diakui sebagai orang pertama yang memetakkan alam bawah sadar manusia. Bertens (2006 : 3) mengemukakan bahwa psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, dimana ketidaksadaran memainkan peranan sentral. Freud dalam Semiun (2006 : 55) menyatakan bahwa jiwa manusia memiliki tiga macam kegiatan mental yaitu ketidaksadaran, keprasadar dan kesadaran. Freud dalam Semiun (2006), mengemukakan bahwa: Ketidaksadaran berupa sikap-sikap, perasaan-perasaan, dan pikiran-pikiran yang ditekan, serta tidak dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah ditarik -- kalau dapat -- ke alam sadar, tidak terikat oleh hukum-hukum logika, dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Ketidaksadaran ini berisi dorongandorongan yang ingin dimunculkan ke kesadaran. Sebagian besar dari dorongandorongan yang berasal dari ketidaksadaran itu memang harus tetap tinggal dalam ketidaksadaran, tetapi mereka tidak tinggal diam, melainkan mendesak terus dan kalau ego tidak cukup kuat menahan desakan ini akan terjadilah kelainankelainan kejiwaan seperti psikoneurose atau psikose. Keprasadaran adalah kenangan-kenangan yang dapat diingat kembali, meskipun sedikit sulit, sedangkan kesadaran adalah tingkat pemikiran dan perbuatan yang nyata di mana bahannya mudah diingat kembali dan diterapkan bagi tuntutan-tuntutan lingkungan. Freud menyatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan hasil interaksi dari struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego dan superego. Struktur kepribadian yang terdiri dari tiga sistem tersebut yang membentuk dan mempengaruhi dinamika kepribadian manusia. 2.3.1 Struktur Kepribadian Freud dalam Yusuf (2007 : 41) membedakan tiga sistem dalam hidup psikis: id, ego dan superego. Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi di antara ketiga sistem tersebut, jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya. 16

a) Id : lapisan psikis yang paling dasar, tempat ego dan superego berkembang. Id berisikan naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan-keinginan yang direpresi dan berada dalam ketidaksadaran. Id tidak memiliki moralitas (tidak dapat membedakan antara baik dan jahat). Seluruh energinya hanya digunakan untuk satu tujuan yaitu mencari kenikmatan tanpa menghiraukan apakah hal itu tepat atau tidak. b) Ego : terbentuk atau tumbuh dari id karena kontaknya dengan dunia luar karena itu, ego tidak mempunyai energi sendiri. Aktivitasnya bersifat sadar, sebagian prasadar dan sebagian lagi tak sadar, maka ego dapat mengambil keputusan pada tiap-tiap tingkat ini. Ego bertujuan mempertahankan kepribadiannya sendiri dan menjamin penyesuaian dengan alam sekitar, serta memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik yang ditimbulkan tuntutan-tuntutan dari id dan superego yang bertentangan dan tidak realistik. c) Superego : bagian moral atau etis dari kepribadian. Superego dibentuk melalui proses internalisasi, artinya larangan-larangan atau perintah-perintah yang berasal dari luar (orangtua, pengasuh-pengasuh). Superego mencerminkan yang ideal dan bukan yang real, memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Dengan kata lain, superego bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil rakyat. 2.3.2 Dinamika Kepribadian Freud dalam Yusuf (2007 : 48) mengemukakan bahwa dinamika kepribadian terkait dengan proses pemuasan insting, pendistribusian energi psikis dan dampak dari ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan. 17

a) Insting : kumpulan hasrat atau keinginan. Freud mengklasifikasikan insting kedalam dua kelompok yaitu insting hidup dan insting mati. 1. Insting hidup : motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku secara positif atau konstruktif. Insting ini berfungsi untuk melayani tujuan manusia agar tetap hidup dan berkembangbiak. 2. Insting mati : motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku bersifat negatif atau detruktif. Freud dalam Yusuf (2007 : 49) mengemukakan bahwa, Dia menyakini bahwa manusia dilahirkan dengan membawa dorongan untuk mati. Dalam hal ini maksud Freud adalah kejahatan atau ketidakberesan bukanlah disebabkan insting (naluri) kematian. Kedua insting ini bersifat netral dan diperlukan supaya orang dapat hidup. Sebagaimana Freud dalam Bertens (2006) mengemukakan bahwa: Ketidakberesan itu disebabkan karena gangguan keseimbangan antara nalurinaluri, bukan karena sifat-sifat salah satu naluri. Harus dikatakan juga bahwa pada kenyataannya tidak ada perbuatan yang berasal dari satu naluri saja. Tidak ada tingkah laku yang destruktif melulu atau yang libidinal melulu. Tingkah laku yang konkret selalu merupakan campuran antara kedua macam naluri. Menurut Freud, insting memiliki empat ciri khas yaitu : (1) Impetus: daya atau kekuatan yang ditentukan intensitas kebutuhan yang mendasari, (2) Sumber: asal dari insting yang harus dicari pada proses-proses kimia dan fisika pada tubuh, (3) Tujuan: dorongan-dorongan insting yang tertuju pada satu tujuan yaitu kepuasan (reduksi tegangan), dan (4) Objek: seluruh kegiatan yang menjembatani antara munculnya suatu hasrat dan pemenuhannya. b) Pendistibusian dan penggunaan energi psikis, baik oleh id, ego dan superego, mempengaruhi perubahan dan perkembangan manusia. Energi psikis pada awalnya 18

dimiliki sepenuhnya oleh id. Tetapi dalam proses pemenuhan kebutuhan dan kepuasaan dorongan (insting) secara nyata dan proses indentifikasi, maka energi tersebut mengalami pendistribusian di antara ketiga sistem kepribadian: id, ego dan superego. Freud dalam Yusuf (2007 : 50-51) menggambarkan proses mekanisme pendistribusian dan penggunaan energi psikis, sebagai berikut: 1. Id menggunakan energi psikis untuk memperoleh kenikmatan melalui (1) gerakan refleks dan (2) proses primer (mengkhayal atau berfantasi tentang objekobjek yang dapat memuaskan insting). Oleh karena proses primer ini ternyata tidak dapat memperoleh kepuasan, maka energi tersebut dipinjam oleh ego untuk mencocokkan antara apa yang dikhayalkan dengan objek di dunia nyata melalui proses sekunder. 2. Mekanisme pengalihan energi id ke ego disebut identifikasi. Ego menggunakan energi tersebut untuk keperluan (1) memuaskan dorongan (insting) melalui proses sekunder, (2) meningkatkan perkembangan aspek-aspek psikologis, seperti: berpikir, belajar, mempersepsi, mengingat, menilai, mengkomparasi, menganalisis, mengeneralisasi dan memecahkan masalah, (3) mengekang atau menangkal id agar tidak bertindak impulsif atau irasional, dan (4) menciptakan integrasi di antara ketiga kepribadian, dengan tujuan terciptanya keharmonisan dalam kepribadian, sehingga dapat melakukan transaksi dengan dunia luar (lingkungan) secara efektif. 3. Superego mendapatkan energi melalui indentifikasi sama seperti ego. Freud dalam Semiun (2006 : 67) mengungkapkan superego menggunakan energinya untuk: (1) merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif, karena inilah impuls-impuls yang pernyataannya sangat dikutuk oleh 19

masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan-tujuan moralistis, dan (3) mengejar kesempurnaan. Dalam proses pendistribusian energi itu, terjadi persaingan antar ketiga sistem, maka terjadilah konflik yang memunculkan kecemasan, dan membuat ego membentuk mekanisme pertahanan. Di bawah ini terdapat penjelasan tentang konflik, kecemasan dan mekanisme pertahanan ego sebagai berikut: 1) Konflik Freud berasumsi bahwa tingkah laku merupakan hasil dari rentetan konflik internal yang terus menerus. Konflik terjadi secara tidak disadari, dan dapat melahirkan kecemasan. Kecemasan ini dapat dilacak dari kekhawatiran ego akan dorongan id yang tidak dapat dikontrol. 2) Kecemasan Freud dalam Semiun (2006) mengilustrasikan kecemasan adalah suatu keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Terdapat tiga macam kecemasan yang berhasil diidentifikasikan Freud, antara lain: a. Kecemasan neurotik : ketakutan terhadap suatu bahaya yang tidak diketahui. b. Kecemasan moral : terjadi karena konflik antara ego dan superego atau ketakutan terhadap suara hati. c. Kecemasan realistik : perasaan tidak menyenangkan dan tidak spesifik terhadap suatu bahaya yang mungkin terjadi. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang 20

tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi dengan tindakan efektif disebut traumatik. 3) Mekanisme pertahanan ego Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik khusus yaitu tidak disadari dan menolak, memalsukan atau mendistorsi (mengubah) kenyataan. Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut. a. Represi : cara ego memaksa perasaan yang tidak dikehendaki untuk masuk ke dalam ketidaksadaran. b. Pembentukan reaksi : tindakan berupa mengganti suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawan atau kebalikannya dalam kesadaran. c. Sublimasi : dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh superego tetapi dilakukan juga dalam bentuk yang lebih sesuai dengan tuntutan masyarakat. d. Supresi : menekan sesuatu yang dianggap membahayakan ego ke dalam ketidaksadaran. Tetapi berbeda dengan represi, yang ditekan dalam supresi adalah hal-hal yang datang dari ketidaksadaran sendiri dan belum pernah muncul dalam kesadaran. e. Kompensasi : usaha untuk menutupi kelemahan di salah satu bidang atau organ dengan membuat prestasi yang tinggi di organ lain atau bidang lain. f. Projeksi : tindakan mereduksikan kecemasan dengan menghubungkan dorongan yang tidak bisa dikendalikan dengan objek luar, biasanya orang lain. g. Fiksasi : libido yang tetap melekat pada tahap perkembangan primitif yang lebih awal. 21

h. Regresi : pada saat mengalami stres dan kecemasan terhadap ego, mungkin individu akan kembali lagi ke tahap perkembangan yang lebih rendah. 2.4 Teori Fiksi Novel dan cerpen merupakan sebuah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intristik seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang dan sebagainya. Nurgiyantoro (2007 : 2) mengemukakan, Karya fiksi menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga dia tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam karya fiksi bersifat imajinatif. Sebagai karya imajiner, fiksi menawarkan sebuah dunia yang beisikan model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Dalam penelitian tema skripsi ini, saya menggunakan salah satu unsur intrinsik yaitu penyudutpandangan, untuk meneliti sosok Akutagawa Ryūnosuke melalui beberapa karyanya yang berjudul Hana, Mikan dan Kappa. Nurgiyantoro (2007) mengemukakan pengertian sudut pandang sebagai berikut: Sudut pandang, point of view, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Dia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian, sudut pandang dapat dikatakan sebagai sebuah strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Menurut Nurgiyantoro (2007) sudut pandang secara garis besar dapat dibedakan dalam dua macam yaitu persona pertama, gaya aku dan persona ketiga, gaya dia, dan secara teoritis belum dikenal adanya persona kedua, gaya kau, maka 22

dari itu dalam skripsi ini gaya kau tidak diterangkan. Dalam skripsi ini, saya menggunakan dua sudut pandang tersebut dikarenakan dalam karya Akutagawa Ryūnosuke yaitu Hana, Mikan dan Kappa, menggunakan sudut pandang yang berbeda dalam setiap karyanya tersebut. 2.4.1 Sudut Pandang Persona Ketiga: Dia Dalam pengisahan cerita dalam sudut pandang ini, narator adalah seseorang yang berada diluar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya; ia, dia, mereka. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak. Sudut pandang dia dapat dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya, antara lain: a) dia mahatahu : narator mengetahui segalanya yaitu berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. b) dia terbatas atau dia sebagai pengamat : pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja, atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. 2.4.2 Sudut Pandang Persona Pertama: Aku Dalam pengisahan cerita dalam sudut pandang ini, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Narator adalah si aku tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada 23

pembaca. Narator sebagai si aku, hanya berlaku sebagai pengamat terhadap tokohtokoh dia yang bukan dirinya. Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan peran dan kedudukan si aku dalam cerita, antara lain: a) aku tokoh utama : si aku menjadi fokus, pusat kesadaran, pusat cerita. Nurgiyantoro (2007 : 264) mengemukakan Teknik aku dapat dipergunakan untuk melukiskan berbagai pengalaman kehidupan manusia yang paling dalam dan rahasia sekalipun. b) aku tokoh tambahan : tokoh aku hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Dalam hal ini si aku hanya tampil sebagai saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. 24