a t e r i 1 MATAKULIAH : Teori Ekonomi Mikro POKOK BAHASAN : TEORI PERILAKU KONSUMEN SUB BAHASAN : 1. Pendekatan Kurva Indeferens

dokumen-dokumen yang mirip
Template Standar Powerpoint

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve)

Modul ke: Perilaku Konsumen. Fakultas EKONOMI. Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen.

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen

Pengantar Ekonomi Mikro

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN

PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL

TEORI PERILAKU KONSUMEN

IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 07FEB. Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN)

TEORI KEPUASAN KONSUMEN FEB Manajemen S-1

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L

Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens

BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN

EKONOMI & MANAJEMEN 2 BAB 4 PERILAKU KONSUMEN

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan

Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility

Pengantar Ekonomi Mikro PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN

Pengantar Ekonomi Mikro

Teori Konsumsi dan Utilitas. Copyright 2004 South-Western

PERILAKU KONSUMEN Pendekatan Guna Batas

Qx TUx MUx

TEORI PERILAKU KONSUMEN. Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

TEORI PREFERENSI KONSUMEN

KULIAH KE - 4 TEORI PERILAKU INDIVIDUAL

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai

MATERI II: TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MODERN

TUGAS PENGANTAR EKONOMI KELOMPOK 6 : 1. Alvin Kharisma Catra ( ) 2. Annisa Widiyanti ( ) 3. Merry Inriama ( )

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN

Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI

L/O/G/O TEORI PERILAKU KONSUMEN

6FEB. Pengantar Ekonomi Mikro. Teori Perilaku Konsumen: Ordinal Utility Approach. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Modul ke: Fakultas

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN: TEORI NILAI GUNA (UTILITY) EKONOMI MIKRO 1

TEORI PERILAKU KONSUMEN

Prinsip Dasar Kepuasaan Konsumen

HOUSEHOLD EQUILIBRIUM

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI PILIHAN KONSUMEN

Memberi pengetahuan tentang teori permintaan konsumen dan teori utilitas. Memahami tingkah laku konsumen dalam pasar. Memahami konsep kurva

Materi Presentasi. Teori Perilaku Konsumen dan Pilihan Konsumen. Sayifullah Analisis Utilitas

Household Behavior and Customer Choice

Kuliah II-Teori Konsumen & Derivasi Kurva Permintaan

Berikut merupakan contoh dari production possibilities Frontier

Catatan Kuliah 11 Memahami dan Menganalisa Optimasi dengan Kendala Persamaan

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI DAN PELAKUNYA KEGIATAN PRODUKSI:

PERILAKU KONSUMEN. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal

V. Consumer Surplus and Consumer Welfare

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Pendekatan Utilitas

Teori Kepuasan dan Perilaku Konsumen 1

Pengantar Ekonomi Mikro

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kegiatan sehari-hari, masyarakat memerlukan keterlibatan atau jasa

Teori Ekonomi Mikro Review 1-6

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

TEORI PRILAKU KONSUMEN. Dr. Syafrizal Chan, SE, M.Si Dosen Fakultas Ekonomi

Teori Tingkah Laku Konsumen dan Teori Nilai Guna (Utility) Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN

Penggunaan Fungsi Non-Linear Dalam Ekonomi

Pengantar Ekonomi Mikro PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN

Add your company slogan. Permintaan Pasar LOGO

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 4 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI & MANAJEMEN

PERTEMUAN 13 DAN 14 TEORI PILIHAN KONSUMEN DAN PREFERENSI KONSUMEN

Pertemuan 13 dan 14 TEORI PILIHAN KONSUMEN DAN PREFERENSI KONSUMEN

Bab 6 Analisis Perilaku Konsumen. Ekonomi Manajerial Manajemen

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

III. KERANGKA TEORITIS

5FEB. Pengantar Ekonomi Mikro. Teori Perilaku Konsumen: Cardinal Utility Approach. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Modul ke: Fakultas

III. KERANGKA TEORITIS

Template Standar Powerpoint

PEMBAHASAN SOAL UJI COBA PRA UN KABUPATEN

Elastisitas Harga, Perilaku Konsumen dan Surplus Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teori Prilaku konsumen

Pengantar ekonomi mikro. Modul ke: 05FEB. Teori prilaku konsumen. Fakultas. Erwin Nasution S,E MM. Program Studi Manajement S1

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma

BAB V TEORI (PERILAKU) KONSUMSEN

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

V. TEORI PERILAKU PRODUSEN

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM),

Materi 8 Ekonomi Mikro

Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan preferensi investor dalam

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA TEORI. Konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan komoditas-komoditas oleh. rumahtangga. Pola konsumsi merupakan cara mengkombinasikan unsur

POKOK BAHASAN: ELASTISITAS DAN PENAWARAN. Suharyanto

TEORI PERILAKU KONSUMEN DAN ANALISIS KURVA KEPUASAN SAMA

Teori Dasar Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

Transkripsi:

a t e r i 1 MATAKULIAH : Teori Ekonomi Mikro POKOK BAHASAN : TEORI PERILAKU KONSUMEN SUB BAHASAN : 1. Pendekatan Kurva Indeferens PENULIS/TUTOR : Ake Wihadanto, SE., MT (ake@ut.ac.id) : Sumber Bacaan: Sudarman, Ari (2005), Teori Ekonomi Mikro I, Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta BMP ESPA 4211/3SKS/Modul 1-9, Pusat Digabung, disingkat dan dimodifikasi untuk kepentingan Tutorial Online Teori Ekonomi Mikro di Program Sarjana (S-1) FEKON UT oleh: Ake Wihadanto (2009). Pendekatan Kurva Indiferen Dalam pendekatan ini seorang konsumen tidak perlu menyatakan tingkat utilitas yang ia peroleh dari set komoditi tertentu dengan unit kardinal. Anggapan yang diperlukan hanyalah setiap konsumen dapat membedakan dari sekian banyak set komoditi yang tersedia, set komoditi mana yang memberikan utilitas lebih tinggi, sama atau lebih rendah tanpa harus menyatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendahnya. Jadi dalam pendekatan ini setiap unit konsumen hanyalah dituntut dapat membedakan dari semua set komoditi yang ia hadapi, set mana yang lebih dipilih, set mana yang lebih tidak dipilih, dan set mana yang sama saja relatif dibandingkan dengan set-set komoditi yang lain. Dengan kata lain setiap unit konsumen harus dapat menentukan daftar urutan preferensi (order of preference) komoditi yang ada. Syarat-syarat berikut harus dipenuhi (agar aturan yang dipakai selalu bersesuaian) dalam membuat daftar urutan preferensi 1. Untuk dua set komoditi, misalnya A dan B, bila A memberi kepuasan yang lebih besar dibanding B maka A harus dipilih dan bukan B (A is prefered to B);

dan begitu juga sebaliknya. Bila antara A dan B memberi kepuasan yang sama, maka konsumen sama saja dapat memilih A dan B (A and B are indifferent). 2. Bila harus A dipilih dan bukan B, sedang B harus dipilih dan bukan C, maka A harus dipilih dan bukan C. Jadi dalam menentukan preferensi, berlaku hubungan yang bersifat transitif. 3. Bila set komoditi A terdiri dari unsur-unsur yang sama dengan B, sedangkan untuk setiap unsurnya set A lebih besar dari B (A is srictly larger than A) maka A harus dipilih dan bukan B. Tetapi bila hanya sebagian unsur-unsur saja yang lebih besar sedang unsur-unsur yang lain lebih kecil atau sama, maka tidak dapat dikatakan begitu saja bahwa A harus dipilih dan bukan B. Misalnya hanya ada dua barang konsumsi, yaitu X (= beras) dan Y (= kain). Preferensi seorang konsumen terhadap kedua barang tersebut digambarkan seperti dalam Tabel 1. Menurut aturan penentuan preferensi, maka set komoditi A harus lebih dipilih dibandingkan dengan set-set yang lain (set A terdiri dari jumlah X dan Y yang kedua-duanya lebih besar dibanding dengan set-set yang lain). Set komoditi B dianggap memberi kepuasan yang sama dengan set C. Dalam hal ini, konsumen bersedia menerima Y dalam jumlah yang lebih sedikit, bila ia mendapatkan jumlah X yang lebih besar sebagai gantinya. Set komoditi C lebih dipilih dibandingkan dengan set komoditi D (set D terdiri dari X dan Y yang kedua-duanya lebih sedikit dibanding set C). Set D, E, dan F dianggap ketigatiganya sama saja (indifferent). Akhirnya E lebih dipilih oleh konsumen dibanding dengan G, karena set G terdiri dari jumlah X yang sedikit dan Y sama. Lihat Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1 Daftar Urutan dari Berbagai Set Komoditi Set A B C D E F G Jumlah X (kg) 55 50 40 35 25 18 20 Jumlah Y (meter) 25 23 29 25 30 40 30 Kedudukan Dalam Urutan*) 10 8 8 5 5 5 3 Keterangan: *) = Kedudukan dalam urutan (rank order) ini dinyatakan dalam angka-angka ordinal. Jadi urutan-urutan seperti dalam tabel ini sama saja artinya dengan urutan angka-angka 100, 90, 90, 70, 70, 70 dan 60. Tetapi tidak sama artinya dengan urutan angka-angka 30, 25, 20, 17, 15, 13, dan 10. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai sifat hubungan antara komoditi dan tingkat utilitas yang dinyatakan dalam angka ordinal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: 2 Materi Tambahan

Misalkan Amat mengkonsumsikan barang X dan Y, utilitas yang diperoleh dari dua barang tersebut dapat dinyatakan dalam suatu fungsi utilitas sebagai berikut. U = XY Artinya, tingkat utilitas yang diperoleh Amat adalah merupakan hasil perkalian antara jumlah X dan jumlah Y yang dikonsumsi. Amat akan mendapatkan 100 unit utilitas dari mengkonsumsi 10 unit X dan 10 unit Y. Ia juga akan mendapatkan 100 unit utilitas dari mengkonsumsi 20 unit X dan 5 unit Y atau 100 unit X dan 1 unit Y. Dari ketiga macam set komoditi X dan Y ini Amat dalam keadaan indiferen. Meskipun demikian, Amat jelas akan memilih salah satu dari ketiga set tersebut bila dibandingkan dengan set komoditi yang terdiri dari 5 unit X dan 5 unit Y. Karena berdasarkan fungsi tersebut di atas, set komoditi ini hanya menghasilkan 25 unit utilitas, lebih rendah dibandingkan dengan utilitas yang diperoleh dari salah satu ketiga set tersebut. Dalam hal ini, karena fungsi utilitas (fungsi yang menunjukkan hubungan antara utilitas dan set komoditi yang dikonsumsikan) dinyatakan dalam pengertian ordinal, maka sebenarnya konsumen tersebut mempunyai beberapa bentuk fungsi utilitas yang lain. Fungsi-fungsi yang lain tersebut misalnya. V = (XY) 2 Fungsi utilitas ini menggambarkan urutan preferensi (preference ranking) yang tertentu dari Amat terhadap barang X dan Y. Set komoditi yang terdiri dari 10 unit X dan 10 unit Y memberikan 10.000 unit utilitas. Begitu juga mengenai setset komoditi X dan Y yang lain, misalnya 5X dan 20Y atau 100X dan 1Y. Dengan menggunakan fungsi utilitas yang kedua ini, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dari ketiga set komoditi tersebut konsumen juga dalam keadaan indiferen. Jadi kedua fungsi utilitas tersebut di atas (U dan V) menunjukkan bahwa Amat berada dalam keadaan indiferen di antara ketiga set komoditi tersebut. Tetapi dalam hal ini V menunjukkan preference-ranking yang lebih tinggi dibandingkan dengan U (V menunjukkan preference-ranking 10.000 sedang U hanya 100). Di sini tidak diperlukan untuk mengatakan berapa perbedaan lebih tinggi V terhadap U, karena dalam pengertian ordinal selisih perbedaan angka tidak penting untuk diketahui (immaterial). Fungsi utilitas ini dapat dilukiskan ke dalam sebuah grafik. Karena dalam fungsi utilitas ini ada tiga variabel yaitu barang X, barang Y dan tingkat utilitas, maka bentuk grafiknya berdimensi tiga dan sering disebut dengan bidang utilitas (utility surface). Gambar 2. menunjukkan bidang guna OXZY. Bila konsumen mengkonsumsi X sebanyak OX1 dan Y sebanyak OY1 per unit, waktu tertentu, maka utilitas yang diperolehnya adalah PP. Sama halnya, bila konsumen mengkonsumsi OX2 dan OY2, per unit waktu tertentu, maka utilitas total yang diperolehnya sebesar QQ. 3 Materi Tambahan

D Gambar 2 Bidang Utilitas Dengan tingkat konsumsi X tetap sebesar OX1, sedang jumlah Y berubah-ubah, maka kurva EPRD menunjukkan utilitas total yang diperoleh konsumen pada berbagai kombinasi tersebut. Bila jumlah Y yang dikonsumsi sebanyak OY1, maka utilitas totalnya PP, jika konsumsi sebanyak OY2 maka utilitas totalnya RR (RR lebih besar dari PP ), begitu seterusnya. Bila jumlah X yang dikonsumsi tetap sebesar OX2 per unit waktu tertentu, maka kurva FSQC menunjukkan utilitas total yang diperoleh konsumen pada berbagai tingkat Y. Dengan jumlah Y sebesar OY, maka utilitas total yang diperoleh konsumen sebesar SS, dan dengan jumlah sebesar OY2 (OY2 lebih banyak dari OY1), maka utilitas total diperoleh konsumen sebesar QQ (QQ lebih besar dari SS ). Analisis yang sama dapat diterapkan juga untuk tingkat konsumsi Y yang tetap per unit waktu tertentu dengan berbagai tingkat konsumsi X. Kurva GPSA menunjukkan utilitas total yang diperoleh konsumen dengan tingkat konsumsi Y tetap sebesar OY dan berbagai tingkat X. Sama halnya, kurva HRQB menunjukkan tingkat utilitas total, bila jumlah konsumsi Y tetap sebesar OY2 dan berbagai jumlah X per unit waktu tertentu. Bidang utilitas seperti dibicarakan di atas sangat membantu dalam mempelajari konsep garis utilitas yang sama besar (constant utility countour) atau yang sering disebut juga kurva indiferen. Kurva ini merupakan basis dari teori perilaku konsumen yang modern (ordinal). Konsep ini dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 3. 4 Materi Tambahan

Gambar 3 Bidang Utilitas Dengan Utilitas Konstan Gambar 3 adalah sebuah bidang utilitas OXZY seperti halnya Gambar 2. Bila konsumen mengkonsumsi barang X sebanyak OX1 per unit waktu tertentu dan Y sebanyak OY3, maka utilitas total yang diperolehnya sebesar RR. Bila jumlah X yang dikonsumsi lebih banyak lagi, misalnya sebesar OX2, dengan tingkat Y yang sama, maka utilitas total yang diperoleh akan lebih besar. Dalam hal ini satu hal yang perlu diperhatikan ialah adanya kemungkinan barang konsumsi yang satu diganti (substituted) oleh konsumsi yang lain sebegitu rupa, sehingga utilitas total yang diperolehnya tetap sama. Misalnya, jumlah X sebanyak X1X2 unit dapat menggantikan Y sebanyak Y3Y2 tanpa mengubah tingkat utilitas yang diperoleh konsumen, karena P dan R mempunyai tingkat utilitas yang sama. Bila tingkat konsumsi sebesar OX1 dan OY3, maka utilitas total yang diperoleh konsumen sebesar RR. Jika tingkat konsumsi sebesar OX2 dan OY2 menghasilkan utilitas total sebesar PP =RR. Begitu pula tingkat konsumsi OX3 dan OY1 juga menghasilkan utilitas total sebesar SS =PP =RR. Dengan kata lain, bila kita mengiris bidang utilitas pada tingkat RR =PP =SS dan menentukan semua kombinasi X dan Y, maka akan didapatkan suatu tingkat utilitas total yang sama besarnya. Kombinasi-kombinasi tersebut ditunjukkan oleh garis patah-patah R P S dalam grafik dua salib sumbu X-Y. Karena semua kombinasi yang terletak pada garis R P S menghasilkan tingkat utilitas total yang sama, maka ini berarti bahwa dalam semua kombinasi tersebut konsumen indiferen. Begitu juga halnya, semua kombinasi X dan Y yang terletak pada garis patah-patah T Q V menghasilkan utilitas total yang sama (TT =QQ =VV ). Jadi konsumen dalam berbagai tingkat kombinasi X dan Y pada garis tersebut juga berada dalam keadaan indeferen. Tetapi konsumen tidak berada dalam keadaan indiferen di antara kombinasi-kombinasi X dan Y yang terletak pada R P S dan T Q V. Semua kombinasi yang terletak pada garis T Q V lebih dipilih dibanding 5 Materi Tambahan

dengan kombinasi-kombinasi yang terletak pada garis R P S, karena semua kombinasi yang terletak pada garis T Q V memberikan utilitas total yang lebih besar dibandingkan dengan kombinasi-kombinasi yang berada pada garis R P S (misalnya, TT lebih besar dari RR ). Garis-garis seperti R P S dan T Q V itu disebut dengan kurva indiferen. Kurva indiferen (indifference curve) adalah kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi (a set of combination) dari sejumlah barang tertentu yang menghasilkan tingkat utilitas total sama kepada konsumen atau dengan mana konsumen berada dalam keadaan indeferen. Gambar 4 menunjukkan seberkas kurva indiferen, sering disebut juga dengan peta indiferen (indifference map). Gambar 2.9. Peta Kurva Indiferen Kurva indiferen I menggambarkan semua kombinasi X dan Y yang menghasilkan utilitas yang sama yaitu sebesar 10 unit utilitas. Begitu juga kurva-kurva indiferen II, III, dan IV masing-masing menggambarkan semua kombinasi X dan Y yang menghasilkan tingkat utilitas total 19, 26, dan 30. Tingkat utilitas total yang diberikan kepada masing-masing kurva indiferen adalah dalam pengertian ordinal, pengertian angka itu sendiri sebenarnya bersifat immaterial. Tingkat utilitas 10, 19, 26, dan 30 sama saja artinya dengan angka-angka 100, 190, 270, dan 340, atau satu set angka apa saja pun yang bersifat klimaks (angka yang menaik misalnya 1, 2, 5, dan 7). Jadi, hal yang perlu diperhatikan dalam konsep kurva indiferen ini adalah pengertian bahwa semua set yang terletak pada kurva indiferen yang sama berarti menunjukkan tingkat utilitas yang sama. Dan semua set yang terletak pada kurva indiferen di atasnya (yang semakin jauh dari titik 0) akan lebih dipilih, karena memberi tingkat utilitas yang lebih besar. Sifat-sifat Khusus Kurva Indiferen Kurva indiferen mempunyai empat ciri khusus: 6 Materi Tambahan

1) Kurva indiferen mempunyai nilai kemiringan negatif (negatively sloped) atau paling tidak pernah mempunyai nilai kemiringan positif. Pada umumnya kurva indiferensi berbentuk dari kiri atas ke kanan bawah pada bidang komoditi dua dimensi X-Y. Tetapi untuk beberapa kasus komoditi kurva indiferen berbentuk garis horisontal atau vertikal. Sifat kurva indiferen seperti ini merefleksikan adanya anggapan no. c dalam teori preferensi konsumen, yaitu set komoditi yang strictly larger akan lebih dipilih konsumen dibanding dengan set komoditi yang lebih kecil. 2) Kurva indiferen melewati semua titik-titik yang ada dalam bidang komoditi X- Y. Sifat kedua ini merefleksikan anggapan no. a dalam teori preferensi, yaitu konsumen dianggap dapat membedakan untuk setiap dua set komoditi mana yang lebih dipilih dan mana yang indiferen. Ini berarti setiap set komoditi selalu dihubungkan dengan tingkat utilitas yang tertentu besarnya. 3) Kurva indiferen tidak mungkin berpotongan antara yang satu dengan yang lain. Sifat ini dijelaskan dengan menggunakan Gambar 5. Dalam gambar ini kurva indiferen I dan II berpotongan di titik kombinasi P. Menurut definisi set komoditi P memberikan tingkat utilitas yang sama dengan R (karena terletak pada satu kurva indiferen II). Begitu juga pada P dan Q, konsumen berada dalam keadaan indiferen. Dengan mendasarkan pada anggapan no. b teori preferensi konsumen, maka R seharusnya juga indiferen terhadap Q. (sifat hubungan transitif). Gambar 5 Kurva Indiferen Tidak Dapat Saling Berpotongan Padahal berdasarkan anggapan no. c dari teori preferensi, R seharusnya lebih dipilih dibanding dengan Q (karena R terdiri dari X dan Y dalam jumlah yang lebih banyak dibanding Q). Jadi, berdasarkan anggapan teori preferensi 7 Materi Tambahan

konsumen maka dua atau lebih kurva indiferen tidak mungkin berpotongan satu sama lain. 4) Kurva indiferen berbentuk cembung ke arah titik 0. Sifat ini disebabkan karena marjinal kemampuan komoditi X untuk menggantikan Y (marginal rate of substitution of X for Y = MRSx y) semakin menurun dengan semakin banyaknya barang X. Substitusi satu barang dengan barang lain dapat terjadi pada kurva indiferensi yang sama. Perhatikan gambar berikut ini, kurva indiferen ditunjukkan oleh kurva I. Konsumen berbeda antara set R1 mengandung OX1 barang X dan OY1 unit Y, dan set P mengandung OX2 > OX1 unit X dan OY2 < OY1 unit Y. Konsumen ingin mensubstitusikan X1X2 unit X untuk Y1Y2 unit Y, tingkat substitusi X terhadap Y adalah OY1 - OY2 YY 1 2 = OX - OX X X 2 1 1 2 Rasio ini mengukur jumlah rata-rata unit Y konsumen yang ingin menambahkan unit X. Dengan kata lain, rasio yang mengukur jumlah Y yang harus dikorbankan untuk mendapatkan per unit X, jika konsumen ingin mendapatkan kepuasan pada tingkat yang lain. Marginal Rate of Substitution: Marginal rate of subsitution of X for Y mengukur jumlah unit barang Y yang harus dikorbankan per unit barang X yang ditambah untuk mempertahankan tingkat kepuasan yang sama bagi konsumen. MRSXY di setiap titik pada kurva indiferen tertentu ditunjukkan oleh nilai kemiringan (slope) pada titik tersebut. Pengertian ini hanya berlaku untuk pergeseran sepanjang satu kurva indiferen. Gambar 6 MRS XY Makin Menurun 8 Materi Tambahan

Perhatikan Gambar 2.11, I adalah kurva indiferen berbentuk cembung arah titik nol yang menunjukkan bahwa MRSx-y semakin menurun karena X disubstitusikan dengan Y di sepanjang kurva indiferen, sedangkan P, Q dan R menunjukkan tiga set X dan Y yang berada pada kurva indiferen tersebut. Pada sumbu horisontal diukur OX1 = X1X2 = X2X3. Misalkan ada pergerakan dari titik P ke titik Q. Bila titik P letaknya sangat berdekatan dengan titik Q, atau dengan pengertian lain jumlah X1X2 adalah sangat kecil sekali, maka MRSX for Y di titik Q adalah: OY1 - OY2 YY 1 2 = OX - OX X X 2 1 1 2 Begitu juga halnya, pergerakan dari titik Q ke R, besarnya MRSX for Y di titik R adalah: OY2 - OY3 Y2Y3 = OX - OX X X 3 2 2 3 Karena X1X2 = X2X3, lihat Gambar 6 sangat jelas, bahwa Y1Y2 lebih besar dari Y2Y3, maka ini berarti MRSX for Y di titik R lebih kecil dibandingkan di titik Q. Hal ini sebenarnya juga nampak pada semakin kecilnya nilai kemiringan (slope) dari garis singgung di titik P, Q, dan R. Kecenderungan bentuk kurva indiferen seperti ini sering secara intuitif dibenarkan, dalam arti semakin banyak barang X dimiliki/dikonsumsi seseorang maka tambahan nilai secara subjektif dari barang tersebut akan semakin berkurang. Begitu pula sebaliknya. Jadi, dengan semakin sedikitnya jumlah X, maka akan semakin besar jumlah Y yang harus ditambahkan untuk mengkompensasikan konsumen karena semakin berkurangnya X tadi. Sebagai contoh, bila konsumen mempunyai 1.000 liter air bersih per unit waktu tertentu, maka konsumen tersebut dengan senang hati menukarkan 10 liter air miliknya, untuk sepotong roti. Tetapi jika seandainya konsumen tersebut hanya mempunyai 10 liter air bersih per unit waktu yang sama, maka besar sekali kemungkinannya ia sangat enggan untuk menukar air miliknya, meskipun hanya sejumlah 1 liter untuk roti tersebut. - Selamat Belajar - [Rajin Membaca Kembali BMP ESPA4221-Teori Ekonomi Mikro Membantu suadara memperoleh nilai yang maksimal dalam Ujian Akhir (UAS)] 9 Materi Tambahan