FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EMOSI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 26 PADANG ARTIKEL E JURNAL ZILVIANDA LUSIANA NIM. 10060036 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EMOSI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 26 PADANG Oleh: Zilvianda Lusiana Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAC Problems studied in the field based on the phenomenon that is felt physical needs are not met adequately, was wasted and not accepted by anyone including their own parents, feel much hampered causing dissatisfaction, anxiety and resentment of their own destiny and lead to uncontrolled emotions. The purpose of this study is to describe: 1) internal factors that influence the emotions of learners, 2) external factors that affect the emotion of learners. This type of research is descriptive quantitative method. The population was students of class VII, VIII and IX in SMP 26 Padang. The samples in this study using the cluster technique. Cluster totaling 85 people. The instrument used for data collection in the form of a questionnaire. To analyze the data used formula percentage.the results of this study revealed that the factors that influence the emotions of students at Junior High School 26 in Padang, in general internal factors in terms of physical changes to the criteria for many respondents (54.12%), and external factors in terms of changes in patterns of interaction with parents with many criteria with respondents of (64.71%), changes in interactions with peers with many criteria with respondents of (71.76%), changes outside of the view of many criteria with respondents of (43.53%), and changes in the interaction with the school with many criteria with respondents of (56.47%). Keywords: Emotion, Students. PENDAHULUAN Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi semua anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah lingkungan sekolah. Peserta didik yang sudah duduk di bangku SMP atau SMA umumnya menghabiskan waktu tujuh jam sehari di sekolahnya. Hal ini berarti bahwa hampir sepertiga dari waktunya setiap hari dilewatkan peserta didik di sekolah. Tidak mengherankan jika pengaruh sekolah terhadap perkembangan jiwa peserta didik cukup besar. Peserta didik tingkat SMP merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, peserta didik mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada peserta didik dapat berdampak pada kehidupan pribadi dan sosialnya. Mereka menjadi sering tertekan dan murung serta dapat menjadi orang yang berperilaku emosional. Pertengkaran dan perkelahian sering terjadi akibat dari ketidakstabilan emosi. Pada umumnya tinggi rendahnya emosi disebabkan oleh karena peserta didik berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi situasi dan kondisi yang baru. Menurut Prayitno (2006:76) menyatakan emosi merupakan reaksi psikologis yang tampak dari tampilan fisik seperti detak jantung lebih cepat, muka marah, atau pucat, otot menegang, dan sebagainya. Tingkah laku emosi misalnya riang, bahagia, marah, takut, sedih dan sebagainya. Emosi positif merupakan reaksi psikologis sebagai tanda terpenuhinya berbagai kebutuhan. Emosi negatif merupakan reaksi psikologis yang diakibatkan karena berbagai kebutuhan belum terpenuhi, emosi negatif adalah segala
sesuatu bentuk luapan perasaan peserta didik yang tidak terkontrol sehingga dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Seperti jengkel, benci, takut, sedih, malu dan cemas. Hal ini didukung oleh pendapat Prayitno (2006:75) bahwa: Emosi yang paling sering terjadi pada peserta didik adalah emosi marah, takut, cemas, kecewa dan cinta. Gangguan emosi dapat menjadi penyebab kenakalan peserta didik. Oleh karena itu hal-hal yang menyebabkan terganggunya emosi peserta didik perlu dihindari. Cara yang utama sekali untuk menghindari gangguan emosi pada peserta didik adalah memenuhi berbagai kebutuhan fisik dan psikologis, yaitu kebutuhan makan, pakaian, bergerak, mendapatkan status, diakrabi, berprestasi, mandiri dan memiliki filsafat hidup. Peserta didik yang mengalami gangguan emosi akan menyebabkan mereka bertingkah laku nakal. Mereka merasa tidak puas, benci terhadap diri sendiri, dan tidak bahagia. Beberapa sebab gangguan emosi yang dialami peserta didik menurut Prayitno (2006:75) adalah sebagai berikut: Merasa kebutuhan fisik mereka tidak terpenuhi secara layak sehingga timbul ketidakpuasan, kecemasan, dan kebencian terhadap nasib mereka sendiri, merasa benci, disia-siakan, dan dan tidak diterima oleh siapa pun termasuk orang tua mereka sendiri, merasa lebih banyak dirintangi, dibantah, dihina, serta dipatahkan daripada disokong, disayangi dan ditanggapi, khususnya mengenai ide-ide mereka, merasa tidak mampu atau bodoh. Mereka merasa bodoh mungkin karena tidak mengenal potensipotensi yang mereka miliki atau karena khayalan mereka semata, merasa tidak senang terhadap kehidupan keluarga mereka yang tidak harmonis seperti orang yang sering bertengkar, kasar, pemarah, cerewet, atau bercerai. Oleh karena itu dalam diri mereka hilang perasaan nyaman, aman dan bahagia, merasa menderita dan iri yang mendalam terhadap saudara-saudara kandung karena dibedakan dan diperlakukan secara tidak adil. Berdasarkan hasil observasi awal pada kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPLBK-S) dari tanggal 4 Juli 2013 hingga 14 Desember 2013 di SMP Negeri 26 Padang, peneliti melihat peserta didik