PSAK NO. 30 AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA BAB I : PENDAHULUAN. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Gerson Philipi Rianto F

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :


BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada prinsipnya setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PT. KRESNA GRAHA SEKURINDO

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

AKUNTANSI UNTUK LEASING

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

BAB II LANDASAN TEORI. tahun (1982:331) laba perusahaan adalah merupakan selisih antara

BAB II LANDASAN TEORI. 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)

LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian

METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan

BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING)

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING)

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 75

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan dan tujuan perusahaan

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

Analisis Akuntansi Leasing Pada PT. Puri Green Resources Pekanbaru

PT. Pan Pacific International Tbk dan Anak Perusahaan Neraca Konsolidasi Per 30 Juni 2010 dan 2009 (Dalam Rupiah)

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

Dosen Pembimbing : NINNASI MUTTAQIN,S.M.B,M.SM

EVALUASI ATAS KESESUAIAN PENYAJIAN PENDAPATAN TERHADAP PSAK NO. 30 Studi Kasus pada Perusahaan Leasing PT. Swardharma Indotama Finance

BAB III METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

Tabel 5.1. Daftar Jenis Kendaraan CV. METROPOLITAN HOME. Umur Manfaat. B. Perbandingan Perolehan Kendaraan melalui Pembelian Tunai, Kredit

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jasa

BAB I PENDAHULUAN. satu tahun periode kebelakang, memperlihatkan posisi finansial perusahaan, dan

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

AKUNTANSI UNTUK LEASING

MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007)

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

AKUNTANSI UNTUK LEASE (Accounting For Leases)

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang

Universitas Tarumanagara 19 September 2014

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA (LEASING) PADA PT. MAF & MCF BERDASARKAN PSAK NO 30 TAHUN 2012

BAB II LANDASAN TEORI. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui

TUGAS TEORI AKUNTANSI CHAPTER 13 LEASES

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR. Aprilianti. Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung.

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah )

BAB IV PEMBAHASAN. Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN ASET TETAP TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN

Ria C. Kombaitan, Penerapan PSAK No.30. PENERAPAN PSAK NO. 30 TENTANG PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA AKTIVA TETAP PADA PD. BANGUN BITUNG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pada khususnya, maka kebutuhan akan pendanaan menjadi hal yang utama bagi

Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG

PERUSAHAAN KONSTRUKSI & INFRASTUKTUR. Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI ANALISIS

ANALISIS PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN (BAB 1) ASTRIED P. ANALISIS PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI LEASING DAN PELAPORANNYA PADA PT. ASTRA SEDAYA FINANCE DI MANADO

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. a. Pengertian Lembaga Pembiayaan. Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan, Lembaga Pembiayaan adalah

AKUNTANSI INDUSTRI JILID 2 SMK. Ali Irfan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

BAB II BANK DAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN. Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perlakuan Akuntansi Transaksi Sewa Guna Usaha PT XYZ

Transkripsi:

PSAK NO. 30 AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA BAB I : PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan sewa guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indnesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian N. Kep-1221MK/2/1974, N. 321MISKI 2/1974 dan N. 30/Kpb/l/74 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang "Perijinan Usaha Leasing". Sejak saat itu dan khususnya sejak tahun 1980 Jumlah perusahaan sewa guna usaha dan transaksi sewa guna usaha makin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan barang-barang mdal dunia usaha. Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan (jint venture) bersama perusahaan swasta nasinal telah mampu memppulerkan peranan kegiatan sewa guna usaha sebagai alternatif pembiayaan barang mdal yang sangat dibutuhkan para pengusaha di Indnesia, disamping cara-cara pembiayaan knvensinal yang lazim dilakukan melalui perbankan. Perluasan cara-cara pembiayaan tersebut sejalan dengan definisi leasing atau sewa guna usaha sebagaimana dituangkan dalam pasal 1 SKB Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian tersebut diatas yang menyatakan: "Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang mdal untuk digunakan leh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (ptie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang mdal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama". Definisi tersebut tampaknya hanya menampung satu jenis sewa guna usaha yang lazim disebut finance lease atau sewa guna usaha pembiayaan. Namun demikian, dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan N. 1251/ KMK.013/1 988 tanggal 20 Desember 1988, jenis kegiatan sewa guna usaha telah diperluas sebagaimana tersirat dalam pasal 1 keputusan tersebut yang menampung definisi-definisi berikut ini: a. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Cmpany) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang mdal baik secara Finance lease maupun Operating lease untuk digunakan leh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. b. Finance lease adalah kegiatan Sewa Guna Usaha, di mana Penyewa Guna Usaha pada akhir masa kntrak mempunyai hak psi untuk membeli byek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. c. Operating lease adalah kegiatan Sewa Guna Usaha di mana Penyewa Guna Usaha tidak mempunyai hak psi untuk membeli byek sewa guna usaha. d. Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perrangan yang menggunakan barang mdal dengan pembiayaan dari pihak Perusahaan Sewa Guna Usaha (lessr). "

Ketentuan tersebut ternyata tidak banyak merubah pengertian dasar sewa guna usaha di Indnesia karena hanya membuka peluang bagi perusahaan sewa guna usaha untuk melakukan kegiatan usahanya dalam perating lease yang pada hakekatnya merupakan usaha sewa-menyewa biasa. Namun demikian, dengan terbukanya kemungkinan bagi perusahaan sewa guna usaha untuk memperluas bidang usahanya yang mencakup baik sewa guna usaha pembiayaan (finance lease) maupun sewamenyewa biasa (perating lease) maka dirasakan adanya kebutuhan yang mendesak untukmenyediakan standar akuntansi keuangan yang dapat digunakan sebagai pedman untuk mencatat dan melaprkan transaksi-transaksi sewa guna usaha sesuai dengan karakteristik serta ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan tersebut. Kebutuhan ini terutama lebih dirasakan pentingnya mengingat selama ini belum ada ketetapan tentang status hukum maupun perlakuan akuntansi yang jelas mengenai transaksi sewa guna usaha. Di samping itu, meskipun kegiatan sewa guna usaha di negara-negara maju relatif lebih dikenal dan berkembang, perlakuan akuntansi atas transaksi sewa guna usaha ternyata masih terbentur pada berbagai masalah pelik dan rumit yang senantiasa menjadi byek pertentangan. Masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan ini serta perkembangan akuntansi sewa guna usaha diikhtisarkan dalam Lampiran. Jenis Jenis Sewa Guna Usaha Jenis-jenis sewa guna usaha yang sudah dikenal secara umum, termasuk dua jenis sewa guna usaha yang telah ditampung dalam Keputusan Menteri Keuangan tersebut, adalah sebagai berikut: 2.1 Finance lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan) Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessr) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang mdal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang mdal yang dibutuhkan dan, atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barang mdal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang mdal yang menjadi byek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha, penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala di mana Jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value), kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perlehan barang mdal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha. 2.2. Operating lease {Sewa-Menyewa Biasa) Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang mdal dan selanjutnya disewagunausahakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease, Jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam perating lease tidak mencakup Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperleh barang mdal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan karena perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang mdal yang disewagunausahakan, atau melalui beberapa kntrak sewa guna usaha lainnya. Dalam sewa guna usaha jenis ini dibutuhkan keahlian khusus dari perusahaan sewa guna usaha untuk memelihara dan memasarkan kembali barang mdal yang disewagunausahakan sehingga, berbeda dengan finance lease, perusahaan sewa guna usaha dalam perating lease biasanya bertanggungjawab atas biayabiaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang mdal yang bersangkutan. 2.3 Sales-Type Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan) Sewa guna usaha jenis ini merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha secara langsung (direct finance lease) di mana dalam Jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan leh pabrikan atau

penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa guna usaha. Sewa guna usaha jenis ini seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi prduk perusahaan tertentu. 2.4 Leveraged Lease Transaksi sewa guna usaha jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak, yakni penyewa guna usaha, perusahaan sewa guna usaha dan kreditr jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi sewa guna usaha. Pelaksanaan Transaksi Sewa Guna Usaha Ditinjau dari teknis pelaksanaannya, transaksi sewa guna usaha dapat dilaksanakan sebagai berikut: 3.1 Sewa Guna Usaha Langsung (Direct Lease) Dalam transaksi jenis ini penyewa guna usaha belum pernah memiliki barang mdal yang menjadi byek sewa guna usaha sehingga atas permintaannya perusahaan sewa guna usaha membeli barang mdal tersebut. Tujuan utama penyewa guna usaha adalah mendapatkan pembiayaan melalui sewa guna usaha untuk memperleh barang mdal yang dapat digunakan dalam prses prduksi. 3.2 Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sale and Leaseback) Dalam transaksi ini, penyewa guna usaha terlebih dahulu menjual barang mdal yang sudah dimilikinya kepada perusahaan sewa guna usaha dan atas barang mdal yang sama ini kemudian dilakukan kntrak sewa guna usaha antara penyewa guna usaha (pemilik semula) dengan perusahaan sewa guna usaha. Sewa Guna Usaha Sindikasi (Syndicated Lease) Dalam sewa guna usaha sindikasi beberapa perusahaan sewa guna usaha secara bersama melakukan transaksi sewa guna usaha dengan satu penyewa guna usaha. Sewa guna usaha ini dilakukan karena nilai transaksi yang terlampau besar atau karena faktr-faktr lain. Salah satu perusahaan sewa guna usaha akan ditunjuk sebagai krdinatr sehingga penyewa guna usaha cukup berkmunikasi dengan perusahaan ini untuk melaksanakan segala sesuatu yang menyangkuttransaksi sewa guna usaha. Pelaksanaan transaksi ini dapat dilakukan baik melalui sewa guna usaha langsung maupun penjualan dan penyewaan kembali.

BAB II : STANDAR AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA Dasar Pertimbangan Menurut ketentuan dalam pasal 3 ayat (3) Keputusan Menteri Keuangan N. 1251 /KMK.013/1998 tanggal 20 Desember 1988 dinyatakan bahwa sepanjang perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atas barang mdal byek transaksi sewa guna usaha berada pada perusahaan sewa guna usaha. Dengan demikian, selama jangka waktu sewa guna usaha, hak milik (legal title) atas aktiva yang disewagunausahakan tetap berada pada perusahaan sewa guna usaha meskipun berdasarkan suatu perjanjian sewa guna usaha tanggung jawab atas penggunaan aktiva tersebut diserahkan kepada penyewa guna usaha. Terlepas dari ketentuan tersebut,/ditinjau dari aspek akuntansi, paragraf 35 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Lapran Keuangan menyatakan bahwa lapran keuangan lebih menekankan pada makna eknmi (ecnmic substance) dari suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (legal frm). Oleh karena itu, apabila suatu transaksi sewa guna usaha yang berdasarkan makna eknminya merupakan pemindahan dari seluruh manfaat serta resik yang melekat pada kepemilikan suatu aktiva, maka transaksi tersebut harus dipandang sebagai perlehan suatu aktiva dan terjadinya kewajiban (capital lease) bagi penyewa guna usaha, dan suatu penjualan atau pembiayaan (finance lease) bagi perusahaan sewa guna usaha. Sebaliknya apabila suatu transaksi sewa guna usaha yang berdasarkan makna eknminya tidak merupakan suatu pemindahan seluruh manfaat dan resik yang melekat pada kepemilikan aktiva tersebut, maka transaksi tersebut harus dipandang sebagai transaksi sewa menyewa biasa (perating lease) antara perusahaan sewa guna usaha dengan penyewa guna usaha. Tujuan Pernyataan ini dirumuskan berdasarkan beberapa alasan berikut ini: (a) Diperlukan ketegasan tentang perlakuan dan pelapran transaksi sewa guna usaha yang dapat mengungkapkan status aktiva yang disewagunausahakan baik bagi perusahaan sewa guna usaha maupun penyewa guna usaha. (b) Perlu adanya pedman tentang keseragaman perlakuan akuntansi transaksi sewa guna usaha sehingga data keuangan yang disajikan dalam lapran keuangan dapat dianalisis dan ditafsirkan dengan mudah leh semua pihak yang berkepentingan. (c) Dengan meluasnya transaksi sewa guna usaha di Indnesia setelah kebijakan deregulasi dan debirkratisasi, maka perlu diatur pengungkapan yang layak dalam standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai lapran keuangan.

Kriteria Pengelmpkan Transaksi Sewa Guna Usaha Berhubung dasar pertimbangan utama yang digunakan adalah asas makna eknmi, maka suatu transaksi sewa guna usaha akan dikelmpkkan sebagai capital lease bagi penyewa guna usaha atau finance lease bagi perusahaan sewa guna usaha apabila dipenuhi semua kriteria berikut ini: (a) (b) (c) Penyewa guna usaha memiliki hak psi untuk membeli aktiva yang disewagunausaha pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan leh penyewa guna usaha ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perlehan barang mdal yang disewa gunausaha serta bunganya, sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payut lease). Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun. Kalau salah satu kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi maka transaksi sewa guna usaha dikelmpkkan sebagai transaksi sewa menyewa biasa (perating lease). Perlakuan Akuntansi leh Perusahaan Sewa Guna Usaha (Lessr) 4.1 Finance lease 1. Penanaman net dalam aktiva yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai penanaman net sewa guna usaha. Jumlah penanaman net tersebut terdiri dari Jumlah piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga psi) yang akan diterima leh perusahaan sewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha dikurangi dengan pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease incme), dan simpanan jaminan (security depsit). 2. Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga psi) dengan harga perlehan aktiva yang disewagunausahakan diperlakukan sebagai pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease incme). 3. Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialkasikan secara knsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkala (peridic rate f return) atas penanaman net perusahaan sewa guna usaha. 4. Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang mdal kepada penyewa guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman net dalam sewa guna usaha pada saat penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian peride berjalan. 5. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi Sewa Guna Usaha harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan peride berjalan. 4. 2 Operating lease 1. Barang mdal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga perlehan. 2. Pembayaran sewa guna usaha (lease payments) selama tahun berjalan yang diperleh dari penyewa guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metde garis lurus sepanjang masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam Jumlah yang tidak sama setiap peride. 3. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan harus dilakukan dalam Jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya. 4. Kalau aktiva yang disewagunausahakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan.

Perlakuan Akuntansi leh Penyewa Guna Usaha (Lessee) 5.1 Capital Lease 1. Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga psi) yang harus dibayar leh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha dialkasikan dan dicatat sebagai angsuran pkk kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha. 2. Tingkat disknt yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan leh perusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha. 3. Aktiva yang disewagunausaha harus diamrtisasi dalam Jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya. 4. Kalau aktiva yang disewagunausaha dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan. 5. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha. 6. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and leaseback) maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Amrtisasi atas keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara prprsinal dengan biaya amrtisasi aktiva yang disewagunausaha apabila leaseback merupakan capital lease atau secara prprsinal dengan biaya sewa apabila leaseback merupakan perating lease. 5. 2 Sewa Menyewa Biasa (Operating lease) Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan metde garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam Jumlah yang tidak sama setiap peride.

Pelapran dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha leh Perusahaan Sewa Guna Usaha 6.1 Finance lease 1. Aktiva dilaprkan berdasarkan urutan likuiditasnya, kewajiban dilaprkan berdasarkan urutan jatuh tempnya tanpa mengelmpkkan ke dalam unsur lancar dan tidak lancar (unclassified balance sheet). 2. Penanaman net dalam aktiva yang disewagunausahakan harus dilaprkan dalam neraca dengan rincian sebagai berikut: Piutang Sewa Guna Usaha Nilai Sisa Yang Terjamin - Pendapatan Sewa Guna Usaha Yang Belum Diakui- Simpanan Jaminan - Penanaman Nett Sewa Guna Usaha Penyisihan Piutang Sewa Guna Usaha yang Diragukan Jumlah Penanaman Net Rp xxxxx xxxxx (xxxxx) (xxxxx) -------------- Rp xxxxx (xxxxx) -------------- Rp xxxxx ======= 3. Lapran laba rugi disajikan sedemikian rupa sehingga seluruh pendapatan dilaprkan dalam kelmpk yang terpisah dari kelmpk biaya (single step). Pendapatan sewa guna usaha harus dilaprkan sebagai kmpnen utama dalam kelmpk Pendapatan. 4. Jumlah penanaman net dan pendapatan sewa guna usaha dalam sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases harus dilaprkan leh masing-masing pihak secara prpsinal sesuai dengan penyertaannya. 5. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas lapran keuangan mengenai halhal sebagai berikut: Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya. Sifat dari simpanan jaminan yang merupakan kewajiban perusahaan sewa guna usaha kepada penyewa guna usaha. Piutang sewa guna usaha yang dijaminkan kepada pihak ketiga. Sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases.

6. 2 Operating lease 1. Barang mdal yang disewagunausahakan dilaprkan berdasarkan harga perlehan setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. 2. Aktiva yang disewagunausahakan dilaprkan secara terpisah dari aktiva tetap yang tidak disewagunausahakan. 3. Perhitungan rugi laba harus disusun sedemikian rupa sehingga seluruh pendapatan dilaprkan dalam kelmpk yang terpisah dari kelmpk biaya (singlestep). Pendapatan sewa guna usaha harus dilaprkan sebagai kmpnen utama dalam kelmpk pendapatan. 4. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan dilaprkan secara terpisah dari penyusutan aktiva yang tidak disewagunausahakan. 5. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas lapran keuangan mengenai halhal sebagai berikut: Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya. Sifat dari simpanan jaminan (jika ada) Aktiva yang disewagunausahakan yang dijaminkan kepada pihak ketiga. Sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases. Pelapran dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha leh Penyewa Guna Usaha 7.1 Capital Lease 1. Aktiva yang disewagunausaha dilaprkan sebagai bagian aktiva tetap dalam kelmpk tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya. 2. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas lapran keuangan mengenai halhal sebagai berikut: Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dibayar paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amrtisasinya sehubungan dengan transaksi sale and leaseback. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha (majr cvenants).

7.2 Operating lease Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas lapran keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut: Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan yang dibebankan sebagai biaya sewa. Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amrtisasinya sehubungan dengan transaksi sale and leaseback. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha (majr cvenants). TANGGAL EFEKTIF Pernyataan ini berlaku untuk transaksi sewa guna usaha yang dilakukan selambat-lambatnya mulai tanggal 1 Januari 1991. Namun demikian penerapan lebih dini dianjurkan. Transaksi sewa guna usaha yang telah dilakukan sebelum tanggal 1 Januari 199 1, perlakuannya harus mengacu pada pernyataan ini mulai tanggal 1 Januari 199 1~ tanpa perlu melakukan pernyataan kembali (restatement) terhadap lapran keuangan yang telah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya.