PEMBENTUKAN PENANGKARAN BENIH UNTUK PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH VARIETAS JAGUNG NASIONAL

Transkripsi

1 PEMBENTUKAN PENANGKARAN BENIH UNTUK PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH VARIETAS JAGUNG NASIONAL Margaretha S.L. dan Sania Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Penelitian ini dilaksanakan pada Kelompok Tani Bina Mandiri, Desa Labuan Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah, bekerjasama dengan BPTP Sulteng, Diperta Kabupaten Donggala dan PPL Desa Labuan Bajo dan Toposan. Penanaman dilakukan pada tanggal 3 Maret dengan menggunakan varietas Srikandi Kuning-1 dan panen pada tanggal 25 Juni 2007, sedang benih varietas Sukmaraga ditanam pada tanggal 28 Desember 2007 dan panen pada tanggal 23 April Penangkaran benih diawali dengan kelas benih dasar (BD) bersumber dari Balitsereal untuk menghasilkan benih pokok (BP), dengan demikian benih pokok yang dihasilkan bisa dikembangkan lagi menjadi benih sebar (BS) oleh kelompok penangkaran tersebut dengan binaan dari peneliti Balitsereal sehingga perbaikan teknologi dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kemudian disosialisasikan ke kelompok lain. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak pembentukan penangkaran benih terhadap distribusi benih varietas jagung unggul nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan varietas Srikandi Kuning-1 dan Sukmaraga serta teknologi budidaya jagung yang benar, dapat meningkatkan produktivitas jagung sebesar 94% di Kabupaten Donggala dan 111% di Provinsi Sulawesi Tengah. Dari 5,2 t/ha produksi varietas Srikandi Kuning-1, 4 t/ha digunakan untuk benih dengan harga jual Rp 4.500/kg dan sisanya 1,2 t/ha digunakan untuk konsumsi dengan harga jual Rp 1.350/kg dengan keuntungan Rp /ha dari biaya produksi sebesar Rp 1.082/kg benih. Produksi Sukmaraga 5,5 t/ha digunakan untuk benih 1,2 t/ha dan konsumsi 4,3 t/ha dengan keuntungan Rp /ha dari biaya Rp 2.132/kg benih. Walau berbeda dari segi keuntungan yang diperoleh, namun ke dua varietas ini layak diusahakana di Provinsi Sulawesi Tengah karena memiliki nilai R/C rasio >1 (2,71 dan 4,53). Benih Varietas Srikandi Kuning-1 yang dihasilkan, telah didistribusikan ke kelompok tani sekitar wilayah produksi yaitu Kecamatan Labuan 300 kg, Kecamatan Togare 150 kg, Kecamatan Sirenja 175 kg, Malonas 120 kg. Petani Samsu 80 kg dan sisanya ke Diperta Kabupaten Donggala. Benih Varietas Sukmaraga telah didistribusikan ke Toli-toli 600 kg, dan sisanya ke kecamatan sekitarnya, dengan demikian penyebaran varietas dapat berlangsung cepat dan jalur pemasaran benih dapat diperpendek. Kata Kunci : Benih, distribusi benih, pendapatan, produksi, varietas unggul baru (VUB) PENDAHULUAN Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan 38 varietas bersari bebas dan 14 varietas hibrida sampai pada tahun Pangsa varietas unggul jagung yang telah ditanam petani di Indonesia pada tahun 2002 baru mencapai 75%, terdiri dari 48% varietas bersari bebas dan 27% varietas hibrida (Nugraha dan Subandi), tahun 2005 penggunaan benih hibrida telah mencapai 30% ( namun demikian masih banyak petani yang menggunakan benih dari hasil panen musim tanam 501

2 sebelumnya dengan alas an harga benih mahal. Harga benih pada tahun 2005 Rp /kg, (Margaretha et al. 2005; Saenong et al 2003 dan 2004), sedang penggunaan varietas bersari bebas sebagian besar meregenerasi benih sampai bertahun-tahun tanpa manajemen produksi yang betul. Sudah ada berbagai kelompok penangkar benih jagung di pedesaan, namun teknik penangkarannya masih dilakukan sebagaimana cara memproduksi jagung konsumsi. Berbagai jenis varietas termasuk varietas lokal berada pada kawasan penangkaran tanpa mengetahui peranana isolasi waktu atau jarak dan tidak melakukan roughing, sehingga kualitas genetik cenderung menurun. Sampel benih tidak lulus karena terdapat campuran varietas lain yang jumlahnya melebihi standard yang telah ditetapkan. Fakta juga menunjukkan bahwa kegagalan utama penangkar dalam memperoleh label di BPSP karena tidak memenuhi persyaratan kadar air, sehingga dalam pembinaan penangkaran benih perlu pemberdayaan prosesing benih (terutama cara pengeringan) agar diperoleh benih yang berkualitas, selain sortasi, cara pengemasan dan penyimpanan benih. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak pembentukan penangkaran benih terhadap distribusi benih varietas jagung unggul nasional BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan oleh kelompok tani Bina Mandiri dan Mekar Bersama, Desa Labuan Toposo, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, bekerjasama dengan BPTP Sulteng, Dinas Pertanian Kabupaten Donggala dan PPL Desa Labuan Toposo yang juga sebagai pelaksana klinik pertanian di desa tersebut. Penelitian ini terdiri dari 2 unit yaitu unit teknis dengan menanam jagung pada lokasi petani dan unit sosial ekonomi dengan melakukan wawancara petani terhadap hasil jagung yang diperoleh serta pendistribusiannnya yang dilaksanakan selama 2 tahun yaitu tahun 2007, tanam tanggal 3 Maret 2007 dan panen tanggal 25 Juni Varietas yang digunakan varietas Srikandi Kuning-1, sedang pada tahun 2008, menggunakan varietas Sukmaraga. Tanam tanggal 28 Desember 2007 dan panen tanggal 23 April Data sekunder dikumpulkan melalui Desk Study untuk mereview sistem perbenihan jagung, baik di tingkat propinsi dan kabupaten. Data primer yang dikumpulkan meliputi data teknis dan sosial-ekonomi sebagai berikut jenis, jumlah dan harga input (benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja), jumlah dan harga output yang dihasilkan, jenis dan upah jasa yang digunakan (jasa pelabelan benih dan jasa sertifikasi benih), model penyaluran dan distribusi benih. Data yang terkumpul kemudian diinterpretasi berdasarkan analisis deskriftif dan analisis R/C ratio (Anonim 1987). HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Di Kabupaten Donggala, tanaman jagung menduduki peringkat ke 2 setelah padi dengan luas ha, sedang di Kecamatan Labuan hanya 326 ha. Luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten Donggala, dapat dilihat pada Tabel

3 Tabel 1. Luas tanam, panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten Donggala Tahun Laju pertumbuhan Daerah Penelitian Tahun (%/th) Kecamatan Labuan Luas Panen Produksi Produktivitas 2,35 3,55 51 Kabupaten Donggala Luas Panen Produksi Produktivitas 2,75 3,92 42 Provinsi Sulawesi tengah Luas Panen Produksi Produktivitas 2,53 3,58 41 Sumber: dan 2008 Dari Tabel 1, terlihat bahwa selama 4 tahun terakhir, terjadi peningkatan luas panen, produksi maupun produktivitas jagung dengan laju pertumbuhan %. Hal ini tidak terlepas dari penangkar-penangkar benih yang dapat memenuhi kebutuhan petani jagung secara 5 tepat: tepat waktu, varietas, jumlah, tanam, dan tepat harga. Salah satu penangkar benih Balitsereal yaitu Kelompok Bina Mekar Mandiri sejak tahun ini, telah mendistibusikan benih hasil tangkaran ke berbagai pengguna di dalam kabupaten maupun di luar kabupaten, terutama bagi petani jagung di sekitarnya. Distribusi Benih Sistem distribusi benih jagung sebelum tahun 2004: Balitsereal mengirim benih penjenis (BS) ke Direktorat perbenihan, lalu didistribusikan ke BBI di setiap provinsi. Dari BBI kemudian diregenerasi menjadi benih dasar (BD), kemudian diperbanyak menjadi benih pokok (BP) di BBU sebelum didistribusikan ke penangkar. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar

4 BALITSEREAL (KELAS BENIH PENJENIS/BS) DIREKTORAT PERBENIHAN DI JAKARTA/PUSAT BALAI BENIH INDUK, DITIAP-TIAP PROPINSI BALAI BENIH UTAMA, DI SETIAP KABUPATEN PENANGKAR BENIH DI TINGKAT KECAMATAN PETANI/PENGGUNA Gambar 1. Sistem distribusi perbenihan di Indonesia, 2004 (Sumber: Margaretha dkk, 2004) Dari Gambar 1, terlihat sistem perbenihan yang sangat panjang dimana jika musim tanam tiba, benih belum/tidak sampai ditempat sehingga petani menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya, bahkan kasus di Sulsel, ada petani yang masih menggunakan benih tahun 90an tanpa ada upaya meregenerasi, dengan demikan produksi yang dicapaipun tidak maksimum (Margaretha et al. 2004) Perbaikan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi juga dilakukan, kemudian disosialisasikan ke kelompok tani. Agar benih yang akan diproduksi dapat berkembang lebih luas, penangkaran benih diawali dengan kelas benih dasar (BD) untuk menghasilkan kelas benih pokok (BP). Dengan demikian benih pokok yang dihasilkan masih bisa dikembangkan lagi menjadi kelas benih sebar (BR) oleh kelompok penangkar tersebut atau kelompok penangkar lainnya pada musim tanam berikutnya. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada Gambar

5 DIREKTORAT PERBENIHAN BBI BALITSEREAL PENANGKAR BENIH KELAS BENIH SEBAR/BR BBU BPSB DIPERTA PETANI/PENGGUNA Gambar 2. Sistem distribusi benih yang di perbaharui Gambar 2 menunjukkan jalur pendistribusian benih yang diperpendek. Benih dari Balitsereal tidak lagi dikirim ke Direktorat Perbenihan di Pusat/Jakarta, tetapi langsung ke Penangkaran Benih. Namun, di dalamnya terjadi kerjasama dengan instansi terkait. BBI dan BBU sebagai perwakilan dari Direktorat Perbenihan yang berdomisili di Provinsi dan Kabupaten, Diperta sebagai wakil dari pemerintahan setempat dan BPSP sebagai aparat permerintahan yang mengeluarkan label dan sertifikasi benih, tanda kelayakan/persyaratan suatu benih. Analisis Usahatani Penangkar Benih Balitsereal bekerjasama dengan instansi terkait seperti pada Gambar 2, telah melakukan penangkaran benih varietas unggul baru Srikandi Kuning-1 pada Tahun 2007 dan Varietas Sukmaraga pada Tahun 2008 di Desa Labuan Toposo, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Hasil yang dicapai petani yang menanam varietas Sukmaraga 5,5 t/ha (kadar air 11%) dari luasan 1 hektar. Hasil ini sebanding dengan hasil total biji yang diperoleh petani yang menanam varietas Srikandi Kuning-1 pada tahun 2007 yaitu 5,2 t/ha. Adapun analisis usahataninya, dapat dilihat pada Tabel

6 Tabel 2. Produksi, biaya, keuntungan dan nilai R/C ratio pada usahatani penangkar benih di Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah, Var. Srikandi Kuning Var. Sukmaraga Rata-rata Keterangan ( 2007) (2008) Kg/l Rp Kg/l Rp Kg/l Rp Produksi Benih Konsumsi Jumlah Biaya Produksi Benih Urea SP KCl Plant Catalist , Ponska Herbisida Karung Benih Karung Plastik Jumlah Upah Tenaga Kerja Olah Tanah Traktor (TOT) Penanaman Pemupukan Penyiangan Pemb. H/P Pengairan Pengangkutan Pengeringan Sortasi Jumlah Biaya lainnya (10%) TOTAL Keuntungan Biaya/kg biji R/C Ratio 4,15 2,97 3,61 Sumber: data primer, Dari Tabel 2 terlihat bahwa keuntungan yang diperoleh dalam usaha penangkaran jagung sangat besar yakni berkisar antara Rp /ha - Rp /ha, dengan harga jual benih (kelas benih sebar/br) Rp /kg Rp 4.500/kg sedang harga konsumsi hanya Rp /kg Rp 1.750/kg. Besarnya keuntungan yang diperoleh 506

