BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang
|
|
- Shinta Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal dan usus pada manusia sangat erat kaitanya dengan bakteri Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang bersifat zoonosis salah satunya adalah serotipe O157:H7. Salah satu ternak yang menjadi reservoir utama dan juga berperan sebagai sumber penularan utama dari agen ini ke manusia adalah ternak sapi (Heuvelink et al., 1999). Menurut survei yang dilakukan di Washington menunjukan bahwa bakteri E. coli O157:H7 ini ditemukan sebesar 0,3% dari ekor sapi perah, sebesar 0,3% dari 600 peternakan sapi potong dan 0,7% dari sapi potong (Hanif et al., 2003). Selain itu keberadaan E. coli O157:H7 juga terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suardana., et al (2013) yang menunjukkan adanya prevalensi E. coli O157:H7 sebesar 6,30% pada ternak sapi di Kabupaten Badung. Verocytotoxigenic Esherichia coli OI57:H7 (VTEC) sangat penting untuk diketahui keberadaanya dalam kesehatan manusia karena dapat menyebabkan diare berdarah, thrombotic thrombocytic purpura (TTP) dan juga hemolytic uremic syndrome (HUS). Gejala yang umumnya ditimbulkan akibat terinfeksi E. coli O157:H7 pada manusia ditandai dengan holitis hemoragic, bentuk diare yang berat, penyakit akibat gagal ginjal akut, trombositopenia dan anemia hemolitik mikroangiopatik. Verocytotoxigenic Esherichia coli OI57:H7 tersebut akan membentuk koloni di saluran pencernaan sehingga menyebabkan terjadinya atrofi mikrofili sel-sel epitel. Sedangkan Infeksi VTEC pada ternak sapi terdapat dua 1
2 2 bentuk, yaitu yang dapat menimbulkan diare pada anak sapi yang berusia dua minggu sampai dua bulan, dan pada sapi yang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis (subklinis), tetapi sebagai karier (Suwito, 2009). Hasil penelitian menunjukan kejadian kematian akibat HUS bervariasi tingkat kejadiannya, yaitu antara 5% sampai 10% disebabkan oleh serotipe E. coli O157:H7 (McCarthy et al., 1998). Kasus kejadian HUS lebih sering terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 14 tahun. Pada bulan Juni 1996 di kota Hiroshima, Jepang terdapat sebanyak 65 orang anak menderita HUS, dan pada bulan Agustus ditemukan sebanyak kasus dengan 11 orang diantaranya meninggal dunia dan 90 anak lainnya mengalami HUS (Bettellheim, 1997). Sumber penularan dari bakteri E. coli O157:H7 terhadap manusia adalah melaui kotoran sapi/feses. Kotoran atau feses sapi dapat menjadi sumber penularan E. coli O157:H7 pada manusia apabila lahan pertanian menggunakan limbah feses sapi sebagai pupuk organik, sehingga kemungkinan besar akan menjadi sumber penularan kuman patogen ini kepada manusia melalui makanan berupa sayuran, dan buah-buahan yang ditanam pada lahan pertanian tersebut (Sartika et al., 2005). Menurut Wang et al. (1996), Bakeri E. coli O157:H7 memiliki kempampuan untuk hidup selama hari dalam feses pada suhu 37ᴼC dan persentase kelembaban relatif sebesar 10%, dan E. coli O157:H7 dapat hidup hari di dalam feses dengan suhu 22ᴼC dengan persentase kelembaban relatif sebesar 10%. Selain itu, feses juga memiliki kemampuan untuk memelihara bakteri yang dapat memproduksi verotoksin. Keadaan ini memperlihatkan bahwa bakteri E. coli O157:H7 memiliki kemampuan untuk hidup lama di dalam feses.
3 3 Menurut hasil Lokakarya Nasional yang di publikasikan oleh Andriani (2006) penyebaran E. coli O157:H7 dapat terjadi secara zoonosis dari hewan (sapi) ke manusia, namun juga dapat terjadi dari manusia ke manusia. Normalnya bakteri E. coli O157:H7 berada dalam lumen saluran pencernaan ternak sapi yang sehat. Penyebaran penyakit dapat terjadi umumnya dikarenakan proses pemotongan hewan ternak yang kurang higienis di rumah pemotongan hewan (RPH) sehingga terjadinya kontaminasi bakteri pada daging. Sedangkan kontaminasi yang terjadi pada susu biasanya dikarenakan adanya infeksi pada ambing sapi perah oleh bakteri tersebut, atau kontaminasi bersumber dari alat-alat pemerahan yang digunakan. Daging dan susu yang terkontaminasi oleh E. coli O157:H7 dan tidak melalui proses pemasakan yang sempurna dapat mengakibatkan infeksi E. coli O157:H7 pada manusia yang mengkonsumsinya. Penyebaran E. coli O157:H7 yang terjadi umumnya dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut hasil penelitan yang dilakukan oleh Sumiarto, tahun 2002 faktor kebersihan sapi dan kebersihan kandang ternak merupakan faktor yang paling utama yang dapat menyebabkan penyebaran infeksi E. coli O157:H7. Disamping faktor kebersihan ternak dan kebersihan kandang, terdapat juga beberapa faktor lain yang diduga dapat menimbulkan penyebaran infeksi dari E. coli O157:H7, diantaranya adalah umur, bangsa ternak, asal ternak, konsistensi feses dan produksi susu. Selain itu menurut Kudva et al. (1996) menyatakan bahwa penyebaran infeksi E. coli O157:H7 pada sapi tinggi dapat juga dikarenakan beberapa faktor yaitu: stres, pakan, musim, kepadatan ternak, dan kondisi geografis. Infeksi E. coli O157:H7 dipengaruhi oleh musim dan kondisi
4 4 geografis terlihat dari prevalensi E. coli O157:H7 dari beberapa negara subtropis seperti Kanada pada sapi potong 0,5%, Jerman 10,8%, Amerika serikat pada peternakan 50,0% dan sapi perah 19,5% pada bulan Juni sampai Agustus. Sedangkan di negara tropis seperti Srilanka 53,0% pada sapi perah, dan Thailand 11,0-84,0% pada sapi di musim penghujan. Melihat kejadian yang ada, prevalensi akan mengalami peningkatan pada pertengahan musim hujan (Sumiarto, 2004). Suhu dan ph pada kondisi lingkungan peternakan juga ikut berpengaruh terhadap penyebaran infeksi E. coli O157:H7, dikarenakan bakteri ini memiliki ciri- ciri diantaranya adalah memiliki kemampuan tumbuh pada ph 4,5, memiliki sifat tahan asam, dan mampu berada dalam kadar garam sebesar 6,5%. E. coli O157:H7 ini mati bila berada pada suhu 72ᴼC selama 16,2 detik atau berada pada suhu 70ᴼC selama 2 menit (Berry dan Cutter, 2000). Doyle dan Schoeni (1984) mempublikasikan bahwa VTEC OI57 adalah bakteri yang mampu bertahan terhadap pembekuan pada suhu -80ᴼC dan pada suhu -20ᴼC selama 9 bulan. Menurut data statistik BPS Kabupaten Badung, tahun 2011 Kecamatan Abiansemal merupakan salah satu Kecamatan yang berada di utara Kabupaten Badung, Pronvinsi Bali. Kecamatan Abiansemal memiliki luas sekitar 69,01 km² dengan 17 desa. Kecamatan ini merupakan daerah dataran rendah yang memiliki ketinggian sekitar meter diatas permukaan laut dengan suhu terendah sekitar 22ᴼC dan suhu maksimum sekitar 28ᴼC. Daerah Kecamatan Abiansemal memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu 379,8 mm. Sebagian besar lahan yang berada di Kecamatan Abiansemal merupakan lahan pertanian, sebesar 44,10% merupakan lahan pertanian bukan sawah dan 42,78% adalah lahan sawah.
5 5 Memperhatikan hal-hal mengenai dampak yang di timbulkan serta faktorfaktor resiko infeksi E. coli O157:H7 dan adanya kondisi wilayah di Kecamatan Abiansemal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di prediksi keadaan tersebut berpengaruh pada prevalensi E. coli O157:H7. Atas dasar itu maka penelitian mengenai Analisis Faktor Resiko Infeksi Escherichia coli OI57:H7 pada Ternak Sapi di Kecamatan Abiansemal menarik untuk dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Memperhatikan permasalahan yang telah dijabarkan pada latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu : Bagaimanakah kaitan antara faktor resiko serta signifikansi terhadap infeksi Escherichia coli O157:H7 pada ternak sapi di Kecamatan Abiansemal. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Odds Ratio faktor resiko serta menganalisis signifikansinya yang dapat mempengaruhi infeksi E. coli O157:H7 yang diisolasi dari feses sapi lokal yang berada di Kecamatan Abiansemal. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang faktor resiko serta signifikansi terkait infeksi E. coli O157:H7 pada sapi lokal yang berada di Kecamatan Abiansemal guna menekan prevalensi dari infeksi E. coli O157:H7 yang bersifat zoonosis.
6 6 1.5 Kerangka Konsep Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang patogen karena bakteri ini memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit pada saluran cerna manusia seperti diare. Salah satu E. coli yang memiliki sifat zoonosis adalah E. coli O157:H7. E. coli O157:H7 merupakan bakteri yang mampu tumbuh pada ph 4,5, memiliki sifat tahan asam dan memiliki kemampuan untuk tumbuh pada kadar garam 6,5% dan faktor lingkungan lain yang menjadi kebutuhan dasar untuk metabolisme dari E. coli O157:H7 adalah Water Activity (aw) dengan nilai optimum sekitar 0,95-0,99. Bakteri ini dapat inaktif atau mati pada suhu 72ᴼC selama 16,2 detik atau dapat mati pada suhu 70ᴼC selama 2 menit (Berry and Cutter, 2000). Menurut Suwito (2009) E. coli O157:H7 tahan terhadap pembekuan dalam suhu -80ᴼC atau pada suhu -20ᴼC selama 9 bulan. Bakteri ini mampu untuk mengkontaminasi manusia apabila jumlahnya sebanyak 10 cfu/ml atau kurang dari 10 cfu/g dalam makanan. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, infeksi E. coli O157:H7 dapat terjadi dikarenakan banyak faktor. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Hanif et al. (2003) menyatakan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap penyebaran infeksi E. coli O157:H7 adalah berasal dari bahan tempat pembuangan limbah yang berarti adanya E. coli O157:H7 dalam feses ternak sapi bersumber dari bahan tempat limbah. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sartika et al. (2005) menyatakan bahwa sumber air pada peternakan juga mempengaruhi infeksi E. coli O157:H7. Dimana pada sumber air yang berasal dari sumur di daerah Batutulis menunjukkan hasil positif pencemaran E. coli
7 7 O157:H7 sebesar 60%. Sedangkan menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Sumiarto (2004) menyatakan bahwa variabel yang memiliki pengaruh besar terhadap infeksi VTEC adalah kebersihan sapi. Kondisi ternak umumnya kotor dikarenakan adanya feses yang menempel pada sebagian atau seluruh tubuh ternak dikarenakan lantai kandang yang kotor (84,9%). Selain itu Kudva et al. (1996) menyatakan bahwa infeksi VTEC pada ternak tinggi dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor lain yaitu pakan, kondisi geografis, stres, musim, dan kepadatan ternak. Berdasarkan sumber dari statistik BPS Kabupaten Badung, tahun 2011 Kecamatan Abiansemal merupakan salah satu Kecamatan yang berada di utara Kabupaten Badung, Pronvinsi Bali. Kecamatan ini merupakan daerah dataran rendah yang memiliki ketinggian sekitar meter diatas permukaan laut dengan suhu terendah sekitar 22ᴼC dan suhu maksimum sekitar 28ᴼC. Daerah Kecamatan Abiansemal memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu 379,8 mm. Sebagian besar lahan yang berada di Kecamatan Abiansemal merupakan lahan pertanian, sebesar 44,10% merupakan lahan pertanian bukan sawah dan 42,78% adalah lahan sawah. Wilayah Kecamatan Abiansemal sebagian besar pertanian dikarenakan daerahnya yang relatif landai dan iklimnya sangat cocok untuk pertanian. Kecamatan Abiansemal memiliki luas sekitar 69,01 km². Data yang bersumber dari Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan, tahun 2011 menunjukan jumlah sapi di Kecamatan Abiansemal sebanyak ekor. Menurut hasil wawancara dan survey pada beberapa peternakan di Kecamatan Abiansemal sistem pemeliharaan sapi di Kecamatan tersebut dengan
8 8 cara semi intensif, dimana sapi dipelihara secara diumbar pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari, hal tersebut membuat kondisi sapi cenderung kotor. Umumnya sapi di Kecamatan Abiansemal sering terkena diare dan cacingan, untuk menangani hal tersebut sapi diberikan obat cacing dan obatobatan antibiotika. Didasarkan atas kondisi wilayah Kecamatan Abiansemal sebagai wilayah yang ideal untuk pertumbuhan agen (E. coli O157:H7) serta memperhatikan menejemen pemeliharaan sapi yang masih kurang, maka sebab-sebab tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pola penyebaran E. coli O157:H Hipotesis Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan pada kerangka konsep maka dapat dibuat hipotesis, yaitu : 1. Ditemukan beberapa faktor resiko yang berkontribusi terhadap penyebaran E. coli O157:H7 pada ternak sapi di Kecamatan Abiansemal. 2. Ditemukan adanya signifikansi dari faktor-fakor resiko terhadap penyebaran E. coli O157:H7 pada ternak sapi di Kecamatan Abiansemal.
BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus hewan dan manusia dengan ratusan strain yang berbeda, baik yang berbahaya maupun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli banteng dan telah mengalami proses domestikasi. Sapi bali telah tersebar di seluruh wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic Escherichia coli atau disebut EHEC yang dapat menyebabkan kematian pada manusia (Andriani, 2005; Todar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang bersifat patogen merupakan prioritas utama untuk dilakukan pada bidang kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foodborne disease adalah penyakit yang ditularkan lewat makanan, dengan ciri berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala umum sakit perut, diare dan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi merupakan hewan berdarah panas yang berasal dari famili Bovidae. Sapi banyak dipelihara sebagai hewan ternak. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Selatan Kabupaten Badung Provinsi Bali, tepatnya antara 8 o 46 58.7 LS dan 115 o 05 00 115 o 10
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Kuta Selatan Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º46 58.7 LS dan 115º05 00-115º10 41.3 BT, berada pada ketinggian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Bali merupakan salah satu dari beberapa bangsa sapi potong asli Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam penyediaan kebutuhan daging bagi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan sejak tahun 2013 masih mempunyai beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, bakteri, virus, dan parasit. Dari ketiga faktor tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.
BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia masih merupakan peternak kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. Cara beternak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan alami yang mempunyai nilai gizi tinggi dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi manusia. Pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari kelompok peternakan yakni Budiarso, 2001 Tingkat cemaran rata-rata Coliform yang mengkontaminasi susu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergolong dalam filum Proteobacteria, kelas Gammaproteobacteria, ordo
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Escherichia coli Bakteri Escherichia coli dalam klasifikasi ilmiah adalah bakteri yang tergolong dalam filum Proteobacteria, kelas Gammaproteobacteria, ordo Enterobacteriales,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili Bovinae. Sapi banyak dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bangsa ( breed) sapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Familia Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales
Lebih terperinciSkripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: PUJI ANITASARI J
HUBUNGAN ANTARA KONDISI SANITASI KANDANG TERNAK DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PETERNAK SAPI PERAH DI DESA SINGOSARI KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Escherichia coli O157:H7 Escherichia coli dikenal sebagai salah satu bakteri yang menyebabkan gangguan pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Escherichia coli BAB II TINJAUAN PUSTAKA Escherichia coli merupakan bakteri komensal yang dapat bersifat patogen, bertindak sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia (Tenailon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu berasal dari 5 kabupaten yaitu Bogor, Bandung, Cianjur, Sumedang dan Tasikmalaya. Lima sampel kandang diambil dari setiap kabupaten sehingga jumlah keseluruhan sampel
Lebih terperinciFaktor Resiko Infeksi Escherichia coli O157:H7 pada Ternak Sapi Bali di Abiansemal, Badung, Bali.
Faktor Resiko Infeksi Escherichia coli O157:H7 pada Ternak Sapi Bali di Abiansemal, Badung, Bali. (RISK FACTOR OF Escherichia coli O157:H7 INFECTION ON BALI CATTLE AT ABIANSEMAL DISTRICT, BADUNG, BALI)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang banyak dijumpai dan penyebab signifikan menurunnya produktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri Salmonella sp merupakan mikrobia patogen penyebab sakit perut yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat alami Salmonella sp adalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 Km atau sekitar 0,53 % dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ambing merupakan alat penghasil susu pada sapi yang dilengkapi suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ambing merupakan alat penghasil susu pada sapi yang dilengkapi suatu saluran ke bagian luar yang disebut puting. Pada puting ini akan mengeluarkan susu sewaktu diperah.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein)
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein) Sapi perah yang umum digunakan sebagai ternak penghasil susu di Indonesia adalah sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH). Sapi PFH merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak babi merupakan salah satu bagian penting dalam menunjang perekonomian banyak negara. Populasi babi terus meningkat dari tahun ke tahun terkait meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim dewasa ini menjadi isu yang paling hangat dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi termasuk manusia. Pelepasan gas-gas yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan ternak lain, yaitu laju pertumbuhan yang cepat, mudah dikembangbiakkan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh parasit cacing yang dapat membahayakan kesehatan. Penyakit kecacingan yang sering menginfeksi dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daging merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi, kerbau, kuda, domba, kambing,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni 9.665.117,07 sedangkan tahun 2013 yakni 9.798.899,43 (BPS, 2014 a ). Konsumsi protein hewani asal daging tahun 2011 2,75
Lebih terperinciPrevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung THE PREVALENCE OF TREMATODES IN BALI CATTLE BREEDERS REARED IN THE SOBANGAN VILLAGE, MENGWI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. E. coli termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan dengan kandungan gizi lengkap yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu bahan pangan yang penting
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Escherichia coli O157:H7 Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun 1885. Sebagian besar dari E. coli berada dalam saluran pencernaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salmonella merupakan salah satu anggota dari famili Enterobacteriaceae. Salmonella sp merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit yang disebut
Lebih terperinciTeknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan
Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Coliform Coliform merupakan bakteri yang memiki habitat normal di usus manusia dan juga hewan. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu, air dan peralatan berasal dari tujuh peternak dari Kawasan Usaha Peternakan Rakyat (Kunak), yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel susu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan
Lebih terperinciV. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar
V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Infeksi dan kontaminasi yang disebabkan oleh Salmonella sp. ditemukan hampir di seluruh belahan dunia. Infeksi bakteri ini pada hewan atau manusia dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian kecacingan di Indonesia yang dilaporkan di Kepulauan Seribu ( Agustus 1999 ), jumlah prevalensi total untuk kelompok murid Sekolah Dasar (SD) (95,1 %),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki klorofil dengan ukuran rata-rata selnya 0,5-1 x 2-5 μm, memiliki bentuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Bakteri merupakan organisme uniseluler, prokariotik, dan umumnya tidak memiliki klorofil dengan ukuran rata-rata selnya 0,5-1 x 2-5 μm, memiliki bentuk yang
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Leptospirosis disebabkan oleh Spirochaeta termasuk genus Leptospira. Pada
PENGANTAR Latar Belakang Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia dan hewan (zoonosis). Penyakit ini sangat penting dan ditemukan hampir di seluruh dunia, terutama di belahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%)... 12 Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer... 13 Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan...
Lebih terperincilingkungan sosial meliputi lama pendidikan, jenis pekerjaan dan kondisi tempat bekerja (Sudarsono, 2002).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan kuman leptospira patogen (Saroso, 2003). Leptospirosis adalah suatu zoonosis yang disebabkan suatu mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu pangan asal hewan yang mengandung zat gizi yang sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, serta sangat baik sebagai media pertumbuhan
Lebih terperinciANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga
VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian pedesaan di Kabupaten Bima. Sebagian besar petani peternak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang peternakan merupakan sektor penting dalam menunjang perekonomian pedesaan di Kabupaten Bima. Sebagian besar petani peternak masih mengandalkan hidupnya dari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Sukajaya mempunyai luas 3.090,68 Ha dan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar, dengan jumlah kematian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Daging
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Daging Sampel daging sapi dan ayam diperoleh dari pasar-pasar tradisional di 12 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar pedagang daging sapi (54.2%)
Lebih terperincikemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu akan sangat bijaksana apabila bahan buangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan produksi ternak sebagai sumber protein hewani adalah suatu strategi nasional dalam rangka peningkatan ketahanan pangan yang sangat diperlukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah kesehatan kurang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar sapi potong dipelihara oleh peternak hanya sebagai sambilan. Tatalaksana pemeliharaan sapi pada umumnya belum baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan
Lebih terperinciKAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU
KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Zul Efendi, Harwi Kusnadi, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leptospirosis atau penyakit kuning merupakan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyakit ini disebabkan bakteri Leptospira Icterohaemorrhagiae
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan daging dan susu semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan daging dan susu memberikan dampak positif pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Pemeliharaannya dilakukan dengan cara mengandangkan secara terus-menerus
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur transportasi
24 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas baik, mudah
Lebih terperinci: Clostridium perfringens
Clostridium perfringens Oleh : Fransiska Kumala W 078114081 / B Clostridium perfringens adalah salah satu penyebab utama infeksi luka berakibat gangrene gas. Seperti banyak clostridia, organisme ini banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobactericeae,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Coliform Coliform adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobactericeae, dan terdiri dari empat genus yaitu: Citrobacter, Enterobacter, Escherichia dan Klebsiella.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Foodborne Disease
TINJAUAN PUSTAKA Foodborne Disease Foodborne disease adalah suatu penyakit ditimbulkan akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Foodborne disease disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, air, protein, lemak, serat, dan asam amino yang paling mudah didapatkan dengan harga terjangkau. Mengkonsumsi sayuran hijau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Jumlah (ekor) Frekuensi
PENDAHULUAN Latar Belakang Keanekaragaman sumber daya hayati merupakan modal dasar dan faktor dominan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional. Seiring dengan perkembangan ekonomi, perdagangan dan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air, tanpa air tak akan ada kehidupan termasuk manusia. Kebutuhan air
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat
Lebih terperinciBAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh
BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,
Lebih terperinciJurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016 Volume 4, No 2 : 21-27
Isolasi dan Identifikasi Eschericia coli O157:H7 dari Babi, Sapi dan Ayam yang Menunjukkan Gejala Diare (Isolation and Identification of Eschericia coli From Pig, Cattle and Chicken with Diarrhea) Elisabet
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim adalah olahan dari bahan baku susu yang sedikit padat serta mempunyai rasa yang lezat karena berbagai campuran bahan dalam proses pembuatannya. Saat ini penyajian
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk
PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu
TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman
Lebih terperinciRepository.Unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan, salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan adalah kambing. Pada tahun 2010 dan 2011,
Lebih terperinciVol 4 (4) Table of Contents. Home > Archives > Vol 4 (4) Articles
tiket kereta to ko bagus berita bola terkini anto n nb Ane ka Kreasi Resep Masakan Ind onesia resep m asakan menghilangkan jerawat villa di puncak recepten berita harian gam e online hp dijual windows
Lebih terperinciFaktor Risiko Infeksi Escherichia coli O157:H7 pada Sapi Bali di Petang, Badung, Bali
Faktor Risiko Infeksi Escherichia coli O157:H7 pada Sapi Bali di Petang, Badung, Bali (RISK FACTOR OF ESCHERICHIA COLI O157:H7 INFECTION ON BALI CATTLE IN PETANG, BADUNG, BALI) Andi Isma Lestari Amin 1,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan
Lebih terperinci