BAB IV PEMBAHASAN. Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga Penerimaan kerjasama produksi dan penyiaran dengan pihak ketiga merupakan penerimaan yang diperoleh dari jasa penayangan program kerjasama dengan pihak ketiga yang didasari Perjanjian Kerja Sama. IV.1.1 Pengakuan LPP TVRI mencatat penerimaan dari kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga dengan metode accrual basis yaitu metode dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Kriteria pengakuan pendapatan seperti dalam PSAK 23 paragraf 19 yaitu pada saat hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal yaitu apabila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi akan diperoleh perusahaan dan apabila jumlah pendapatan, tingkat penyelesaian transaksi pada tanggal neraca, dan biaya yang terjadi untuk transaksi dan utuk menyelesaikan transaksi dapat diukur dengan andal. Selain itu, pada paragraf 22 juga dikatakan bahwa perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan tersebut mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam suatu transaksi : 69

2 1. Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak-pihak tersebut; 2. imbalan yang harus dipertukarkan; dan 3. cara dan persyaratan penyelesaian. Dengan melihat kriteria pengakuan ini, maka pendapatan TVRI untuk transaksi yang ada pada bab III benar untuk diakui pada tanggal 15 November 2010 dimana invoice, faktur pajak, dan rencana jadwal penayangan telah diterima dan disetujui oleh bagian Keuangan dan jasa dari TVRI telah diberikan kepada mitra. Pada tanggal 15 Nomvember, TVRI sudah dapat mengestimasi dengan andal hasil dari transaksi kerjasama produksi dan penyiaran dengan pihak ketiga ini karena TVRI telah mencapai kesepakatan dengan mitra yang dituangkan dalam perjanjian yaitu Perjanjian Kerja Sama / Media Order / BA Negosiasi, dimana dalam perjanjian tersebut terdapat rincian mengenai : hak masing-masing pihak yang saling bekerja sama; imbalan yang dipertukarkan; cara dan persyaratan penyelesaian; dan jumlah yang harus dibayarkan. Dalam lampirannya juga terdapat : rencana jadwal penayangan yang telah disetujui; dan rencana biaya produksi. Untuk penerimaan dari kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga, penerapan pengakuan pendapatannya tidak konsisten untuk setiap transaksi-transaksinya. Pada contoh yang diberikan, TVRI telah memenuhi semua kriteria atau kondisi 70

3 pengakuan untuk mengakui pendapatan menurut Kieso (2011:517) yaitu adanya bukti persuasif dari suatu perjanjian, penyerahan telah terjadi atau jasa telah diberikan, harga penjual kepada pembeli adalah tetap atau dapat ditentukan, dan ketertagihan dapat dipastikan dengan layak. Namun pada kenyataannya, pengakuan pendapatan transaksi kerjasama dengan pihak ketiga yang lainnya terkadang tidak benar atau tidak sesuai karena pendapatan telah diakui pada saat belum ada jasa yang diberikan atau pendapatan telah diakui secara penuh padahal jasa belum diberikan secara penuh. Dengan demikian, karena pengakuan pendapatan pada TVRI tidak diterapkan secara konsisten pada masing-masing transaksi untuk penerimaan dari kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga, maka pengakuan pendapatan belum sesuai dengan PSAK 23. Seharusnya TVRI mengakui pendapatan berdasarkan atas jasa yang telah diberikan dan bukan berdasarkan atas diterbitkannya dan diterimanya invoice, faktur pajak, dan bukti tayang di bagian keuangan. Hal ini dikarenakan waktu penerimaan bukti-bukti atau dokumen-dokumen pendukung tersebut sering tidak mencerminkan tingkat jasa yang telah diberikan oleh TVRI kepada pihak ketiga atau mitra yang bekerja sama. Masalah lain yang ditemukan penulis adalah dalam penyajian saat penjurnalan dimana penggunaan nama perkiraan (akun/rekening) di LPP TVRI belum konsisten. Pada sistem, nama perkiraan untuk piutang kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga adalah Piutang Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan nomor akun sedangkan pada jurnal voucher nama perkiraan untuk piutang ini adalah Piutang Kerjasama Pihak III dengan kode akun Kejadian serupa juga terjadi untuk nama perkiraan untuk pendapatan dimana pada sistem adalah Penerimaan Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga dengan nomor akun 71

4 sedangkan pada jurnal voucher nama perkiraan yang digunakan adalah Pendapatan Kerjasama Pihak III dengan kode akun Nama perkiraan pada jurnal voucher ini tidak ada pada nama perkiraan pada sistem sehingga akan menimbulkan resiko kesalahan penjurnalan. Jurnal untuk transaksi sudah benar tapi jurnal dengan nama perkiraan yang tepat yang sesuai dengan sistem yang seharusnya digunakan untuk pengakuan pendapatan dari transaksi ini adalah sebagai berikut : Jurnal untuk pengakuan pendapatan pada tanggal 15 November 2010: Piutang kerjasama pihak III Rp Pendapatan kerjasama pihak III Rp PPn Rp Pada saat pelunasan piutang, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Kas/Bank Rp PPn Rp Piutang Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran Rp Jurnal pada saat pelunasan piutang ini salah. Hal ini karena TVRI masih mendebit akun pajak untuk pelunasannya padahal seharusnya pajak tersebut tidak perlu dilakukan penjurnalan lagi karena pajak tersebut pada akhirnya akan diserahkan kepada negara. Dengan adanya penjurnalan lagi, dimana terletak di debit, untuk pajak maka TVRI telah menolkan nilai pajak tersebut. Jurnal yang seharusnya untuk pelunasan adalah sebagai berikut : Kas Rp Piutang Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran Rp

5 Penerapan penjurnalan tidak sama untuk semua transaksi walaupun dalam jenis atau sumber yang sama. Untuk transaksi kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga, tidak semua jurnal pelunasannya salah. Jurnal pelunasan untuk transaksi ini terkadang didebit lagi pajaknya tapi terkadang tidak. Oleh karena itu, penjurnalan untuk TVRI tidak benar karena tidak konsisten untuk setiap transaksi dari satu sumber yang sama. Metode untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa khususnya tingkat penyelesaian untuk transaksi penerimaan kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga adalah dengan survei pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan sebuah catatan yang disebut bukti siar atau bukti tayang. Hal ini sesuai dengan aturan pada PSAK No 23 paragraf 23. Salah satu faktor yang mempengaruhi jurnal pengakuan pendapatan adalah cara pembayaran yang disetujui mitra pada saat perjanjian. Cara pembayaran akan mempengaruhi karena apabila mitra setuju untuk melakukan pembayaran dimuka maka aktiva akan naik begitu juga dengan kewajiban sehingga perusahaan akan menjurnal kas pada debit dan pendapatan diterima dimuka pada kredit. Tetapi, bila mitra melakukan pembayaran dibelakang atau setelah jasa diterima, maka perusahaan akan menjurnal piutang di debit dan pendapatan di kredit karena perusahaan sudah menyerahkan jasa yang berarti perusahaan sudah mempunyai hak untuk menagih sejumlah uang dari mitra yang bekerja sama dan perusahaan sudah mendapatkan pendapatan. Hal inilah yang menjadi salah satu kendala untuk proses pendapatan di LPP TVRI. Ada perjanjianperjanjian yang cara pembayaran tidak sesuai antara yang disepakati dalam perjanjian dengan yang terjadi sebenarnya. Maka pada saat perjanjian, penting untuk meyakinkan lagi pada mitra mengenai cara pembayarannya. Jika memang karena satu dan lain hal 73

6 yang signifikan mitra harus mengubah cara pembayarannya, dimana isi perjanjian tidak dapat dirubah, maka informasi ini harus disampaikan kepada bagian Keuangan sehingga pada saat pencatatan atau penjurnalan pendapatan tidak terjadi kesalahan. Pada contoh transaksi di atas, cara pembayaran adalah dibelakang maka jurnalnya adalah piutang pada pendapatan. Hal-hal seperti ini memang terlihat kecil dan tidak signifikan untuk diperhatikan, tetapi menurut penulis, hal-hal seperti ini bila dibiarkan akan membawa dampak yang besar bagi proses penjurnalan trasaksi karena bisa saja terjadi kesalahan pencatatan atas suatu akun yang mempunyai nilai yang signifikan dan pada akhirnya akan mempengaruhi akun-akun lainnya dan pelaporan keuangan. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi pengambilan keputusan manajemen. Menurut penulis, seharusnya TVRI memperbaharui kode akun pada sistem. Selain itu, Account Executive (AE) yang berada di direktorat Pengembangan Usaha yang bertugas mengkaji dan mengevaluasi proposal program acara, serta menerima, mencatat dan merespon penawaran atau pemesanan penyiaran, dalam pembuatan perjanjian menegaskan tentang cara pembayaran yang harus ditaati mitra, dan juga memberikan informasi tambahan apabila ada perubahan tentang perjanjian yang sudah dibuat sehingga pencatatannya bisa disesuaikan. IV.1.2 Pengukuran Berdasarkan penelitian penulis, pengukuran yang digunakan oleh TVRI untuk menentukan jumlah pendapatan adalah pengukuran dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima yang ditentukan dalam persetujuan antara TVRI dengan mitra yang melakukan kerjasama. Apabila TVRI memberikan diskon maka nilai wajar 74

7 yang diterima atau dapat diterima ini dikurangi dengan diskon yang diberikan tersebut sehingga menghasilkan jumlah yang disetujui bersama. Oleh karena itu, pengukuran yang digunakan TVRI sudah sesuai dengan PSAK No 23 paragraf 9. Untuk pajak, TVRI langsung memisahkan jumlah untuk pajak dalam nama perkiraan tersendiri sehingga pendapatan yang diterima TVRI tidak termasuk dengan pajak yang nantinya akan dibayar kepada negara. Untuk pemisahan atas pajak ini, TVRI telah sesuai pelaksanaannya dengan PSAK No 23 paragraf 7. Apabila terjadi perbedaan antara pendapatan yang diterima dengan beban yang dikeluarkan untuk transaksi kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga dimana pendapatan lebih besar daripada beban maka akan diakui sebagai laba kotor yang disajikan pada laporan laba rugi. LPP TVRI menerapkan perhitungan berdasarkan Instruksi Direktur Keuangan nomor 002/Instr/I.2/III/2004 tanggal 30 Maret 2004 mengenai kebijakan Perhitungan Penyisihan Piutang untuk penyisihan piutang ragu-ragu. Penghapusan piutang tak tertagih dilakukan apabila ada persetujuan dari pimpinan. IV.1.3 Pengungkapan Untuk pengungkapan, sesuai dengan PSAK 23 paragraf 34 (a) yaitu perusahaan harus mengungkapkan kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengukuran pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa, yang ada dalam paragraf 23, TVRI hanya mengungkapkan tentang metode pengakuan pendapatan yang menggunakan metode dasar akrual pada catatan atas laporan keuangan bagian ikhtisar kebijakan akuntansi. Metode untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa khususnya tingkat penyelesaian untuk transaksi 75

8 penerimaan kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga tidak disebutkan. Oleh karena itu, pengungkapan TVRI belum sepenuhnya memenuhi aturan dalam PSAK 23. Seharusnya TVRI juga mengungkapkan tentang metode untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa khususnya tingkat penyelesaian untuk transaksi penerimaan kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga yaitu dengan rencana jadwal penayangan yang disebut bukti tayang atau bukti siar pada catatan atas laporan keuangan sehingga sesuai dengan PSAK 23 paragraf 34 (a). Penyajian pendapatan khususnya penerimaan dari kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga telah berada pada tempat yang benar yaitu pada bagian penerimaan operasional. Apabila terdapat piutang ragu-ragu, TVRI akan mengakuinya sebagai beban penyisihan piutang ragu-ragu pada laporan laba rugi. Beban ini dimasukkan ke dalam biaya umum. Biaya untuk pelaksanaan kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga dimasukkan ke dalam biaya operasional. IV.2 Iklan Penerimaan iklan merupakan kerjasama penayangan iklan atau iklan layanan masyarakat oleh rumah produksi, instansi Pemerintah, Bada Usaha Milik Negara atau produk iklan yang bersangkutan dengan TVRI dengan Perjanjian Kerja Sama. IV.2.1 Pengakuan LPP TVRI mencatat penerimaan dari iklan dengan metode accrual basis yaitu metode dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan 76

9 dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Dengan melihat kriteria pengakuan pendapatan seperti dalam PSAK 23 paragraf 19 dan paragraf 22, maka TVRI dapat mengakui adanya pendapatan pada tanggal 16 November 2010 karena TVRI telah memberikan jasa dari tanggal 12 November sampai dengan 16 November tetapi nilai yang diakui hanya sebatas jasa yang diberikan sampai pada tanggal 16 November saja. Pada Jurnal yang dibuat TVRI, pendapatan diakui secara penuh sampai tanggal 27 November Hal ini salah karena dari tanggal 17 sampai 27 November belum bisa diakui sebagai pendapatan karena jasa belum diberikan oleh TVRI kepada mitra. Untuk penerimaan dari iklan, penerapan pengakuan pendapatannya tidak konsisten untuk setiap transaksi-transaksinya. Pada kenyataannya, ada transaksi-transaksi untuk penerimaan iklan yang diakui secara benar, yaitu pada saat semua kriteria atau kondisi pengakuan untuk mengakui pendapatan menurut Kieso (2011:517) yaitu adanya bukti persuasif dari suatu perjanjian, penyerahan telah terjadi atau jasa telah diberikan, harga penjual kepada pembeli adalah tetap atau dapat ditentukan, dan ketertagihan dapat dipastikan dengan layak telah dipenuhi. Dengan demikian, karena pengakuan pendapatan pada TVRI tidak diterapkan secara konsisten pada masing-masing transaksi untuk penerimaan dari iklan, maka pengakuan pendapatan belum sesuai dengan PSAK 23. Seharusnya TVRI mengakui pendapatan berdasarkan atas jasa yang telah diberikan dan bukan berdasarkan atas diterbitkannya dan diterimanya invoice, faktur pajak, dan bukti tayang di bagian keuangan. Hal ini dikarenakan waktu penerimaan bukti-bukti atau dokumen-dokumen pendukung tersebut sering tidak mencerminkan tingkat jasa yang telah diberikan oleh TVRI kepada pihak ketiga atau mitra yang bekerja sama. Dan 77

10 sebaiknya pengakuan atas pendapatan diakui sebesar atau sama dengan jasa yang telah diberikan. Dilihat dari informasi untuk transaksi tersebut, pembayarannya adalah sebelum ditayangkan yaitu pendapatan diterima dimuka. Sedangkan jurnal untuk transaksi tersebut adalah untuk pembayaran dibelakang dimana TVRI mempunyai piutang terhadap mitra. Berdasarkan informasi tersebut, seharusnya TVRI akan menjurnal transaksi ini dengan nilai sejumlah nilai yang dibayarkan adalah sebagai berikut : Kas/Bank Rp xxx Pendapatan iklan diterima dimuka Rp xxx Tetapi pada kenyataannya, mitra memang melakukan pembayaran di belakang. Maka jurnal yang disajikan pada bab III tetap dibenarkan karena melihat kenyataan yang terjadi. Inilah masalah yang sering terjadi di TVRI yang diakibatkan ketidakkonsistenan pelaksanaan perjanjian. Tidak konsistennya pelaksanaan pembayaran ini juga telah melanggar aturan yang dibuat oleh TVRI mengenai pembayaran khususnya untuk iklan yang terdapat pada Ketentuan-Ketentuan yang terlampir pada Perjanjian Kerja Sama antara TVRI dan mitra. Dalam ketentuan dinyatakan bahwa mitra sepakat untuk melakukan pembayaran biaya penyiaran Iklan/PSA dan Sponsorship sesuai dengan PO Penyiaran Iklan/PSA dan Sponsorship kepada LPP TVRI, dilaksanakan dengan sistem Payment Before Broadcast (PBB), atau dibayar dimuka lunas 1 (satu) hari sebelum penyiaran Iklan/PSA dan Sponsorship tersebut dilaksanakan. Dan juga dinyatakan bahwa TVRI dapat membatalkan perjanjian apabila mitra tidak melakukan pembayaran sebagaimana mestinya. Dengan begitu, TVRI telah melanggar ketentuannya sendiri. 78

11 Penggunaan nama perkiraan (akun/rekening) di LPP TVRI untuk transaksi penerimaan iklan ini juga belum konsisten. Pada sistem, nama perkiraan untuk piutang iklan adalah Piutang Iklan dengan nomor akun sedangkan pada jurnal voucher nama perkiraan untuk piutang ini adalah Piutang Kerjasama Pihak III dengan kode akun Nama perkiraan untuk pendapatan iklan pada sistem adalah Penerimaan Iklan dengan nomor akun dan (akun untuk utang lancar lainnya) sedangkan pada jurnal voucher nama perkiraan yang digunakan adalah Pendapatan Kerjasama Pihak III dengan kode akun Nama perkiraan pada jurnal voucher ini tidak ada pada nama perkiraan pada sistem sehingga akan menimbulkan resiko kesalahan penjurnalan. Jurnal yang seharusnya untuk pengakuan pendapatan dari transaksi ini adalah sebagai berikut (dengan nama perkiraan yang sesuai dengan yang ada pada sistem) : Piutang Iklan Rp Penerimaan Iklan Rp PPn Rp Pada saat pelunasan piutang, untuk pembayaran siaran, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Kas/Bank Rp PPn Rp Piutang Iklan Rp Jurnal untuk pelunasan piutang ini salah karena TVRI masih mendebit akun pajak sehingga jumlah untuk akun pajak akan berkurang. Padahal pajak tersebut akan dibayarkan kepada negara akhirnya. Tetapi, jurnal untuk pelunasan ini tidak untuk setiap transaksi dari sumber atau jenis pendapatan yang sama. Artinya adalah ada beberapa transaksi yang jurnal pelunasannya benar dimana akun pajak tidak diperhitungkan lagi. 79

12 Hal ini terjadi pada satu sumber pendapatan yang sama yaitu iklan. Hal ini juga terjadi untuk pendapatan dari kerjasama produksi dan atau penyiaran dengan pihak ketiga. Ketidakkonsistenan ini diakui TVRI sebagai salah satu kelemahannya. Jurnal yang seharusnya untuk pelunasan untuk setiap transaksi dari penerimaan iklan adalah sebagai berikut : Kas/Bank Rp Piutang Iklan Rp Metode untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa khususnya tingkat penyelesaian untuk transaksi penerimaan iklan adalah dengan survei pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan sebuah catatan yang disebut bukti siar atau bukti tayang. Hal ini sesuai dengan aturan pada PSAK No 23 paragraf 23. Selain itu, telah disebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengakuan pendapatan adalah cara pembayaran yang disetujui mitra pada saat perjanjian. Pada transaksi disebutkan bahwa pembayaran akan dilakukan sebelum penyiaran iklan atau diterima dimuka tetapi pada kenyataannya, mitra tidak membayar dimuka. Hal ini akan menimbulkan resiko untuk penjurnalan karena mungkin saja orang di bagian keuangan tidak mengetahui kalau pembayaran diubah menjadi membayar dibelakang dan memasukkan jurnal yang salah akibat tidak adanya informasi tentang perubahan tersebut. Dengan penjurnalan yang salah maka akun kas dan kewajiban (pendapatan diterima dimuka) akan dinilai terlalu besar dan akun pendapatan serta piutang akan dinilai terlalu kecil. Oleh karena itu, pada saat perjanjian penting untuk meyakinkan lagi pada mitra mengenai cara pembayarannya dan apabila memang ada perubahan karena satu dan lain hal yang signifikan maka perlu diberitahukan tentang perubahan tersebut. Pada contoh 80

13 transaksi di atas, cara pembayaran adalah dibelakang maka jurnalnya adalah piutang pada pendapatan. IV.2.2 Pengukuran Berdasarkan penelitian penulis, pengukuran yang digunakan oleh TVRI untuk menentukan jumlah pendapatan sudah sesuai dengan PSAK No 23 paragraf 9 yaitu pengukuran dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima yang ditentukan dalam persetujuan antara TVRI dengan mitra yang melakukan kerjasama. Apabila TVRI memberikan diskon maka nilai wajar yang diterima atau dapat diterima ini dikurangi dengan diskon yang diberikan tersebut sehingga menghasilkan jumlah yang disetujui bersama. Untuk pajak, TVRI langsung memisahkan jumlah untuk pajak dalam nama perkiraan tersendiri sehingga pendapatan yang diterima TVRI tidak termasuk dengan pajak yang nantinya akan dibayar kepada negara. Untuk pemisahan atas pajak ini, TVRI telah sesuai pelaksanaannya dengan PSAK No 23 paragraf 7 yaitu pendapatan hanya terdiri atas arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Apabila terjadi perbedaan antara pendapatan yang diterima dengan beban yang dikeluarkan untuk transaksi iklan dimana pendapatan lebih besar daripada beban maka akan diakui sebagai laba kotor yang disajikan pada laporan laba rugi. LPP TVRI menerapkan perhitungan berdasarkan Instruksi Direktur Keuangan nomor 002/Instr/I.2/III/2004 tanggal 30 Maret 2004 mengenai kebijakan Perhitungan Penyisihan Piutang untuk penyisihan piutang ragu-ragu. Penghapusan piutang tak tertagih dilakukan apabila ada persetujuan dari pimpinan. 81

14 IV.2.3 Pengungkapan Untuk pengungkapan, sesuai dengan PSAK 23 paragraf 34 (a) yaitu perusahaan harus mengungkapkan kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengukuran pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa, yang ada dalam paragraf 23, TVRI hanya mengungkapkan tentang metode pengakuan pendapatan yang menggunakan metode dasar akrual pada catatan atas laporan keuangan bagian ikhtisar kebijakan akuntansi. Metode untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa khususnya tingkat penyelesaian untuk transaksi iklan tidak disebutkan. Oleh karena itu, pengungkapan TVRI belum sepenuhnya memenuhi aturan dalam PSAK 23. Seharusnya TVRI juga mengungkapkan tentang metode untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa khususnya tingkat penyelesaian untuk transaksi penerimaan iklan yaitu dengan rencana jadwal penayangan yang disebut bukti tayang atau bukti siar pada catatan atas laporan keuangan sehingga sesuai dengan PSAK 23 paragraf 34 (a). Penyajian pendapatan khususnya penerimaan dari iklan telah berada pada tempat yang benar yaitu pada bagian penerimaan operasional. Apabila terdapat piutang raguragu, TVRI akan mengakuinya sebagai beban penyisihan piutang ragu-ragu pada laporan laba rugi. Beban ini dimasukkan ke dalam biaya umum. Biaya untuk pelaksanaan iklan dimasukkan ke dalam biaya operasional. 82

15 IV.3 Liputan Berita Penerimaan liputan berita merupakan penerimaan jasa liputan TVRI yang berdurasi 1 sampai 3 menit. Penerimaan ini merupakan penerimaan dari stasiun daerah. Oleh karena itu, pada kantor pusat tidak dilaporkan adanya penerimaan dari liputan. Penerimaan ini juga merupakan penerimaan dengan kontribusi terkecil dari penerimaan operasional yang lain. Transaksi untuk liputan memang cukup sederhana mengingat proses untuk liputan tersebut memang cepat. IV.3.1 Pengakuan LPP TVRI mencatat penerimaan dari liputan dengan metode accrual basis yaitu metode dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Untuk penerimaan liputan berita secara tunai, seharusnya pada awalnya TVRI mengakui biaya yang terjadi sebagai beban untuk mengadakan liputan tersebut karena TVRI tidak dapat mengestimasi dengan andal hasil dari transaksi itu juga kecil kemungkinan manfaat ekonomi akan masuk dan biaya yang terjadi akan diperoleh kembali oleh TVRI. Hal ini seperti yang dinyatakan ada PSAK 23 paragrag 27. Jadi seharusnya TVRI akan membuat dengan jurnal sebagai berikut : Beban liputan Rp xxx Kas/Bank Rp xxx Dan setelah ada pembayaran yang diterima, TVRI menjurnal penerimaan tersebut dengan jurnal : 83

16 Kas/Bank Rp xxx Pendapatan Liputan Rp xxx Bila transaksi dilakukan secara kredit maka LPP TVRI tetap harus mengakui biaya yang terjadi sebagai beban untuk mengadakan liputan tersebut di awal karena TVRI tidak bisa mengestimasi hasil transaksi dengan andal dan kecil kemungkinan manfaat ekonomi akan masuk dan biaya yang terjadi akan diperoleh kembali. Beban liputan Rp xxx Kas/Bank Rp xxx Saat telah ditentukan pembayarannya secara kredit, maka sesuai PSAK 23 paragraf 27, kondisi yang semula mengakibatkan estimasi hasil kontrak tidak dapat dilakukan dengan andal tidak ada lagi sehingga pendapatan dapat diakui sesuai paragraf 19. Jurnal saat penentuan pembayaran secara kredit maka jurnalnya sebagai berikut : Pengakuan : Piutang Liputan Rp xxx Pendapatan Liputan Rp xxx Penerimaan: Kas/Bank Rp xxx Piutang Liputan Rp xxx Cara pembayaran yang disetujui mitra pada saat perjanjian tetap perlu diperhatikan karena bisa saja perusahaan tiba-tiba mengganti cara pembayarannya. Yang perlu diingat adalah dengan memberikan informasi perubahan agar pada saat penjurnalan, jurnal yang dibuat sesuai dengan cara pembayaran yang akan dipakai perusahaan untuk pembayaran jasa. Tetapi, akan lebih baik lagi apabila ada penegasan tentang cara pembayaran yang tidak dapat diubah saat membuat perjanjian. 84

17 IV.3.2 Pengukuran Berdasarkan hasil wawancara penulis, nilai penerimaan yang diterima atau dapat diterima oleh TVRI ditentukan oleh mitra. Pengukuran yang digunakan oleh TVRI untuk menentukan jumlah pendapatan tidak sesuai dengan PSAK No 23 paragraf 9 yaitu pengukuran dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima yang ditentukan dalam persetujuan antara TVRI dengan mitra yang melakukan kerjasama. Apabila TVRI memberikan diskon maka nilai wajar yang diterima atau dapat diterima ini dikurangi dengan diskon yang diberikan tersebut sehingga menghasilkan jumlah yang disetujui bersama. Pendapatan yang diakui merupakan penilaian atau keputusan subyektif dari mitra dimana ada kemungkinan bahwa nilai yang diputuskan mitra tidak menutup biaya yang telah terjadi sehingga akan mengakibatkan kerugian. Biasanya nilai dari penerimaan liputan ini tidak begitu material karena proses yang cepat dalam pembuatan perjanjian dan realisasi peliputan yang biasanya berdurasi 1 sampai 3 menit. Apabila terjadi perbedaan antara pendapatan yang diterima dengan beban yang dikeluarkan untuk transaksi liputan dimana pendapatan lebih besar daripada beban maka akan diakui sebagai laba kotor yang disajikan pada laporan laba rugi. LPP TVRI menerapkan perhitungan berdasarkan Instruksi Direktur Keuangan nomor 002/Instr/I.2/III/2004 tanggal 30 Maret 2004 mengenai kebijakan Perhitungan Penyisihan Piutang untuk penyisihan piutang ragu-ragu. Penghapusan piutang tak tertagih dilakukan apabila ada persetujuan dari pimpinan. 85

18 IV.3.3 Pengungkapan Untuk pengungkapan, sesuai dengan PSAK 23 paragraf 34 (a) yaitu perusahaan harus mengungkapkan kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengukuran pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa, yang ada dalam paragraf 23, TVRI hanya mengungkapkan tentang metode pengakuan pendapatan yang menggunakan metode dasar akrual pada catatan atas laporan keuangan bagian ikhtisar kebijakan akuntansi. Metode untuk menghitung tingkat penyelesaian liputan tidak dilaporkan pada laporan keuangan. Menurut penulis pun, tingkat penyelesaian untuk transaksi liputan tidak ada karena jasa liputan hanya berdurasi 1 sampai 3 menit. Oleh karena itu, pengungkapan TVRI telah memenuhi aturan dalam PSAK 23. Penyajian pendapatan khususnya penerimaan dari liputan telah berada pada tempat yang benar yaitu pada bagian penerimaan operasional Apabila terdapat piutang ragu-ragu, TVRI akan mengakuinya sebagai beban penyisihan piutang ragu-ragu pada laporan laba rugi. Beban ini dimasukkan ke dalam biaya umum. Biaya untuk pelaksanaan iklan dimasukkan ke dalam biaya operasional. IV.4 Sewa Peralatan Teknik dan Non Teknik Penerimaan Sewa Peralatan Teknik dan Non Teknik adalah penerimaan sewa dari aset TVRI yang berupa lahan, bangunan/ruangan, dan menara (transmisi) oleh perusahaan televisi swasta untuk keperluan pemasangan dan penempatan peralatan antena, parabola, pemancar beserta perangkatnya dan peralatan lain milik perusahaan 86

19 televisi swasta tersebut yang biasanya digunakan untuk menyiarkan dan menyebarluaskan siaran gambar televisi. IV.4.1 Pengakuan LPP TVRI mencatat penerimaan dari sewa peralatan teknik dan non teknik berdasarkan alokasi jangka waktu sewa. Hal yang mendasari LPP TVRI menggunakan kriteria pengakuan pendapatan dari hasil sewa peralatan teknik dan non teknik berdasarkan alokasi jangka waktu adalah karena menurut PSAK 30 tentang sewa, pendapatan sewa yang berasal dari operating lease diakui atas dasar garis lurus selama jangka waktu sewa tanpa memandang ketentuan atau provisi sewa, kecuali dasar lain yang sistematis dan rasional lebih mencerminkan pola waktu dimana manfaat itu diperoleh dari aktiva yang disewakan. Pengakuan berdasarkan alokasi jangka waktu sewa ini pun sesuai dengan aturan pada PSAK 23 paragraf 24 yang menyebutkan bahwa bila jasa dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang tidak dapat ditentukan selama suatu periode, pendapatan diakui atas dasar garis lurus selama periode tertentu, kecuali jika ada bukti bahwa terdapat metode lain yang lebih baik yang dapat mencerminkan tingkat penyelesaian. Sewa peralatan teknik dan non teknik ini merupakan penerimaan sewa dari aset TVRI yang berupa lahan, bangunan/ruangan, dan menara (transmisi). Sesuai dengan PSAK 30 paragraf 14 yang menyebutkan bahwa ketika suatu perjanjian sewa mengandung elemen tanah dan bangunan, entitas menilai klasifikasi dari setiap elemen sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi secara terpisah sesuai dengan paragraf 07-13, dan dalam menentukan apakah elemen tanah merupakan sewa operasi atau sewa pembiayaan, hal penting yang harus dipertimbangkan adalah bahwa pada umumnya 87

20 tanah memiliki umur ekonomik yang tidak terbatas, maka elemen-elemen dalam transaksi penyewaan yang dicontohkan harus diklasifikasikan dulu sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi. Pada paragraf 15 juga disebutkan apabila sangat jelas bahwa kedua elemen tersebut adalah sewa operasi maka seluruh sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi dan pada paragraf 16 dikatakan untuk perjanjian sewa tanah dan bangunan yang mana jumlah yang diakui pada awalnya untuk elemen tanah dianggap tidak material sesuai dengan paragraf 19, maka tanah dan bangunan dapat diakui sebagai unit tunggal untuk tujuan klasifikasi sewa dan diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi sesuai dengan paragraf Dalam kasus ini, umur ekonomik bangunan dianggap sebagai umur ekonomik seluruh aset sewaan. Pada contoh transaksi yang disajikan pada bab III, sewa yang dilakukan oleh TVRI memenuhi kriteria untuk sewa operasi karena sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan. Penghitungan untuk kedua elemen tetap terpisah tapi untuk harga sewa, harga kedua elemen ditotalkan dan menjadi jumlah total untuk sewa tersebut. Hal ini diperbolehkan karena kedua elemen merupakan sewa operasi. Menurut hasil wawancara penulis dengan karyawan TVRI, biasanya untuk transaksi sewa peralatan teknik dan non teknik, cara pembayaran yang digunakan adalah pembayaran dimuka penuh dan nilai sewa diakui secara penuh per tahun tetapi masih ada kemungkinan pembayaran dengan metode pembayaran dibelakang yang menimbulkan piutang. Sewa akan mulai berjalan saat aktiva yang disewakan telah dipakai oleh lessee atau saat aktiva yang disewakan telah mulai produktif. Jurnal untuk 88

21 mencatat transaksi ini pada awal pemakaian peralatan yaitu pada tanggal 15 Januari 2010 adalah sebagai berikut: Kas/Bank Rp Penerimaan Kerjasama Dengan Pihak III Rp PPn Rp Pada akhir tahun, 31 Desember, seharusnya diadakan penyesuaian untuk pendapatan karena untuk bulan Desember, TVRI harus mengurangi pendapatan untuk 14 hari yang seharusnya ditangguhkan untuk tahun berikutnya dan hanya mengakui pendapatan sampai pada tanggal 31 Desember (diasumsikan 1 bulan = 30 hari). Jurnal yang seharusnya adalah : Penerimaan Kerjasama Dengan Pihak III Rp Penerimaan Sewa Peralatan Teknik dan Non Teknik Rp Pada saat pendapatan diakui seutuhnya untuk 1 periode pun ternyata TVRI masih mempunyai kesalahan yang sama yaitu mendebit kembali akun pajak yang seharusnya sudah tidak dijurnal lagi. Sama seperti pada penerimaan yang lainnya, penjurnalan seperti ini tidak terjadi untuk setiap transaksi. Penjurnalan yang salah hanya terjadi pada beberapa transaksi, tidak seluruhnya. Pada saat pendapatan diakui seluruhnya untuk 1 tahun TVRI menjurnal seperti berikut : Penerimaan Kerjasama Dengan Pihak III Rp PPn Rp Penerimaan Sewa Peralatan Teknik dan Non Teknik Rp Sedangkan jurnal yang seharusnya dibuat adalah sebagai berikut : Penerimaan Kerjasama Dengan Pihak III Rp Penerimaan Sewa Peralatan Teknik dan Non Teknik Rp

22 Dengan melihat kriteria pengakuan pendapatan pada PSAK 23 paragraf 19 dan paragraf 22, maka pendapatan TVRI untuk transaksi ini benar karena pengakuan pendapatan pada saat hasil dapat diestimasi dengan andal dan ada kemungkinan manfaat ekonomi akan mengalir ke TVRI. Tetapi perlu diingat bahwa diperlukan penyesuaian karena pada tahun berikutnya TVRI masih mempunyai kewajiban yang harus diberikan dan pendapatan yang harus diakui. Karena TVRI tidak memberikan penyesuaian maka pendapatan TVRI atas sewa peralatan teknik dan non teknik pada periode tahun 2010 akan dicatat lebih besar sedangkan akun kewajiban yaitu pendapatan diterima dimuka akan dinilai lebih kecil dari yang seharusnya. Selain itu perlu diingat bahwa untuk pelunasan, akun pajak tidak perlu diperhitungkan lagi sampai pada saat dimana pajak tersebut akan dibayarkan kepada negara. Selain itu, penggunaan nama perkiraan (akun/rekening) di LPP TVRI sudah konsisten. Nama perkiraan yang digunakan pada jurnal voucher dan pada sistem sama. Tetapi menurut penulis, jurnal yang digunakan untuk pendapatan yang diterima dimuka seharusnya diganti menjadi sewa diterima dimuka karena dengan begitu sifat dari akun tersebut akan lebih terlihat. IV.4.2 Pengukuran Berdasarkan penelitian penulis, pengukuran yang digunakan oleh TVRI untuk menentukan jumlah pendapatan adalah pengukuran dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima yang ditentukan dalam persetujuan antara TVRI dengan mitra yang melakukan kerjasama. Apabila TVRI memberikan diskon maka nilai wajar yang diterima atau dapat diterima ini dikurangi dengan diskon yang diberikan tersebut sehingga menghasilkan jumlah yang disetujui bersama. Pada transaksi yang disajikan di 90

23 bab III terlihat penghitungan dengan pengurangan diskon yang diberikan oleh TVRI. Oleh karena itu, pengukuran yang digunakan TVRI sudah sesuai dengan PSAK No 23 paragraf 9. Untuk pajak, TVRI langsung memisahkan jumlah untuk pajak dalam nama perkiraan tersendiri sehingga pendapatan yang diterima TVRI tidak termasuk dengan pajak yang nantinya akan dibayar kepada negara. Untuk pemisahan atas pajak ini, TVRI telah sesuai pelaksanaannya dengan PSAK No 23 paragraf 7. LPP TVRI menerapkan perhitungan berdasarkan Instruksi Direktur Keuangan nomor 002/Instr/I.2/III/2004 tanggal 30 Maret 2004 mengenai kebijakan Perhitungan Penyisihan Piutang untuk penyisihan piutang ragu-ragu. Penghapusan piutang tak tertagih dilakukan apabila ada persetujuan dari pimpinan. IV.4.3 Pengungkapan Untuk pengungkapan, TVRI mengungkapkan tentang metode pengakuan pendapatan yang menggunakan alokasi jangka waktu sewa pada catatan atas laporan keuangan bagian ikhtisar kebijakan akuntansi. Metode untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa khususnya tingkat penyelesaian untuk transaksi penerimaan sewa peralatan teknik dan non teknik tidak disebutkan. Oleh karena itu, pengungkapan TVRI belum sepenuhnya memenuhi aturan dalam PSAK 23 paragraf 34(a). Penyajian pendapatan khususnya penerimaan dari sewa peralatan teknik dan non teknik telah berada pada tempat yang benar sesuai dengan klasifikasinya yaitu pada bagian penerimaan operasional yang termasuk ke dalam penerimaan operasional lainnya. 91

24 Apabila terdapat piutang ragu-ragu, TVRI akan mengakuinya sebagai beban penyisihan piutang ragu-ragu pada laporan laba rugi. Beban ini dimasukkan ke dalam biaya umum. IV. 5 Penerimaan Iuran Penyiaran Dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia, pada pasal 34 ayat 1 disebutkan bahwa untuk mendanai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan, TVRI memiliki sumber pendanaan yang berasal dari iuran penyiaran, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sumbangan masyarakat, siaran iklan, dan usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Pada pasal 35, secara lebih lanjut ditegaskan bahwa besaran, tata cara penarikan, penggunaan, dan masa mulai diberlakukannya iuran penyiaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat 1 huruf a ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. Hal ini juga disampaikan dalam Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 pasal 15 bahwa sumber pembiayaan lembaga penyiaran publik diantaranya adalah iuran penyiaran. Dalam Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 1990 pasal 4 menjelaskan bahwa iuran televisi merupakan salah satu pendapatan Yayasan Televisi Republik Indonesia yang dapat dipergunakan langsung untuk membiayai penyelenggaraan operasional siaran televisi. Sejak 15 April 2003 TVRI berubah status badan hukumya yaitu dari Perusahaan Jawatan TVRI menjadi PT Televisi Republik Indonesia (Persero) yang berarti secara kelembagaan sumber pendanaan TVRI bukan dari iuran. Bila iuran diambil dari masyarakat, harus ada mekanisme yang jelas seperti di level pemungutan apakah TVRI 92

25 memang punya kewenangan untuk melakukan pungutan atau tidak. Pada tanggal 18 Maret 2005, TVRI kembali merubah status badan hukumnya menjadi Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia. Walaupun status badan hukumnya sudah menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP), pendanaan sebaiknya diambil dari APBN dimana akuntabilitas dan transparansinya lebih terjamin. IV. 6 Penerimaan Kontribusi TV Swasta Piutang Kontribusi TV Swasta timbul sehubungan dengan kontribusi dari 3 stasiun TV swasta nasional dalam bentuk pembagian penghasilan yang diperoleh stasiun TV swasta nasional tersebut. Kontribusi tersebut didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No. 111/KEP/MENPEN/1990 tangal 24 Juli 1990 yang mengharuskan semua stasiun TV swasta nasional memberikan kontribusinya berupa pembagian penghasilan iklan kepada Yayasan TVRI. Dalam bab III tentang penyelenggaraan penyiaran, bagian pertama mengatur tentang Hak dan Kewenangan : Pasal 5 ayat 1 : Penyiaran televisi di Indonesia merupakan hak dan kewenangan pemerintah, dalam hal ini Departemen Penerangan R.I. Hak dan kewenangan penyiaran sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat 1 diselenggarakan oleh Yayasan Televisi R.I. Pasal 5 ayat 1 : dalam batas-batas tertentu TVRI dapat menunjuk pihak lain (masyarakat/swasta) sebagai pelaksanan penyiaran televisi setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dan berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Menteri Penerangan R.I. 93

26 Pasal 6 ayat 2 huruf b : Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan penyiaran televisi oleh masyarakat (swasta) dilakukan oleh TVRI. Pasal 21 : Sepanjang tidak menyelenggarakan siaran niaga sendiri, TVRI berhak memperoleh bagian dari penghasilan siaran niaga yang diselenggarakan oleh setiap SPTS (Stasiun Penyiaran Televisi Swasta). Pasal 21 ayat 2 : Ketentuan pembagian penghasilan siaran niaga sebagaimana dimaksud ayat (1), diatur dalam perjanjian tertulis antara TVRI dengan setiap SPTS dan disahkan oleh Menteri Penerangan R.I. Selanjutnya dalam Surat Keputusan Menteri Penerangan R.I. Nomor : 348/SK/MENPEN/1998 tanggal 1 Desember 1998 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi, terdapat pengaturan pembayaran atas kontribusi tersebut. Dalam pasal 9 menyebutkan bahwa SPTS berkewajiban menyerahkan kontribusi kepada TVRI sebesar 12,5% dari hasil pendapatan siaran iklan niaganya dan dalam pasal 9 ayat 2 mengatur tata cara penyerahan kontribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf d diatur dalam perjanjian antara TVRI dengan SPTS yang bersangkutan. Dalam perjanjian antara TVRI dan SPTS (misalnya PT. Indosiar Visual Mandiri), ditetapkan bahwa SPTS akan menyerahkan atau membagi hasil dengan TVRI atas jangka waktu tertentu sesuai dengan yang ada dalam perjanjian atau selama TVRI, sebagai pihak pertama, tidak menyelenggarakan siaran niaga, yang mana yang tercapai lebih dahulu. Tetapi pada tahun 2000, tepatnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 36 tahun 2000 tanggal 7 Juni 2000, status TVRI berubah dari Direktorat Televisi/Yayasan Televisi RI menjadi Perusahaan Jawatan (perjan). SPTS yang awalnya mempunyai 94

27 perjanjian untuk memberikan kontribusi kepada TVRI, menolak untuk memberikan kontribusi tersebut dengan pertimbangan bahwa TVRI dengan statusnya sebagai Perusahaan Jawatan dapat melakukan kegiatan periklanan yang akan menghasilkan pendapatan iklan. Oleh karena itu, SPTS tidak mau melunasi piutang kontribusi kepada TVRI. Sejak saat itu, penerimaan kontribusi dari TV swasta tetap ada dalam pencatatan laporan keuangan TVRI. Penerimaan ini dicatat sebagai piutang dalam neraca dan piutang ini mempengaruhi dan mengganggu likuiditas keuangan. Piutang kontribusi TV swasta khususnya PT. Indosiar Visual Mandiri telah dialihkan kepada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara. Menurut hasil wawancara penulis dengan karyawan TVRI, ada TV swasta yang sudah mulai membayar piutang kontribusinya seperti TPI. IV.7 Sewa Rumah Dinas Penerimaan sewa rumah dinas merupakan penerimaan jasa penyewaan TVRI yang merupakan penerimaan dari stasiun daerah. Penerimaan ini termasuk ke dalam penerimaan non operasional. IV.7.1 Pengakuan Pada dasarnya, dasar pengakuan dan pengukuran pendapatan untuk sewa rumah dinas sama seperti sewa peralatan teknik dan non teknik. Yang membedakan adalah sewa peralatan teknik dan non teknik merupakan pendapatan operasional dan sewa rumah dinas merupakan pendapatan non operasional. Penerimaan dari sewa rumah dinas 95

28 ini tidak dimasukkan ke dalam penerimaan operasional karena sewa rumah dinas tidak termasuk ke dalam kegiatan utama atau inti dari TVRI. LPP TVRI mencatat penerimaan dari sewa rumah dinas berdasarkan alokasi jangka waktu sewa. Adapun pengakuan berdasarkan alokasi jangka waktu sewa ini sesuai dengan aturan pada PSAK 23 paragraf 24 yang menyebutkan bahwa bila jasa dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang tidak dapat ditentukan selama suatu periode, pendapatan diakui atas dasar garis lurus selama periode tertentu, kecuali jika ada bukti bahwa terdapat metode lain yang lebih baik yang dapat mencerminkan tingkat penyelesaian. Sewa atas rumah dinas ini diklasifikasikan sebagai sewa operasi karena sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan. Sewa biasanya diterima dimuka dengan pengakuan penuh atas semua sewa per tahun untuk satu periode. Jadi, satu periode tertentu akan dinilai lebih besar karena semua pendapatan telah diakui pada periode dimana pembayaran atas sewa tersebut terjadi walaupun jangka waktu sewa tersebut melebihi satu periode sehingga harusnya pendapatan akan ditangguhkan untuk periode selanjutnya dimana pendapatan tersebut benar-benar didapatkan. Jurnal pengakuan untuk transaksi ini adalah sebagai berikut: Kas/Bank Rp xxx Penerimaan lain-lain PPn Rp xxx Rp xxx Sama seperti sewa peralatan teknik dan non teknik, pada akhir tahun TVRI tidak membuat penyesuaian atas pendapatan yang diakui lebih banyak dari yang seharusnya untuk periode tertentu dimana pembayaran diterima. Seharusnya pendapatan untuk periode dimana pembayaran diterima harus dikurangi karena telah mengandung 96

29 pendapatan untuk diakui pada periode selanjutnya. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut : Penerimaan lain-lain Rp xxx Penerimaan non operasional lainnya Rp xxx Berjalannya sewa untuk sewa rumah dinas akan dimulai sama seperti sewa peralatan teknik dan non teknik yaitu pada saat aktiva telah digunakan oleh lessee (mulai produktif) atau sesuai dengan awal periode sewa yang tercantum dalam perjanjian kerja sama. Untuk cara pembayaran, menurut hasil wawancara penulis dengan karyawan bidang keuangan, selalu konsisten dengan yang telah disepakati pada saat perjanjian awal dibuat. IV.4.2 Pengukuran Berdasarkan penelitian penulis, pengukuran yang digunakan oleh TVRI untuk menentukan jumlah pendapatan adalah pengukuran dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima yang ditentukan dalam persetujuan antara TVRI dengan mitra yang melakukan kerjasama. Apabila TVRI memberikan diskon maka nilai wajar yang diterima atau dapat diterima ini dikurangi dengan diskon yang diberikan tersebut sehingga menghasilkan jumlah yang disetujui bersama. Oleh karena itu, pengukuran yang digunakan TVRI sudah sesuai dengan PSAK No 23 paragraf 9. Untuk pajak, TVRI langsung memisahkan jumlah untuk pajak dalam nama perkiraan tersendiri sehingga pendapatan yang diterima TVRI tidak termasuk dengan pajak yang nantinya akan dibayar kepada negara. Untuk pemisahan atas pajak ini, TVRI telah sesuai pelaksanaannya dengan PSAK No 23 paragraf 7 yaitu pendapatan hanya 97

30 terdiri atas arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. LPP TVRI menerapkan perhitungan berdasarkan Instruksi Direktur Keuangan nomor 002/Instr/I.2/III/2004 tanggal 30 Maret 2004 mengenai kebijakan Perhitungan Penyisihan Piutang untuk penyisihan piutang ragu-ragu. Penghapusan piutang tak tertagih dilakukan apabila ada persetujuan dari pimpinan. IV.4.3 Pengungkapan Untuk pengungkapan, TVRI hanya mengungkapkan tentang metode pengakuan pendapatan dari kegiatan operasional utamanya. Untuk penerimaan non operasional, TVRI tidak menjelaskan metode yang dipakai untuk pengakuannya. Informasi yang didapat oleh penulis adalah informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan karyawan TVRI di bagian Keuangan. Oleh karena itu, pengungkapan TVRI belum memenuhi aturan dalam PSAK 23 paragraf 34. Penyajian pendapatan khususnya penerimaan dari sewa rumah dinas berada pada tempat yang benar yaitu pada bagian penerimaan non operasional. Apabila terdapat piutang ragu-ragu, TVRI akan mengakuinya sebagai beban penyisihan piutang ragu-ragu pada laporan laba rugi. Beban ini dimasukkan ke dalam biaya non operasional. Untuk penyajiannya, menurut penulis seharusnya TVRI memberikan informasi yang lebih terutama bagi penerimaan non operasional. Pada laporan keuangan, penerimaan non operasional tidak dirinci sama sekali padahal dalam penerimaan non operasional juga terdapat pendapatan-pendapatan yang perlu untuk dirinci dan dijelaskan masing masing. Memang tidak ada aturan untuk perincian dari penerimaan non operasional ini, tetapi menurut penulis hal ini perlu dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang 98

31 dibuat LPP TVRI memiliki akuntabilitas, tingkat keandalan, tingkat kepercayaan yang tinggi sehingga pengguna laporan keuangan diberikan penjelasan yang lengkap tentang perincian penerimaan non operasional. 99

ABSTRAK. Key words : Recognition, Measurement, Disclosure, Revenues.

ABSTRAK. Key words : Recognition, Measurement, Disclosure, Revenues. ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENGUNGKAPAN PENDAPATAN DAN KESESUAIANNYA DENGAN PSAK 23 PADA INDUSTRI PERTELEVISIAN TAHUN 2010 STUDI KASUS : LPP TVRI Miracle Sonnia Priharjadi Stefanus Ariyanto, SE.,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya

BAB III OBJEK PENELITIAN. menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya BAB III OBJEK PENELITIAN III.1. Gambaran Umum Perusahaan III.1.1 Sejarah Singkat Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan lembaga penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai peningkatan penghasilan yang diperoleh perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendapatan Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008 :516), Pendapatan ialah arus masuk aktiva dan penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Sumber pendapatan Hotel Grand Sahid Jaya dibagi menjadi 3, yaitu Food & Beverage, Room dan Space Rental. Pendapatan food & beverage berasal dari 6 outlet restoran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Piutang Penjualan barang dan jasa dari perusahaan pada saat ini banyak dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan barang dan jasa sampai

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

2016, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo No.847, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. PSAK. Poltekpel. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 63 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN POLITEKNIK PELAYARAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud. BAB II LANDASAN TEORI Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas, Standar Akuntansi

Lebih terperinci

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap Aktiva Tetap Aktiva Tetap: SAK (2009) : aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Sistematika pembahasan yang dilakukan terhadap KOPKAR ADIS adalah berdasarkan akun-akun yang terdapat di dalam laporan keuangan dengan melakukan analisis dan evaluasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Liabilitas Menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 143 TAHUN 2000 (143/2000) TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 Suatu perjanjian dari bentuk legalnya mungkin bukan merupakan perjanjian sewa, namun secara substansi dapat mengandung sewa. Untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. PSAK. Politeknik. Ilmu Pelayaran. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, dimana yang paling umumialah dari penjualan barang ataupun jasa. Piutang usaha yang berasal dari transaksi penjualan

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang Pendapatan disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendapatan 1. Definisi Pendapatan Teori akuntansi menyatakan bahwa pendapatan mempresentasikan capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa menyaksikan satu saluran televisi saja. Namun pada tahun 1989 perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bisa menyaksikan satu saluran televisi saja. Namun pada tahun 1989 perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stasiun televisi pertama di Indonesia adalah Televisi Republik Indonesia yang berdiri pada tahun 1962. Selama beberapa puluh tahun penduduk Indonesia hanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel No.4, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPAJAKAN. PAJAK. PPN. Barang dan Jasa. Pajak Penjualan. Barang Mewah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5271) PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 33 Tahun : 2012 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI Tujuan kebijakan akuntansi adalah menciptakan keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan, sehingga meningkatkan daya banding di antara laporan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II LAPORAN ARUS KAS 12 BAB II LAPORAN ARUS KAS 2.1. Laporan Arus Kas 2.1.1. Pengertian Laporan Arus Kas Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:PSAK No.2) menyatakan bahwa: Laporan arus kas adalah laporan yang memberi informasi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PIUTANG USAHA 1. Pengertian Piutang Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Hutang 1. Pengertian Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. jasa atas penjualan tunai, penjualan kredit, dan penjualan kontrak. Ketiga pendapatan

BAB IV PEMBAHASAN. jasa atas penjualan tunai, penjualan kredit, dan penjualan kontrak. Ketiga pendapatan BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi atas Pendapatan Perusahaan Pendapatan PT. Infimedia Solusi Pratama terbagi menjadi tiga, yaitu pendapatan jasa atas penjualan tunai, penjualan kredit, dan penjualan kontrak.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Tujuan

Lebih terperinci

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-08 Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR DINAS PARIWISATA

Lebih terperinci

Pedoman Tugas Akhir AKL2

Pedoman Tugas Akhir AKL2 Pedoman Tugas Akhir AKL2 Berikut adalah pedoman dalam penyusunan tugas akhir AKL2: 1. Tugas disusun dalam bentuk format berikut ini: No Perihal LK Emiten Analisis 1 Pengungkapan Pihak Berelasi (PSAK 7)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kebijakan Akuntansi

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kebijakan Akuntansi BAB IV PEMBAHASAN Sistematika pembahasan yang dilakukan terhadap Koperasi Karyawan Balido PT. (Persero) Angkasa Pura II Palembang adalah berdasarkan akunakun yang terdapat di dalam laporan keuangan dengan

Lebih terperinci

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN -1- LAMPIRAN IX PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Tujuan kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA Agenda 1. 2. 3. 4. Standar Pengaturan Bersama PSAK 66 Pengaturan Bersama Ilustrasi Pengaturan Bersama Diskusi PSAK 39 Kerjasama Operasi BOT BTO Perkembangan PSAK PSAK 12 Pengendalian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.161, 2010 KEUANGAN NEGARA. Pajak Penghasilan. Penghitungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2008 pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1752, 2015 KEMENDAGRI. Penyisihan. Piutang. Dana Bergulir. Pemda. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYISIHAN PIUTANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi laporan arus kas adalah mengatur penyajian

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

BAGIAN XVII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAGIAN XVII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN XVII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENDAHULUAN 01. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan Bank. Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan mengenai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, pengertian dari Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, pengertian dari Usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1 Usaha Mikro Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.06/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.06/2014 TENTANG TENTANG PENENTUAN KUALITAS PIUTANG DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

Lebih terperinci

BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB II AKUNTANSI SEWA BAB II AKUNTANSI SEWA 2.1. PENGERTIAN SEWA Pada awalnya sewa lebih dikenal dengan istilah leasing, leasing itu sendiri berasal dari kata lease yang berarti sewa atau yang lebih umum diartikan sebagai sewa

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA PT. PLN (PERSERO) AREA SURABAYA SELATAN

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA PT. PLN (PERSERO) AREA SURABAYA SELATAN ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA PT. PLN (PERSERO) AREA SURABAYA SELATAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh : KARINA AYU PUTRI NIM: 2013410998 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2016

Lebih terperinci

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. 2.1 Akuntansi Pemerintahan Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan lap oran keuangan mengandung

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN B.IV : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.011/2013 Tanggal 11 November 2013

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.011/2013 Tanggal 11 November 2013 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.011/2013 Tanggal 11 November 2013 TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------- - Tujuan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI E-COMMERCE MODEL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1313, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tata Cara. Pembuatan. Pembetulan. Faktur Pajak. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYISIHAN PIUTANG DAN PENYISIHAN DANA BERGULIR PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan BAB II DASAR TEORI A. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Setiap perusahaan tentunya menginginkan agar usahanya berjalan dengan baik. Oleh karena itu perusahaan dapat memberi kepuasan kepada konsumen melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Akuntansi sering disebut sebagai bahasanya dunia usaha karena akutansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelenggarakannya dan pihak

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Koperasi

Akuntansi Keuangan Koperasi Akuntansi Keuangan Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 04/Per/M.KUKM/VII/2012 MENIMBANG : (d). Bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Lebih terperinci

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011 I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan 233/PMK.05/2011

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

EVALUASI PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAK KONSTRUKSI BERDASARKAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN

EVALUASI PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAK KONSTRUKSI BERDASARKAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN EVALUASI PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAK KONSTRUKSI BERDASARKAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN Novi Nugrahani Politeknik Negeri Malang nugrahani19@gmail.com ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne No.532, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ketentuan Program Tabungan Hari Tua PNS PT Taspen (Persero) Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia telah menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anggaran Pendapatan 2.1.1.1 Pengertian Anggaran Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : Anggaran Publik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/PMK.011/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/PMK.011/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/PMK.011/2013 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Perkoperasian Sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, koperasi memiliki perbedaan dengan bentuk perusahaan lainnya. Namun apabila dilihat dari kebutuhannya

Lebih terperinci

PSAK 57 (REV. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI

PSAK 57 (REV. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI PSAK 57 (REV. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI Departemen Akuntansi dan PPA FEUI Workshop PSAK Terbaru dan Pengajaran Akuntansi FEUI Depok, 6-9 Juni 2011 Hari 3 - Sesi 2 PSAK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian pendapatan Pendapatan secara sederhana merupakan arus masuk aktiva ke dalam perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. No.1818, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2015 TENTANG PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci