PENGARUH PENAMBAHAN SITOKININ PADA SENYAWA FLAVONOID KALUS (Echinacea purpurea L)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B

III. METODE PENELITIAN

UPAYA PEMBIBITAN BIJI SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) DENGAN KULTUR JARINGAN. Heru Sudrajad

Kontaminasi No Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 Total 1 B B B B B

AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 1 MARET 2014 ISSN

Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

Lampiran 1. Data Pengamatan Jumlah Muncul Tunas (Tunas) PERLAKUAN ULANGAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

PENGARUH JENIS MEDIA DENGAN HORMON TUMBUH NAA-BAP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN FLAVONOID KALUS DAUN Echinaceae purpurea (L.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN

Lampiran A : Komposisi Media MS

LAMPIRAN. Persiapan alat dan bahan. Sterilisasi alat. Pembuatan media. Inisiasi kalus. Pengamatan. Penimbangan dan subkultur.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja Persiapan Bibit Tumih

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Khansa Orchid Cimanggis-

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN A.

LAMPIRAN. Persiapan alat alat dan. bahan- bahan. Sterilisasi. Pembuatan Media. Sterilisasi Media. Sterilisasi Eksplan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

Membuat Larutan Stok A. Teori kepekatan jumlah larutan

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan yaitu perbedaan pemberian konsentrasi ion logam Cu 2+

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

ANALISIS KADAR FLAVONOID TOTAL PADA RIMPANG, BATANG, DAN DAUN BANGLE (Zingiber purpureum Roscoe)

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

LAMPIRAN. Sterilisasi. Pembuatan Media. Sterilisasi Media. Inisiasi Kalus HASIL

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

Lampiran 1 Analisis fitokimia

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

AGROVIGOR VOLUME 8 NO. 1 MARET 2015 ISSN PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP EKSPLAN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urb.)

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

LAMPIRAN A: DATA PERSENTASE KULTUR HIDUP (%)

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

RatnaDjamil, WiwiWinarti, Indah Yuniasari FakultasFarmasiUniversitasPancasila, Jakarta 12640,Indonesia

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Produksi Senyawa Metabolit Sekunder Melalui Kultur Jaringan dan Transformasi Genetik Artemisia Annua L.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

INDUKSI KALUS DAN DETEKSI KANDUNGAN ALKALOID DAUN JARAK (Jatropha curcas L.) MENGGUNAKAN HORMON 2,4-D DALAM MEDIA MS (MURASHIGE SKOOG)

Agustiningsih. Achmad Wildan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang. Mindaningsih Sekolah Menengah Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

Transkripsi:

ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN SITOKININ PADA SENYAWA FLAVONOID KALUS (Echinacea purpurea L) Heru Sudrajad, Saryanto Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Penelitian dan Pengembang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Kultur jaringan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan metabolit sekunder. Echinacea purpurea L merupakan salah satu tanaman obat yang berkhasiat merangsang sistem kekebalan tubuh (imunostimulator). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Benzyl aminopurin terhadap kalus dan senyawa flavonoid Echinacea purpurea L pada media Murashige dan Skoog (MS). Pelaksanaan penelitian yaitu eksplan dari daun Echinacea purpurea L ditumbuhkan pada media MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh Benzyl aminopurin (BAP) dengan konsentrasi 1,, 3 dan 4 mg/l. Hasil kalus yang diperoleh kemudian dilakukan uji reaksi warna dengan kertas kromatografi (kuantitatif), kemudian dilanjutkan dengan spektrofotometri (kuantitatif). Sebagai pembanding daun tanaman asal Echinacea purpurea L juga dilakukan uji yang sama. Hasil yang diperoleh menunjukkan keberhasilan membentuk kalus 80% pada konsentrasi BAP 3 dan 4 mg/l dengan rata-rata waktu induksi kalus 4,7-5,6 hari. Hasil reaksi warna menunjukkan noda warna merah yang menunjukkan adanya flavonoid. Kadar flavonoid total kalus Echinacea purpurea L pada konsentrasi 4 mg/l yaitu 0,8%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan BAP dapat meningkatkan pertumbuhan kalus secara kultur jaringan dan mempunyai kadar flavonoid 0,8 % sama dengan daun Echinacea purpurea L. Kata kunci : Echinacea purpurea L, Benzyl aminopurin, Murashige dan Skoog PENDAHULUAN Tanaman obat mempunyai peranan yang sangat besar dalam bidang kesehatan dikarenakan dapat memproduksi zat-zat kimia yang memiliki kegunaan yang potensial dalam pengobatan. Kultur jaringan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan metabolit sekunder dari suatu tanaman. Kultur jaringan tanaman hanya mengambil jaringan yang cukup kecil dan pengembangannya di atas media yang sesuai dalam waktu yang relatif singkat (Suryowinoto, 1985). Metabolit sekunder merupakan hasil dari proses biokimia yang terjadi dalam tubuh tanaman. Proses-proses tersebut juga terjadi pada teknik kultur jaringan, oleh karena itu kultur jaringan dapat digunakan sebagai sarana penghasil metabolit sekunder (Dalimoenthe, 1987). Sitokinin merupakan salah satu dari golongan zat pengatur tumbuh yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan teknik jaringan. Benzil aminopurin merupakan zat pengatur tumbuh golongan sitokinin. Sitokinin adalah turunan adenin, yang berperan sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis (Gunawan, 1987) Echinacea purpurea L merupakan salah satu tanaman obat yang berkhasiat merangsang sistem kekebalan tubuh (imunostimulator). Echinacea mengandung komponen kimia seperti polisakarida, flavonoid, turunan caffeic acid (cicchoric acid, 10

chlorogenic acid, cinarin, echinoside), poliasetilen, minyak-minyak esensial dan alkil amida (Anonim, 1987). Kandungan yang lain adalah alkamid pada umumnya isobutilamid, ester asam kafein terutama echinacoside dan cinarin, polisakarida, echinolon, betaine dan minyak atsiri khususnya humulun (Kadans Josep, 1978). adalah senyawa polifenol yang mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga. merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dengan mengecualikan alga (Markham, 1988). Senyawa flavonoid dalam jaringan tumbuhan lazimnya ditemukan sebagai senyawa campuran dan jarang sekali ditemukan sebagai senyawa tunggal (Harborne, 1987). banyak terdapat antara lain dalam familia Poligonaceae, Rutaceae, Leguminosae, Umbeliferae dan Asteraceae (Markham, 1988). Analisis kuantitatif adalah penentuan jumlah dan kadar suatu zat. Penentuan kadar flavonoid dalam tanaman dapat dilakukan secara spektrofotometri. Prinsip kerjanya adalah pembentukan komplek dengan AlCl 3, sehingga memberikan serapan pada panjang gelombang 45 nm. Dari hal-hal tersebut diatas maka dilakukan penelitian pengaruh penambahan sitokinin pada senyawa fvavonoid kalus Echinacea purpurea L. METODOLOGI Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan berupa tanaman Echinacea purpurea L. bahan penyusun media MS (Murashige & Skoog), Benzil amonopurin (BAP), HCl, KOH, Dithane M-45 (0,5%), byclean 10%, alkohol 70%, aquadest steril, detergen, spiritus, ethanol, kertas Whatman. Alat Penelitian Alat yang digunakan meliputi Laminair Air Flow (LAF), autoklaf, ruang inkubasi yang dilengkapi lampu TL, timbangan analitis, shaker, hot plate, oven, botol kultur, penyemprot, lampu UV, chamber dan Spektrofotometer. Jalannya Penelitian Tanaman Echinacea purpurea L diambil dari kebun koleksi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional pada umur kurang lebih 5 bulan, tanaman dengan pertumbuhan yang baik, yaitu masih terdapat banyak daun muda, regenerasi daun masih berjalan dengan cepat dan tanaman belum berbunga. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Echinacea purpurea yang masih muda, terletak pada daun yang ke- dan ke-3. Tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan dikarantina dahulu dalam rumah kaca. Tahap pertama eksplan dicuci air mengalir, direndam larutan detergen1% selama 3 menit, dicuci, direndam larutan Dithane M-45-3%. Kemudian daun dibilas aquades steril 3 kali dalam LAF, dan dimasukkan dalam larutan byclean 10% selama 15 menit, dicuci aquadest steril 3-4 kali, selanjutnya eksplan dipindah dalam cawan petridish steril kemudian dipotong kecil ukuran 1 x 1 cm dengan pisau skalpel dan siap ditanam. Tahapan selanjutnya penanaman eksplan, dilakukan di dalam LAF yang sebelumnya sudah disemprot dengan alkohol dan disinari lampu UV selama 30 menit. Eksplan ditanam pada media MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh BAP dengan konsentrasi 1,, 3 dan 4 mg/l. 103

Tabel I. Komposisi media Murashige dan Skoog (MS) (mg/l) Makronutrien Mikronutrien Besi Vitamin KNO 3 NH 4 NO 3 CaCl.H O... MgSO 4... KH PO 4. MnSO 4.4H O H 3 BO 3... ZnSO 4.4H O. Na MoO 4.H O CuSO 4.5H O. CoCl.6H O.. KI FeSO 4.7H O.. Na EDTA.H O Niacin. Glicine. Pyridoxine HCl Thiamine HCl. Myo-Inositol.. Sukrosa... 1900 1650 440 370 170,3 6, 8,6 0,5 0,05 0,05 0,83 7,8 37,3 0,5 0,5 0,1 100 30.000 (Gunawan, 1987) Eksplan diinkubasi, pengamatan dan pendataan pertumbuhan eksplan dalam inkubator dilakukan secara teratur. Pengamatan dilakukan terhadap perubahan eksplan dan pembentukan kalus. Kalus dipanen utnuk pemerikasaan kandungan flavonoid baik secara kualitatif dan kuantitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasar hasil penelitian pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh terhadap waktu induksi kalus dan prosentase keberhasilan penanaman eksplan dengan menghitung jumlah eksplan yang berhasil tumbuh membentuk kalus, dibagi jumlah keseluruhan eksplan yang ditanam dikalikan 100%. disajikan pada Tabel II. Tabel II. Pengaruh pemberian Benzil aminopurin terhadap waktu induksi kalus dan prosentase keberhasilan membentuk kalus Echinacea purpurea L Perlakuan Waktu induksi kalus rata-rata (hari) Prosentase keberhasilan membentuk kalus (%) Benzil aminopurin 1 mg/l 6,7 70 104

Benzil aminopurin mg/l 6,0 70 Benzil aminopurin 3 mg/l 5,6 80 Benzil aminopurin 4 mg/l 4,7 80 Pertumbuhan kalus pada media MS yang diperkaya dengan hormon BAP 3 dan 4 mg/l induksi kalus terjadi pada hari ke 5-7 dengan pembentukan kalus yang optimal, ditandai terbentuknya kalus pada seluruh eksplan. Hormon BAP berpengaruh besar terhadap pembentukan kalus dari daun Echinacea purpurea L. Menurut Gunawan (1987), Benzil aminopurin merupakan zat pengatur tumbuh golongan sitokinin, yaitu adalah turunan adenin, yang sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. 7 6 5 4 3 1 0 Induksi kalus (hari) 1 BAP (mg/l) 3 4 Gambar 1. Diagram pengaruh BAP terhadap waktu induksi kalus Echinacea purpurea L 80 75 70 Keberhasilan membentuk kalus (%) 65 1 3 BAP (mg/l) 4 Gambar. Diagram pengaruh BAP terhadap prosentase keberhasilan membentuk kalus Echinacea purpurea L 105

Gambar 3. Kalus Echinacea purpurea L diperkaya BAP 4 mg/l Kandungan flavonoid dalam kalus dan daun tanaman asal diperiksa dengan reaksi warna dilanjutkan dengan kromatografi kertas. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel III dan IV. Tabel III. Hasil reaksi warna kalus dan daun Echinacea purpurea L Sampel Pereaksi Interpretasi Amonia H SO 4 pekat NaOH 10% BAP 1 mg/l Kuning Merah BAP mg/l Kuning Merah BAP 3 mg/l Kuning Merah BAP 4 mg/l Kuning Merah Tanaman asal Kuning Merah Tes Willstater Uji pendahuluan golongan flavonoid dapat dideteksi dengan larutan NH 3 dan memberikan warna spesifik utnuk masing-masing golongan. Setelah ekstrak ditambah dengan larutan amonia terjadi warna kuning baik pada kalus maupun tanaman asal. Hal ini disebabkan karena flavon dan flavonol memberikan warna kuning sampai kuning kemerahan bila direaksikan dengan NH 3. Antosian akan berwarna merah biru sedangkan flavonol akan memberikan warna orange atau coklat. Warna merah dan lembayung yang terjadi secara tiba-tiba dalam suasana asam disebabkan adanya auron dan khalkon. Pemerikasaan flavonoid pada ekstrak tanaman dengan penambahan HCl kemudian direduksi dengan serbuk Mg memberikan warna dari merah orange, merah atau magenta, terkadang hijau atau biru (Guevara dan Recio, 1985). Tabel IV. Data kromatografi kertas pada kalus dan daun Echinacea purpurea L 106

Sampel Nilai Pereaksi Interpretasi hrf UV 366 nm Uap Amonia Pereaksi Sitroborat BAP 1 mg/l 91 Merah jingga Kuning Hijau BAP mg/l 91 Merah jingga Kuning Hijau BAP 3 mg/l 89 Merah jingga Kuning Hijau BAP 4 mg/l 89 Merah jingga Kuning Hijau Tanaman asal 89 Merah jingga Kuning Hijau Hasil kromatografi kertas dengan fase gerak n-butanol : asam asetat : air (4 : 1 : 5) adalah bercak berwarna merah jingga pada UV 66 nm. Hal ini menunjukkan bahwa deteksi terhadap bercak tersebut senyawa golongan flavonoid (Robinson, 1995). Data penetapan kadar flavonoid total pada kalus dengan pertumbuhan mencapai 80% dan daun Echinacea purpurea L dengan metode Christ dan Muller pada Tabel V. Tabel V. Kadar flavonoid total kalus dan daun Echinacea purpurea L. Sampel Kadar flavonoid total (%) Kalus hasil penambahan BAP 3 mg/l 0,9 Kalus hasil penambahan BAP 4 mg/l 0,8 Daun tanaman asal 0,8 Penetapan kadar flavonoid total dari kalus dan tanaman Echinacea purpurea L hasil perlakuan dengan BAP 3 mg/l diperoleh 0,9%, pada BAP 4 mg/l diperoleh 0,8% dan pada tanaman asal juga 0,8%. Kadar flavonoid tersebut menunjukkan hasil yang hampir sama antara hasil induksi kalus dengan tanaman asal, bahkan pada BAP 3 mg/l terjadi peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kalus daun yang diperoleh secara kultur jaringan dapat digunakan sebagai alternatif untuk menghasilkan metabolit sekunder. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pemberian zat pengarur tumbuh BAP berpengaruh nyata terhadap induksi kalus daun Echinacea purpurea L. dengan waktu induksi kalus rata-rata 5-7 hari 107

. Penambahan BAP pada konsentrasi 4 mg/l diperoleh waktu induksi kalus rata-rata 4,7 hari dan prosentase keberhasilan membentuk kalus 80 % dengan kadar flavonoid total kalus Echinacea purpurea L yaitu 0,8%. Saran Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap asal eksplan dan untuk mengetahui senyawa lain dalam kalus daun Echinacea purpurea L. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1987. Analisis Obat tradisional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Dalimoenthe, S.L., 1987. Kultur Jaringan Sebagai Sarana untuk Menghasilkan Metabolit Sekunder. Risalah Seminar nasional Metabolit Seknder. PAU Bioteknologi UGM. Yogyakarta Gunawan L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi. IPB Bogor. Harborne, J.B,. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasih Padmaewinata dan Iwang Soediro, Edisi II, Penerbit ITB. Bandung Markham, K.H., 1988. Cara mengidentifikasi, diterjemahkan oleh Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasih Padmaewinata dan Iwang Soediro, Edisi II, Penerbit ITB. Bandung Suryowinoto, 1991. Budidaya Jaringan Tanaman Terobosan Bermanfaat dalam Bioteknologi. Fakultas Biologi. UGM. Yogyakarta. 108