7 merupakan salah satu peluang bagi pengembangan penangkaran jagung karena sangat efisien (R/C>1) dengan biaya produksi yang murah yakni Rp 717/kg biji Rp 909/kg biji. Sosialisasi Percepatan Distribusi Benih Benih yang dihasilkan kelompok tani Bina Mandiri dan Mekar Bersama bekerjasama dengan Balitsereal, Diperta, BBI-BBU, BPSB di Desa Labuan dibeli kembali oleh Diperta sehingga proses pelabelan tidak diketahui oleh petani. Namun, pengemasan dilakukan oleh petani dengan menggunakan plastik untuk benih ukuran 5 kg, yang selanjutnya dibeli oleh Diperta dengan harga Rp /kg, tanpa diketahui harga dan margin harga di setiap segmen pasar. Pada tahun 2007, dari 5,52 t/ha produksi benih varietas Srikandi Kuning-1, 4 t/ha dengan harga Rp 4.500/kg dan 1,2 t/ha dijual untuk konsumsi dengan harga Rp 1.350/kg. Benih Srikandi Kuning-1 yang dihasilkan telah didistribusikan ke kelompok tani sekitar wilayah produksi yaitu Kecamatan Labuan 300 kg, Kecamatan Togare 150 kg, Kecamatan Sirenja 120 kg, Petani Samsu 80 kg, dan sisanya ke Diperta Kabupaten Donggala Pada tahun 2008, benih varietas Sukmaraga dihasilkan 1,2 t/ha dan telah tersalurkan ke Dinas Kab. Donggala 550 kg, ke Toli-Toli 600 kg dan sisanya ke kecamatan sekitarnya dengan harga Rp 3.500,-/kg. Sisa produksi yang tidak terjual sejumlah 4,3 ton dijual sebagai konsumsi harga Rp.1.750/kg, dengan pertimbangan benih akan rusak jika disimpan lebih lama mengingat panenan jatuh pada musim hujan dan hanya dikeringkan dengan sinar matahari. Dari uraian di atas terlihat bahwa hasil benih tangkaran terdistribusi dengan cepat ke berbagai daerah/instansi sebab dengan adanya penangkaran benih pada suatu daerah, secara tidak langsung terjadi proses sosialisasi suatu produk/teknologi baru dan petani memperoleh benih dengan 5 T (tepat jumlah, tepat waktu, tepat mutu, tepat lokasi dan tepat harga). KESIMPULAN Produktivitas jagung di Provinsi Sulawesi Tengah masih rendah yakni 2,53 t/ha Provinsi Sulawesi Tengah berpeluang membentuk penangkaran benih jagung karena memiliki daerah seperti Desa Labuan Toposo yang dikelilingi pertanaman padi sehingga mudah dilakukan isolasi jarak dan waktu untuk menjaga kemurnian benih jagung, produksi hasil yang dicapai tinggi (5,2 t/ha - 5,5 t/ha) dan secara sosial ekonomi menguntungkan karena memiliki nilai R/C >1 (3,61). Kerjasama antar instansi yang baik dalam suatu mata rantai perbenihan, memperpendek rantai pendistribusian benih, sehingga pada musim tanam tiba, petani telah memperoleh benih dengan 5 T (tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu, tepat lokasi, dan harga) Penangkaran benih di tingkat kecamatan, mempercepat proses sosialisasi adanya suatu varietas unggul yang baru. 507

8 DAFTAR PUSTAKA Anonim Latihan Penelitian Sosial Ekonomi dan Pola Usahatani. Nusa Tenggara Agricultural Support Project. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan Agricultural Economics Departement International Rice Research Institute. BPS Kabupaten Donggala Kabupaten Donggala Dalam Angka Margaretha SL, Rahmawati, Saenong S Dampak Penggunaan Benih Unggul terhadap Pendapatan Petani Jagung. Seminar Nasional BPTP Papua-Jayapura. 5-6 Oktober 2004 Margaretha, SL., Suband, Sania S. dan Zubachtiroddin Potensi dan upaya peningkatan hasil jagung pada lahan kering beriklim kering di kabupaten Lombok Timur. Prosiding Seminar Nasional dan Ekspose Hasil Penelitian Akseleras Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi Menuju Pertanian Berkelanjutan, tanggal Juli di Kendari Sultra. Nugraha, U.S. dan Subandi Perkembangan teknologi budi daya dan industri benih. Diskusi Nasional Agribisnis Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Deptan, Bogor, 24 Juni RIMOC Description of improvement maize varieties. AARD. RIMOC. Saenong S., Syafruddin, N. Widiyati dan R. Arief Penetapan cara pendugaan daya simpan benih jagung. Teknologi Unggulan, Pemacu Pembangunan Pertanian Vol. 2, Januari Badan Litbang Pertanian. Saenong,S., Margaretha, J. Tandiabang, Syafruddin, R. Arief, Y. Sinuseng dan Rahmawati Sistem Perbenihan untuk mendukung Penyebarluasan Varietas Jagung Unggul Nasional. Laporan Tengah Tahun. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Saenong, S., Margaretha SL, dan Rahmawati, Persepsi Petani terhadap Mutu Benih Jagung. Studi Kasus Propinsi Gorontalo. Seminar Nasional IX Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi Mendukung Program Celebes Corn Belt. Kerjasama Pemerintah Propinsi Gorontalo. Universitas Gorontalo dan Forum Komunikasi Olah Tanah Konservasi. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Gorontalo 6-7 Oktober Subandi, I. Manwan, and A. Blumenchein National Coordinated Research Program: Corn Central Research Institute for Food Crops. Bogor dan