Kinerja Lembaga Perbenihan dalam Mendukung Penyediaan Benih Padi Berkualitas di Provinsi Bangka Belitung Ahmadi dan Dede Rusmawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung Jalan Mentok Km 4 Pangkalpinang E-mail: ahmadibabel43@gmail.com Abstrak Keberhasilan peningkatan produksi padi di tentukan oleh kelembagaan perbenihan berperan dalam memfasilitasi diseminasi varietas unggul kepada petani dengan menghasilkan benih sekala komersial, serta melindungi mutu benih agar keunggulan genetik dapat sampai ketangan pengguna. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1). Mengetahui kinerja dan potensi lembaga perbenihan serta permasalahan lembaga perbenihan di Provinsi Bangka Belitung, (2). Mengkaji sinergitas kinerja lembaga perbenihan di Provinsi Bangka Belitung, dan (3 ). Merumuskan alternative strategis dalam pengembangan kelembagaan perbenihan di Provinsi Bangka Belitung. Pengkajian ini dilaksanakan di seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Bangka Belitung mulai bulan Maret Juni 2013. Metode pengkajian yang digunakan adalah observasi dan survey. Keberadaan indrustri perbenihan yang produktif, menguntungkan dan berdaya saing akan menentukan tingkat pemanfaatan varietas unggul oleh petani. Hasil pengkajian menunjukan bahwa : (1). Kinerja kelembagaan perbenihan di Provinsi Bangka Belitung seperti BBU, BBI dan UPTD Perbenihan dan sistem perbenihan di Provinsi Bangka Belitung belum memenuhi standar, (2). Kinerja lembaga perbenihan yang ada saat ini belum mencerminkan sistem perbenihan yang mampu mengatur alur penyediaan dan distribusi benih kepada petani, dan (3). Masih lemahnya sinergitas lembaga perbeinihan, hal ini dapat dilihat bahwa kebutuhan benih di Bangka Belitung 91,14% berasal dari luar daerah melalui BLBU, (4) Perlu dilakukan revitalisasi lembaga perbenihan di tingkat Provinsi dan Kabupaten dengan fokus pada penguatan ; tupoksi, status kelembagan, SDM, pembiayaan, infrastruktur dan dukungan sarana prasarana. Kata kunci: benih, kelembagaan, produktivitas, varietas. Pendahuluan Kebijakan pembangunan pertanian Indonesia telah menuntut adanya dukungan lembaga perbenihan yang tangguh guna mendukung peningkatan kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Salah satu komponen teknologi yang mendukung kualitas dan kuantitas produk adalah ketersediaan varietas unggul ditingkat petani. Ketersediaan benih unggul memegang peran yang sangat penting dalam budidaya pertanian, sehingga kondisi kelembagaan perbenihan mencerminkan kemanjuan pertanian suatu negara. Semakin maju teknologi pertanian, semakin maju pula perkembangan teknologi perbenihan. Dampak varietas unggul terhadap peningkatan produksi dan kualitas hasil baru akan terasa bila varietas tersebut ditanam dalam sekala luas. Dalam upaya memenuhi kebutuhan varietas unggul yang dinamis dan beragam, diperlukan penyediaan varietas yang mempunyai sifat unggul dan beragam sesuai dengan kebutuhan pengguna. Penanaman dalam skala luas hanya mungkin dicapai apabila terdapat sistem perbenihan yang mampu menyalurkan potensi genitik varietas unggul kepada konsumen secara efektif dan efesien (Nugraha U.S., dan B. Sayaka. 2004). Secara umum penggunaan benih varietas unggul relative masih rendah. Salah satu penyebab dari rendahnya penggunaan benih unggul berkualitas adalah lemahnya peran kelembagaan dalam pembinaan (penyediaan, informasi dan distribusi) ke petani atau pengguna (Balitbangtan, 2011). Kelembagaan perbenihan adalah unit-unit kerja yang secara terorganisir Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 429
melakukan aktivitas di bidang perbenihan. Menurut Daradjat et al. (2008), lebih dari 60 persen benih padi yang digunakan oleh masyarakat berasal dari sektor informal yaitu berupa gabah yang disisihkan dari sebagian hasil panen musim sebelumnya yang dilakukan berulang-ulang. Persentase penggunaan benih unggul oleh petani di Bangka Belitung saat ini baru mencapai 10% yang berasal dari UPBS dan petani penangkar biniaan BPTP Babel. Rendahnya penggunaan benih unggdu di Provinsi Bangka Belitung antara lain disebabkan oleh ; (1). Masih adanya bantuan benih dari pemerintah, (2). Benih yang diminta oleh petani tidak sesuai dimana sebagian besar varietas yang diberikan adalah varietas Chirerang atau Ciliwung dengan daya tumbuh rendah, (3). Harga benih ditingkat petani mahal ( Ahmadi et al, 2012). Hasil penelitian Rusmawan et al. (2013), tingkat ketergantungan petani di Bangka Belitung terhadap bantuan benih cukup tinggi (91,14%). Namun demikian kesadaran petani untuk membeli benih unggul masih rendah, sehingga jika tidak ada bantuan benih dari pemerintah, para petani cenderung menggunakan benih yang dihasilkan dari pertanamannya sendiri. Penyebab rendahnya penggunaan benih unggul di tingkat petani adalah ; (1). Tidak cocoknya suatu varietas yang dianjurkan kepada petani, (2). Mutu benih renah dan ketersediaan sesuai dengan luasan areal tanam, (3). Ketersedianya benih sering terlambat dari jadwal tanam dan benih yang bermutu masih dianggap mahal oleh petani (Anwar, 2005). Akibat dari semua permasalahan tersebut petani menggunakan benih yang berasal dari pertanaman sebelumnya yang tidak memenuhi mutu benih bersertifikat. Peran lembaga perbenihan dalam memfasilitasi diseminasi varietas unggul kepada petani sangat penting dan perlu di percepat. Namun demikian, upaya percepatan produksi benih tidak boleh mengorbankan mutu karena penggunaan benih bermutu rendah tidak mencerminkan karakteristik varietas, tidak murni, daya tumbuh dilapangan rendah, mudah terserang penyakit, atau terkontaminasi kotoran dan biji gulma (Kelly, 1989). Tujuan dari penelitian ini adalah : (1). Mengetahui kinerja dan potensi lembaga perbenihan dan permasalahan lembaga perbenihan di Provinsi Bangka Belitung, (2). Mengkaji sinergitas kinerja lembaga perbenihan di Provinsi Bangka Belitung, dan (3 ). Merumuskan alternative strategis dalam pengembangan kelembagaan perbenihan di Provinsi Bangka Belitung. Metodologi Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di 7 kabupaten/kota di Provinsi Bangka Belitung dari bulan Maret-Juni 2013. Pengkajian dilakukan pada lembaga perbenihan yang terdiri atas Dinas Pertanian Provinsi, BBI/BBU dan UPTD Perbenihan, serta petani penangkar. Pengumpulan Data Metode digunakan dalam pengkajian ini adalah observasi dan survey. Survey dilakukan untuk menghimpun data potensi dan kinerja lembaga perbenihan yang ada di Provinsi Bangka Belitung dengan menggunakan daftar/blanko isian yang sudah disiapkan. Data dan informasi yang digunakan dalam pengkajian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang secara langsung diperoleh dari responden mengenai kinerja kelembagaan perbenihan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. 430 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Analisis Data Data profil kelembagaan perbenihan yang diperoleh ditabulasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan pemetaan lembaga perbenihan yang ada. Hasil dan Pembahasan Kinerja Lembaga Perbenihan Rendahnya kesadaran petani dalam penggunaan benih unggul baru yang berkualitas berhubungan erat dengan kinerja kelembagaan perbenihan di Provinsi Bangka Belitung. Kenyataan ini menggambarkan bahwa sistem kelembagaan perbenihan di Provinsi Bangka Belitung masih belum optimal. Penyebab belum optimalnya kelembagaan perbenihan di Bangka Belitung adalah disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia serta sarana dan prasarana pendukung seperti ; lahan, laboratorium pengujian dan infrastruktur lainnya serta sistem pembiayaan. Hasil penelitian Religius et, al (2014) yang dilakukan di Sulawesi Barat mengatakan lemah kinerja lembaga penyedia benih disebabkan oleh ; ( a) Kapasitas sumberdaya manusia pelaksana sangat rendah, baik kuantitas maupun kualitas, (b ) Bangunan dan peralatan tidak terawatt dengan baik sehingga