BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator

Deteksi Gen Shiga Like Toxin 1 isolat escherichia Coli O157:H7 Asal Sapi Bali di Kuta Selatan, Badung

BAB I PENDAHULUAN. makanan (foodborne illnesses) pada orang yang mengonsumsinya. Lebih dari 250

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ternak ruminansia khususnya sapi pada umumnya adalah bakteri yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

Vol 4 (4) Table of Contents. Home > Archives > Vol 4 (4) Articles

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Broiler atau ayam pedaging merupakan ternak yang efisien dalam

DETEKSI GEN STX-2 DARI Escherichia coli O157:H7 HASIL ISOLASI FESES SAPI BALI DI KECAMATAN KUTA SELATAN KABUPATEN BADUNG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan

Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016 Volume 4, No 2 : 21-27

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

ESCHERICHIA COLI 0157 H:7 SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT ZOONOSIS

BAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak

Isolasi dan Identifikasi Escherichia Coli O157:H7 dada Sapi Bali Di Abiansemal, Badung, Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergolong dalam filum Proteobacteria, kelas Gammaproteobacteria, ordo

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

TINJAUAN PUSTAKA Foodborne Disease

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki klorofil dengan ukuran rata-rata selnya 0,5-1 x 2-5 μm, memiliki bentuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume ekspor hasil perikanan menurut komoditas utama ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobactericeae,

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan

BAB I PENGANTAR. alami Salmonella sp adalah di usus manusia dan hewan, sedangkan air dan

I. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAKTERI YANG MENCEMARI SUSU SEGAR, SUSU PASTEURISASI DAN CARA PENGENDALIANNYA Oleh: Dewi Hernawati ABSTRAK

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. xvii

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB I PENDAHULUAN. perikanan pada posisi yang penting sehingga menyebabkan intensifikasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ikan merupakan komoditas budidaya unggulan di Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan dalam melakukan kolonisasi

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

PENDAHULUAN. Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Jumlah (ekor) Frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

Prevalensi Infeksi Escherichia coli O157:H7 pada Sapi Bali di Kecamatan Mengwi dan Kuta Selatan, Badung, Bali

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, Pulau Bali juga terkenal dengan kulinernya yang sangat khas. Makanan

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

Deteksi Produksi Toksin Stx-1 dan Stx-2 dari Escherichia coli O157:H7 Isolat Lokal Hasil Isolasi Feses dan Daging Sapi

I. PENDAHULUAN. Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan

I. PENDAHULUAN. Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin hari kebutuhan daging sapi semakin meningkat, untuk itu

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

tudi Epidemiologi Penyakit Tuberculosis pada Populasi Sapi di Peternakan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. untuk memenuhi hampir semua keperluan zat-zat gizi manusia. Kandungan yang

KAJIAN MOLEKULER BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT 9A HASIL ISOLASI DARI KOLON SAPI BALI MELALUI ANALISIS GEN 16S rrna SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air

PENDAHULUAN. Latar Belakang. merpati umumnya masih tradisional. Burung merpati dipelihara secara ekstensif,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berproduksi secara maksimal adalah kelompok ayam pada peternakan tersebut

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR SINGKATAN... v. DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN...

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan sejak tahun 2013 masih mempunyai beberapa komoditi unggulan di bidang pertanian dan peternakan dengan kondisi geografis yang relatif kering. Luasnya adalah 101,13 km 2, dengan suhu sekitar 24-30 0 C dan curah hujan rata-rata 1.976,0 mm. Selain pertanian dan pekerjaan di sektor jasa, biasanya masyarakat Kecamatan Kuta Selatan juga memelihara sapi (Badan Pusat Statistik, 2010). Jumlah sapi di Kecamatan Kuta Selatan pada tahun 2010 mencapai 10.732 ekor sapi. Dari data geografis kecamatan Kuta Selatan dapat disimpulkan bahwa letak geografis Kecamatan Kuta Selatan dapat menjadi faktor yang mendukung pertumbuhan bakteri Coliform termasuk E. coli. Salah satu jenis sapi potong yang cukup terkenal di Indonesia dan merupakan plasma nutfah asli Bali adalah sapi bali, sehingga keberadaannya perlu dilestarikan. Sapi bali mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan, tahan terhadap beberapa penyakit, dan daya reproduksi tinggi (Batan, 2006). Oleh karena itu, sapi bali sangat cocok untuk dikembangkan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Salah satu upaya untuk melestarikan sapi bali adalah dengan menjaga kesehatan melalui pencegahan atau penanggulangan penyakit. Pemeliharaan ternak sapi di Bali umumnya masih sangat sederhana dan tradisional, yaitu di lahan yang sempit, limbah ternak dibiarkan tanpa dikelola dengan baik, sehingga terjadinya pencemaran lingkungan peternakan terutama air dan infeksi bakteri pada sapi cukup tinggi. Sapi bali di Bali, banyak yang hidup tanpa kandang, dan dari hari ke hari sapi hanya ditambatkan di bawah pohon yang rindang (Batan, 2006).

Selain keuntungan yang diperoleh dari sapi bali, terdapat pula penyakit-penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, maupun jamur yang dapat menginfeksi ternak. Agen penyebab infeksi bakterial salah satunya adalah bakteri Escherichia coli penyebab penyakit kolibasilosis pada ternak sapi. Bakteri Coliform dan Escherichia coli merupakan mikroba normal di dalam saluran pencernaan hewan. Menurut Ginns (2000) E. coli dapat menyebar melalui debu yang terkontaminasi atau melalui pakan dan minuman yang terkontaminasi dengan feses. Escherichia coli dapat tumbuh optimum pada suhu 37 C dan ph optimum pertumbuhannya antara 7,0 sampai 7,5 (Holt et al., 1994). Escherichia coli O157 merupakan salah satu dari beratus-ratus strain Escherichia coli yang dapat menyebabkan entero haemorrhagic atau disebut EHEC. Di dalam saluran pencernaan manusia, serotipe E. coli O157:H7 yang tumbuh dan berkembang dapat menghasilkan toksin. Toksin yang dihasilkan oleh E. coli O157:H7 adalah verotoxin atau disebut sebagai shiga-like toxin (Stx) (Mainil and Daube, 2005). Shiga toxin yang dihasilkan E. coli (STEC) saat ini diakui sebagai kelompok penting dari bakteri Enteropathogens, setidaknya ada 100 serotipe dari E. coli yang mampu menghasilkan Shiga toxin, tetapi serotipe E. coli O157 yang paling dikenal dalam mikrobiologi dan masyarakat umum (Nataro and Kaper, 1998). Bakteri ini pertama kali diidentifikasi pada 1982 pada penyakit haemorrhagic colitis (HC) di USA (Riley et al., 1983). Sejak saat itu, STEC O157 terlibat dalam kasus sporadis wabah diare di dunia. Shiga like toxin yang dihasilkan E. coli O157:H7 akan memasuki lumen gastrointestinal tubuh hospes melalui sel epitel, pada awalnya bereaksi langsung dengan monosit di daerah submukosa dari sel epitel yang melepaskan mediator peradangan, hal ini berdampak pada semakin meningkatnya uptake toksin karena meningkatnya permeabilitas mukosa. Selanjutnya akan berdampak pada aktivasi pelepasan elemen protombin sehingga

terjadi perdarahan pada daerah kolon atau terjadinya diare berdarah (O Loughlin and Robins, 2001). Sebagai bakteri yang bersifat pathogen, E. coli O157: H7 memiliki beberapa faktor virulen yang membantu bakteri menyerang induk semangnya yaitu saluran pencernaan manusia. Suardana et al, (2013) melaporkan bahwa penderita yang terinfeksi oleh Stx-1 cenderung menderita gastrointestinal dengan gejala diare berdarah jika dibandingkan dengan Stx-2. Gejala klinis dapat muncul beberapa saat setelah mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi, maupun beberapa bulan kemudian. Bagi beberapa kelompok orang terutama anak-anak, manula, wanita hamil, dan orang yang memiliki sistem kekebalan yang rendah, foodborne disease akan sangat berbahaya. Kejadian hemorrhagic colitis biasanya ditandai dengan gejala klinis crampy abdominal pain diikuti dengan diare cair pada 24 jam pertama selanjutnya diikuti adanya perdarahan, muntah, tetapi tidak diikuti peningkatan suhu tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 9 hari (Andriani, 2004). Oleh karena itu, belum adanya penelitian tentang keberadaan gen Shiga like toksin 1 (Stx1) dari E. coli O157:H7 khususnya dari hasil isolasi feses sapi di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, menjadi menarik untuk dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah ada gen Stx-1 pada E. coli O157:H7 dari hasil isolasi feses sapi di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi gen Stx-1 dari E. coli O157:H7 dari hasil isolasi feses sapi di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung sebagai salah satu marka virulensi E. coli O157:H7. 1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi kepada pihak terkait yaitu dinas kesehatan dan dinas peternakan, perikanan, dan kelautan kota Denpasar, mengenai potensi bahaya dari E. coli O157:H7 pada sapi terhadap kesehatan manusia. 1.5 Kerangka Konsep Shiga toxin yang dihasilkan E. coli (STEC) saat ini diakui sebagai kelompok penting dari bakteri Enteropathogens, setidaknya ada 100 serotipe dari E. coli yang mampu menghasilkan Shiga toxin, tetapi serotipe E. coli O157 yang paling dikenal dalam mikrobiologi dan masyarakat umum (Nataro and Kaper, 1998). Beberapa wabah besar pernah terjadi, seperti di Jepang lebih dari 9000 anak yang terinfeksi (Michino et al., 1998). Adanya hasil temuan E. coli O157:H7 pada feses dan daging domba di Yogyakarta sebesar 13,2% dan 2,6% (Sumiarto, 2004) dan temuan Suardana et al. (2007) dan Suardana et al. (2008) yang berhasil mengidentifikasi E. coli O157:H7 di Kabupaten Badung, Bali pada feses sapi sebesar 7,61%, pada daging sapi sebesar 5,62% dan pada feses manusia sebesar 1,3%, menguatkan hipotesis bahwa serotipe lokal dari bakteri ini juga berpotensi besar sebagai agen zoonosis yang harus diwaspadai sehingga perlu dikaji secara lebih mendalam. Penemuan Hananto et al. (2014) menunjukkan bahwa dari 60 sampel yang diuji, ditemukan positif E. coli O157:H7 sebanyak 5 isolat (8,33%). Isolat yang ditemukan sejauh ini belum dilakukan penelitian lebih lanjut terutama dari aspek molekuler terhadap penanda virulensi gen Stx1 maupun gen Stx2 (gen yang mengatur ekspresi toksin Stx1 dan Stx2), dan gen eae (gen yang mengatur ekspresi protein yang berkaitan dengan attaching dan effaching). Perkembangan penelitian untuk mendeteksi kehadiran STEC secara pesat telah dimulai sejak tahun 1987 (Doyle et al., 2006; Pradel et al., 2000). Mohammad et al. (1985) dalam Samadpour et al., (2002) dengan teknik penghitungan secara langsung terhadap toksin yang dihasilkan. Hasil penelitiannya berhasil menemukan 28 dari 172 sampel (16%) feses

sapi positif STEC. Deteksi dengan menggunakan DNA probe Stx-I dan Stx-II juga telah digunakan oleh beberapa peneliti (Samadpour et al., (2002). Selain metode diatas saat ini telah populer dikembangkan teknik deteksi yang cepat dan akurat yaitu perkembangan metode deteksi yang didasarkan atas Polymerase Chain Reaction (PCR) sebagai suatu metode yang sangat membantu karena tingkat sensitifitas dan spesifitasnya tinggi (Moon et al, 2004 dalam Suardana et al, 2013). 1.6 Hipotesis Penelitian Isolat lokal E.coli O157:H7 dari hasil isolasi feses sapi di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung membawa penanda virulensi yaitu gen Stx-1.