1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bebas di era globalisasi memicu persaingan ketat, baik secara global maupun nasional. Persaingan yang ketat ini dapat dilihat dengan banyaknya perusahaan berskala internasional yang masuk ke Indonesia. Salah satunya adalah corporate chain store. Peningkatan jumlah corporate chain store belakangan ini mulai meningkat, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Corporate chain store yang berkembang tidak hanya berskala internasional saja, tetapi juga corporate chain store berskala nasional dan bahkan lokal atau daerah. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa persaingan corporate chain store di Daerah Istimewa Yogyakarta cukup ketat. Corporate chain store adalah beberapa toko yang berada di bawah kepemilikan yang sama, dan beroperasi secara terpusat (Encyclopedia Britannica, 2014). Chain store biasanya menjual produk yang sama. Agar mampu bersaing, sebuah corporate chain store harus memiliki supply chain management yang baik. Supply chain management telah diterapkan dengan standar yang baik oleh corporate chain store internasional dan nasional, namun belum tentu pada corporate chain store berskala lokal. Supply chain meliputi semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak, dalam memenuhi permintaan konsumen. Supply chain tidak hanya produsen dan supplier saja, tetapi juga gudang penyimpanan, alat transportasi, retailer, dan bahkan konsumen itu sendiri. Supply chain is a global network of organizations that cooperate to improve the flows of material and information between suppliers and customers at the lowest cost and the highest speed (Govil dan Proth, 2002). Dengan adanya supply chain management yang baik, maka sebuah perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen dengan biaya dan effort yang minimum. Pada corporate chain store, supply chain management berperan dalam pengelolaan persediaan produk. Persediaan atau inventory merupakan salah satu limbah dari tujuh macam limbah yang harus secepatnya dikurangi (Womack dan Jones, 1996). Masalah yang kerap muncul pada corporate chain store adalah 1
2 terjadinya overstock untuk produk yang memiliki tingkat penjualan rendah dan stock out untuk produk yang laku di pasaran (Amer, Luong, dan Lee, 2009). Biaya persediaan sendiri memberikan kontribusi sebesar 20% - 40% per tahun (Ballou, 2004). Biasanya masalah ini diselesaikan dengan memberikan safety stock pada masing-masing produk. Jumlah barang yang dipesan ke supplier atau gudang pusat bergantung pada safety stock atau tingkat persediaan saat itu. Kuantitas pemesanan yang telah ditetapkan akan menghasilkan purchase order atau PO yang akan diberikan oleh chain store ke gudang pusat atau supplier. Setelah menerima purchase order, gudang pusat mengirimkan sejumlah barang yang telah dipesan oleh chain store. Purchase order disusun berdasarkan jumlah barang yang dibutuhkan oleh chain store dengan melihat keadaan persediaan yang mengacu pada safety stock tiap-tiap produk. Saat ini, Pamella Swalayan Supermarket memiliki sistem manajemen persediaan dimana cabang chain store bertanggung jawab terhadap strategi pengendalian persediaan di masing-masing cabang. Keputusan jumlah produk yang dibutuhkan serta kapan dibutuhkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab tiap cabang chain store. Sistem seperti ini memungkinkan terjadinya stock out maupun overstock pada suatu cabang karena penentuan jumlah pesanan yang kurang akurat di salah satu cabang chain store dapat memberikan dampak pada cabang lainnya, sehingga gudang pusat kesulitan mengatur persediaan. Corporate chain store internasional seperti Walmart, atau Indomaret untuk yang berskala nasional, menerapkan vendor-managed inventory, di mana supplier atau gudang pusat bertanggung jawab dalam mengelola persediaan di masing-masing cabang chain store, dan menentukan langsung seberapa besar jumlah produk yang dikirim dan kapan dikirimkan ke tiap cabang tersebut (Razmi, Rad, dan Sangari, 2009). Cabang chain store hanya memberikan data penjualan per periode kepada gudang pusat sebagai bentuk feedback agar supplier atau gudang pusat mengetahui data permintaan di cabang tersebut. Kemudian, gudang pusat menentukan berdasarkan data penjualan tersebut berapa alokasi optimal untuk masing-masing cabang. Pada kondisi ini, sistem distribusi terpusat pada gudang pusat, dimana
3 cabang chain store bertindak sebagai point of sales dan tidak bertanggung jawab pada manajemen persediaannya. Alternatif solusi optimalisasi alokasi distribusi produk dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, salah satunya dengan logika kabur. Alasan pemilihan pendekatan logika kabur ini adalah karena supply chain merupakan kegiatan yang selalu diikuti oleh ketidakpastian, entah itu dari aliran material, arus informasi, atau hubungan penjual dengan pembeli di mana semuanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Pendekatan logika kabur mampu memasukkan unsur ketidakpastian tersebut (Zarandi, Pourakbar, dan Turksen, 2008). Selain itu, logika kabur merupakan salah satu metode dalam kecerdasan buatan yang menjelaskan secara kualitatif dari tindakan manusia dalam pengambilan keputusan (Sugeno dan Yasukawa, 1993), sehingga dapat dengan optimal menghasilkan alternatif solusi alokasi distribusi produk. Dalam penelitian ini, permasalahan alokasi distribusi produk mengambil studi kasus di corporate chain store lokal Pamella Swalayan Supermarket. Alasan pemilihan Pamella Swalayan Supermarket ini adalah untuk meneruskan penelitian yang telah dilakukan oleh Puspitasari (2013). Penelitian tersebut membahas mengenai penentuan jumlah safety stock dan pesanan untuk meminimalisasi biaya persediaan. Penelitiannya menghasilkan safety stock dan jumlah pesanan yang optimal pada cabang Pamella Satu. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol terhadap persediaan masih diatur oleh masing-masing cabang dan belum terpusat. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk menerapkan sistem distribusi terpusat dengan memposisikan gudang pusat Pamella Swalayan Supermarket sebagai pusat, dan masing-masing cabang sebagai point of sales di mana persediaannya diatur oleh gudang pusat. Perencanaan pengiriman produk dan jumlahnya ditentukan secara kuantitatif oleh gudang pusat, sehingga cabang tidak perlu lagi menyusun purchase order.
4 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah mengetahui pendekatan dalam mengalokasikan produk dari gedung pusat chain store lokal Pamella Swalayan Supermarket ke masing-masing lokasi penjualan dengan gross profit sebagai faktor pembanding. 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Untuk membatasi cakupan penelitian, ada beberapa batasan masalah serta asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. penelitian dilakukan pada gudang pusat dan tujuh cabang Pamella Swalayan Supermarket, 2. pemesanan produk yang dilakukan oleh masing-masing cabang Pamella Swalayan Supermarket adalah untuk mengisi ulang stok produk di cabang tersebut, dimana pengisian ulang (replenishment) produk di masing-masing cabang dilakukan oleh gudang pusat Pamella Swalayan Supermarket, 3. penelitian ini berfokus pada pengalokasian produk dari stage gudang pusat hingga ketujuh cabang Pamella Swalayan Supermarket, 4. produk yang diteliti adalah 10 produk di semua cabang Pamella Swalayan Supermarket, 5. semua produk yang diteliti diasumsikan memiliki kesempatan terjual yang sama di masing-masing cabang Pamella Swalayan Supermarket, 6. diasumsikan semua alokasi di masing-masing cabang Pamella Swalayan Supermarket terjual habis, 7. pemasok mengirimkan produk sesuai dengan jumlah yang dipesan oleh gudang pusat Pamella Swalayan Supermarket, 8. gudang pusat mampu memenuhi permintaan semua lokasi penjualan, 9. antar lokasi penjualan tidak boleh saling memasok barang, 10. pengiriman barang dari gudang pusat ke masing-masing lokasi penjualan dilakukan sebulan sekali, 11. faktor yang mempengaruhi kuantitas alokasi produk adalah kontribusi penjualan pada tiap cabang, biaya transportasi, dan biaya simpan,
5 12. alokasi distribusi produk menggunakan pendekatan sistem dorong (push system) dan sistem inferensi fuzzy Mamdani. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. menentukan jumlah alokasi optimal setiap produk yang diteliti dari gudang pusat menuju masing-masing cabang Pamella Swalayan Supermarket dengan menggunakan pendekatan sistem dorong, 2. menentukan jumlah alokasi optimal setiap produk yang diteliti dari gudang pusat menuju masing-masing cabang Pamella Swalayan Supermarket dengan menggunakan pendekatan sistem inferensi fuzzy Mamdani, 3. membandingkan gross profit yang diperoleh Pamella Swalayan Supermarket melalui kedua metode tersebut. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan jumlah produk yang dikirim dari gudang pusat ke masing-masing cabang dengan menjadikan cabang chain store sebagai point of sales. Selain itu, diharapkan penelitian ini mampu menjadi sumber referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
6