kurang berfungsi dengan baik, (c) Tidak tersedianya sarana dan prasarana dalam memproduksi benih sumber. Kinerja lembaga perbenihan di Provinsi Bangka Belitung (Tabel 1), menunjukan bahwa bahwa kinerja lembaga perbenihan masih belum mampu memenuhi kebutuhan benih petani. Hal ini dikaitkan dengan kemampuan produksi, efisiensi, daya saing, dan keberkelanjutan organisasi belum tergambar secara jelas. Tabel 1: Kondisi eksisting lembaga perbenihan di Bangka Belitung, 2013 Instansi BBU Kabupaten Bangka BBU Kabupaten Bangka Barat BBU Kabupaten Belitung BBI Kabupaten Bangka Selatan UPTD Perbenihan Provinsi Bangka Belitung UPTD Perbenihan Belitung Timur Lahan Sarana (Ha) Prarasana Jumlah Permasalahan 4 Kantor - Anggaran dan SDM Gudang 1 Kantor - Anggaran dan SDM 8 Mini Traktor Hand traktor Kantor Gudang Green house 2 unit 4 Kantor gudang 100 Mini traktor Hand traktor Kantor Gudang Green house 2 unit 14,5 Mini traktor 2 unit - - Anggaran terbatas - SDM terbatas hanya 2 orang - Bangunan rusak, - lahan sawah dikuasai masyarakat, - SDM tidak ada - Lahan kering - SDM terbatas Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 431
Instansi UPBS BPTP Bangka Belitung Lahan Sarana (Ha) Prarasana 40,0 Traktor Hand traktor Transplanter Mini combine Blower Kantor Gudang Guest house Jumlah 2 unit 2 unit Permasalahan - SDM terbatas - Sumber Daya Air pada MK terbatas Dari tabel 1, juga dapat dilihat bahwa lembaga perbenihan belum mendapatkan perhatian yang cukup serius dari pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota dan dari 7 kabupaten/kota di Provinsi Bangka Belitung, hanya 2 kabupaten/kota yang tidak memiliki lembaga perbenihan yakni kabupaten Bangka Tengah dan Kota Pangkalpinang. Namun demikian dari sekian lembaga perbenihan yang ada di Provinsi Bangka Belitung, hanya 2 lembaga perbenihan yang menunjukan kinerja baik, yaitu UPTD Perbenihan Kabupaten Belitung Timur dan UPBS BPTP Bangka Belitung, sedangkan yang lainnya tidak ada aktivitas perbenihan padi. Kondisi ini mungkin juga berkaitan dengan kebijakan ataupun regulasi pemerintah pusat, terutama dalam pengadaan benih unggul berbantuan seperti BLBU maupun benih bersubsidi lainnya. Regulasi penyaluran BLBU dan benih bersubsidi membuat penangkar maupun lembaga perbenihan di daerah tidak bergairah, dikaitkan dengan harga dan sasaran pasar. Sebagai gambaran, pada tahun 2013, lebih dari 90% dari luas areal tanam telah mendapatkan program SL-PTT, dengan program BLBU. Dilihat dari aspek luas lahan sawah yang dimiliki oleh lembaga perbenihan juga beragam mulai dari 1 sampai dengan 100 ha, padahal ada ketentuan luas minimal yang dipersyaratkan untuk dapat mencapai output dan kinerja lembaga perbenihan. Dengan luas lahan yang hanya 1 ha, mungkin tidak akan efisien jika dibandingkan dengan jumlah ataupun investasi infrastruktur, bangunan dan SDM. Sementara lembaga perbenihan dengan lahan yang cukup luas, 14,50 ha misalnya, tidak mempunyai anggaran yang memadai untuk operasional dalam rangka penyediaan benih berkualitas. Peran lembaga perbenihan sebagai penyediaan benih padi dan pengungkit peningkatan produksi beras secara regional maupun nasional perlu dibangun dengan komitmen yang baik dari berbagai pihak. Potensi Pengembangan Perbenihan 5 tahun ke depan Hasil pengkajian menunjukan bahwa data yang diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi Bangka Belitung berupa luas tanam, luas panen dan target produksi padi untuk tahun 2013 sampai 2017, menunjukan bahwa kebutuhan benih padi 5 tahun kedepan mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Hal ini disebabkan Provinsi Bangka Belitung setiap tahunnya melakukan penambahan luas areal tanan padi sawah hingga tahun 2017. Kegiatan percetakan sawah baru dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan beras sebesar 45% pada tahun 2017. Kebutuhan beras Provinsi Bangka Belitungg hingga saat ini 91,14% masih dari luar daerah. Oleh karena itu perlu adanya antisipasi dari pemerintah daerah agar ketersediaan benih padi yang memiliki adaptasi luas terhadap lingkungan tersedia ditingkat petani. Perbenihan secara mandiri merupakan hal penting untuk menunjang keberhasilan pengembangan padi di Provinsi Bangka Belitung. Adapun estimasi kebutuhan benih padi dapat dilihat pada tabel 2. 432 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Tabel 2. Estimasi kebutuhan benih padi di Provinsi Bangka Belitung 5 tahun mendatang. Tahun Kelas Benih Kebutuhan Benih (Kg) 42 3.334 2013 400.000 47 3.750 2014 450.000 53 4.219 2015 506.250 60 4.747 2016 569.540 67 5.340 2017 640.740 Keterangan: Peningkatan setiap tahun 12,5% setara dengan luas 2.000 ha, Kebutuhan benih padi 25 Kg/Ha. Sinergitas Kinerja Lembaga Perbenihan Hasil kajian Rusmawan et.al, (2013) menunjukan bahwa penggunaan benih padi di Provinsi Bangka Belitung dalam kurun waktu 2010-2012 cukup tinggi mencapai 91,14%, namun benih tersebut bukan berasal dari lembaga perbenihan daerah sendiri, melainkan dari bantuan bantuan BLBU yang didominasi varietas Ciherang. Sedangkan benih yang dihasilkan lembaga perbenihan melalui UPBS BPTP baru mencapai ±10%. UPBS BPTP memproduksi benih sumber dan benih sebar yang dihasilkan melalui penangkar binaan dengan menggunakan varietas baru yang telah dilepas oleh Balitbangtan di atas tahun 2010 yang seperti meliputi varietas Mekongga, Inpari, Inpara dan Inpago (Suprihatno, et.al, 2010 dan Wahhhyuni, 2011). Belum berkembangnya penggunaan varietas unggul baru diatas tahun 2010 yang telah dilepas oleh Balitbangtan di Bangka Belitung di Sebabkan oleh : (1). Masih adanya bantuan benih pemerintah, (2). T ingginya harga benih varietas unggul baru, (3). Lembaga perbenihan daerah seperti ; BBI/BBU, UPTD Perbenihan dan penangkar benih belum dioptimalkan sehingga untuk untuk mencukup kebutuhan masih di perlukan BLBU yang di suplay oleh PT. SHS dan PT. Pertani. Oleh karena sinergitas lembaga perbenihan di daerah perlu didorong dan ditingkatkan sehingga mampu memenuhi kebutuhan benih didaerah sesuai dengan varietas yang dibutuhkan oleh petani. Penggunaan benih unggul yang dihasilkan oleh lembaga perbenihan di Provinsi Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3. Perkembangan luas tanam padi berdasarkan penggunaan benih di Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2009-2012. Tahun Luas Panen Berlabel Tidak Berlabel (ha) Ha (%) Ha (%) 2011 11.223 10.000 89,11 1.223 11 2012 10.196 9.500 93,18 696 6,83 2013 15.615 - - - - Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 433
Strategis Sistem Pengembanga Perbenihan dan Distribusi Benih Sistem pengembangan dan distribusi atau penyaluran benih di Provinsi Bangka belitung masih melibatkan UPBS BPTP Kepulauan Bangka Belitung, hal ini dilakukan karena lembaga perbenihan didaerah BBI dan BBU, serta UPTD Perbenihan belum sesuai harapan seperti gambar (1), sehingga keterlibatan BPTP Kepulauan Bangka Belitung masih sangat diharapkan untuk menghasilkan benih, baik itu benih sumber. BB Padi, Balitkabi, Balitserelia DIPERTA I & II: TPH BPSMB/PBT BBI BS- BS- BPTP BABEL BBU Kelompok Pengankar Binaan di sentra produksi Kios saprodi Anggota kelompok penangkar binaan Poktan diwilayah sekitar Petani Petani Petani Gambar 1. Alur pengadaan benih sumber dan benih sebar di Provinsi Bangka Belitung Benih yang dihasilkan oleh UPBS BPTP Kepulauan Bangka Belitung adalah dan di perbanyak menjadi benih dan oleh penangkar. Kelas benih yang dijual ke petani oleh penangkar sebagian kecil masih merupakan kelas benih dan lainnya kelas. Namun demikian jumlah benih yang dapat disediakan secara mandiri baru ±10% dari total kebutuhan benih, hal ini disebabkan oleh masih sedikitnya jumlah penangkar benih yang ada sehingga untuk mrncukupi kebutuhan benih pada setiap musim tanam Dinas Pertanian setempat mendatangkan benih dari luar daerah melalui BUMN PT. SHS dan PT. Pertani berupa benih bantuan. Analisis Biaya Produksi Benih Analisis biaya produksi benih pada tabel 3 menunjukan bahwa harga gabah calon benih kering sekitar Rp 5,000/kg, sedangkan harga gabah untuk konsumsi Rp 4,000-Rp 4,500/kg. Harga benih kemasan yang dijual di toko pertanian Rp 10.000/kg, sedangkan dari petani penangkar Rp 8,000/kg Rp 9,000/kg. Hasil analisis biaya produksi benih padi di Provinsi Bangka Belitung layak untuk dikembangkan dalam sekala besar sehingga mampu menyediakan benih secara mandiri. Analisis biaya produksi benih padi di Provinsi Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel 4. 434 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Tabel 4. Analisis usahatani perbenihan padi di Provinsi Bangka Belitung Uraian Fisik Harga Satuan Rp. (000) Biaya Produksi a. Sarana Produksi 1. Benih 2. Pupuk - Urea - SP-36 - KCl 3. Pupuk Organik 4. Kapur 5. Pestisida b. Tenaga Kerja 1. Persiapan lahan 2. Pengolahan lahan 3. Penanaman 4. Pemupukan 5. Pemeliharaan 6. Panen 7. Prosesing 25 kg 200 kg 100 kg 100 kg 500 kg 1.000 kg 5 HOK 25 HOK 20 HOK 15 HOK 15 HOK 25 HOK 25 HOK 15 5,6 7 7,5 1,5 1 1.000 Nilai Rp. (000) 375 1.120 700 750 750 1.000 1.000 400 2.000 1.600 1.200 1.200 2.000 2.000 Jumlah Biaya 16.095 Penerimaan 3.000 kg 8 24.000 Keuntungan 7.905 R/C 1,40 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di 7 lokasi di Provinsi Bangka Belitung dapat disimpulkan bahwa ; (1). Kinerja kelembagaan perbenihan di Provinsi Bangka Belitung seperti BBU, BBI dan UPTD Perbenihan dan sistem perbenihan di Provinsi Bangka Belitung belum memenuhi standar, (2). Kinerja lembaga perbenihan yang ada saat ini belum mencerminkan sistem perbenihan yang mampu mengatur alur penyediaan dan distribusi benih kepada petani, dan (3). Masih lemahnya sinergitas lembaga perbeinihan, hal ini dapat dilihat bahwa kebutuhan benih di Bangka Belitung 91,14% berasal dari luar daerah melalui BLBU, (4) Perlu dilakukan revitalisasi lembaga perbenihan di tingkat Provinsi dan Kabupaten dengan fokus pada penguatan ; tupoksi, status kelembagan, SDM, pembiayaan, infrastruktur dan dukungan sarana prasarana. Daftar Pustaka Ahmadi, Sugito, D. Rusrawan, Feriadi, Sutiman dan Muspitawati. 2012. Laporan Pendampingan SL-PTT Padi tahun 2012 di Kepulauan Bangka Belitung. Anwar, A. 2005. Model dan Sistem Perbenihan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Akselerasi Pembangunan Pertanian Melalui Penguatan Sistem Perbenihan 25-26 November 2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. Badan Penel;itian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum UPBS. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Daradjat, A.A., Agus S., A.K. Makarim, A. Hasanuddin. 2008. Padi Inovasi Teknologi Produksi. Buku 2. LIPI Press. Jakarta. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 435
Kelly, A.F.1989. seed Planning and Policy for Agricultural Production: The roles of goverment and private enterprise in supply ang distribution. Belhaven Press, London. Nugraha, U.S, dan B. Sayaka. 2004. Industri dan Kelembagaan Perbenihan Padi. Dalam Kasryno, F. dkk. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Rusmawan D., Ahmadi dan Muspitawati, 2013. Laporan Hasil Pengkajian Mipping Lembaga Perbenihan Padi di Provinsi Bangka Belitung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Kementerian Pertanian. Religius H, Syamsudin, dan Hata M, 2014. Sistem Perbenihan Padi di Sulawesi Barat. Agrovos Vol. 16 No.1. hal 61-71. Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki SE, Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari, IP Wardana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang Jawa Barat. Wahyuni, S. 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Makalah disampaikan dalam Workshop Evaluasi Kegiatan Pendampingan SL-PTT 2001 dan Koordinasi UPBS 2012 tanggal 28-29 November 2011. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 436 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian