BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki klorofil dengan ukuran rata-rata selnya 0,5-1 x 2-5 μm, memiliki bentuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki klorofil dengan ukuran rata-rata selnya 0,5-1 x 2-5 μm, memiliki bentuk"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Bakteri merupakan organisme uniseluler, prokariotik, dan umumnya tidak memiliki klorofil dengan ukuran rata-rata selnya 0,5-1 x 2-5 μm, memiliki bentuk yang beraneka ragam yaitu kokus (bulat), basil (batang), dan spirilia (spiral). Selain berinteraksi intraspesies, bakteri tersebut juga berinteraksi secara interspesies dengan manusia, tumbuhan, dan hewan. Dalam interaksinya dengan manusia, bakteri tersebut ada yang bersifat berbahaya dan yang tidak berbahaya. Salah satu contoh bakteri patogen adalah Escherichia coli yang diketahui dapat menyebabkan diare, kolera, dan berbagai penyakit pada saluran pencernaan. Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh seorang bacteriologist yang berasal dari Jerman bernama Theodor Von Escherich pada tahun Secara alamiah E. coli adalah penghuni umum dalam pencernaan manusia dan hewan (Melliawati, 2009). Adapun taksonomi dari E. coli sebagai berikut; Superdomain Filum Kelas Ordo Family Genus Species : Phylogenetica : Proterobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae : Escherichia : Escherichia coli 9

2 10 Gambar 3. Bentuk bakteri Escherichia coli pada mikroskop elektron Sumber : Stevens (2009) Bakteri E. coli merupakan bakteri yang bersifat fakultatif anaerob dan memiliki tipe metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi pertumbuhannya paling banyak di bawah keadaan anaerob, namun beberapa E. coli juga dapat tumbuh dengan baik pada suasana aerob (Meng dan Schroeder, 2007). Suhu yang baik untuk menumbuhkan E. coli yaitu pada suhu optimal 37 O C pada media yang mengandung 1% peptone sebagai sumber nitrogen dan karbon. Ukuran sel dari bakteri E. coli biasanya berukuran panjang 2,0 6,0 μm dan lebar 1,1 1,5 μm dengan bentuk sel bulat dan cenderung ke batang panjang (Melliawati, 2009). Struktur sel dari bakteri E. coli terdiri dari dinding sel, membran plasma, sitoplasma, flagella, nucleus (inti sel), dan kapsul. Membran sel terdiri dari sitoplasma yang mengandung nukleoprotein. Membran sel E. coli ditutupi oleh dinding sel berlapis kapsul. Flagela dan fili E. coli menjulur dari permukaan sel. Tiga struktur antigen utama permukaan yang digunakan untuk membedakan serotipe golongan E. coli adalah antigen O (antigen

3 11 lipoporisakarida somatik di dalam dinding sel), antigen K (antigen polisakaride kapsul), dan antigen H (antigen protein flagella) (Todar, 2008). Bakteri E. coli mempunyai dinding sel yang kaku, berpori dan berguna untuk memberikan bentuk tertentu pada sel serta berperan sebagai pelindung. Dinding sel diklasifikasikan sebagai antigen O. Berdasarkan komposisi dinding sel dan pewarnaannya itulah E. coli digolongkan sebagai bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif diketahui tidak tahan terhadap perlakuan fisik (bakteri akan mati pada suhu 60 O C selama 30 menit). Namun, bakteri ini lebih tahan terhadap antibiotik golongan penisilin dan golongan lainnya seperti streptomisin. Kapsul pada bakteri E. coli terbentuk karena pengaruh media pertumbuhan dan kondisi lingkungan. Kapsul terdiri dari polisakarida atau kompleks polisakarida-protein yang dapat melindungi membran luar dari fagositik dan sistem komplemen. Kapsul ini diklasifikasikan sebagai antigen K. Flagella dari E. coli bersifat antigenik sehingga dikenal sebagai antigen H. Sedangkan membran selnya terdiri dari beberapa lemak dan protein dalam presentase yang hampir sama dimana lemaknya membentuk fase non polar yang kontinyu (Todar, 2008). 2.2 Verotipe Escherichia coli Ada beberapa kelompok E. coli yang menyebabkan diare pada manusia dikelompokkan menjadi beberapa yaitu; Enterotoxigenik E. coli (ETEC), Enteroinvasive E. coli (EIEC), Enteropatogenik E. coli (EPEC), Enteroagregative E. coli (EAEC), Diffuse-adherent E. coli (DAEC), Extraintestinal pathogenik E. coli (ExPEC), Urophatogenik E. coli (UPEC), Adherent-invasive E. coli (AIEC),

