BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

Lampiran 1. Kepada Yth. Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga di Salatiga

CONTOH PROGRAM KERJA KKG MI

Dengan Rahmat Allah Tuhan Yang Maha Esa,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan

Organisasi Profesi. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Organisasi Profesi Keguruan. Afid Burhanuddin

PROGRAM KERJA KKG GUGUS IV JATIWARAS TAHUN 2015/2016

ANGGARAN DASAR KELOMPOK KERJA GURU MI GUGUS I BOJONG KECAMATAN RONGGA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB 3 METODE PENELITIAN

pembelajaran sesuai dengan kurikulum.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU MELALUI KKG DI GUGUS IMAM BONJOL KEC.SIDOREJO KOTA SALATIGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Tempat dan Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PROGRAM KKG

STANDAR PENGEMBANGAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

Lampiran 1. CEKLIST KOMPONEN KKG AHMAD YANI Nama Gugus : Ahmad Yani Jumlah guru : 36 Orang. N Aspek yang dinilai Penilaian o

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Medan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) komunikasi, (2) sumber daya,

RAMBU-RAMBU PENGEMBANGAN KEGIATAN

MENJADI GURU UTAMA DENGAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. Oleh : Dra. Nuraeni T, M.H BAB I. PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI CILACAP TENTANG KABUPATEN CILACAP BUPATI CILACAP,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANALIS KEBIJAKAN INDONESIA - AAKI (ASSOCIATION OF INDONESIAN POLICY ANALYSTS - AIPA) BAB I KETENTUAN UMUM

TEAM TEACHING: SEBUAH STRATEGI UNTUK MEMBANGUN LEARNING COMMUNITY

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

Lampiran 1 TRANSKIP WAWANCARA

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

SURAT KEPUTUSAN NOMOR : SKEP-03/IW PUSAT/IV/2004

BAB III METODE PENELITIAN

Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan pe

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP

Strategi Pemberdayaan dan Pengembangan KKG dalam Upaya Pembinaan Profesi Guru Sekolah Dasar PENGEMBANGAN MANAJEMEN KKG

KINERJA GURU DI SD KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG. Halimatussakdiah dan Khairul Anwar Surel :

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. negara, maupun pemerintah pada era reformasi ini (Suyanto, 2003:17).

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah.

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

Oleh : Muh. Khamim N I M : Q

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

panduan dasar dalam melaksanakan program kerja, a. Isi program kerja PGRI dalam meningkatkan profesionalisme guruguru,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 20 TAHUN 2005

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di SDN 2 Botumoputi kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guna meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan di Indonesia,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUMAS

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Ben

BAB IV HASIL PENELITIAN

TAHUN : 2005 NOMOR : 02 TENTANG AKREDITASI SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1. Pengertian

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BABV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

RAMBU-RAMBU PENGEMBANGAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR ISTILAH

KATA PENGANTAR. Rencana Strategis BKPSDM Kab. Pessel Tahun

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2005

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Oktober Tata Kerja. Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi. S u r a b a y a, O k t o b e r

WALIKOTA BANJARBARU Alamat Kantor : JL. Panglima Batur No.1 Telp.(0511) Fax. (0511) Banjarbaru Kalsel

I. PENDAHULUAN. berwenang menetapkan dokumen perencanaan. Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN 2004) yang kemudian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERHIMPUNAN PEREMPUAN LINTAS PROFESI INDONESIA (PPLIPI)

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR

HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012

VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. SURAT KETETAPAN No. 003/TAP SI/DPM-H IPB/II/2014

MUKADDIMAH. Forum Pimpinan Fakultas Bidang Ilmu Pertanian PTM se Indonesia (FPF-BIP PTM) mempunyai:

Berdasarkan hasil temuan penelitian temngkap bahwa pelaksanaan. biasa telah berjalan dan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang ada,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) KELUARGA MAHASISWA MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS GADJAH MADA PEMBUKAAN

IKA FIA UB GARIS BESAR ATURAN ORGANISASI IKATAN ALUMNI FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Transkripsi:

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Pengembangan Profesionalisme Guru melalui KKG dilakukan di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Data SD di wilayah ini sebagai berikut. 4.1.1 Jumlah Sekolah Di Gugus Imam Bonjol terdapat 8 SD/MI yaitu 6 SD negeri, 1 SD swasta Katholik dan 1 MI, namun MI tidak pernah ikut dalam keanggotaan KKG. SD yang masuk keanggotaan dalam KKG Gugus Imam Bonjol adalah SDN Sidorejo Lor 02, SDN Sidorejo Lor 03, SDN Sidorejo Lor 06, SDN Sidorejo Lor 07, SDN Pulutan 01, SDN Pulutan 02, dan SD Marsudirini 77. Tujuh sekolah tersebut selalu aktif dalam kegiatan KKG baik KKG guru kelas maupun mapel meliputi mapel agama, mapel penjasorkes, dan mapel bahasa Inggris. KKG mapel dalam pelaksanaannya terpisah dengan KKG guru kelas. KKG Mapel dilaksanakan di tingkat kecamatan atau kota. 4.1.2 Sekretariat KKG Sekretariat KKG bertempat di SD inti di suatu gugus. SD Inti Gugus Imam Bonjol yaitu SD Negeri Sidorejo Lor 03, sedangkan SD lain yang terletak dalam satu gugus disebut SD imbas. Jadi Gugus Imam Bonjol memiliki sekretariat di SD Negeri Sidorejo Lor 03 63

Salatiga yang beralamat di Jalan Imam Bonjol Nomor 86 Salatiga 50716. Sekretariat KKG Imam Bonjol digunakan untuk alamat surat menyurat maupun tempat bertanya tentang segala kegiatan yang ada di Gugus, serta tempat menyimpan administrasi dan kelengkapan sarana dan prasarana gugus. KKG Gugus Imam Bonjol tidak memiliki Pusat Kegiatan Guru (PKG) karena keterbatasan lahan di SD inti. Oleh karena itulah maka kegiatan KKG di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Sidorejo Salatiga dalam pelaksanaannya dilakukan secara bergilir dari satu sekolah ke sekolah lain. 4.1.3 Keanggotaan KKG Keanggotaan KKG adalah semua guru yang berada di wilayah Gugus Imam Bonjol yang dapat digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.1. Jumlah Guru berdasar Status Kepegawaian No. Nama Sekolah PNS Non PNS/ GTT/WB Jumlah 1 SD N Sidorejo Lor 02 10 2 12 2. SD N Sidorejo Lor 03 10 1 11 3. SD N Sidorejo Lor 06 11 1 12 4. SD N Sidorejo Lor 07 8 2 10 5. SD N Pulutan 01 9 2 11 6. SD N Pulutan 02 8 2 10 7. SD Marsudirini 77 8 8 Jumlah 56 18 74 64

Tabel 4.2. Jumlah Guru berdasar Pendidikan dan Sertifikasi Keprofesionalan Pendidikan No Nama Sekolah SPG/ Sertifikasi S2 S1 D2/3 SGO 1 SD N Sidorejo Lor 02-8 4-5 2. SD N Sidorejo Lor 03 1 7 3-9 3. SD N Sidorejo Lor 06-8 4-9 4. SD N Sidorejo Lor 07-8 1 1 6 5. SD N Pulutan 01-5 6-5 6. SD N Pulutan 02-7 3-5 7. SD Marsudirini 77-7 1-5 Jumlah 1 50 22 1 74 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1 Langkah-langkah yang dilalui dalam evaluasi program KKG Gugus Imam Bonjol Langkah-langkah yang dilalui dalam evalusi program kesenjangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Identifikasi komponen program yang dianalisis Program KKG yang akan dianalisis sesuai desain implementasi program terdiri dari 5 komponen, yaitu: komponen perencanaan, komponen implementasi program rutin, komponen implementasi program pengembangan, komponen evaluasi program, dan komponen pelaporan dan tindak lanjut. B. Penentuan standar program Dalam penelitian ini peneliti menggunakan standar yang sudah ada yaitu standar pengembangan KKG dari direktorat yang terangkum 65

dalam 5 komponen yaitu komponen perencanaan (indikator 1-14), komponen implementasi rutin (indikator 15-21), komponen implementasi program pengembangan (indikator 22-31), komponen evaluasi program (indikator 31-42), dan komponen pelaporan dan tindak lanjut (indikator 43-50) seperti berikut ini. 1. Pembuatan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi KKG. 2. Pembuatan visi KKG yang menjadi kriteria khusus keberadaan Gugus Imam Bonjol. 3. Penjabaran misi dan tujuan sesuai dengan visi yang dibuat. 4. Sosialisasi standar program KKG dari Direktorat Profesi Pendidik. 5. KKG menyusun AD/ ART. 6. Pembuatan program KKG oleh KKKS dan Pengurus KKG. 7. Penentuan kalender kegiatan KKG. 8. Pembuatan program oleh tim khusus. 9. Program mengacu pada program tahun lalu 10. Program disesuaikan dengan kebutuhan guruguru di Gugus Imam Bonjol 11. Program yang dibuat mengacu program KKKS. 12. Program dibuat berdasarkan Standar dari Direktorat Profesi Pendidik. 13. Program sesuai dengan skala prioritas. 14. Sosialisasi program yang dibuat kepada anggota KKG oleh pengurus. 15. Program dijalankan setiap bulan secara rutin. 16. Pertemuan sering dilakukan pengisian informasi dari Dinas (Pengawas). 17. KKG membuat perangkat pembelajaran. 18. KKG membuat instrumen evaluasi belajar. 19. Materi pembelajaran di kelas dibahas dalam KKG. 20. KKG membahas masalah yang dihadapi para guru. 21. Pembahasan materi dan pemantapan menghadapi Ujian Nasional untuk guru kelas VI. 22. Program KKG dapat meningkatkan profesionalisme guru di Gugus Imam Bonjol. 23. Program pengembangan KKG dengan penelitian. 24. Program pengembangan KKG dengan penulisan 66

PTK. 25. Program pengembangan KKG dengan seminar, lokakarya, koloqium (paparan hasil penelitian) dan diskusi panel. 26. Program pengembangan dengan pendidikan dan pelatihan berjenjang. 27. Program pengembangan dengan penyusunan website KKG. 28. Program pengembangan dalam pelatihan menggunakan ICT. 29. Program pengembangan dengan penerbitan jurnal. 30. Program pengembangan dengan Lesson Study 31. Pembahasan Kompetensi Kinerja Guru. 32. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan dilakukan evaluasi terhadap materi atau kegiatan saat itu. 33. Evaluasi dilakukan secara lisan oleh pengurus kepada anggota. 34. Setiap pelaksanaan program dievaluasi. 35. Evaluasi dilakukan tiap akhir tahun pelajaran/awal tahun pelajaran. 36. Evaluasi menggunakan standar instrumen yang berlaku. 37. Evaluasi dilakukan oleh pengurus saja. 38. Instrumen evaluasi dibuat pengurus /KKKS. 39. Pembahasan kendala-kendala tiap akhir semester yang dialami. 40. Evaluasi program dilaksanakan oleh tim monev. 41. Evaluasi program dilakukan bersama anggota dan pengurus. 42. Evaluasi program didiskusikan bersama KKKS dan pengurus KKG. 43. Menuliskan masalah-masalah yang muncul dari program yang sudah dijalankan selama akhir semester. 44. Menentukan kriteria pemecahan masalah. 45. Membuat tindak lanjut dari hasil evaluasi yang dibuat. 46. Menyampaikan hasil evaluasi ke anggota untuk dijadikan bahan masukan. 47. Membuat laporan hasil evaluasi sebagai pertanggunjawaban pelaksanaan program. 48. Laporan pertanggungjawaban disampaikan secara lisan oleh ketua kepada anggota. 49. Tidak ada laporan hasil evaluasi. 50. Menyampaikan hasil laporan ke ketua KKKS dan Dinas. 67

C. Penyebaran kuesioner dan wawancara terfokus Isi kuesioner dan wawancara disesuaikan dengan desain gap analisis yang akan dilakukan. Kuesioner diisi oleh 3 kelompok, yaitu kepala sekolah dan UPT, pengurus, dan anggota. Berdasarkan hasil kuesioner dipilih pokok-pokok yang menarik untuk dibahas dalam diskusi kelompok terfokus. D. Analisis data Peneliti menganalisis program-program KKG Gugus Imam Bonjol Kecamatan Sidorejo tahun 2010/2011, 2011/2012, 2012/2013, apa standar kinerja dari KKG Gugus Imam Bonjol, apa saja program-program peningkatan profesionalitas guru, apakah ada kesenjangan antara standar kinerja KKG dengan program yang dibuat dan kesenjangan dengan kenyataan yang ada, serta faktor-faktor apa yang menyebabkan kesenjangan tersebut. Dari data yang sudah terkumpul dianalisis, diorganisir, ditata dan didiskripsikan secara sistematis. Temuan peneliti dianalisis dan direfleksi lebih lanjut melalui upaya pemaknaan (meaning) atas data temuan tersebut. Data kuesioner yang diperoleh dimasukkan dalam tabel dan dinyatakan dalam besaran presentase kesenjangan. Presentase kesenjangan diperoleh dari standar yang seharusnya dikurangi implementasi. Jika standar tersebut diasumsikan 100% maka kesenjangan adalah 100% dikurangi data riil di lapangan. Hal ini dapat dilihat dari tabel pembahasan dan hasil penelitian. 68

E. Follow up Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui kinerja pelayanan yang diberikan. Selanjutnya KKG tersebut dapat memperoleh balikan/hasil guna menyusun program yang dapat diperlukan untuk meminimalkan kesenjangan tersebut. 4.2.2 Hasil Penelitian Berdasarkan analisis kesenjangan yang telah dilaksanakan dari perencanaan dan implementasi program KKG Gugus Imam Bonjol tahun 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013 diperoleh hasil berdasarkan standar, ternyata terdapat kesenjangan yang bervariasi yaitu: Tabel 4.3 Presentase Kesenjangan Presentase Kesenjangan Kriteria 0 20 % Rendah 21 40 % Sedang 41 60 % Tinggi 61 80 % Menyimpang Uraian hasil penelitian sebagai berikut: A. Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan perencanaan. KKG Gugus Imam Bonjol sudah menyusun program. Program-program KKG yang diteliti dari tahun 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013. Berdasarkan standar dari Direktorat program yang sudah 69

direncanakan belum sepenuhnya sesuai. Hasil kuesioner dari kelompok KS dan UPT, pengurus dan anggota terdapat kesenjangan antara 21-40%. Hal ini dapat dilihat dari grafik 4.1 dengan standar dari Direktorat 100% dikurangi implementasi dari masingmasing kelompok tersebut. Kesenjangan sebesar 21-40% tersebut termasuk dalam kriteria sedang. Grafik 4.1 Kesenjangan antara Standar dengan Perencanaan 100 80 100 100 100 74.8 70.13 66.45 60 40 20 25.2 29.87 33.55 0 KS dan UPT Pengurus Anggota Standar Perencanaan Kesenjangan Kesenjangan antara standar dengan perencanaan dari kelompok responden kepala sekolah dan UPT sebesar 25,2%, pengurus 29,87% dan anggota sebesar 33,55%. Dari ketiga kelompok responden diperoleh data kesenjangan antara standar dengan perencanaan program menunjukkan kesenjangan dengan kriteria sedang yaitu antara 21 40%. Kesenjangan ini terjadi karena dalam membuat perencanaan program di Gugus Imam Bonjol belum menggunakan standar yang berasal dari Direktorat. KKG 70

di Gugus tersebut membuat perencanaan sederhana yang digunakan sebagai pedoman dalam mengimplementasikan program. Dari hasil wawancara dengan anggota dan pengurus, diperoleh data bahwa perencanaan program di Gugus tersebut dilakukan oleh pengurus dan kepala sekolah segugus Imam Bonjol dengan berpedoman pada program Gugus tahun sebelumnya; juga berdasarkan kebutuhan seperti yang diungkapkan oleh ketua KKG sebagai berikut. Program kerja KKG tahun 2012-2013 dibuat berdasarkan kebutuhan guru, sedang untuk kepengurusan sebelumnya mengacu pada program tahun lalu juga berdasarkan kalender pendidikan yang berlaku. Dalam hal perencanaan program, terdapat kesenjangan antara standar yang ditetapkan direktorat dengan hasil perencanaan program yang dibuat pengurus. Hal ini terjadi karena dalam membuat perencanaan program, pengurus gugus mendasarkan pada program gugus sebelumnya, bukan pada standar dari direktorat, sehingga kelengkapan-kelengkapan dan tatacara yang ada seperti tergambar dalam standar dari direktorat belum dilakukan sepenuhnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah yang sesuai dengan standar tentang analisis SWOT, serta pembuatan visi dan penjabaran misi dilakukan secara tersirat, yang berarti bahwa langkah tersebut direncanakan namun secara administrasi tidak tercatat, hanya dilakukan secara lisan saja. Hal ini diungkapkan salah satu pengurus saat dilakukan wawancara sebagai 71

berikut dalam FGD di SD Pulutan 02 tanggal 28 Maret 2013: Ya semua sebenarnya sudah dilakukan pada saat penyusunan program namun, tidak tertulis saja.ya saat musyawarah dalam penentuan program mana yang belum terleaksana apa peluang dan tantangan yang dihadapi, begitu bu Ada dua hal yang sama sekali tidak dilakukan, yaitu sosialisasi standar program dari direktorat dan penyusunan AD/ART. Hal ini terjadi karena pengurus, Kepala Sekolah, dan UPT Disdikpora belum mengetahui adanya pedoman dari Direktorat. Namun demikian, pembuatan program, penentuan kalender, program sesuai kebutuhan guru, program mengacu dari program KKKS, program sesuai dengan skala prioritas, dan sosialisasi program sudah dilakukan. B. Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan implementasi program rutin Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan implementasi program rutin dapat dilihat seperti terdapat dalam gambar berikut: 100 50 Gambar 4.2. Kesenjangan antara standar dengan implementasi program rutin 100 100 100 73.81 69.48 71.48 26.19 30.52 28.52 0 KS dan UPT Pengurus Anggota Standar Implementasi program rutin Kesenjangan 72

Kesenjangan antara standar dengan kelompok responden untuk komponen implementasi program rutin yaitu kepala sekolah dan UPT sebesar 26.19%, pengurus 30.52% dan anggota sebesar 28.52%. Kriteria kesenjangan antara standar dengan implementasi program rutin menunjukkan kesenjangan yang sedang yaitu 21 40%. Implementasi program rutin selalu ada dalam program pembuatan perangkat pembelajaran namun dalam implementasi program tidak sampai pada produk sehingga guru masih bekerja sendiri-sendiri. Seperti hasil wawancara dari anggota sebagai berikut: Kegiatan KKG yang mengarah pada pembuatan perangkat pembelajaran belum sampai menghasilkan produk yang dapat digunakan bersama, guru masih membuat semua perangkat sendiri-sendiri. Kegiatan rutin berjalan dengan baik namun waktu habis untuk pembinaan dinas. Dalam pertemuan FGD pada tanggal 28 Maret 2013 di SDN Pulutan 02 pada pukul 12.00 13.30 terjadi diskusi yang menarik tentang implementasi program rutin dengan realita di lapangan. Mereka berpendapat bahwa program rutin seharusnya tercantum dan diimplementasikan dalam kegiatan tiap bulannya dengan kegiatan KKG kelas, seperti berikut; Dari ketua KKG diungkapkan sebagai berikut: KKG selama ini lebih banyak diisi oleh pengawas karena ketua gugus mewajibkan setiap pertemuan harus ada pembinaan dinas. Maka, yang terjadi 73

waktu habis diisi oleh pembinaan dinas sedang KKG kelas tidak dapat dilaksanakan. Hal senada juga disampaikan oleh sekretaris dan ketua dua: Kita tidak bisa lepas dari dinas karena secara birokrasi ketua gugus, pengawas dan ka UPT menandatangani undangan sedang ketika isian dinas tidak etis jika waktu dibatasi Ketua KKG menimpali: Bahwa tahun ini jelas kita tidak dapat melaksanakan tanpa pembinaan dinas, karena ketua gugus mewajibkan ada pembinaan dinas dalam setiap kegiatan. Tahun berikutnya kita buat pada pertemuan pertama ada pembinaan dinas, dan pada pertemuan kedua KKG kelas tanpa pembinaan dinas. Dari hasil wawancara dan notula rapat bahwa tiap pertemuan selalu ada pembinaan dinas. Acara diisi dengan pembukaan, sambutan ketua KKG, sambutan Ketua Gugus, sambutan pengawas dilanjutkan isian. Pengawas memberi sambutan dilanjutkan dengan isian materi program sampai waktu habis. Hal ini membuat KKG Kelas tidak pernah ada. C. Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan implementasi program pengembangan Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan implementasi program pengembangan dapat dilihat seperti gambar berikut: 74

Gambar 4.3. Kesenjangan antara standar dengan implementasi program pengembangan 100 50 100 100 100 55.83 44.17 47.552.5 51.43 48.57 0 KS dan UPT Pengurus Anggota Standar Implementasi program pengembangan Kesenjangan Kesenjangan antara standar dengan kelompok responden untuk komponen implementasi program pengembangan yaitu berdasar kelompok kepala sekolah dan UPT sebesar 44,17%, pengurus 52,5% dan anggota sebesar 48,57%. Kesenjangan implementasi program pengembangan dengan standar menunjukkan kesenjangan tinggi yaitu antara 41 60 %. Hal ini dapat dilihat dalam progam pengembangan pada tahun 2010/2011 dan 2011/2012 belum dicantumkan dan implementasi ada satu kegiatan sesuai program yang ada. Menurut standar dari direktorat program KKG paling tidak sekurang-kurangnya tiga dari 13 program pengembangan yang ada yaitu a) penelitian, b) PTK, c) Seminar, lokakarya, koloqium (paparan hasil penelitian), dan diskusi panel, d) Pendidikan dan pelatihan berjenjang (diklat berjenjang), e) penerbitan jurnal KKG, f) penyusunan website KKG, g) forum KKG provinsi, h) peer coaching (kerjasama antar guru untuk memecahkan masalah pembelajaran), k) professional learning community (komunitas-belajar professional), l) TIPD 75

(Teachers Internasional Professional Developmenty/ kerjasama KKG internasional), m) global gateway (kemitraan lintas Negara). Dari ketiga belas program di atas tak satupun ada dalam program di tahun 2010/2011 dan 2011/2012. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya ada kegiatan program pengembangan yang dilaksanakan dalam KKG. Kegiatan peer coaching (kerjasama antar guru untuk memecahkan masalah pembelajaran) sering dilakukan walaupun tidak tercantum dalam program. Hasil FGD dengan pengurus dan anggota menyatakan bahwa program pengembangan belum memenuhi standar dari direktorat, baru ada 33% saja pada tahun 2012/2013 namun, implementasinya belum sampai pada produk yaitu pendampingan penulisan PTK maupun hasil PTK. D. Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan program evaluasi Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan program evaluasi seperti terlihat dalam gambar berikut: 100 80 60 40 20 0 Gambar 4.4. Kesenjangan antara standar dengan evaluasi program KKG 100 100 100 68.69 31.31 60.33 39.67 53.73 46.27 KS dan UPT Pengurus Anggota Standar Evaluasi Program KKG Kesenjangan 76

Kesenjangan dari kelompok responden untuk evaluasi program yaitu kepala sekolah dan UPT sebesar 31,31%, pengurus 39,67% dan anggota sebesar 46,27%. Kesenjangan antar standar dengan evaluasi program dengan kelompok kepala sekolah dan UPT serta pengurus menunjukkan kesenjangan sedang yaitu antara 21 40%. Sedangkan untuk kelompok anggota menunjukkan kesenjangan yang tinggi yaitu antara 41 60%. Kesenjangan dari dua kelompok di atas menunjukkan bahwa evaluasi program pada implementasinya tidak berjalan sesuai ketentuan dalam standar dari direktorat. Dalam kegiatan FGD dengan pengurus dan anggota dinyatakan bahwa evaluasi program dilakukan pada akhir atau awal tahun pelajaran, walaupun diakhir semester dalam program selalu dicantumkan. Beda dengan pengurus tahun 2010-2012 yang menyatakan bahwa: Ya secara jujur memang tidak ada evaluasi walaupun dalam program dicantumkan Sementara itu untuk kepengurusan 2012-2013 mengatakan sebagai berikut; Program evaluasi tiap semester ada. Dalam pelaksanaan karena kepengurusan belum ada satu tahun maka rencana pada akhir semester atau awal tahun pelajaran Berbeda dengan pengurus, anggota sebagian menyatakan tidak tahu tentang pelaksanaan evaluasi program. Saya tidak tahu apakah program dievaluasi atau tidak karena dalam kegiatan tersebut tidak melibatkan anggota. 77

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa program evaluasi tidak melibatkan anggota. Dalam masa kepengurusan 2010/2011 dan 2011/2012 tidak ada evaluasi program, sementara kepengurusan 2012/2013 evaluasi dilakukan diakhir tahun atau awal tahun oleh pengurus dan KKKS saja. Kedua masa kepengurusan tersebut sudah mencantumkan dalam program, namun implementasinya untuk kepengurusan lama tidak melakukan dan untuk kepengurusan baru sudah melakukan namun tidak sesuai dengan rencana program yang dibuat. E. Hasil analisis kesenjangan standar dengan pelaporan dan tindak lanjut Hasil analisis kesenjangan dalam pelaporan dan tindak lanjut sesuai dengan standar seperti terlihat dalam gambar berikut: Gambar 4.5. Kesenjangan standar dengan pelaporan dan tindak lanjut 100 80 60 40 20 0 100 100 100 59.72 61.78 69.52 40.28 38.22 30.48 KS dan UPT Pengurus Anggota Standar Pelaporan dan Tindak Lanjut Kesenjangan 78

Kesenjangan dari kelompok responden untuk komponen pelaporan dan tindak lanjut dengan pedoman yaitu kepala sekolah dan UPT sebesar 40,28%, pengurus 61,78% dan anggota sebesar 69,52%. Pada kelompok kepala sekolah dan UPT kesenjangan pelaporan dan tindak lanjut dengan pedoman menunjukkan kesenjangan tinggi yaitu berada diantara 41 60 %, sedang kelompok pengurus dan anggota berada dalam kriteria menyimpang yaitu antara 61 80 %. Hal ini berdasarkan data bahwa pelaporan dan tindak lanjut ada dalam program namun implementasinya tidak sesuai. Program tindak lanjut dilakukan dalam tiap tahunnya yaitu dengan memprogramkan kembali untuk program-program yang belum berjalan. Sedang, untuk pelaporan tidak dilakukan secara lengkap tentang permasalahan yang dihadapi maupun alternatif-alternatif pemecahannya. Pengurus membuat laporan dengan mengeluarkan STTPL hasil kegiatan selama akhir tahun ajaran yang diberikan pada semua anggota. 4.2.3 Pembahasan A. Standar kinerja KKG Gugus Imam Bonjol Sebagian besar Ka-UPT, Kepala sekolah, pengurus KKG dan guru menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya standar pengembangan KKG dari direktorat. Beberapa pendapat mengungkapkan sebagai berikut: Responden 1: ya secara ideal memang KKG dilakukan menurut standar seperti yang ada dalam kuesioner dalam penelitian ini. 79

Responden 2: Ternyata ada to standar KKG itu, saya baru tahu karena selama ini KKG yang berjalan ya seperti umumnya, ada program dilaksanakan. Sementara itu hasil FGD yang diselenggarakan di SD Pulutan 02 menunjukkan bahwa pedoman dalam kegiatan KKG selama ini adalah program-program KKG tahun sebelumnya, kalender pendidikan, serta program yang dibuat berdasarkan kebutuhan guru. Hasil temuan penelitian juga menunjukkan bahwa KKG Gugus Imam Bonjol belum memiliki pedoman yang seharusnya, yaitu standar pengembangan KKG tahun 2008 yang berasal dari direktorat. Perencanaan KKG yang dibuat sudah menunjukkan adanya prosedur yang mengarah pada standar, namun belum sepenuhnya sesuai prosedur yang tercantum pada standar tersebut. Dalam standar pengembangan KKG (2008:7) dinyatakan bahwa standar program meliputi sebagai berikut: a) Penyusunan program KKG dimulai dengan menyusun visi, misi, tujuan, sampai kalender kegiatan namun dalam kenyataannya hanya penyusunan program dan kalender kegiatan saja. b) Program KKG diketahui oleh ketua KKKS dan disyahkan oleh kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, kenyataannya belum ada pengesahan dari dinas pendidikan. c) Program KKG terdiri dari program rutin dan pengembangan. B. Program-program peningkatan profesionalitas guru di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Sidorejo 80

Program-program Gugus Imam Bonjol meliputi tahun 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013 dapat dilihat dalam tabel 4.4 s/d 4.8 Program KKG menurut standar pengembangan KKG (2008:7) terdiri dari program rutin dan program pengembangan. Program rutin sekurang-kurangnya terdiri dari: diskusi permasalahan pembelajaran, penyusunan silabus, program semester, dan rencana program pembelajaran, analisis kurikulum, penyusunan instrumen evaluasi pembelajaran, dan pembahasan materi dan pemantapan menghadapi ujian nasional. Dari hasil temuan penelitian tampak bahwa program KKG Imam Bonjol untuk tahun pelajaran 2010/2011 dan 2011/2013 sama persis, perbedaannya terletak pada pelaksanaannya. Menurut pengurus, perbedaan pelaksanaan ini terjadi karena banyak program untuk tahun pelajaran 2010/2011 yang belum terlaksana, sehingga pada tahun pelajaran 2011/2012 diprogramkan kembali. Berdasarkan data yang diperoleh dari dokumen notula kegiatan KKG tampak bahwa yang terjadi banyak program KKG yang direncanakan, tidak terlaksana sesuai dengan yang diprogramkan. Yang terlaksana justru agenda lain, biasanya berupa pembinaan Dinas dari pengawas sekolah. Dari hasil wawancara dengan pengurus menunjukkan bahwa pengurus kurang koordinasi dan saling lempar tanggung jawab. Hal ini karena adanya mutasi ketua KKG untuk menjadi kepala sekolah di kecamatan lain, sehingga yang menjadi ketua pengganti bukan merupakan pilihan 81

anggota KKG, tetapi merupakan tunjukkan seperti yang dituturkan oleh pengurus berikut ini. Seharusnya ketika terjadi mutasi ketua KKG karena promosi kepala sekolah, maka yang menggantikan adalah wakil ketua, namun kenyatannya wakil ketua tidak mau karena berbagai alasan sehingga ditunjuklah saya menjadi ketua. Ibu tahu sendiri to ketua KKG adalah kerja sosial sehingga banyak yang tidak mau. Hanya karena diberi kepercayaan dan ditunjuk saja maka dengan terpaksa saya mau. Yang mampu banyak tapi tidak mau. Yang terjadi adalah saling lempar tanggung jawab. Sehingga program ya kopi paste aja. Ya sekedar formalitas. Dari hasil FGD, pengurus tidak mempunyai kewenangan untuk mengelola manajemen ke-kkg-an. Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan adanya faktor ekonomi yang sangat mempengaruhi pengurus dalam kinerjanya, dimana pengurus tidak mendapatkan kesejahteraan atas hasil kerja kerasnya, sehingga kepengurusan bukanlah hal yang menarik bagi anggota untuk dapat menduduki jabatan tersebut. C. Kesenjangan antara standar kinerja dengan program dan kesenjangan antara program dan implementasinya. Kegiatan KKG dilaksanakan dalam setiap gugus yang anggotanya terdiri atas 6-8 Sekolah Dasar yang berdekatan. KKG dalam pelaksanaanya memiliki pedoman atau standar kinerja yang digunakan. Berdasarkan hasil FGD di Gugus Imam Bonjol, standar kinerja KKG masih mengacu pada program KKG tahun sebelumnya, program KKKS dan Kalender Pendidikan, belum mengacu pada standar pengembangan KKG 82

tahun 2008 yang berasal dari direktorat, sehingga program yang direncanakan belum sesuai dengan standar yang seharusnya. Dalam implementasinya, antara pelaksanaan dan program yang dibuat pada tahun pelajaran 2010-2011 semester 1 dan 2 terlaksana 53,85%, tahun pelajaran 2011-2012 semester 1 dan 2 ada penurunan, yaitu program terlaksana 38,46% sedangkan pada tahun pelajaran 2012/2013, ada peningkatan pelaksanaan baik pada semester 1 dan semester 2 yaitu pada semester 1 terlaksana 70% dan semester 2 terlaksana 81,82%. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Gambar 4.6 Keterlaksanaan Program 100 80 60 40 20 0 81.82 70.00 61.54 61.54 53.85 53.85 46.15 46.15 38.46 38.46 30.00 18.18 Sem 1 sem 2 sem 1 sem 2 sem 1 sem 2 2010-2011 2010-2011 2011-2012 2011-2012 2012-2013 2012-2013 Tak Terlaksana Terlaksana D. Faktor-faktor yang mempengaruhinya Periode tahun pelajaran 2010/2011 dan 2011/2012 merupakan masa peralihan kepengurusan. Seperti dikatakan salah satu pengurus sebagai berikut. Lha piye to bu, saya sebenarnya bukan ketua. Ketuanya sudah pindah dipropmosikan sebagai 83

kepala sekolah di kecamatan lain. Seharusnya kan ketua dua yang menjadi ketua. Karena berbagai alasan akhirnya ketua dua tidak jadi ketua maka ditunjuklah saya. Jabatan ketua memang kerja sosial sehingga ditawak-tawake yo ra ono sing gelem. Kepengurusan ini tidak jalan baik antara pengurus satu dengan pengurus yang lain saling lempar tanggung jawab. Sedang pengurus yang lain mengatakan : Program sering berbenturan dengan kepentingan dinas, sehingga program sering tidak dapat berjalan. Jika ketua Gugus mengatakan diundur maka pengurus tidak memiliki otonomi untuk melaksanakan program. Kepentingankepentingan inilah yang membuat program menjadi terhambat. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumen yang diperoleh dari notula kegiatan KKG Gugus Imam Bonjol, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan, yaitu: a. Kepala sekolah, Ka-UPT dan pengurus KKG belum tahu adanya standar pengembangan KKG dari direktorat, sehingga standar KKG yang digunakan mengacu pada kinerja KKKS dan program KKG tahun sebelumnya. b. Program KKG yang dirancang dalam implementasinya mengalami hambatan waktu yaitu bersamaan dengan kepentingan dinas sehingga dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan program. Demikian juga, kepengurusan KKG masih sangat tergantung dengan ketua gugus yang cenderung mengikuti kepentingan Dinas, belum secara penuh memiliki otoritas. c. Kepengurusan belum berjalan sesuai dengan peran masing-masing. Kepengurusan kelas bahkan hanya sebatas formalitas karena dalam implementasinya 84

