BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili"

Sri Jayadi
6 tahun lalu
Tontonan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili Bovinae. Sapi banyak dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup.

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili Bovinae. Sapi banyak dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bangsa ( breed) sapi merupakan sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, sapi dapat dibedakan dengan ternak lainnya meskipun masih dalam spesies yang sama. Masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Pulau Bali umumnya mengenal sapi Bali sebagai komoditas ternak untuk dipelihara. Sapi Bali ( Bos sondaicus) adalah sapi asli dari Indonesia yang diduga merupakan hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli meyakini bahwa domestikasi tersebut terjadi di Bali sehingga disebut sapi Bali. Sebagai keturunan dari banteng, sapi Bali memiliki warna dan bentuk tubuh persis seperti banteng liar (Guntoro, 2002). Gambar 1. Sapi Bali salah satu komoditas ternak yang banyak dipelihara masyarakat Bali (Baco et al., 2013). 7

2 8 Sapi Bali merupakan jenis sapi unggul yang banyak diminati oleh para peternak sapi. Sapi Bali lebih unggul dibandingkan sapi jenis lainnya karena sapi Bali memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Sapi Bali akan dengan cepat memperlihatkan peningkatan performa pada lingkungan baru dan menunjukkan sifat-sifat baik bila dipindahkan ke lingkungan yang sangat baik. Selain menunjukan kemampuan beradaptasi yang sangat baik, sapi bali juga cepat berkembang biak dengan angka kelahiran 40%-85% (Talib, 2002). 2.2 Bakteri Coliform Bakteri Coliform adalah bakteri yang hidup dalam saluran intestinal manusia maupun hewan. Menurut Jay (1992), Bakteri Coliform termasuk dalam kelas Schizomycetes, ordo Eubacteriales, dan famili Enterobactericeae. Empat genus dari famili Enterobactericeae yang secara garis besar merupakan bakteri Coliform, yaitu Enterobacter, Klebsiella, Escherichia, dan Citrobacter. Bakteri Coliform merupakan bakteri Gram negatif, fakultatif anaerob atau aerob, berbentuk batang dan memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam. Bakteri ini dapat menghasilkan β-galaktosidase dalam waktu 48 jam pada suhu 35 C (Clesceri et al., 1998). Beberapa Coliform dapat ditemukan hidup di tanah sedangkan Coliform fecal adalah bakteri yang biasa hidup di dalam saluran cerna hewan berdarah panas, hal tersebut menjadikan Coliform sebagai indikator kontaminasi kotoran. Di luar saluran cerna hewan berdarah panas, Coliform fecal dapat bertahan dalam jangka waktu panjang (Davis et al., 2005).

3 9 Pada media EMBA Coliform fecal memiliki diameter 1,0-3,0 mm dengan warna hijau metalik sedangkan Coliform non fekal berwarna merah muda dengan titik di tengah seperti mata ikan (Fardiaz, 1993). 2.3 Bakteri Escherichia coli Bakteri E. coli tergolong dalam famili Enterobactericeae, genus Escherichia. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Theobold Esherichi pada tahun 1885 (Cowan, 1984 dalam Suwito, 2009). E. coli merupakan bakteri Gram negatif, non-spora, berbentuk batang, berukuran 0,4-0,7 µm x 1,4 µm (Irianto, 2006). Pada biakan E. coli bersifat aerob atau fakultatif anaerob dan dapat tumbuh pada pembenihan seperti Mac Conkey Agar dan agar darah. Suhu optimum pertumbuhan E. coli adalah 37 C (Juliantina et al., 2009). Sebagian besar E. coli berada dalam saluran pencernaan hewan dan manusia sebagai flora normal, namun ada yang bersifat patogen dan dapat menyebabkan diare pada manusia dan hewan. E.coli dikeluarkan melalui saluran pencernaan lewat feses dan mengandung E. coli/gram (Bettelheim, 2000). Berdasarkan sifat-sifat virulensinya E. coli dapat dikelompokkan menjadi, Enteropathogenic E. coli (EPEC) merupakan penyebab diare pada bayi, Enterotoxigenic E. coli (ETEC) merupakan penyebab diare yang sering pada wisatawan dan penyebab diare pada bayi, Enteroinvansive E. coli (EIEC) merupakan penyebab diare seperti disentri yang disebabkan oleh Shigella, Enterohemoragic E. coli (EHEC) merupakan penyebab dari beberapa penyakit, berkisar dari diare ringan sampai nyeri abdomen berat dengan kolitis hemoragik,

4 10 serta Enteroagregative E. coli (EAEC) merupakan penyebab diare akut dan kronis (Irianto, 2006). Jewetz et al. (2001) menyatakan, E. coli yang tumbuh pada media EMBA akan membentuk koloni berwarna hijau metalik dengan pusat berwarna gelap, serta membentuk koloni bulat kecil dengan tepi yang rata dengan permukaan cembung. E. coli memberikan hasil positif pada tes indol, karena mampu memecah asam amino triptofan. 2.4 Escherichia coli O157:H7 Serotipe Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu serotipe patogen dan berbahaya. Serotipe ini pertama kali diisolasi di Oregon dan Michigan pada tahun 1982 karena beberapa orang terkena diare setelah mengkonsumsi hamburger (Brandt, 1995 dalam Anonim 2013). Bakteri E. coli O157:H7 memiliki antigen somatik yaitu antigen O, dan antigen flagella yaitu H yang memiliki struktur yang panjang (Ratiner, 2003). E. coli O157:H7 memiliki toksin yang mirip dengan Shigella dysenteriae yang disebut dengan shiga (vero) toksin. Shiga-like toxin E. coli (STEC) ini bersifat patogen dalam pencernaan (Boerlin, 1999). Faktor virulensi utama dari E. coli O157:H7 yakni adanya prophage yang mengkode Shiga like toxin. Selain itu, semakin besar produksi Shiga like toxin untuk setiap bakteri berkaitan langsung dengan tingkat keparahan penyakit pada manusia yang diinfeksinya (Lejuene et al., 2004 dalam Suardana et al.,2009). Penyakit yang biasa diakibatkan oleh infeksi E. coli O157:H7 pada manusia

5 11 adalah hemorrhagic colitis (HC), hemolytic uremic syndrome (HUS), dan thrombotic thrombocytopenic purpura. Shiga-like toxin 1 dan 2 merupakan faktor virulensi utama dari E. coli O157:H7 dan merupakan penyebab dari kejadian hemorrhagic colitis dan HUS (Fey et al., 2000 dalam Suardana et al., 2009). Ternak merupakan reservoir utama E. coli O157:H7 (Suardana et al., 2009). Kelompok EHEC O157:H7 dibawa oleh ternak ruminansia dalam jumlah besar terdapat dalam saluran pencernaan. Pada ternak, E. coli O157:H7 bersifat karier atau tidak patogenik ( Mainil et al., 2005 dalam Suwito, 2009). Pada uji SMAC koloni fecal coli yang diidentifikasi sebagai E. coli O157 memiliki warna koloni yang jernih, tidak berwarna ( colourless), atau bersifat sorbitol negatif. Sedangkan pada latex agglutination test hasil uji positif E. coli O157 biasa ditandai dengan terbentuknya presipitasi (Bridson, 1998 dalam Suardana et al., 2009). 2.5 Kondisi Geografis Kecamatan Petang Kecamatan Petang adalah salah satu wilayah yang terdapat di Kabupaten Badung dengan luas wilayah 115 km 2. Wilayah Petang terbagi menjadi 7 desa yakni, Desa Belok, Desa Carangsari, Desa Pelaga, Desa Pangsan, Desa Getasan, Desa Petang dan Desa Sulangai dengan jumlah penduduk pada tahun 2004 sebanyak jiwa (Anonim, 2013).

12 Gambar 2. Peta wilayah Kecamatan Petang, Kabupaten Badung (BMAIR, 2012). Kecamatan Petang terletak di utara Kabupaten Badung tepatnya antara 8º14 17 - L8º28 25 LS dan 115º11 01-115º15 09 BT.

6 12 Gambar 2. Peta wilayah Kecamatan Petang, Kabupaten Badung (BMAIR, 2012). Kecamatan Petang terletak di utara Kabupaten Badung tepatnya antara 8º L8º28 25 LS dan 115º º15 09 BT. Kecamatan Petang memiliki ketinggian m diatas permukaan laut yang menyebabkan udara di wilayah ini relatif sejuk. Sebagian besar wilayah Petang merupakan daerah pegunungan dengan suhu rata-rata 28,5 C, curah hujan 180,3 mm dan jumlah hari hujan di petang hingga akhir tahun 2011 sekitar 156 hari (BPS, 2012) Kondisi iklim tersebut sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian sekaligus pariwisata yaitu usaha agrowisata. Pada tahun 2011 sekitar 87,93 persen lahan Kecamatan Petang digunakan untuk pertanian baik lahan sawah maupun bukan sawah. Luasnya lahan pertanian tersebut otomatis mendorong sebagian besar masyarakat Petang bergerak di sektor pertanian. Sebaliknya hanya sekitar 0,81 persen merupakan rumah dan bangunan, yang menunjukkan kurang

7 13 berkembangnya konstruksi pembangunan yang memadai. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Petang memiliki usaha ternak yang merupakan usaha sampingan selain sebagai petani untuk menambah pendapatan. Ditambah kondisi alam yang memudahkan dalam penyediaan pakan alami untuk ternak, menjadikan Kecamatan Petang memiliki jumlah ternak lebih banyak dibandingkan daerah lain di Kabupaten Badung (BPS, 2012).

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi merupakan hewan berdarah panas yang berasal dari famili Bovidae. Sapi banyak dipelihara sebagai hewan ternak. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak