BAB I PENDAHULUAN. tetapi industri-industri kecil kini mulai merangkak maju dan mulai mampu

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada era persaingan pasar dagang yang kini semakin ketat, perusahaan makanan skala besar tidak lagi hanya bersaing dengan perusahaan selevelnya saja, tetapi industri-industri kecil kini mulai merangkak maju dan mulai mampu menyaingi atau bahkan menggeser pasar industri besar. Kini produk-produk yang ditawarkan di pusat perbelanjaan besar tidak hanya dipenuhi oleh produk-produk bermerek dari industri besar saja, tapi produk lokal dan industri kecil menengah mulai mengisi rak-rak di etalase penjualan. Hal ini menunjukkan produk-produk dari industri rumahan atau menengah telah mampu memasuki pasaran skala industri besar. Perbedaan nyata yang tampak antara industri skala besar dan rumahan dua diantaranya adalah kemampuan modal dan sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih. Dua faktor tersebut merupakan bagian penting untuk keberlangsungan dan perkembangan sebuah perusahaan. Perusahaan makanan besar mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya karena memiliki modal besar atau kemampuan lebih untuk menunjang kebutuhan pengembangan produk serta perencanaan produksi secara optimal karena tercukupinya tenaga ahli yang berkompeten dibidangnya. Sedangkan untuk industri rumahan dan skala menengah, terbatasnya modal dan tenaga terlatih terdidik menyebabkan sulitnya untuk mengembangkan kualitas produknya agar mampu bersaing dengan produk 1

2 2 bermerek terkenal. Selain itu, keterbatasan pengetahuan mengenai pengaturan dan perencanaan produksi menyebakan banyak terjadinya loses baik dari bahan baku dan biaya, serta perencanaan bahan baku dan produksi yang optimal dan efisien. Keadaan diatas juga dialami oleh industri rumah tangga Sempe Arumanis Gulaliqu yang berlokasi di daerah Kalasan Yogyakarta. Industri ini telah berjalan selama kurang lebih 5 tahun dan telah memiliki karyawan lebih dari 70 orang. Produk sempe arumanis kini juga telah dipasarkan hingga keluar kota dan menyebar di sebagian besar wilayah di Pulau Jawa. Walaupun dengan pasar yang begitu luas, industri masih berjalan dengan sistem industri rumah tangga karena terbatasnya modal dan tenaga terdidik yang mampu mengatur sistem perencanaan bahan baku dan produksi secara optimal. Saat ini, industri berjalan dengan prinsip spontanitas dan fleksibilitas, artinya dalam pengambilan keputusan, pihak pemilik banyak melihat kondisi yang dialami saat itu atau berdasar pengalaman masa lalu dan lebih bersifat fleksibel seperti saat pembelian bahan baku yang hanya dilakukan ketika bahan baku habis dipakai atau ketika terdapat dana yang cukup untuk pembelian bahan baku karena pemasukan yang tidak tentu. Pemasukan utama industri berasal dari penjualan sempe arumanis, padahal sistem penjualan dipusatkan dengan sistem titip jual di retailer, sehingga aliran dana masuk tidak stabil sepanjang waktu. Selain pembelian bahan baku, tingkat produksi juga tidak direncanakan atau dilakukan dengan target tertentu, melainkan bergantung pada kemampuan karyawan sehingga jumlah produksi yang dihasilkan juga tidak konstan setiap hari. Akibat tidak dilakukannya perencanaan bahan baku yang baik, industri banyak mengalami loses atau kerugian baik biaya, bahan baku, maupun tenaga akibat sistem tradisional yang

3 3 digunakan sekarang. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan analisa perencanaan bahan baku yang merupakan salah satu bagian dari rantai pasok dengan menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP) sebagai upaya perbaikan kinerja dan performansi industri yang dapat dilihat dari indikator seperti profit, lead time performance, waste elimination dan optimasi kerja selama kegiatan produksi. B. Pokok Permasalahan Persediaan dan pengadaan bahan baku merupakan salah satu permasalahan yang menjadi dilema yang sering dialami banyak perusahaan baik kecil atau besar karena biaya besar yang harus dikeluarkan. Di sisi lain, terjadinya kekurangan atau ketidaktersediaan bahan baku dapat mengakibatkan terhentinya proses produksi atau tidak tercapainya target produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang dapat mengakibatkan turunnya kepercayaan konsumen terhadap perusahaan bahkan dapat memicu larinya pelanggan ke produk lain. Pengaturan persediaan bahan baku yang kurang tepat atau tidak terencana dengan baik dapat menimbulkan biaya yang tinggi karena ketidaksesuaian antara jumlah bahan baku yang tersedia dengan kebutuhan bahan baku untuk produksi sehingga meningkatkan biaya produksi untuk penyimpanan atau loses. Hal ini tentu berpengaruh terhadap turunnya keuntungan yang diterima perusahaan. Salah satu kelemahan dari usaha kecil menengah (UKM) adalah terbatasnya sumberdaya terdidik yang dapat mengatur perencanaan bahan baku secara optimal

4 4 dan saat ini perusahaan cenderung bersifat intuitif dalam melakukan kegiatan dan perencanaan produksinya. Sistem yang digunakan masih bersifat perkiraan atau berdasarkan pengalaman selama usaha berjalan sebagai dasar pengambilan keputusan. Perusahaan belum menggunakan sistem yang bersifat tetap dan kuantitatif sehingga muncul biaya-biaya atau kerugian yang seharusnya dapat dihindari jika perusahaan dapat menerapkan sistem perencanaan dan pengendalian yang terkontrol yang mencakup setiap mata rantai dalam rantai pasok. Permasalahan diatas juga dialami industri Sempe Arumanis Gulaliqu, dengan pemasaran yang sudah meluas tidak dibarengi dengan peningkatan kinerja produksi yang baik. Keterbatasan tenaga terdidik yang dimiliki mengakibatkan sulitnya perusahaan membuat perencanaan dari penyediaan bahan baku, proses produksi, hingga perdistribusian ke konsumen. Proses yang dilakukan banyak berdasar intuitas dan spontanitas sehingga hasil dari seluruh proses belum stabil dan muncul loses yang tidak perlu. Selain masalah perencanaan, masih tercampurnya antara dana hasil penjualan perusahaan dengan penggunaan biaya pribadi pemilik mengakibatkan kerancuan keuangan perusahaan baik dari jumlah aset dan omset perusahaan. C. Tujuan Penelitian 1. Melakukan identifikasi sistem perencanaan bahan baku perusahaan saat ini sehingga dapat diketahui kelemahan dan kelebihan atau kekuatan sistem yang digunakan.

5 5 2. Membangun suatu sistem perencanaan kebutuhan bahan baku yang optimal dengan pendekatan Material Requirement Planning (MRP). 3. Melakukan komparasi antara sistem perencanaan kebutuhan bahan baku dalam perusahaan dan sistem Material Requirement Planning (MRP). D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pemasok dan perusahaan dalam mengatur manajemen pengadaan bahan baku. 2. Sebagai acuan perbaikan dalam optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi. 3. Sebagai pertimbangan dalam pengaturan dan perencanaan pengadaan bahan baku perusahaan. E. Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan secara menyeluruh untuk mengetahui secara jelas mengenai sistem perencanaan bahan baku yang diterapkan saat ini oleh industri Sempe Arumanis Gulaliqu. Akan tetapi, dalam penelitian ini terdapat asumsi dan pembatasan masalah dengan tujuan agar penelitian dapat lebih terarah dan tepat sasaran. Pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi : 1. Ruang lingkup penelitian ini mencakup kegiatan Supply Chain Management (SCM) pada pemasok bahan baku dan perusahaan. 2. Analisa dari data volume produksi, hasil penjualan, dan catatan persediaan dilakukan bedasarkan data historis perusahaan selama periode tertentu.

6 6 3. Peramalan hasil penjualan dengan asumsi penurunan jumlah produk retur dari data aktual untuk perencanaan bulan mendatang. 4. Biaya persediaan bersifat tetap dan tidak dipengaruhi oleh inflasi maupun deflasi harga selama periode perencanaan. 5. Kapasitas produksi, gudang, mesin dan tenaga kerja tidak mengalami perubahan.