SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO

Gambaran Keterikatan Kerja pada Dosen-Tetap Ditinjau dari Karakteristik Personal

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PERANAN TUNTUTAN KERJA DAN SUMBER DAYA KERJA TERHADAP KETERIKATAN KERJA WANITA KARIR Annisaa Miranty Nurendra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT, JOB ENGAGEMENT, DAN TASK PERFORMANCE DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR. Ivan A.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

Hubungan antara Perceived Organizational Support dengan Work Engagement Pada Guru SMA Swasta di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

1 PENDAHULUAN Latar belakang

sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORGANISASI DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. X DI BOGOR

GAMBARAN TUNTUTAN PEKERJAAN (JOB DEMANDS) DAN DUKUNGAN PEKERJAAN (JOB RESOURCES) PADA PEGAWAI INSTITUSI X DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB II TELAAH PUSTAKA. mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting,

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang efektif semakin menyadari bahwa faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam. pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KECERDASAN ADVERSITAS DAN KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. GANDUM MAS KENCANA KOTA TANGERANG

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

WORK ENGAGEMENT KARYAWAN MRN TERHADAP IMPLEMENTASI APLIKASI DATA ANALISIS SDM

Keywords : Work Engagement, JD-R Model, Teacher, Perfomance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data. 1. Data Primer. mengenai kepemimpinan transformasional, work engagement, kinerja, dan OCB.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Work Engagement. Work engagement atau worker engagement merupakan sebuah konsep

Eka Wulandari, Ika Zenita Ratnaningsih

Peran Conscientiousness sebagai Moderator dari Hubungan Job Resources dan Work Engagement Karyawan Information Technology (IT) pada PT.

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global. engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena

PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN KELUARGA PRODUSEN SENAPAN ANGIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB I PENDAHULUAN. dan perlu dikembangkan untuk mendukung kelangsungan dan keberhasilan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan organisasi dan masyarakat disebut sebagai integrasi dalam. manajemen sumber daya manusia.

Hubungan Employee Engagement dengan Perilaku Produktif Karyawan

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN WORK ENGAGEMENT PADA PEGAWAI PELAKSANA PERUM PERHUTANI KBM SAR WIL II CEPU

PENGARUH MAKNA KERJA DAN OCCUPATIONAL SELF EFFICACY TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA DOSEN TETAP

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

LAMPIRAN 23 DATA HASIL PELAKSANAAN EES 2016 TRANSMISI JATIMBALI

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya job. Perusahaan tidak lagi hanya mencari calon karyawan yang memiliki

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Penelitian mengenai engagement dalam pekerjaan yang berkembang

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis employee engagement di

STUDI KAUSAL MENGENAI PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT DI HOTEL SHERATON SURABAYA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PERUSAHAAN AUTOMOTIF DI LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN OTONOMI TUGAS, UMPAN BALIK, DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TERHADAP WORK ENGAGEMENT. Intisari. Winda Nevia Rosa Bagus Riyono

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Silvia Indra Mustika Kusdi Rahardjo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) memegang peranan yang sangat dominan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

PENGARUH PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT DAN ORGANIZATIONAL-BASED SELF ESTEEM TERHADAP WORK ENGAGEMENT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kominfo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencari dan menemukan terobosan-terobosan baru dengan

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

Oleh: A.D. Deviyanti 1) Agus Dwi Sasono. Mahasiswa Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Narotama ABSTRACT

ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui angka,

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan

Transkripsi:

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT Lilik Aslichati, Universitas Terbuka (lilika@ut.ac.id) Abstrak Penelitian penelitan yang dilakukan dalam satu dasawarsa terakhir menunjukkan pengaruh work engagement terhadap loyalitas konsumen, keuntungan finansial, kinerja karyawan, kinerja guru, dan self regulation. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh self regulation dan kepuasan atas informasi pekerjaan yang diterima terhadap work engagement dosen FISIP Universitas Terbuka. Universitas Terbuka dipilih karena keunikan sistem pembelajaran yang bersifat jarak jauh, yang berimplikasi terhadap pengelolaan belajar mengajar dan cara kerja dosennya. Populasi penelitian adalah dosen FISIP yang bekerja di kantor pusat, Pondok Cabe Jakarta. Sampel penelitian adalah 51 dosen, yang terdiri dari 15 dosen yang menduduki jabatan struktural dan 36 dosen yang tidak menduduki jabatan struktural. Instrumen untuk mengukur self regulation adalah self regulation questionnaire (SRQ) yang dikembangkan oleh Brown, Miller & Lawedowski, untuk mengukur kepuasan terhadap informasi pekerjaan kerja dikembangkan sendiri oleh peneliti yang didasarkan pada konsepsi kepuasan terhadap informasi kerja yang diajukan oleh Schemerhorn, Hunt & Osborn pada tahun 1999, dan pengukuran work engagement dilakukan melalui instrumen Utrecht Work Engagement Scale (UWES) yang dikembangkan oleh Schaufeli & Salanova pada tahun 2002. Pengumpulan data dilakukan dengan cara meminta responden mengisi instrumen, dan data penelitian dianalisis menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan terhadap informasi pekerjaan memberikan pengaruh kepada work engagement dosen FISIP UT, sedangkan self regulation tidak berpengaruh. Kata kunci: self regulation, kepuasan terhadap informasi kerja, work engagement PENDAHULUAN Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan diterapkan pada akhir tahun 2015 adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antanegara negara ASEAN. MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020. Kondisi ini bagi Indonesia merupakan dua sisi mata uang; di satu sisi merupakan kesempatan yang baik untuk menunjukkan kuantitas dan kualitas produk dan sumber daya manusia, di sisi lainnya akan menjadi bumerang jika Indonesia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena terdapat banyak lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka 157

ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. Mobilitas tenaga kerja yang tanpa hambatan ini memunculkan risiko ketenagakerjaan bagi Indonesia, karena dari sisi kualitas sumber daya manusia (SDM) di tingkat ASEAN Indonesia menduduki posisi terendah. Artinya, kita semua dihadapkan pada sebuah tantangan yang tidak dapat ditolak untuk mengembangkan SDM Indonesia yang kompetitif agar tidak hanya menjadi penonton MEA. Dalam dunia kerja, termasuk di lingkungan perguruan tinggi, untuk dapat bersaing secara efektif institusi tidak cukup hanya merekrut karyawan yang bertalenta tinggi, tetapi lebih penting lagi adalah memiliki karyawan yang mampu mengaplikasikan ilmu dan bakatnya untuk kemajuan institusi. Artinya, perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki keterkaitan psikologis dengan pekerjaannya, yang mampu menjalankan perannya sebagaimana yang diharapkan, dan yang memiliki komitmen dan standar kualitas kerja yang tinggi. Dalam satu dasawarsa terakhir telah terjadi peningkatan studi ilmiah tentang engagement yang semuanya menunjukkan adanya hubungan dengan loyalitas konsumen (Salanova, Agut & Peiro, 2005), dengan kinerja karyawan (Bakker, Schaufeli, Leiter & Taris, 2008), dengan keuntungan finansial (Xanthopoulou, Bakker, Demerouti & Schaufeli, 2009), dengan. kinerja guru guru muda ((Bakker & Bal, 2010), dan dengan self regulation (Jirwe, et al., 2013). Mengembangkan sumberdaya manusia bisa dilakukan antara lain melalui pendidikan/pelatihan; manusia dididik/dilatih oleh pendidik/pelatih untuk menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas. Untuk memperoleh hasil sumberdaya manusia yang berkualitas, ada tiga aspek pembelajaran yang juga harus berkualitas, yaitu: (1) materi pembelajaran, (2) proses pembelajaran, dan (3) pengajar. Bagi Universitas Terbuka (seterusnya disingkat UT), yang menyelenggarakan pendidikan jarak jauh, agar lulusan UT lebih berkualitas diperlukan dosen yang berkualitas dalam arti mereka harus profesional, berpengalaman, dan berwawasan luas. Indikasi dosen yang berkualitas, seperti halnya karyawan pada umumnya, antara lain dapat dilihat dari keterlibatan dia terhadap pekerjaan pekerjaan yang harus dikerjakannya (Kahn, 1990; Demerouti et al, 2001, Harter, Schmidt, Hayes, 2002, dikutip Salanova, Agut, Peiró, 2005;). Keterlibatan seorang karyawan terhadap pekerjaan pekerjaan yang dikerjakannya biasa disebut dengan istilah work engagement (untuk seterusnya istilah ini yang dipakai). Work engagement sendiri dipengaruhi oleh berbagai variabel, seperti kepuasan karyawan terhadap informasi kerja; makin tingi kepuasan yang dirasakan oleh seorang karyawan akan makin tinggi pula work engagement nya (Harter, Schmidt, Hayes, 2002). Selain itu, ternyata self regulation karyawan juga berpengaruh terhadap work engagement; makin self regulated seorang karyawan makin tinggi tingkat kehadirannya di kantor dan makin tinggi motivasi kerjanya (Pelletier, Fortier, Vallerand, Bri`ere, 2002). 158

METODOLOGI Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Self regulation, dan kepuasan terhadap informasi kerja pada dosen FISIP UT secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap work engagement nya. 2. Self regulation dosen FISIP UT berpengaruh signifikan terhadap work engagement nya;. 3. Kepuasan terhadap informasi kerja pada dosen FISIP UT berpengaruh signifikan terhadap work engagement nya. Definisi variabel bebas dan variabel tergantung Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: 1. Work engagement, suatu kondisi di mana seorang karyawan merasa lengket atau menjadi bagian (feel inside) dari organisasi tempat dia bekerja dan mencurahkan segenap pikiran, waktu, dan tenaganya tanpa harus diminta atau diperintah demi untuk kemajuan organisasinya. 2. Self regulation, yaitu kemampuan seseorang untuk mengelola emosi, pikiran, dan tindakannya demi untuk mencapai tujuan yang menyenangkan dirinya. 3. Kepuasan terhadap informasi kerja, yaitu suatu kondisi di mana seorang karyawan memiliki penilaian positif atau negatif terhadap informasi tentang segala sesuatu yang berkait dengan tugas dan pekerjaannya. Instrumen pengukuran work engagement adalah Utrecht Work Engagement Scale (UWES) yang dikembangkan oleh Schaufeli dan Salanova pada tahun 2002 yang terdiri dari 17 item. Instrumen ini terdiri dari 6 item untuk mengukur aspek vigor, 5 item untuk mengukur aspek dedication, dan 6 item untuk mengukur aspek absorption. Sedangkan untuk mengukur selfregulation digunakan self regulation questionnaire (SRQ) yang dikembangkan oleh Brown, Miller, dan Lawendowski dan terdiri dari 63 item. Sementara untuk mengukur kepuasan terhadap informasi kerja peneliti kembangkan instrument yang didasarkan pada konsep kepuasan terhadap informasi kerja dari Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1994) dengan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian. Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara meminta responden mengisi 3 instrumen penelitian yang sudah diuji coba, dan setelah selesai dikumpulkan oleh peneliti. Data penelitian ini dianalisis secara statistik, melalui bantuan komputer menggunakan program SPSS, dengan tahapan sebagai berikut: Pertama, dilakukan analisis korelasional antar variabel bebas self regulation, dan kepuasan terhadap informasi kerja untuk mengetahui ada tidaknya multicolinearity. Analisis korelasional juga dilakukan antara masing masing variabel self regulation, dan kepuasan terhadap informasi kerja dengan variabel work engagement untuk mengetahui linieritas atau keeratan hubungan masing masing. 159

Kedua, dilakukan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran atau deskripsi tingkat work engagement, self regulation, dan kepuasan terhadap informasi kerja responden. Ketiga, dilakukan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh variabel selfregulation dan kepuasan terhadap informasi kerja terhadap faktor penentu variabel work engagement. Hasil analisis ini akan menunjukkan arah dan besaran pengaruh variabel selfregulation dan kepuasan terhadap informasi kerja terhadap variabel work engagement. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Mayoritas dosen FISIP UT memiliki self regulation pada taraf sedang. Meskipun samasama sedang, jumlah dosen yang tidak menjabat lebih banyak yang memiliki selfregulation sedang dibanding yang menjabat. 2. Mayoritas dosen FISIP yang menjabat memiliki tingkat kepuasan terhadap informasi kerja yang lebih tinggi dibanding yang tidk menjabat. 3. Mayoritas dosen FISIP UT memiliki work engagement pada tingkat sedang, terutama pada dosen yang menjabat. Sedangkan dosen yang tidak menjabat justru memiliki tingkat work engagement tinggi. 4. Self regulation dan kepuasan terhadap informasi kerja dosen FISIP UT secara bersamasama tidak memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap munculnya work engagement mereka. Hasil ini menolak hipotesis bahwa self regulation dan kepuasan terhadap informasi kerja berpengaruh terhadap work engagement. Pembahasan 1. Pengaruh self regulation terhadap work engagement Perkembangan self regulation menuntut adanya informasi yang relevan, kesempatan untuk membandingkan informasi tersebut dengan norma norma yang ada, keinginan untuk melakukan perubahan, mencari pilihan pilihan perubahan, menyusun rencana tindakan, dan melaksanakan rencana yang sudah disusun. Artinya, perkembangan self regulation adalah suatu proses yang berkesinambungan, dan selalu diawali dari adanya informasi yang relevan. Dalam kaitannya dengan cara kerja di UT yang menggunakan pendekatan sistem, di mana hasil kerja seseorang atau unit satu akan menentukan hasil kerja unit lainnya, maka informasi yang relevan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan yang dikerjakan seseorang atau suatu unit sangat penting diterima. Informasi ini tentunya yang berwenang memberikan adalah atasan yang bersangkutan atau pimpinan unit yang bersangkutan. Dalam penelitian ini ternyata mayoritas dosen FISIP memiliki kepuasan yang rendah terhadap informasi kerja yang berupa supervisi atasan, yang mencakup umpan balik terhadap hasil kerja. Jika dikaitkan dengan jabatan, ternyata jumlah dosen yang memiliki kepuasan rendah terhadap supervisi atasan lebih banyak dibanding yang menjabat. Hasil ini dapat dijadikan indikasi kurangnya lancarnya aliran informasi yang relevan dari atasan yang diperlukan oleh dosen FISIP terutama yang tidak menjabat untuk mengerjakan tugas tugas yang 160

dibebankan kepadanya. Ketidaklancaran informasi ini menyebabkan dosen kurang berani melakukan inovasi inovasi untuk pelaksanaan pekerjaannya, sehingga mereka cenderung mengambil jalan aman dengan cara mengerjakan pekerjaannya sebagaimana biasa dia lakukan saja. Kondisi ini meyebabkan kurang berkembangnya self regulation dosen FISIP, dan tidak memiliki pengaruh terhadap work engagement mereka. 2. Pengaruh Kepuasan kerja terhadap work engagement Salah satu faktor penggerak work engagement adalah job resources yang meliputi dukungan dari rekan sekerja atau atasan, umpan balik kinerja, keragaman keahlian, otonomi, dan kesempatan belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas dosen FISIP tidak puas terhadap supervisi atasan, termasuk di dalamnya dukungan atasan dan umpan balik kinerja. Hasil ini mengindikasikan bahwa dalam melaksanakan tugasnya mereka merasa tidak memperoleh informasi tentang baik buruknya hasil kerja mereka dan dukungan dari atasannya. Ketiadaan informasi tentang hasil kerja para dosen ini patut diperhatikan karena cara kerja di UT menggunakan pendekatan sistem; artinya hasil kerja satu unit akan menentukan hasil kerja unit berikutnya. Sistem ini mutlak menuntut adanya informasi yang jelas tentang hasil kerja semua orang dan unit yang ada dalam sistem itu. Jika dosen FISIP tidak tahu hasil kerjanya, maka mereka juga akan tidak tahu (kualitas) hasil akhir dari rangkaian pekerjaannya. Akibatnya, mereka bekerja asal tercapai target waktu dan kuantitas saja, tetapi cenderung abai dengan kualitasnya. Inilah yang menyebabkan work engagementnya dosen FISIP berada pada taraf sedang. Indikasi ini diperkuat oleh hasil analisis lanjut yang menunjukkan dimensi dimensi work engagement yang berada pada taraf tinggi pada dosen FISIP adalah vigor dan dedication, sementara absorption berada pada taraf sedang. Artinya, sesungguhnya semangat kerja dan dedikasi dosen UT tinggi, tetapi karena karena kuranglancarnya informasi dan umpan balik kinerja, maka dosen FISIP penuh semangat dan dedikasi tinggi dalam melaksanakan semua pekerjaann yang diberikan, tetapi semua itu hanya dilaksanakan dalam batas yang ditetapkan saja. DAFTAR PUSTAKA Bakker, A. B., Schaufeli, W. B., Leiter, M. P., & Taris, T. W. (Eds). (2008). Special Issue: Engagement at work. Work & Stress, 22. 187 200 Bakker, A. B., & Bal, P. M. (2010). Weekly work engagement and performance: A study among starting teachers. Journal of Organizational and Occupational Psychology. 83. 189 2006 Demerouti, E., Bakker, A.B., Nachreiner, F., & Schaufeli, W.B. (2001). The job demandsresources model of burnout. Journal of Applied Psychology, 86, 499 572. 161

Pelletier, L.G., Fortier, M. S., Vallerand, R.J., & Brière, N. M. (2002). Assotiation among perceived autonomy support, forms of self regulation, and persistence: A prospective study. Motivation an demotion, Vol. 25, No. 4 Salanova, M., Agust, S. & Perio, J. M. (2005). Linking organizational resouce and work engagement to employee performance and customer loyalty: The mediation of service climate. Journal of Applied Psychology. 90. 1217 1227 Schaufeli, W.B., Salanova, M., Gonzales Roma, V. & Bakker, A.B. (2002). The measurement of engagement and burnout: A confirmative analytic approach. Journal of Happiness Studies, 3, 71 92. Schermerhorn, J. R., Hunt, J. G., & Osborn, R. (1994). Managing organizational behavior. 5 th ed. Canada: John Wiley & Sons Xanthopoulou, D., Bakker, A.B., Demerouti, E. & Schaufeli, W.B. (2009). Work engagement and financial returns: A diary study on the role of job and personal resources. Journal of Organizational and Occupational Psychology, 82, 183 200. 162