program sering dan bahkan selalu dilakukan KKG umum bukan KKG kelas. Oleh karena itu kepengurusan KKG kelas tidak berfungsi sepenuhnya. Hanya dalam hal pembagian tugas pembuatan soal dan kisi-kisi saja kepengurusan dapat berjalan. d. Dana KKG selama ini masih dilakukan bersamaan dengan iuran KKKS sehingga besaran dan pengelolaan dana oleh bendahara KKG hanya kegiatan rutin yang dilakukan. Dana pengembangan lain belum dimiliki. e. KKG Gugus Imam Bonjol tidak memiliki ruang PKG sebagai pusat kegiatan guru. Hal ini menyebabkan kegiatan dilakukan dengan anjang sana yang kondisi masing-masing sekolah tidak sama. Ruang PKG sangat penting dalam rangka sebagai tempat pusat segala informasi dan administrasi yang dimiliki KKG. f. Struktur organisasi pengurus belum mengacu pada standar pengembangan KKG sehingga kepengurusan hanya sebatas kepengurusan inti dan kelas. g. Belum adanya pendataan instruktur yang dapat mengisi kegiatan KKG sesuai dengan keahlian, sehingga kegiatan KKG selama ini banyak diisi dengan tutor sebaya. h. Belum ada kerjasama dengan perguruan tinggi, dinas maupun lembaga terkait dengan pengembangan profesionalisme guru sehingga pelaksanaan KKG masih bersifat umum belum mengarah pada peningkatan guru sebagai tenaga professional. Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tersebut, tampak bahwa faktorfaktor tersebut mencakup dan berkenaan dengan banyak aspek. Dalam pandangan Edwards (Winarno, 85

2007:175; Subarsono, 2006:90; Tilaar & Nugroho,2009: 222) implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni: komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Keempat faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain. Faktor komunikasi, antara lain berarti bahwa keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Dalam hal penelitian ini, sebagaimana tampak dari data di atas, Kepala sekolah, Ka-UPT dan pengurus KKG belum tahu adanya standar pengembangan KKG dari direktorat, sehingga standar KKG yang digunakan selama ini hanya mengacu pada kinerja KKKS dan program KKG tahun sebelumnya. Sementara itu, faktor sumber daya dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya finansial. Bila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Terkait dengan faktor ini, dalam penelitian ini, ada empat faktor yang mempengaruhi, dua faktor terkait dengan sumber daya manusia, satu faktor terkait dengan sumber daya finansial, dan satunya lagi berkenaan dengan sumber daya sarana dan prasaranan. Faktor sumber daya manusia yang dimaksud adalah bahwa pengurus belum menjalankan tugasnya sesuai dengan peran masing-masing. Selain itu, belum dibangun kerja sama dengan berbagai pihak, seperti perguruan tinggi, dinas maupun lembaga terkait, sehingga pelaksanaan KKG masih bersifat umum belum 86

mengarah pada peningkatan guru sebagai tenaga professional. Sumber daya finansial sebagaimana disebut dalam teori Edward III juga terbukti mempengaruhi. Selain KKG memang lebih sebagai kerja sosial, sehingga kurang mendorong pengurus untuk menjalankan tugasnya secara baik, dari data tersebut juga menunjukkan bahwa dana KKG selama ini masih dilakukan bersamaan dengan iuran KKKS sehingga besaran dan pengelolaan dana oleh bendahara KKG hanya berkenaan dengan kegiatan rutin, sedangkan dana pengembangan belum dimiliki. Hal ini mempengaruhi kinerja KKG. Sedangkan menyangkut faktor sarana dan prasarana, berkenaan dengan belum dimikikinya ruang PKG sebagai pusat kegiatan guru. Hal ini menyebabkan kegiatan KKG dilakukan dengan anjang sana dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain, yang kondisi sekolahnya tidak sama. Faktor disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis (Subarsono,2006:91). Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Dalam hal penelitian ini, tampak bahwa pengurus kurang memiliki komitmen untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab ke-kkg-an. Ketika ada anggota penggurus diangkat menjadi kepala sekolah di kecamatan lain, ada kecenderungan pengurus lain untuk menolak menggantikan, kalau toh ada yang 87

akhirnya mau, mau karena terpaksa. Mereka cenderung ingin lepas dari tanggung jawab. Faktor struktur birokrasi, yang bertugas mengimplementasikan kebijakan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Dalam penelilian ini, tampak bahwa aparat birokrasi cenderung mendominasi kegiatan-kegiatan KKG. KKG lebih banyak diisi dengan pembinaan dari Dinas Pendidikan dan pengawas, sehingga program-program lain yang lebih bersifat mengembangkan profesionalitas guru dan peningkatan mutu pendidikan terabaikan. Demikian pula, meskipun program sudah direncanakan termasuk waktu pelaksanaannya, sering dalam pelaksanaannya tersisihkan oleh kegiatan pembinaan oleh birokrasi yang tidak direncanakan. 88