BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 3 Camba Kabupaten Maros. Data-data yang dianalisis adalah data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kec. Kedungwaru Tulungagung tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini berlokasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Subjek Penelitian No Kelas / Sekolah Kelompok model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Kumpulrejo 01 Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Masing-masing kelas empat kali pertemuan yaitu satu kali diisi dengan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PGSD OLEH:

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MODEL TUTOR SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN TARI KUNTULAN BERBANTUAN MEDIA AUDIO-VISUAL BAGI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1. Nonequivalent Groups Pretest-Posttets

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pada bagian ini akan dibahas atau diuraikan hasil-hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas X dan sampel siswa kelas X 4 sebagai kelompok eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pertama melakukan pretest, tiga kali pertemuan dilakukan pembelajaran dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peserta Didik Kelas VIII MTs Bawan, Kabupaten Agam yang terdiri. dari gambaran hasil belajar dan pembahasan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Materi pokok biologi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. model Discovery ini dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu 2 kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah penyebaran kuesioner kepada siswa kelas X SMA Negeri 11 Kota

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek dan Tempat penelitian 4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitiaan adalah siswa kelas 6 SDN Kutowinangun 12 dan SDN 03 Kutowinangun. Jumlah subjek penelitiannya adalah 19 siswa untuk SDN 12 Kutowinangun dan 16 siswa untuk SDN 03 Kutowinangun. Sehingga total subjek penelitian adalah 35 siswa. Pada penelitian ini, Subjek penelitian akan diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu dengan perlakuan model penemuan terbimbing dan model pemecahan masalah melalui pendekatan matematika realistik. 4.1.2 Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 12 dan SDN 03 Kutowinagun yang berlokasi di Jalan Wuni Benoyo 1/20 Salatiga. Kedua sekolah dasar tersebut berada dipinggir kota Salatiga dan dekat dengan pasar tradisional Blauran. SDN 12 dan SDN 03 Kutowinagun terletak berdampingan dari segi bangunan sekolahnya. 66

4.2 Uji Homogenitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah Berikut ini adalah tahap Uji homogenitas. Dimana uji ini untuk mengetahui kehomogenan skor data pretes. Dalam penggunaan uji ini digunakan uji Homogeneity of variances (Levene Statistic), dengan hipotesis seperti berikut: H0 : = Varians populasi skor untuk kedua kelas homogen H1 : Varians populasi skor kedua untuk kelas tidak homogen Keterangan : = variansi skor kelas yang diajar dengan Model Peemuan Terbimbing = variansi skor kelas yang diajar dengan Model Pemecahan Masalah Dengan perhitungan menggunakan SPSS 17, maka hasil uji homogenitas varians skor pretes untuk kedua kelas terlihat seperti Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 uji homogenitas Pretes kedua kelas Pretes Levene Statistic 14.989 df 1 1 df 2 33 Signifikansi 0,274 67

Dari Tabel 4.1, terlihat bahwa skor pretes kelas Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari α = 0.05, sehingga H0 diterima. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa data skor pretes kedua kelas berasal dari varians yang homogen. 4.3 Uji Normalitas Kelas Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah Setelah dilakukan uji homogenitas, langkah selanjutnya akan dilakukan uji normalitas. Uji normalitas tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing data nilai kelas memiliki distribusi normal atau tidak. pengujian normalitas terhadap kedua kelas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17 pada uji Tests of Normality, dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal 68

Berikut adalah Tabel 4.2 tersebut: hasil uji normalitas kedua kelas Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Skor Pretes dan Postes Kelas Model Penemuan Terbimbing dan Kelas Model Pemecahan Masalah Pretes Postes Kelas A Kelas B Kelas A Kelas B N 19 16 19 16 Kolmogorov- Smirnov 1.000 0988 1.207 0.770 Sig. (2-tailed) 0.270 0.283 0.108 0.594 Sumber: data primer yang diolah,2013 Keterangan : Kelas A : siswa kelas Model Penemuan Terbimbing Kelas B : siswa kelas Model Pemecahan Masalah Dari Tabel 4.2 diatas, terlihat bahwa skor pretes dan postes siswa kelas Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah memiliki signifikan yang lebih besar dari α = 0.05, sehingga Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data skor pretes dan postes prestas kedua kelas berdistribusi normal. 69

4.4 Uji Beda Pretes Kelas Model Penemuan Terbimbing Dan Kelas Model Pemecahan Masalah Perlu diadakan pengujian nilai tes awal untuk kelas Model Penemuan Terbimbing dan kelas Model Pemecahan Masalah untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas tersebut. Selanjutnya diadakan perhitungan rataan pretest menggunakan uji t Paired. Pada taraf signifikan = 0.05, dengan hipotesis berikut: H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 µ2 Tidak ada perbedaan rataan pretes prestasi hasil belajar matematika antara siswa kelas VI yang diajar dengan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah menggunakan pendekatan PMR. Ada perbedaan rataan prestasi hasil belajar matematika antara siswa kelas VI yang diajar dengan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah menggunakan pendekatan PMR. 70

Keterangan: µ1 = rataan pretes prestasi matematika siswa kelas Model Penemuan Terbimbing µ2 = rataan pretes prestasi matematika siswa kelas Model Pemecahan Masalah. Tabel 4.3 berikut adalah hasil uji Beda Pretes menggunakan uji t Paired antara kelas Model Penemuan Terbimbing Dan kelas Model Pemecahan Masalah. Tabel 4.3 Hasil uji Beda Pretes Kelas Rerata Stdv sig. (2-tailed) A 67,89 31,89 0,704 B 65,38 21,49 Sumber: data primer yang diolah,2013 Keterangan : Kelas A : siswa kelas Model Penemuan Terbimbing Kelas B : siswa kelas Model Pemecahan Masalah Dari Tabel 4.3 diatas nampak bahwa rata - rata perbedaan hasil tes awal kedua kelas tidak jauh berbeda. Dari hasil uji beda rata rata tersebut diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.704, yang berarti telah melebihi nilai = 0.05, 71

sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Karena sudah diketahui bahwa kemapuan awal kedua kelas adalah sama, maka dilaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan kedua model tesebut. Setelah selesai proses pembelajaran, akan diberikan postes guna untuk mengetahui kemampuan kedua kelas setelah di laksanakan model pembelajaran tersebut. Dalam penentuan hasil nilai postes akan dilakukan uji nilai postes tersebut. 4.5 Uji Beda Postes Kelas Model Penemuan Terbimbing Dan kelas Model Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Matematika Realistik Dalam pengujian nilai postes antara Kelas Model Penemuan Terbimbing Dan kelas Model Pemecahan Masalah menggunakan Uji t. Dalam hal ini untuk mengetahui kemampuan akhir yang dimiliki kedua kelas tersebut sama atau tidak. Dalam uji t tersebut menggunakan uji t Paired, pada taraf signifikansi = 0.05. dengan hipotesisnya sebagai berikut : 72

H0 : µ1= µ2 Tidak ada perbedaan rataan postes prestasi hasil belajar matematika antara siswa kelas VI yang diajar dengan Model Penemuan Terbimbing dan kelas Model Pemecahan Masalah menggunakan pendekatan PMR. H1 : µ1 µ2 Ada perbedaan rataan postes prestasi hasil belajar matematika antara siswa kelas VI yang diajar dengan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah menggunakan pendekatan PMR. Keterangan µ1 = rataan postes prestasi matematika siswa kelas Model Penemuan Terbimbing. µ2 = rataan postes prestasi matematika siswa kelas Model Pemecahan Masalah. Tabel 4.4 Berikut adalah hasil Rerata postes antara kelas Model Penemuan Terbimbing dan kelas Model Pemecahan Masalah: 73

4.4 Tabel Hasil Uji Beda Postes Kelas Rerata Stdv sig. (2-tailed) A 91,05 10,48 0,000 B 76,87 14,47 Sumber: data primer yang diolah,2013 Keterangan : Kelas A : kelas Model Penemuan Terbimbing Kelas B : kelas Model Pemecahan Masalah Dari penjelasan pada Tabel 4.4, terlihat bahwa nilai hasil postes kedua kelas berbeda jauh. Hal ini terlihat pada rerata kedua kelas tersebut. Perbedaan ini signifikan antara kelas Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah. Hasil uji beda rata-rata diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000, yang memiliki arti bahwa lebih kecil dari nilai α = 0.05. sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan akhir yang berbeda setelah diberi perlakuan yang berbeda pula. Sehingga H1 diterima dan menolak H0. 74

4.6 Uji Perbedaan Hasil Pretes dan Postes Kelas Model Penemuan Terbimbing dan Kelas Model Pemecahan Masalah Ketika akan melakukan uji perbedaan, maka terlebih dahulu ditentukan pencapain skor (Gain) pada kedua kelas tersebut. Sehingga dalam penentuan Gain tersebut akan diketahui perbedaan peningkatan prestasi hasil belajar antara kelas Model Penemuan Terbimbing dan kelas Model Pemecahan Masalah dengan pendekatan Matematika Realistik secara signifikan. Berikut adalah Tabel 4.5 hasil perhitungan rataan Gain prestasi belajar matematika. Tabel 4.5. Hasil rataan Gain prestasi belajar matematika. Kelas A B N 19 16 Rataan Gain 23,15 11,50 Sumber: data primer yang diolah,2013 Dari Tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai rataan gain pada peningkatan prestasi pembelajaran matematika untuk kedua kelas terlihat berbeda. Dapat terlihat bahwa kelas dengan model pembelajaran pemecahan masalah memiliki rataan gain 11,50 lebih rendah di banding kelas yang diajar dengan model penemuan terbimbing sebesar 23,15. 75

Dengan menggunakan SPSS versi 17.0 akan dihitung uji t dengan menggunakan Independent Sample T-test yaitu perhitungan perbedaan rata rata nilai pada kelas model penemuan terbimbing dan kelas model pemecahan masalah dengan taraf kepercayaan 95%. Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan hipotesis untuk pengujian mean atau rataan hitung. Berikut hipotesisnya: H0 :µ1= µ2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa kelas VI yang diajar dengan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah menggunakan pendekatan PMR. H1 :µ1 µ2 Ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa kelas VI yang diajar dengan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah menggunakan pendekatan PMR. 76

Tabel 4.6 berikut adalah tabel Uji-t perbedaan rata rata Gain Pada kedua kelas. Tabel 4.6 Uji-t perbedaan rata rata Gain Pada kedua kelas. Sumber: data primer yang diolah,2013 Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.6 diatas dapat diambil keputusan dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel. Dari perhitungan diatas diperoleh nilai thitung sebesar 2,169. Selanjutnya nilai ttabel dapat dicari menggunakan table distribusi t dengan tingkat kepercayaan 95%. Dalam uji-t lebih bersifat dua sisi, sehingga nilai yang dirujuk pada table t 0.05 adalah, sehingga = 0,025. Dalam perhitungan ini juga 2 2 diperlukan derajat bebas (df) = n 2 n. 1 2 77

Sehingga disubtitusikan nilai n ( jumlah siswa tiap kelas) kedalam rumus derajar bebas. (df) = n 2 n. 1 2 (df) = 19 16 2. (df) =33 Sehingga diperoleh nilai t table = t(0,025 : 33) = 2,035. Maka dapat ditarik kesimpulan nilai thitung > ttabel, sehingga mengakibatkan H1 diterima. Dari perhitungan diatas disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi hasil belajar matematika siswa kelas VI yang diajar dengan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah dengan pendekatan pendidikan matematika realistik di SDN 12 dan SDN 03 Kutowinagun Salatiga pada taraf signifikan 95 % karena nilai thitung terletak pada daerah penolakan Ho. Lalu jika dilihat pada rataan gain prestasi matematika, terbukti bahwa hasil pembelajaran matematika menggunakan model Penemuan terbimbing lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pembelajaran dengan Model Pemecahan Masalah. 4.7 Pembahasan Pada penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil prestasi matematika siswa kelas VI SDN Kutowinangun 12 dan SDN Kutowinangun 03 yang diajar dengan dengan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah dengan pendekatan matematika realistik. Jika dilihat dari kedua model yang diterapkan, kelompok 78

siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Penemuan Terbimbing cenderung mendapatkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan model Pemecahan Masalah. Dari segi waktu pembelajaran, untuk model Pembelajaran dengan penemuan terbimbing juga lebih efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran dengan model Pemecahan Masalah. Dari hasil tes secara keseluruhan dengan jelas menunjukkan hasil skor rata-rata pretes kelas Model Penemuan terbimbing adalah 67,89 dan skor rata-rata postesnya adalah 91,05. Sedangkan rata-rata pretes kelas Model Pemecahan Masalah adalah 65,38 dan skor rata-rata postesnya adalah 76,87. Terdapat perbedaan hasil dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan kedua model tersebut. Perbedaan hasil ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran dengan Model Penemuan Terbimbing lebih efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran model Pemecahan Masalah. Pada model pembelajaran Pemcahan Masalah Siswa dituntut belajar dengan gaya belajar mereka masing-masing, tetapi diseragamkan dalam bentuk pemecahan masalah. Siswa dengan kemampuan visual akan kesulitan memahami konsep pengetahuan yang disampaikan secara lisan sehingga Perbedaan karakteristik siswa inilah yang harus dipahami benar oleh guru agar dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran model Penemuan Terbimbing guru memberikan kesempatan kepada siswa dengan setiap perbedaan karakteristiknya untuk menyatakan 79

pendapatnya tentang penyelesaian suatu masalah, dan guru membimbingnya. Terlebih dengan pendekatan pendidikan matematika realistik yang menggunakan contoh benda disekitar siswa. Sehingga kebutuhan siswa dengan kemampuan audio dan visual terpenuhi dalam situasi diskusi kelas, tanya jawab, dan penjelasan tambahan dari guru di akhir kegiatan pembelajaran model penemuan terbimbing. Dengan demikian, belajar bukan hanya tentang hasil, tetapi merupakan suatu proses pencapaian hasil. Konsep mengajar adalah membelajarkan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar adalah suatu proses dalam diri seseorang, yang mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku dan kemampuan menyelesaikan dang menganalisis suatu problem. Maka perlu diperhatikan benar perbedaan konsep model penemuan terbimbing dan model pemecahan masalah. Pembelajaran bukan hanya bagaimana cara mengajar, namun juga bagaimana seorang siswa dapat memahami suatu konsep, sehingga dapat bermanfaat dalam penyelesaian masalah. Dari penerapan kedua model pembelajaran tersebut memiliki keuntungan dan kelemahan. Adapun keuntungan dari pembelajaran model Penemuan Terbimbing adalah Membantu siswa memahami konsep dasar dan ide-ide secara lebih baik, Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang dan guru tetap mempunyai kontak pribadi 80

dengan siswa dalam artian terjalin hubungan yang membangun semangat belajar dalam diri siswa. Selain mempunyai keuntungan, pembelajaran model Penemuan terbimbing juga memiliki kelemahan, yaitu memerlukan banyak waktu dan belum dapat dipastikan apakah siswa akan tetap bersemangat menemukan, tidak setiap siswa dapat diharapkan menjadi seorang penemuan sehingga jika bimbingan yang diberikan tidak sesuai akan membuat siswa menjadi sulit memahami konsep, tidak semua materi pembelajaran dapat dikuasai dengan model penemuan terbimbing dan bimbingan yang kurang memadahi hanya akan membuat siswa bermain main. Bagi siswa bimbingan dari guru merupakan hal yang sangat diperlukan dalam pembelajaran. Model penemuan terbimbing adalah salah satu dari model pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk membimbing siswa dalam meningkatkan motivasi, aktivitas dan pemahaman siswa, Dalam pembelajaran penemuan terbimbing siswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya sebab ia harus berpikir, bukan sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan. Selanjutnya untuk model Pemecahan masalah juga memiliki kentungan diantaranya, melatih siswa untuk mendesain suatu pemecahan masalah, berpikir dan bertindak kreatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan 81

masalah yang dihadapi dengan dan membuat pemelajaran disekolah lebih relevan dengan kehidupan sehari hari. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh pembelajaran model Pemecahan masalah adalah beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini, misal terbatasnya alatalat laboratorium sehingga menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati sertaa menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut dan memerlukan alokasi waktu yang panjang. Jadi, dengan adanya keuntungan dan kelemahan yang dimiliki oleh kedua model pembelajaran, menunjukkan terdapatnya variasi pada masing-masing model pembelajaran yang diterapkan. sehingga dapat menjadi acuan bagi sekolah untuk menggunakan model pembelajaran yang tepat guna meningkatkan prestasi belajar siswa yang tentunya tidak hanya pelajaran matematika saja tetapi juga pelajaran yang lain. 82