mempunyai berbagai permasalahan. Di dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh pembimbing di sekolah terlihat peserta didik yang tidak fokus terhadap proses pembelajaran dan peserta didik banyak melakukan hal-hal yang sangat menggangu konsentrasi dalam belajar seperti peserta didik laki-laki menggangu peserta didik perempuan pada saat proses belajar, adanya peserta didik lebih cenderung bermain di luar pada saat proses belajar mengajar, adanya peserta didik masih berbicara belum sopan pada guru saat proses belajar, adanya peserta didik yang memiliki kebencian terhadap gurunya ketika belajar, adanya peserta didik yang belum mampu mengontrol perasaan marahnya ketika dinasehati oleh guru, adanya peserta didik belum mampu mengendalikan emosi marahnya kepada peserta didik lainnya. Fenomena lainnya yang peneliti amati saat melakukan PPLBK-S di SMP Negeri 26 Padang terlihat pada saat pulang sekolah peserta didik tidak langsung pulang tetapi nongkrong dipinggir jalan dan juga berada di tempat-tempat keramaian tanpa mengganti seragam sekolah terlebih dahulu, dan ada juga peserta didik yang langsung pergi main ke warnet sehabis pulang sekolah. Bahkan peserta didik laki-laki sering melakukan tawuran dengan peserta didik yang lain. Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang ditemukan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul: Faktor yang Mempengaruhi Emosi Peserta Didik di SMP Negeri 26 Padang. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini adalah faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi emosi peserta didik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa faktor yang mempengaruhi emosi peserta didik di SMP Negeri 26 Padang? Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di tetapkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi emosi peserta didik.
METODOLOGI PENELITIAN Waktu penelitian adalah waktu dilaksanakannya penelitian dimulai dari tahap persiapan sampai tahap akhir, penelitian dilaksanakan pada semester I kelas VII, VIII dan kelas IX tahun pelajaran 2014-2015. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 26 Padang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan faktor yang mepengaruhi emosi peserta didik Menurut Yusuf (2007:50) penelitian kuantitatif dapat digunakan apabila data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif atau jenis data yang lain yang dapat dikuantitatifkan dan diolah dengan menggunakan teknik statistik Populasinya ada peserta didik di SMP Negeri 26 Padang. Dan sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik cluster. Menurut Yusuf (2007:196) Cluster adalah simpel random sampling dimana tiap-tiap unit dikumpulkan sebagai satu kumpulan atau cluster. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 85 orang yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015 yaitu pada kelas. No Kelas Jumlah 1 VII 23 2 VIII 29 3 IX 33 Jumlah 85 Sumber: Siswa Kelas VII,VIII dan IX SMP Negeri 26 Padang Tahun Ajaran 2014/2015. Jenis data dalam penelitian ini adalah data interval. Adapun data yang diintervalkan dalam penelitian ini adalah didik di SMP Negeri 26 Padang. Sumber data yang digunakan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari seluruh peserta didik kelas VII,VIII dan IX di SMP Negeri 26 Padang. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini adalah data yang di peroleh dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran dan guru pembimbing di SMP Negeri 26 Padang, yaitu data tentang didik di SMP Negeri 26 Padang. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik analisis persentase.yang dikemukakan oleh Yusuf (2005:365): P = x100 Untuk menafsirkan data penelitian ini agar lebih mudah, peneliti menggunakan kriteria atau kategori hasil penelitian dengan menggunakan kriteria interprestasi skor. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor yang mempengaruhi emosi peserta didik dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan hasil angket mengenai didik di SMP Negeri 26 Padang, dapat diungkapkan apa faktor yang mempengaruhi emosi peserta didik. Pembahasan ditekankan pada faktor internal dari segi perubahan jasmani dan faktor eksternal dari segi perubahan pola interaksi dengan orang tua, perubahan interaksi dengan teman sebaya, perubahan pandangan luar dan perubahan interaksi dengan sekolah. Berikut uraian pembahasan berdasarkan indikator: 1. Perubahan Jasmani Perubahan Jasmani secara umum berada pada kategori banyak berjumlah sebanyak 46 dari 85 orang peserta didik dengan persentase (54,12%). Menurut Astuti (2005: 60), Perubahan atau pertumbuhan yang berlangsung cepat selama masa puber menyebabkan keadaan tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini mempengaruhi kondisi prikis peserta didik. Tidak setiap peserta didik siap menerima perubahan yang dialami, karena tidak semuanya menguntungkan. Terutama perubahan tersebut mempengaruhi penampilannya. Hal ini menyebabkan rangsangan didalam tubuh peserta didik yang sering kali menimbulkan masalah dalam perkembangan psikisnya, khususnya perkembangan emosinya. 2. Perubahan pola interaksi dengan orang tua Perubahan pola interaksi dengan orang tua secara umum berada pada
kategori banyak berjumlah sebanyak 55 dari 85 orang peserta didik dengan persentase (64,71%), Menurut Astuti (2005: 60), perubahan pola interaksi dengan orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pola interaksinya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola interaksi dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi peserta didik. Dalam pembentukan kepribadian seorang anak, keluarga mempunyai pengaruh yang besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang anak, salah satu faktor tersebut adalah pola interaksi orangtua. 3. Perubahan interaksi teman sebaya Perubahan interaksi dengan teman sebaya secara umum berada pada kategori banyak berjumlah sebanyak 61 dari 85 orang peserta didik dengan persentase (71,76%) dan Ali dan Asrori menyatakan (2008:70), peserta didik sering kali membangun interaksi sesama teman sebayanya. Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi emosi peserta didik. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan dapat pula berupa pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dimaksud adalah ketika individu bersama teman-teman sebayanya melakukan aktifitas yang bermanfaat seperti membentuk kelompok belajar dan patuh pada norma-norma dalam masyarakat. Sedangkan pengaruh negatif yang dimaksudkan dapat berupa pelanggaran terhadap norma-norma sosial, dan pada lingkungan sekolah berupa pelanggaran terhadap aturan sekolah. Dari teman sebaya peserta didik menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. Peserta didik cenderung untuk mengikuti pendapat dari kelompoknya dan menganggap bahwa kelompoknya itu selalu benar. Kelompok begaul/kelompok teman sebaya dapat memberikan pengaruh, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Teman sebaya menuntut nilai kebersamaan, kekerabatan, kemanusiaan serta persaudaraan. Namun jika perilaku dalam kelompok didominasi oleh pencurian, tawuran, serta tindak kriminal, maka akan memberikan pengaruh negatif pada peserta didik.. 4. Perubahan pandangan luar Perubahan pandangan luar secara umum berada pada kategori sangat banyak sebanyak 37 dari 85 orang peserta didik dengan persentase (43,53%), Menurut Astuti (2005: 64), Pada masa peserta didik, mereka akan mulai memikirkan bagaimana pandangan luar terhadap dirinya dan bagaimana dunia ini bekerja. Mereka mulai mengkritik kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh orang-orang dewasa yang tidak sesuai dengan pandangannya. Sehingga akan terbentuk pola pikir yang akan mendasarinya menemukan jati diri. Seringkali kekosongan peserta didik dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan peserta didik ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral. 5. Perubahan interaksi dengan sekolah Perubahan interaksi dengan sekolah secara umum berada pada kategori banyak berjumlah sebanyak 48 dari 85 orang peserta didik dengan persentase (56,47%). Menurut Astuti (2005:65), sekolah merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru dari pada kepada orang tuanya. Posisi guru disini amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materimateri yang positif dan konstruktif. Emosi peserta didik yang tidak terkendali bisa membuat peserta didik jenuh dengan aktivitas sekolahnya. Jika mereka mengalami sedikit saja konflik dengan teman atau guru, mereka kemudian menyikapinya secara
berlebihan yang akan berakibat buruk pada prestasi akademiknya. Namun jika mereka sudah bisa memisahkan antara urusan pribadi dan sekolah, maka itu tidak akan menjadi masalah yang besar. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang didik di SMP Negeri 26 Padang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor yang mempengaruhi emosi peserta didik dilihat dari faktor internal secara umum berada pada kategori banyak. Terlihat dari segi perubahan jasmani. 2. Faktor yang mempengaruhi emosi peserta didik dilihat dari faktor eksternal secara umum berada pada kategori banyak. Terlihat dari segi perubahan pola interaksi dengan orang tua, perubahan interaksi dengan teman sebaya, perubahan pandangan luar dan perubahan interaksi dengan sekolah. Berdasarkan simpulan penelitian di atas, maka peneliti ingin mengajukan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait, yaitu. 1. Peserta Didik Agar peserta didik bisa mengendalikan emosi yang dimilikinya agar tidak terjadi sikap yang berlebihan di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah. Peserta didik juga diharapkan bisa mengontrol sikap dan tindakan, sehingga peserta didik bisa mengendalikan diri atau mengontrol dirinya ke arah yang lebih baik. 2. Kepala Sekolah Agar menjadi bahan pertimbangan serta masukan bagi pihak sekolah untuk lebih memperhatikan berbagai tindakan emosi yang muncul di kalangan peserta didik sehingga dapat dilakukan upaya prefentif dan penanganan yang intensif bagi peserta didik yang terpengaruh oleh perkembangan emosi. 3. Guru BK Agar guru BK lebih memperhatikan berbagai macam tindakan emosi yang diperlihatkan peserta didik untuk segera diberi pelayanan khusus sesuai dengan keilmuannya. 4. Peneliti Selanjutnya Agar menjadikan penelitian ini sebagai pedoman untuk penelitian selanjutnya mengenai emosi dari aspek lain, menambah wawasan dan pemahaman dalam melaksanakan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad & Mohammad, Asrori. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Astuti, Endang Sri & Resminingsih. 2008. Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan Menengah. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. Prayitno, Elida. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: FIB UNP. Yusuf, A. Muri. 2005. Dasar-dasar Penelidikan Ilmiah. Padang: UNP Press Yusuf, A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.