4 12 dan Enterohaemorragic E. coli (EHEC) (Chaudhuri dan Henderson, 2012). E. coli ini diklasifikasikan berdasarkan ciri khas dari sifat-sifat virulensinya dan seberapa besar setiap grup dapat menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Enteropatogenik E. coli (EPEC) merupakan salah satu dari enam verotipe E. coli yang dapat menyebabkan diare pada manusia. Istilah EPEC dikemukakan oleh Neter pada tahun 1950-an berdasarkan uji serotype. Karakter sel dan biokimia dari EPEC sama dengan E. coli pada umumnya. Adapun serotype bakteri E. coli yang termasuk ke dalam EPEC adalah O26, O55, O86, O111, O119, O125, O126, O127, O128ab dan O142. Dalam setiap patogenesitas EPEC diperlukan faktor virulensi yang berperan untuk mengalahkan sistem pertahanan dari inang. Berdasarkan patogenesitasnya faktor virulensi EPEC dibedakan menjadi dua yaitu faktor virulensi pasif yang berperan untuk mempertahankan diri dari sistem pertahanan inang dan faktor virulensi aktif yang berperan dalam melemahkan atau menghancurkan sistem pertahanan inang. Adapun faktor virulensi yang terlibat dalam patogenesitas EPEC meliputi adesin, intimin, protein-protein sekresi dan bundle-forming pili (bfp). Proses perlekatan terjadi melalui tiga tahap meliputi tahap perlekatan tidak erat yang diperantarai oleh bundle-forming pili (bfp), kemudian transduksi signal diperantarai oleh protein sekresi (EspA, EspB dan EspD) sedangkan proses pengikatan erat melibatkan intimin (Hicks et al., 1998). Selain bakteri golongan EPEC, bakteri golongan ETEC diketahui sebagai penyebab diare enterotoksigenik dengan gejala klinis yang dapat terjadi seperti diare, dehidrasi, asidosis, bahkan menyebabkan kematian. Faktor virulensi yang digunakan untuk identifikasi ETEC adalah enterotoksin dan antigen pili

5 13 (fimbriae). Enterotoxigenic E. coli (ETEC) terdiri dari toksin tidak tahan panas (heat-labile toxins/ LT) dan toksin tahan panas (heat-stabile toxins/ ST). ETEC dapat menghasilkan satu atau dua enterotoksin tergantung pada plasmid (massa DNA ekstra kromosom). Inang yang ter bakteri biasanya akan mengalami diare yang lebih berat dan lebih lama karena mengandung kedua plasmid. Enterotoksin kemudian diabsorbsi oleh sel epitel jejenum dan ileum sehingga dapat merusak motilitas usus (Salyers and Whitt, 1994). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ETEC pada inang, yaitu umur, ph lambung, dan kehadiran antibodi spesifik terhadap permukaan antigen ETEC. Enterohemoragik E. coli (EHEC) atau yang dikenal juga sebagai Verocytotoxigenic Escherichia coli (VTEC) merupakan salah satu bakteri usus bersifat patogen yang dapat menyebabkan diare hemolitic uremic syndrome (HUS). E. coli ini berbahaya karena dapat menghasilkan dua toksin shiga like toxin (SLT) sekaligus. Toksin pertama disebut SLT-I (VT-1) dan yang kedua SLT-II (VT-2). Toksin ini membunuh sel dengan memecah adenine dari RNA ribosom pada tempat dimana terjadi pemanjangan perlekatan aminoasil t-rna dan akhirnya terjadi hambatan sintesis protein dan kematian sel. EHEC melekat pada sel usus dan menghasilkan lesi yang menyerupai lesi yang terlihat pada EPEC. Serotype yang paling sering menyebabkan hemolitic uremic syndrome (HUS) adalah E. coli 0157 : H7 (Hicks et al., 1998). Golongan Enteroinvansif E. coli (EIEC) menyebabkan penyakit yang memiliki kemiripan dengan shigellosis. EIEC melakukan fermentasi laktosa dengan lambat dan tidak bergerak. EIEC menimbulkan diare hanya pada manusia

6 14 melalui invasi ke sel epitel mukosa usus. Kebanyakan penyakit ini muncul di negara-negara berkembang. Sedangkan Enteroagregatif E. coli (EAEC) juga dapat menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di Negara berkembang. Bakteri ini ditandai dengan pola khas perlekatannya pada sel manusia. EAEC memproduksi hemolisin dan ST enterotoksin yang sama dengan ETEC (Todar, 2008). 2.3 Escherichia coli O157:H7 Escherichia coli merupakan salah satu bakteri Gram negatif berbentuk batang dan tidak membentuk spora yang hidup normal dalam saluran pencernaan manusia dan hewan. Bakteri ini ditemukan pertama kali pada tahun 1885 oleh seorang bacteriologist asal Jerman bernama Theodor Von Escherich yang berhasil melakukan isolasi terhadap bakteri tersebut. Dr. Escherich juga berhasil membuktikan bahwa bakteri E. coli penyebab dari diare dan gastroenteritis pada infant (Andriani, 2005). Bakteri ini dominan dapat ditemukan di dalam tinja manusia dan hewan. Bakteri ini dikenal memiliki ratusan strain baik yang tidak berbahaya maupun yang berbahaya. Salah satu strain yang dikenal paling patogen yaitu E. coli O157:H7 (Sanchez et al., 2002). Escherichia coli secara normal terdapat pada saluran pencernaan baik pada manusia dan hewan, namun E. coli O157:H7 merupakan strain yang virulen yang berasal dari sapi dan domba. E. coli O157:H7 adalah salah satu strain E. coli yang memiliki peran sangat penting dalam penyakit zoonosis karena penyebarannya dapat melalui makanan (Andriani, 2005). E. coli O157:H7 diidentifikasi patogen

7 15 pada manusia pertama kali pada tahun 1982 di Amerika Serikat (Sanchez et al., 2002). Faktor virulen dari E. coli O157:H7 adalah Shiga toxin yang dihasilkan dari E. coli (Andriani, 2005). Sejak itulah diketahui bahwa ternak sapi merupakan reservoir utama dari Verocytotoxin-producing Escherichia coli (VTEC) dan merupakan sumber penularan utama infeksi dari hewan ke manusia. Infeksi ke manusia dapat terjadi karena penularan dari makanan yang berasal dari hewan yang telah tercemar atau terkontaminasi misalnya dari daging sapi mentah maupun susu mentah (Sumiarto, 2004b). McGee et al., (2004) mengatakan bahwa penularan E. coli O157:H7 dari satu sapi ke sapi lain sebelum berpindah ke manusia dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Kulit merupakan sumber penularan yang paling beresiko dalam penyebaran bakteri E. coli O157:H7 tersebut. Andriani (2005) juga mengatakan bahwa sapi yang dalam pencernaannya terdapat E. coli O157:H7 maka sapi tersebut bertindak sebagai carrier sehingga dapat menyebarkan bakteri ini dari hewan lain ataupun ke manusia. Bakteri E. coli O157:H7 pada pencernaan sapi sebenarnya merupakan bentuk mutan dari E. coli yang biasanya terdapat dalam pencernaan sapi, domba, kambing, babi bahkan ayam (Andriani, 2005). Bakteri E. coli O157:H7 bersifat patogen memiliki faktor yang virulen yaitu shiga like toxin (Stx) atau dikenal juga dengan STEC. Strain STEC ini yang mnenghasilkan dua jenis racun shiga yaitu Stx1 dan Stx2 yang merupakan faktor virulen utama dari E. coli O157:H7 (Andriani, 2005). Stx1 diketahui hampir identik dengan racun yang diproduksi oleh Shigella dysenteriae serotipe 1. Jika dibandingkan dengan Stx2, penderita yang telah terinfeksi Stx1 lebih berpeluang

8 16 menderita gastrointestinal dengan gejala seperti diare berdarah (Fraser et al., 2004). STEC memiliki ketahanan asam yang menyebabkan ketika tercerna oleh tubuh STEC mampu bertahan dalam lumen usus dan menempel pada sel-sel usus dalam sistem pencernaan sehingga terbentuk lesi pada sel-sel usus. Lesi yang terbentuk inilah yang menjadi faktor resiko terjadinya hemolytic uremic syndrome (HUS) (Gyles, 2007). Stx yang diproduksi oleh STEC ini mampu berikatan dengan reseptor spesifik pada sel inang dan merupakan penyebab kematian dari sel-sel inang. Adapun target utama dari Stx adalah sel-sel endotel vaskular sehingga jika produksi Stx meningkat akan terjadi kerusakan pada pembuluh darah di usus. Gangguan pada pembuluh darah di usus secara terus-menerus akan mengakibatkan terjadinya diare berdarah pada penderita dan menyebabkan gangguan ginjal (Desmarchelier dan Fegan, 2003; Gyles, 2007). Andriani (2005) menjelaskan bahwa toksin yang telah diproduksi oleh bakteri E. coli O157:H7 dapat masuk ke dalam lumen usus hingga menembus lapisan endothel sehingga masuk ke aliran darah. Hal ini dikarenakan adanya faktor virulen lain berupa intimin yang mampu menimbulkan lesi patogenik yang disebut lesi attaching and effacing (lesi A/E). Lesi attaching and effacing ini memicu terjadinya Locus of Enterocites Effecment (LEE). Bakteri EHEC ini kemudian menghasilkan faktor protein EspA dan EspB yang berperan dalam proses penempelan pada epithel usus dengan bantuan geneae yang terdapat pada bakteri tersebut. Jika telah masuk ke aliran darah maka dapat mengganggu fungsi

9 17 ginjal sehingga dapat terjadi gagal ginjal akut. Akibat yang paling parah dari infeksi E. coli O157:H7 ini adalah mengakibatkan kematian pada manusia Penularan Escherichia coli O157:H7 Tingkat kejadian infeksi Escherichia coli O157:H7 di negara-negara maju diketahui cukup tinggi. Di Australia pada tahun 2012 dilaporkan kejadian infeksi STEC sebesar 0,5 kasus per penduduk (112 kasus). Pada tahun 2010 teridentifikasi di Australia sebanyak 58,8 kasus (Yates, 2011). Di Selandia Baru laporan mengenai infeksi STEC pada tahun 2011 adalah 3,5 kasus per penduduk (154 kasus) terjadi sedikit peningkatan dari tahun 2010 yaitu 3,2 kasus per penduduk (Yates, 2011). Laporan dari CDC (2012) menyatakan bahwa tingkat infeksi STEC di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2010 adalah 1,78 kasus per penduduk yang juga mengalami sedikit peningkatan dari tahun 2009 dari 1,53 kasus per penduduk. Hal ini dikarenakan E. coli O157:H7 merupakan salah satu penyebab dari Foodborne Disease. Penelitian yang dilakukan oleh Sumiarto (2002a) menjelaskan bahwa Prevalensi infeksi VTEC di Indonesia pada sapi perah di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tingkat ternak sebesar 27,4% dan pada peternak 53,5%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Hanif et., al (2003) prevalensi VTEC pada ternak di Kabupaten Sleman Yogyakarta sebanyak 35%. Di Indonesia pada manusia pernah dilaporkan dari Rumah Sakit Ciptomangun kusumo terjadi sembilan kasus VTEC dimana empat diantaranya meninggal dunia (Tambunan et al., 2001).

10 18 Gambar 4. Transmisi infeksi E. coli O157:H7 dari ternak ke manusia Sumber : Siech (2001) Pada Gambar 4. digambarkan secara singkat bagaimana penularan E. coli O157:H7 ini dari hewan ke manusia. Pada manusia proses masuknya bakteri E. coli O157:H7 ke dalam tubuh hingga menimbulkan infeksi dalam sebuah studi di Kanada dan perancis menjelaskan bahwa infeksi VTEC yang menyebabkan HUS pada manusia sangat berkaitan dengan populasi kepadatan ternak. E. coli O157:H7 diketahui dapat menular ke manusia karena; interaksi dengan hewan penderita misalnya para pekerja di peternakan atau manusia yang bertempat tinggal dekat dengan peternakan, melalui kotoran ternak atau feses yang mencemari daging pada saat pemotongan, sumber air minum yang tercemar bakteri E. coli O157:H7, dan sayuran atau buah yang tidak sengaja tercemar karena menggunakan pupuk kandang pada saat dilakukan pemupukan (Doyle et al., 2006).

11 19 Andriani (2005) juga menjelaskan bahwa penularan bakteri E. coli O157:H7 ke manusia dapat juga dikarenakan pada saat proses pemotongan hewan di rumah potong hewan (RPH) terjadi kontaminasi pada daging sapi dan peralatan yang digunakan. Sedangkan pada susu kontaminasi E. coli O157:H7 bisa berasal dari ambing yang telah tercemar maupun dari alat-alat perah yang digunakan. Daging dan susu yang tidak dimasak secara sempurna pula dapat menyebabkan kontaminasi dan secara organoleptik tidak terlihat adanya perubahan warna, bau dan rasa. Pada tahun 2001 di Ohio pernah dilaporkan terjadi penularan yang bersifat airbone infection yang berasal dari dinding dan debu yang sebelumnya telah ter bakteri E. coli O157:H7. Pada sapi yang merupakan reservoir utama dari bakteri E. coli O157:H7 ini, penularan dari sapi ke sapi dapat terjadi karena transmisi E. coli O157:H7 pada kulit sapi (McGee et al., 2004). Pada sapi perah dan sapi potong VTEC telah pernah terdeteksi berada pada betis sapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Doyle et al., Prevalensi bakteri E. coli O157:H7 pada kotoran ternak tergantung pada faktor musim dan faktor usia hewan kurang dari 10%. E. coli O157:H7 dapat ditemukan pada pemeriksaan rektal di mukosa dari rectum yang dapat dilakukan pada anak sapi (McGee et al., 2004) Faktor Resiko Infeksi Escherichia coli O157:H7 Bakteri colliform merupakan bakteri yang selalu berhubungan dengan penyakit pencernaan pada manusia dan hewan. Colliform terbagi menjadi dua yaitu Fecal coli (Escherichia coli) yang berasal dari feses manusia dan hewan

12 20 berdarah panas, dan coli non-fecal yang bukan berasal dari feses dan hewan berdarah panas (Yates, 2011). Escherichia coli merupakan bakteri yang patogen karena dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Salah satu strain E. coli yang bersifat zoonosis yaitu E. coli O157:H7. Sapi merupakan reservoir utama dari E. coli O157:H7 (Sanchez et al., 2002). Infeksi E. coli O157:H7 dari hewan ke hewan maupun dari hewan ke manusia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Kejadian infeksi E. coli O157:H7 pada ternak sapi dapat disebabkan oleh berbagai faktor secara umum dapat berupa faktor pakan, stress, kondisi geografis, kepadatan ternak serta musim (Kudva et al., 1996). Selain itu beberapa variabel yang perlu diperhatikan seperti; umur ternak, jenis kelamin, sistem pemeliharaan, sumber air minum, kebersihan lantai kandang, kemiringan lantai kandang, kebersihan sapi, serta keadaan cuaca tempat sapi tersebut dipelihara. Keadaan cuaca pada suatu daerah sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri E. coli O157:H7 karena pertumbuhan E. coli tersebut sangat bergantung dari kelembaban dan suhu (temperatur) di wilayah tersebut (Kudva et al., 1996). Pertumbuhan bakteri E. coli sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti; suhu, ph, kelembaban, water activity (wa), dan nutrisi bakteri (komposisi makanan). Kisaran suhu untuk pertumbuhan E. coli berkisar 7-8 O C sampai 46 O C dengan suhu optimun pertumbuhan 35 O C-40 O C (Desmarchelier dan Fegan, 2003). Ketahanan panas dari E. coli juga sangat bergantung pada komposisi, ph, dan aktivitas air dari makanan. E. coli lebih tahan terhadap panas pada saat berada dalam fase diam jika dibandingkan pada fase pertumbuhan (Desmarchelier dan Fegan, 2003).

13 21 Secara umum bakteri E. coli dapat tumbuh lambat pada ph di bawah 4,6 dengan beberapa pengecualian. Menurut Desmarcheller dan Fegan (2003) bakteri E. coli tumbuh pada kisaran ph dari 4,4-10,0 dengan ph optimun 6-7. Strain STEC diketahui mampu bertahan terhadap kondisi asam dengan ph 2,5-3,0 selama lebih dari 4 jam (Molina, 2003). Water activity secara sederhana dapat diartikan sebagai ketersediaan air di dalam makanan untuk mendukung pertumbuhan mikroba. Water activity yang diperlukan oleh bakteri E. coli O157:H7 untuk tumbuh mendekati derajat pertumbuhan normal yaitu 0,90-0,99 dengan rata-rata 0,95 atau sekitar 8% natrium klorida. E. coli merupakan organisme anaerob fakultatif sehingga tidak memerlukan oksigen untuk proses pertumbuhan namun, E. coli tumbuh lebih baik pada kondisi aerobik (Meng dan Schroeder, 2007). Kejadian infeksi E. coli O157:H7 pada sapi juga dapat disebabkan karena penumpukan feses di permukaan kandang ternak yang kotor. Penyebarannya dapat melalui kontak antara kulit hewan dengan feses sapi yang telah terinfeksi bakteri E. coli O157:H7 karena E. coli tersebut dapat bertahan selama 18 minggu dalam feses sapi pada suhu 15 O C dan kelembaban tertentu. Sumber air minum juga merupakan salah satu faktor infeksi penularan bakteri E. coli O157:H7. Feses yang berasal dari ternak sapi kemungkinan dapat mencemari air di sungai dan danau ataupun sumber air minum yang berada di dekat peternakan. Hasil penelitian Sumiarto (2004b) pada sapi perah menunjukkan bahwa pada sapi yang kotor beresiko 3,22 kali terinfeksi VTEC jika dibandingkan dengan sapi yang bersih karena tinja yang menempel pada badan sapi merupakan

14 22 tempat pertumbuhan yang baik untuk E. coli O157:H7. Selain kebersihan sapi, kebersihan dari lantai kandang juga merupakan faktor utama dari pertumbuhan bakteri E. coli O157:H7. Hal ini dikarenakan bakteri E. coli O157:H7 dapat bertahan hidup dalam tinja sapi pada suhu 37 0 C dengan kelembaban relatif 10% selama hari dan dapat bertahan hidup selama hari di dalam tinja pada suhu 22 O C dengan kelembaban relatif 10% (Wang et al., 1996). Selain faktor kebersihan sapi dan kandang, faktor lain yang memungkinkan tumbuhnya bakteri E. coli adalah umur dari sapi tersebut. Tokhi et al., (1993) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa tidak ada asosiasi antara kejadian VTEC dengan diare pada ternak, tetapi VTEC mempunyai asosiasi dengan diare pada ternak yang berumur kurang dari 10 minggu dengan perkiraan bahwa distribusi E. coli O157:H7 dapat menyerang sebagian besar ternak umur antara 4 sampai 12 bulan. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Hancock et al., (1994) menyatakan bahwa ternak yang berumur kurang dari 4 bulan lebih banyak memproduksi E. coli O157:H7. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor resiko penyebaran E. coli O157:H7 pada ternak sapi 2.4 Kondisi Geografis Kecamatan Petang Kecamatan Petang merupakan salah satu Kecamatan yang terletak terletak di bagian utara Kabupaten Badung Provinsi Bali dengan luas wilayah 115,00 km². Secara geografis terletak di antara 8º º28 25 ls dan 115º º15 09 bt dan terletak di ketinggian mdpl yang sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan dengan tebing-tebing curam dan menjadi hulu dari

15 23 beberapa sungai yang ada di Badung. Selain itu, wilayah Petang memiliki curah hujan yang tinggi setiap tahunnya sekitar 180,3 mm dengan jumlah hari hujan sekitar 159 hari pertahun hingga akhir tahun 2012 dengan suhu rata-rata 28,5 O C dan kelembaban sekitar 75-85% (Badan Pusat Statistik Badung., 2012a). Kondisi geografis tersebut memadai untuk tumbuh dan berkembangnya pertumbuhan bakteri E. coli O157:H7. Peternakan merupakan usaha tambahan bagi masyarakat di kecamatan Petang. Kondisi alam di daerah tersebut sangat mendukung dan memudahkan dalam penyediaan pakan ternak bagi masyarakat khususnya bagi ternak sapi. Berdasarkan hasil statistik populasi ternak sapi pada tahun 2012 di kecamatan Petang menunjukkan adanya sedikit penurunan jumlah produksi ternak sapi (Badan Pusat Statistik Badung., 2013b). Jumlah populasi ternak sapi pada tahun 2011 sebanyak ekor yang pada tahun 2012 berkisar ekor. Adapun jumlah ternak sapi di 7 Desa di kecamatan Petang pada tahun 2012 berturut-turut sebagai berikut; desa Carangsari ekor, desa Getasan 573 ekor, desa Pangsan 742 ekor, desa Petang 895 ekor, desa Sulangai ekor, desa Pelaga ekor dan desa Belok sebanyak ekor sapi (Badan Pusat Statistik Badung., 2013b).

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus hewan dan manusia dengan ratusan strain yang berbeda, baik yang berbahaya maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi merupakan hewan berdarah panas yang berasal dari famili Bovidae. Sapi banyak dipelihara sebagai hewan ternak. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Kuta Selatan Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º46 58.7 LS dan 115º05 00-115º10 41.3 BT, berada pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli banteng dan telah mengalami proses domestikasi. Sapi bali telah tersebar di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal dan usus pada manusia sangat erat kaitanya dengan bakteri Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang bersifat zoonosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foodborne disease adalah penyakit yang ditularkan lewat makanan, dengan ciri berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala umum sakit perut, diare dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Bali merupakan salah satu dari beberapa bangsa sapi potong asli Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam penyediaan kebutuhan daging bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Coliform Coliform merupakan bakteri yang memiki habitat normal di usus manusia dan juga hewan. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili Bovinae. Sapi banyak dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bangsa ( breed) sapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Escherichia coli O157:H7 Escherichia coli dikenal sebagai salah satu bakteri yang menyebabkan gangguan pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic Escherichia coli atau disebut EHEC yang dapat menyebabkan kematian pada manusia (Andriani, 2005; Todar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang bersifat patogen merupakan prioritas utama untuk dilakukan pada bidang kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, bakteri, virus, dan parasit. Dari ketiga faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Familia Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan sejak tahun 2013 masih mempunyai beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli BAB II TINJAUAN PUSTAKA Escherichia coli merupakan bakteri komensal yang dapat bersifat patogen, bertindak sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia (Tenailon

Lebih terperinci

Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli

Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli Bakteri ini termasuk flora normal tubuh yang berbentuk batang pendek (kokobasil) berukuran 0,4-0,7 μm x 1,4 μm. Bersifat Gram negatif. E. coli memiliki 150 tipe

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung Utara, berbatasan dengan Kecamatan Petang disebelah Utara, Kabupaten Gianyar disebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Selatan Kabupaten Badung Provinsi Bali, tepatnya antara 8 o 46 58.7 LS dan 115 o 05 00 115 o 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan alami yang mempunyai nilai gizi tinggi dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi manusia. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Escherichia coli O157:H7 Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun 1885. Sebagian besar dari E. coli berada dalam saluran pencernaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. xvii

TINJAUAN PUSTAKA. xvii xvii TINJAUAN PUSTAKA Daging Ayam Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu serta organ dalam. Persentase bagian yang dipisahkan sebelum menjadi karkas adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar karena makanan adalah sumber energi manusia. Makanan yang dikonsumsi manusia mempunyai banyak jenis dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobactericeae,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobactericeae, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Coliform Coliform adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobactericeae, dan terdiri dari empat genus yaitu: Citrobacter, Enterobacter, Escherichia dan Klebsiella.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergolong dalam filum Proteobacteria, kelas Gammaproteobacteria, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergolong dalam filum Proteobacteria, kelas Gammaproteobacteria, ordo BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Escherichia coli Bakteri Escherichia coli dalam klasifikasi ilmiah adalah bakteri yang tergolong dalam filum Proteobacteria, kelas Gammaproteobacteria, ordo Enterobacteriales,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ternak ruminansia khususnya sapi pada umumnya adalah bakteri yang berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ternak ruminansia khususnya sapi pada umumnya adalah bakteri yang berasal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri dalam Saluran Pencernaan Sapi Mikroorganisme yang aktif di dalam saluran pencernaan bagian belakang ternak ruminansia khususnya sapi pada umumnya adalah bakteri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Escherich 1885) dengan seluruh patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Escherich 1885) dengan seluruh patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Escherichia coli Escherichia coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman, Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi

TINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi 4 TINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi Higiene berasal dari bahasa Yunani yang artinya sehat atau baik untuk kesehatan. Tujuan higiene adalah untuk menjamin agar daging tetap aman dan layak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Air dan Standar Air Pengertian air Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terdapat di alam yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Air dan Standar Air Pengertian air Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terdapat di alam yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air dan Standar Air 2.1.1 Pengertian air Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terdapat di alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia masih merupakan peternak kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. Cara beternak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009) TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berspora, positif pada tes indol, glukosa, laktosa, sukrosa (Greenwood et

II. TINJAUAN PUSTAKA. berspora, positif pada tes indol, glukosa, laktosa, sukrosa (Greenwood et 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Bakteri E. coli merupakan merupakan bakteri Gram negatif, bentuk batang, memilki ukuran 2,4 mikro 0,4 hingga 0,7 mikro, bergerak, tidak berspora, positif pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Foodborne Disease

TINJAUAN PUSTAKA Foodborne Disease TINJAUAN PUSTAKA Foodborne Disease Foodborne disease adalah suatu penyakit ditimbulkan akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Foodborne disease disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam 4 TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi

Lebih terperinci

o Archaebacteria o Eubacteria

o Archaebacteria o Eubacteria o Archaebacteria o Eubacteria Tujuan Pembelajaran: Menjelaskan tentang monera... Ciri umum Golongan Peranan CIRI UMUM MONERA Nukleus :Prokariotik Sel : Monoseluler Reproduksi:Pembelahan sel Bakteri: pembelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu cara untuk mencegah penyebaran infeksi melalui jalan fecal-oral, seperti diare. Diare didefinisikan sebagai buang air

Lebih terperinci

Pertanyaan Diskusi Patogenesis Mikroba & Imunologi

Pertanyaan Diskusi Patogenesis Mikroba & Imunologi Pertanyaan Diskusi Patogenesis Mikroba & Imunologi Ratna Nindyarani 10407011 Fida Farhana 10407021 Andriani Oktadianti 10407022 Desy Suryani H 10407024 Arkasha 10407026 Waode Nurzara 10407030 Siti Amalia

Lebih terperinci

: Clostridium perfringens

: Clostridium perfringens Clostridium perfringens Oleh : Fransiska Kumala W 078114081 / B Clostridium perfringens adalah salah satu penyebab utama infeksi luka berakibat gangrene gas. Seperti banyak clostridia, organisme ini banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. feses lebih banyak dari biasanya yaitu biasanya lebih dari 200 g atau setara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. feses lebih banyak dari biasanya yaitu biasanya lebih dari 200 g atau setara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Diare adalah buang air besar (defekasi) yang ditandai dengan feses yang konsistensinya berbentuk cair atau setengah cair, biasanya kandungan air pada feses lebih banyak

Lebih terperinci

RABBIT FEVER?? Francisella tularensis

RABBIT FEVER?? Francisella tularensis RABBIT FEVER?? Kelinci bisa kena demam?? Gara-gara apa? Fransisca Kurnianingsih 078114084 Francisella tularensis Abstract Francisella tularensis adalah bakteri Gram negatif (bakteri Gram negatif terdiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Susu

TINJAUAN PUSTAKA Susu 3 Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu adalah sekresi yang dihasilkan mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak dilahirkan (Lukman et al. 2009).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kini sehingga sukar bagi kebanyakan kita untuk menyadari betapa gawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kini sehingga sukar bagi kebanyakan kita untuk menyadari betapa gawat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Pemurnian air untuk pencegahan penyakit hampir universal di dunia barat kini sehingga sukar bagi kebanyakan kita untuk menyadari betapa gawat pencemaran air itu. Saring

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Keamanan pangan Menurut Undang-undang Republik Indonesia no. 18/2012 tentang pangan, bahwa keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu berasal dari 5 kabupaten yaitu Bogor, Bandung, Cianjur, Sumedang dan Tasikmalaya. Lima sampel kandang diambil dari setiap kabupaten sehingga jumlah keseluruhan sampel

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeromonas salmonicida 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak motil, tidak membentuk spora,

Lebih terperinci

: Vibrio vulnificus. Klasifikasi

: Vibrio vulnificus. Klasifikasi Vibrio vulnificus Vibrio vulnificus merupakan bakteri yang relatif baru dalam identifikasinya sebagai bakteri yang patogen bagi manusia. Bakteri ini ditemukan sebagai patogen di tiram pada tahun1976 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. 2004). Penyakit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar 4 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Susu Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah

Lebih terperinci

MIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan

MIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan MIKROORGANISME PATOGEN Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan Sub Pokok Bahasan Definisi mikroorganisem pathogen Infeksi dan intoksikasi Jenis-jenis mikroorganisme pathogen dalam makanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. E. coli termasuk

Lebih terperinci

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

PATOGENISITAS MIKROORGANISME PATOGENISITAS MIKROORGANISME PENDAHULUAN Pada dasarnya dari seluruh m.o yg terdapat di alam, hanya sebagian kecil saja yg patogen maupun potensial patogen. Patogen adalah organisme yg menyebabkan penyakit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambiloto (Andrographis paniculata nees) 1. Deskripsi Tanaman Penggunaan obat tradisional merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang kita dari generasi satu ke generasi

Lebih terperinci

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Elektrolisis Perusahaan yang menjual mesin-mesin yang menempatkan air minum melalui proses "Ionisasi". Menurut perusahaan, proses juga disebut "elektrolisis" Ketika air baku

Lebih terperinci

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3 BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data

Lebih terperinci

ESCHERICHIA COLI 0157 H:7 SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT ZOONOSIS

ESCHERICHIA COLI 0157 H:7 SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT ZOONOSIS ESCHERICHIA COLI 0157 H:7 SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT ZOONOSIS ANDRIANI Balai Penelitian Veteriner Jl. R.E. Martadinata No. 30 Bogor 16114 ABSTRAK Escherichia coli O157 H:7 adalah salah satu bakteri pathogen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai penghasil energi yang digunakan tubuh dalam melakukan aktivitas demi kelangsungan hidupnya. Ada berbagai jenis

Lebih terperinci

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( ) COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI (078114113) KLASIFIKASI ILMIAH Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gamma Proteobacteria Order : Legionellales Family : Coxiellaceae Genus :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni

TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni 5 TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni Taksonomi dan nomenklatur dari genus Campylobacter diperbaharui pada tahun 1991. Genus Campylobacter memiliki 16 spesies dan 6 subspesies (Ray & Bhunia 2008). Campylobacter

Lebih terperinci

ABSTRAK. MEKANISME MOLEKULAR DIARE OLEH Escherichia coli

ABSTRAK. MEKANISME MOLEKULAR DIARE OLEH Escherichia coli ABSTRAK MEKANISME MOLEKULAR DIARE OLEH Escherichia coli Hernowo, 2004, Pembimbing: Widura, dr., MS. E. coli pada umumnya hidup secara komensal di dalam saluran pencemaan manusia. Akibat adanya respons

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Air susu ibu merupakan makanan terbaik bagi bayi jika ditinjau dari, komposisi zat gizinya, dimana zat gizi yang terdapat dalam air susu ibu ini sangat kompleks, tetapi ketersediaan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Porphyridium cruentum

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Porphyridium cruentum 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Porphyridium cruentum Porphyridium cruentum adalah mikroalga merah bersel satu yang termasuk kelas Rhodophyceae, hidup bebas atau berkoloni yang terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari kelompok peternakan yakni Budiarso, 2001 Tingkat cemaran rata-rata Coliform yang mengkontaminasi susu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air sebagai sumber daya alam, sangat penting dan mutlak diperlukan semua makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Air merupakan unsur utama dalam tumbuhan, tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri Salmonella sp merupakan mikrobia patogen penyebab sakit perut yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat alami Salmonella sp adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri asam laktat

Lebih terperinci

Faktor Risiko Infeksi Escherichia coli O157:H7 pada Sapi Bali di Petang, Badung, Bali

Faktor Risiko Infeksi Escherichia coli O157:H7 pada Sapi Bali di Petang, Badung, Bali Faktor Risiko Infeksi Escherichia coli O157:H7 pada Sapi Bali di Petang, Badung, Bali (RISK FACTOR OF ESCHERICHIA COLI O157:H7 INFECTION ON BALI CATTLE IN PETANG, BADUNG, BALI) Andi Isma Lestari Amin 1,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 Km atau sekitar 0,53 % dari

Lebih terperinci

Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016 Volume 4, No 2 : 21-27

Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016 Volume 4, No 2 : 21-27 Isolasi dan Identifikasi Eschericia coli O157:H7 dari Babi, Sapi dan Ayam yang Menunjukkan Gejala Diare (Isolation and Identification of Eschericia coli From Pig, Cattle and Chicken with Diarrhea) Elisabet

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: PUJI ANITASARI J

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: PUJI ANITASARI J HUBUNGAN ANTARA KONDISI SANITASI KANDANG TERNAK DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PETERNAK SAPI PERAH DI DESA SINGOSARI KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Escherchia coli 1. Sejarah Escherichia coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman, Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada

Lebih terperinci

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae Klebsiella pneumoniae Kingdom: Phylum: Class: Order: Family: Genus: Species: Bacteria Proteobacteria Gamma Proteobacteria Enterobacteriales Enterobacteriaceae Klebsiella K. pneumoniae Binomial name Klebsiella

Lebih terperinci

Sejarah. Klasifikasi. Morfologi

Sejarah. Klasifikasi. Morfologi Escherichia Coli Sejarah Escherichia Coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman, Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi hewan. Pada 1885, beliau menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroba terdapat hampir di semua tempat. Di udara mulai dari permukaan tanah sampai pada lapisan atmosfir yang paling tinggi. Di laut terdapat sampai pada dasar laut

Lebih terperinci

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Marselinus Laga Nur Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Bacilus cereus Gram-positif Aerobik membentuk endospora Tahan terhadap panas kering dan disinfektan kimia

Lebih terperinci

Palembang Zuhri, Tangerang Christiyanto, 2002

Palembang Zuhri, Tangerang Christiyanto, 2002 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Makanan yang dikonsumsi dapat berasal dari kafe, restoran, kantin, dan industri katering yang sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ayam yang Diinfeksi C. jejuni Asal Kudus dan Demak Bobot badan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan ayam yang diinfeksi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%)... 12 Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer... 13 Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

Rickettsia typhi Penyebab Typhus Endemik

Rickettsia typhi Penyebab Typhus Endemik Rickettsia typhi Penyebab Typhus Endemik (Manda Ferry Laverius/078114010) Penyakit typhus disebabkan oleh beragai macam bakteri. Meskipun penyakit ini memiliki kesamaan ciri secara umum, namun typhus dapat

Lebih terperinci

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS VIRUS FIRMAN JAYA OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS PENDAHULUAN Metaorganisme (antara benda hidup atau benda mati) Ukuran kecil :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas manusia merupakan faktor yang mendukung nilai ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas manusia merupakan faktor yang mendukung nilai ekonomi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan dan minuman dibutuhkan manusia untuk hidup,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya.

2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. 2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku dan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Bersih 2.1.1 Pengertian Air Bersih Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/XI/2002, terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu

Lebih terperinci

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Prodi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang

Lebih terperinci