BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang evaluasi dirinya sendiri. Konsep diri merupakan potret diri secara mental, yang dapat berubah, yakni bagaimana seseorang melihat, menilai dan menyikapi dirinya sendiri. Konsep diri tumbuh dari interaksi sosial dalam lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan individu. Konsep diri memiliki dimensi yaitu pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan terhadap diri dan penilaian terhadap diri sendiri. Konsep diri menjadi bagian penting dari kepribadian seseorang dalam bersikap dan berperilaku. Bila dalam diri seseorang dapat menerima dirinya apa adanya dengan segala kekuatan dan kelemahannya serta memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, berarti menunjukkan bahwa ia memiliki konsep diri yang positif (Fitts, 1971). Individu dalam kehidupannya mengalami beberapa fase perkembangan. Setiap fase perkembangan tentu saja berbeda pengalaman dan dituntut adanya perubahan perilaku pada individu agar dapat berperan dan diterima oleh masyarakat. Fase perkembangan meliputi masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan usia lanjut, dengan adanya batasan usia di setiap masanya. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Apa yang dialami sebelumnya akan mempengaruhi masa yang akan datang. Bila beralih dari masa kanak-kanak ke masa remaja, harus meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakkan dan mengubah pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan pola perilaku dan sikap yang lama. Dengan beralihnya 1
masa maka terjadi perubahan seperti perubahan fisik, pola emosi, sosial, minat, moral dan perkembangan kepribadian. Pada masa remaja terjadi pula penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial yang cenderung disukai remaja seperti berkelompok. Pada penyesuaian ini remaja akan mencari identitas dirinya tentang siapakah dirinya dan bagaimana peranannya dalam masyarakat. Remaja juga merasa bebas untuk bergaul, mencari informasi dan pengetahuan seluas-luasnya. Seiring dengan adanya banyak perubahan, konsep diri yang ada pada remaja juga akan mengalami perubahan. Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, merupakan faktor yang dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan konsep diri positif yang dimilikinya seorang remaja dapat dengan mudah untuk berelasi dan membangun hubungan yang baik dengan lingkungan maupun dengan keluarga. Dengan konsep diri yang baik akan sangat membantu remaja untuk bisa menjadi dirinya sendiri dan dengan mudah ia akan bertumbuh menjadi remaja yang memiliki pemahaman diri yang baik. Remaja sangatlah membutuhkan dorongan dari banyak pihak terutama dengan temanteman yang sebaya karena dengan teman yang sebaya mereka bisa saling mengerti tentang pengalaman-pengalaman yang pernah mereka alami, dengan layanan bimbingan kelompok mereka akan mendapatkan suatu kelompok yang baru dimana kelompok ini akan menjadi tempat bagi para angota kelompoknya untuk bisa belajar bersama-sama tentang suatu hal yang baru yang mungkin belum pernah mereka ketahui sebelumnya (Fitts,1971). 2
Bimbingan kelompok diberikan kepada individu untuk mencegah terjadinya masalah yang akan timbul pada diri individu. Sehingga dalam pertumbuhannya individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal tanpa adanya masalah-masalah yang timbul. Dengan diberikannya layanan Bimbingan Kelompok diharapkan siswa dapat menerima layanan yang penting dan berguna bagi pengembangan dirinya terutama untuk meningkatkan konsep dirinya ke arah yang lebih positif. Bimbingan Kelompok juga membantu siswa dalam memahami dan mengerti lebih dalam lagi tentang dirinya sehingga siswa mengerti tentang kemampuan yang dimiliki. Dalam Bimbingan Kelompok siswa diberi materi dan juga bekal yang positif untuk kemajuan dirinya sehingga ke depan siswa bisa bertumbuh dan berkembang secara baik (Romlah 2001). Adrian (2003) meneliti peningkatan konsep diri melalui layanan Bimbingan Kelompok. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Bandung, sampel diambil siswa kelas X-4 dengan sampel yang berjumlah 10 orang siswa yang mengalami konsep diri rendah. Setelah didapat siswa yang mengalami konsep diri yang rendah akhirnya dibuat dua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan jumlah anggota masing-masing kelompok 5 orang siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan konsep diri siswa yang rendah. Pengumpulan data ini dilakukan dua kali yaitu pengukuran konsep diri sebelum eksperimen (pre-test) dan pengukuran konsep diri setelah perlakuan (post-test). Pengukuran konsep diri yang pertama dilakukan sebelum pemberian layanan Bimbingan Kelompok dan pengukuran konsep diri akhir dilakukan setelah pemberian layanan Bimbingan Kelompok dengan pemberian materi Bimbingan Kelompok konsep diri. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah analyze-deskriptive statistic 3
frequencies untuk mengetahui sejauh mana peningkatan konsep diri yang dulunya rendah menjadi meningkat dengan teknik uji-t (independent sample test) untuk mengetahui secara signifikan peningkatan konsep diri siswa dengan bantuan program SPSS for window release 11,0 dari analisa yang dilakukan diperoleh kesimpulan ada peningkatan konsep diri pada 5 siswa yang di kelompokkan dalam kelompok eksperimen, mean kelompok eksperimen sebesar 8.53721 dan kelompok kontrol sebesar 6.85790 dari pengukuran konsep diri awal dan akhir terlihat dari signifikansi F hitung lebih besar dari 0,05 nilai t hitung sebesar 17.074 dengan signifikansi sebesar 0,043<0,05 sehingga kegiatan layanan Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan konsep diri siswa Mahmud (2005), meneliti peningkatan konsep diri melalui layanan bimbingan kelompok, siswa kelas X SMA Shalahuddin Malang tahun ajaran 2003 dengan menggunakan alat ukur Tennesse self concept scale. Pada post test, mean kelompok eksperimen sebesar 68.6000 sedangkan mean kelompok kontrol sebesar 68.7000 dengan t hitung = -1000, dengan p = 0.343 > 0,050. Hasil data yang diperoleh sesudah eksperiment (post test) diperoleh t hitung = 1.2463, P =0,244 >0,050 sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan konsep diri siswa yang mendapatkanbimbingan keloompok konsep diri dan tidak mendapatkan bimbingan kelompok konsep diri Dari dua penelitian yang dikemukakan oleh Adrian (2003) dan Mahmud (2006) menunjukkan bahwa ada dua hasil penelitian yang berbeda yang menyatakan layanan bimbingan kelompok bisa meningkatkan konsep diri dan satunya lagi menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok tidak bisa meningkatkan konsep diri. Dari perbedaan hasil 4
penelitian inilah peneliti ingin membuktikan apakah konsep diri itu bisa ditingkatkan atau tidak bisa ditingkatkan dengan mengunakan layanan bimbingan kelompok konsep diri. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut peneliti melakukan pra penelitian di 2 SMA untuk membandingkan Apakah SMA THERESIANA dan SMAN 3 SALATIGA pada kelas X nya memiliki konsep diri yang rendah atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menjadi pembanding terhadap subyek yang telah di Pilih oleh peneliti yaitu SMA KRISTEN 1 SALATIGA. Dalam pengambilan sampel di ambil secara acak sebanyak 32 orang siswa Tabel 1.1 Hasil Pre test di SMA THERESIANA Kategori Skor Frekuensi Persentase Sangat Tinggi 420-500 2 6,25% Tinggi 340-419 3 9,37% Sedang 260-339 16 50 % Rendah 180-259 6 18,75% Sangat Rendah 100-179 5 15,62% Total 32 100% Dari tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa kategori konsep diri siswa SMA THERESIANA masih dalam kategori sedang sebesar 50%.(16 Orang siswa) 5
Tabel 1.2 Hasli Pretest SMAN 3 SALATIGA Kategori Skor Frekuensi Persentase Sangat Tinggi 420-500 3 9,37% Tinggi 340-419 5 15,62% Sedang 260-339 15 46,87% Rendah 180-259 7 21,87% Sangat Rendah 100-179 2 6,25% Total 32 100% Dari tabel 1.2 terlihat bahwa skor konsep diri siswa SMAN 3 SALATIGA Masih dalam kategori sedang sebesar 46.87% (15 orang siswa) Tabel 1.3 Pretest SMA KRISTEN 1 SALATIGA Kategori Skor Frekuensi Persentase Sangat Tinggi 420-500 1 3,12 % Tinggi 340-419 3 9,35 % Sedang 260-339 4 12,5 % Rendah 180-259 17 53,12% Sangat Rendah 100-179 7 21,87% Total 32 100 % Dari tabel 1.3 terlihat bahwa skor konsep diri siswa SMA KRISTEN 1 SALATIGA masih berada dalam kategori rendah sebesar 53.12%( 17 siswa) 6
Dari hasil Pra penelitian d beberapa SMA tersebut akhirnya penulis memilih SMA KRISTEN 1 SALATIGA sebagai subyek penelitian karena siswa kelas X nya masih memiliki konsep diri yang terkategori rendah, setelah itu penulis memilih kelas yang tergolong dalam kategori rendah untuk dijadikan subyek penelitian dan kelas X-3 menjadi subyek dalam penelitian skripsi ini.sebelum memilih kelas ini peneliti juga melakukan pra penelitian di kelas lain dan hasilnya kelas lain skor konsep dirinya lebih tingi dari kelas X-3. Tabel 1.4 Hasil Pretest Konsep Diri Kelas X-3 Kategori Skor Frekuensi Persentase Sangat Tinggi 420-500 0 0% Tinggi 340-419 0 0% Sedang 260-339 6 18,18% Rendah 180-259 20 60,61% Sangat Rendah 100-179 7 21,21% Total 33 100% Dari tabel 1.1 Menunjukkan bahwa sebagian besar konsep diri siswa kelas X-3 berada pada kategori rendah (60,61%) 7
Tabel distribusi relatif (Tabel presentase) Rumus P = f x100% N Keterangan : P: Total Persentase f: Frekuensi yang sedang dicari N: Jumlah frekuensi B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Adakah peningkatan yang signifikan konsep diri melalui layanan bimbingan kelompok konsep diri, pada siswa kelas X-3 SMA KRISTEN 1 SALATIGA? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui signifikansi peningkatan konsep diri siswa kelas X-3 SMA KRISTEN 1 SALATIGA melalui layanan bimbingan kelompok. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik Bila dalam penelitian ini ditemukan ada perbedaan yang signifikan peningkatan konsep diri siswa melalui layanan Bimbingan Kelompok, berarti sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2003). Tetapi jika dalam penelitian ini tidak ada peningkatan yang signifikan konsep diri melalui 8
layanan bimbingan kelompok berarti sejalan dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Mahmud (2005) 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukkan bagi guru BK dalam membimbing siswa yaitu melalui Bimbingan Kelompok untuk meningkatkan konsep diri siswa. Dan dapat menjadi masukkan kepada sekolah untuk menyusun program bimbingan konseling khususnya untuk meningkatkan konsep diri siswa. 3. Manfaat Bagi Siswa Siswa dapat memahami pentinya konsep diri dalam masa perkembangan mereka, dengan konsep diri yang baik maka siswa dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik dan bisa membangun interaksi dengan teman - teman E. Sistematika Penulisan Dalam penulisan ini penulis membagi menjadi lima bab yaitu: Bab I Dengan judul Pendahuluan, yang berisi: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. 9
Bab II Dengan judul Landasan Teori, yang berisi: Pengertian Konsep Diri dan Pengertian tentang Bimbingan Kelompok, Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok dalam meningkatkan konsep diri. Bab III Dengan judul Jenis Penelitian, yang berisi Jenis dan Subyek Penelitian, Variabel Penelitian, Subyek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data. Bab IV Dengan judul Pelaksanaan Penelitian, yang berisi: Gambar Subyek Penelitian, Eksperimen (Bimbingan Kelompok), Uji Hipotesis dan Pembahasan Hasil Analisis. Bab V Dengan judul Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran dari hasil penelitian. 10