V. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi NO3- pada air lindi sampah organik Pada simulasi pembentukan air lindi, dekomposisi sampah organik

dokumen-dokumen yang mirip
Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Repository.Unimus.ac.id

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

PENYEBARAN NITRAT PADA TANAH DI SEKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) ( Studi Kasus : Daerah Pemukiman Jakarta dan Bogor )

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

TPA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak bermanfaat lagi (Sri Moertinah, 2010:104). Limbah dapat dihasilkan dari

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

PENDAHULUAN. Latar Belakang. bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

Bab V Hasil dan Pembahasan

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

Summary. Uji Kadar Kualitas Lindi TPA Sampah Regional Taluelito Kabupaten Gorontalo

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM)

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

kompartemen 1, kompartemen 2, kompartemen 3 dan outlet, sedangkan untuk E.Coli

BAB I PENDAHULUAN. mereka mulai melakukan upaya pengelolaan lingkungan. Pengolahan limbah industri terutama limbah cair lebih baik dilakukan analisa

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

mencapai pinggang orang dewasa, kira-kira 110 cm. Awalnya hanya warga yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pustekom, 2005 bahwa Indonesia merupakan daerah yang mempunyai curah hujan yang relatif tinggi yaitu

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan industri di Indonesia semakin pesat, terlebih industri yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konsentrasi NO3 pada air lindi sampah organik Pada simulasi pembentukan air lindi, dekomposisi sampah organik menghasilkan air lindi dengan konsentrasi NO 3 yang tinggi. Hasil pengukuran konsentrasi NO 3 pada air lindi sampah organik disajikan pada gambar 3. Gambar tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi NO 3 pada air lindi terus meningkat hingga minggu ke3 dan selanjutnya menurun hingga minggu ke6. Pada minggu ke1 sampai minggu ke3 dekomposisi sampah organik masih aktif dan lindi yang dihasilkan terus meningkat, kemudian memasuki minggu ke4 sampah organik yang didekomposisi mulai habis sehingga lindi yang terbentuk terus menurun. Dari 3,2 kg sampah organik yang digunakan, konsentrasi NO 3 air lindi tertinggi terukur pada minggu ke3 yaitu sebesar 3290.13 ppm atau 32,9 gram NO 3. Konsentrasi ini jauh melebihi ambang batas yang diperbolehkan oleh Kepmen LH No. KEP 51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri yang menyebutkan bahwa konsentrasi NO 3 yang boleh dilepaskan ke lingkungan sebesar 20 ppm untuk golongan I dan 30 ppm untuk golongan II. Gambar 3. Konsentrasi NO 3 pada air lindi sampah organik. 15

Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada minggu ke1 sampai mingu ke6 NO 3 yang dihasikan secara berurutan adalah 18.84 gram, 26.52 gram, 32.90 gram, 15.60 gram, 13.94 gram, 5.67 gram. Sehingga selama 6 minggu pengukuran menghasilkan 113,48 gram NO 3. Berdasarkan data diatas, dapat diperkirakan bahwa sampah organik yang digunakan selama 2 bulan sebanyak 7,62 kg (lampiran 5) akan menghasilkan 270,21 gram NO 3. Konsentrasi NO 3 yang tinggi pada lindi menunjukkan adanya potensi pencemaran NO 3 baik pada tanah maupun air akibat penerapan LRB. Potensi perncemaran NO 3 akibat NO 3 yang tidak terpakai sebagai nutrisi tanaman akan merembes kedalam tanah, selanjutnya dapat mencemari air bawah tanah apabila mencapai kedalaman air tanah. 5.2. Konsentrasi NO 3 pada tanah sekitar lubang resapan biopori (LRB) Hasil pengukuran NO 3 pada tanah disekitar LRB menunjukan bahwa konsentrasi NO 3 bervariasi menurut jarak dari LRB. Namun demikian, variasi tersebut tidak menunjukkan adanya kecenderungan tertentu baik secara vertikal maupun secara horizontal didalam tanah. Hasil pengukuran konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB). Lokasi Kedalaman (cm) Konsentrasi NO 3 (ppm) (100) (50) (20) LRB (20) (50) (100) Bogor 20 1027.65 846.30 1329.45 1420.58 1209.00 1360.13 1450.80 50 1511.25 785.90 967.20 1239.23 1329.90 1813.50 1148.55 100 1178.78 1118.33 1027.65 1692.60 1178.78 1269.45 1027.65 20 1511.25 1350.05 1350.05 1692.60 1793.35 1027.65 Jakarta 50 1269.45 1592.52 1853.80 1601.93 1632.15 100 Angka konsentrasi NO 3 tidak berbeda nyata berdasarkan uji nilai tengah dengan α = 0,05 Ket : Angka dalam kurung menunjukan jarak (cm) dari LRB 16

Walaupun pengukuran NO 3 pada lindi yang dihasilkan dari dekomposisi sampah organik konsentrasinya tinggi, sebaran NO 3 pada tanah di sekitar LRB tidak menunjukkan adanya sumbangan NO 3 yang berasal dari LRB. Secara teoritis, adanya sumbangan NO 3 dari penggunaan sampah organik pada LRB ditunjukkan oleh meningkatnya konsentrasi NO 3 pada tanah yang makin dekat dengan LRB. Namun, hasil pengamatan menunjukkan bahwa kecenderungan tersebut tidak di jumpai. Berdasarkan uji nilai tengah (lampiran 5) dan Tabel 1 terlihat tidak adanya perbedaan yang nyata pada konsentrasi NO 3 tanah disekitar LRB dengan konsentrasi NO 3 pada pusat LRB pada taraf α = 5%. Uji nilai tengah dimaksudkan untuk melihat hubungan antara konsentrasi NO 3 pada pusat LRB dan konsentrasi NO 3 yang ada di kedua sisi LRB. Hasil pengukuran NO 3 pada tanah di sekitar LRB baru disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukan bahwa konsentrasi nitrat pada tanah di sekitar LRB bervariasi. Namun variasi tersebut tidak menunjukkan adanya kecenderungan tertentu baik secara vertikal maupun horizontal. Variasi yang tidak beraturan ini menunjukkan bahwa konsentrasi NO 3 yang terukur tidak berhubungan dengan NO 3 yang dihasilkan dari dekomposisi sampah organik pada pusat LRB. Gambar 4. Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB) baru. 17

Berdasarkan Gambar 4 dan uji nilai tengah (Lampiran 6) terlihat adanya perbedaan yang nyata pada konsentrasi NO 3 tanah disekitar LRB dengan konsentrasi NO 3 pada pusat LRB pada taraf α = 5%. Perbedaan tersebut terlihat pada sisi yang lebih rendah dari topografi lokasi penelitian (Gambar 4). Tingginya konsentrasi NO 3 pada sisi yang lebih rendah menandakan adanya penambahan NO 3 dari hasil dekomposisi sampah organik pada LRB. Dalam hal ini perpindahan NO 3 terjadi secara aliran massa melalui gaya gravitasi akibat kemiringan. Hal ini disebabkan karena topografi dari lokasi penelitian yang memiliki kemiringan 36 %. Sebaran konsentrasi nitrat pada tanah baik pada LRB di Jakarta maupun di Bogor hampir sama yakni berkisar antara 700 1700 ppm. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan konsentrasi NO 3 pada LRB baru di Bogor dengan kisaran nilai 150 700 ppm. Hal ini menunjukkan adanya akumulasi NO 3 pada tanah disekitar LRB yang lama. Dengan demikian, penambahan sampah organik secara terus menerus akan menyebabkan akumulasi nitrat dalam tanah. Nitrat dalam tanah dapat mengalami tiga proses yaitu proses denitrifikasi, proses asimilasi oleh jasad renik dan tumbuhan serta proses pencucian. Nitrat yang menjadi bahan pencemar adalah nitrat yang mengalami proses pencucian ke air dibawahnya. Senyawasenyawa nitrogen dalam tanah yang tidak terpakai sebagai nutrisi tanaman akan merembes kedalam tanah. Senyawa ini terdapat dalam keadaan terlarut atau sebagai bahan tersuspensi yang memiliki peranan penting dalam reaksi reaksi biologis perairan. Selain itu, NO 3 dalam tanah digunakan oleh tumbuhan dan jasad renik sebagai sumber energi. NO 3 dan nitrit diasimilasi oleh tumbuhan dan jasad renik menghasilkan amonia dan energi. Pada proses denitrifikasi, NO 3 mengalami reduksi secara bertahap menjadi nitrit (NO 2 ), Nitrouse Dioxide (N 2 O), Nitrouse oxide (NO), sampai menjadi N 2 dalam kondisi anaerobik. Selanjutnya N 2 akan menguap ke udara. 18

5.3. Konsentrasi NO 3 pada air sumur di sekitar LRB Pada pengamatan konsentrasi NO 3 air sumur di sekitar LRB, konsentrasi nitrat yang terukur pada sumur bervariasi, walaupun konsentrasi tersebut tidak menunjukan adanya kecenderungan tertentu. Konsentrasi NO 3 yang tidak beraturan pada air dari sumur menunjukan bahwa tidak ada sumbangan NO 3 yang berasal dari LRB. Selain itu, pada air sumur tidak ada kecenderungan peningkatan konsentrasi NO 3 menurut jarak. NO 3 yang dihasikan dari dekomposisi sampah organik dari LRB tidak menyebabkan adanya pencemaran NO 3 pada air sumur di sekitar LRB. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa secara umum, konsentrasi nitrat yang terukur masih dibawah baku mutu menurut PP no. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang menyebutkan bahwa konsentrasi NO 3 air sebesar 10 ppm untuk kelas I dan II, 20 ppm untuk kelas III dan IV. Hasil pengukuran nitrat pada sumur pantau disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Konsentrasi nitrat pada sumur di sekitar LRB Jarak dari LRB (meter) Ulangan Konsentrasi nitrat (ppm) Ratarata (ppm) 0 10 10 15. 15 20 1 0,009 2 0,004 3 0,011 1 0,108 2 0,085 3 0,113 1 0,128 2 0,119 3 0,006 0,008 0,102 0,084 Dalam kasus ini, tekstur tanah di lokasi penelitian adalah liat. Tanah bertekstur liat memiliki kemampuan untuk menahan senyawasenyawa termasuk NO 3 agar tidak mudah tercuci. Artinya, air sumur yang ada di sekitar LRB masih belum tercemar. 19