V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konsentrasi NO3 pada air lindi sampah organik Pada simulasi pembentukan air lindi, dekomposisi sampah organik menghasilkan air lindi dengan konsentrasi NO 3 yang tinggi. Hasil pengukuran konsentrasi NO 3 pada air lindi sampah organik disajikan pada gambar 3. Gambar tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi NO 3 pada air lindi terus meningkat hingga minggu ke3 dan selanjutnya menurun hingga minggu ke6. Pada minggu ke1 sampai minggu ke3 dekomposisi sampah organik masih aktif dan lindi yang dihasilkan terus meningkat, kemudian memasuki minggu ke4 sampah organik yang didekomposisi mulai habis sehingga lindi yang terbentuk terus menurun. Dari 3,2 kg sampah organik yang digunakan, konsentrasi NO 3 air lindi tertinggi terukur pada minggu ke3 yaitu sebesar 3290.13 ppm atau 32,9 gram NO 3. Konsentrasi ini jauh melebihi ambang batas yang diperbolehkan oleh Kepmen LH No. KEP 51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri yang menyebutkan bahwa konsentrasi NO 3 yang boleh dilepaskan ke lingkungan sebesar 20 ppm untuk golongan I dan 30 ppm untuk golongan II. Gambar 3. Konsentrasi NO 3 pada air lindi sampah organik. 15
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada minggu ke1 sampai mingu ke6 NO 3 yang dihasikan secara berurutan adalah 18.84 gram, 26.52 gram, 32.90 gram, 15.60 gram, 13.94 gram, 5.67 gram. Sehingga selama 6 minggu pengukuran menghasilkan 113,48 gram NO 3. Berdasarkan data diatas, dapat diperkirakan bahwa sampah organik yang digunakan selama 2 bulan sebanyak 7,62 kg (lampiran 5) akan menghasilkan 270,21 gram NO 3. Konsentrasi NO 3 yang tinggi pada lindi menunjukkan adanya potensi pencemaran NO 3 baik pada tanah maupun air akibat penerapan LRB. Potensi perncemaran NO 3 akibat NO 3 yang tidak terpakai sebagai nutrisi tanaman akan merembes kedalam tanah, selanjutnya dapat mencemari air bawah tanah apabila mencapai kedalaman air tanah. 5.2. Konsentrasi NO 3 pada tanah sekitar lubang resapan biopori (LRB) Hasil pengukuran NO 3 pada tanah disekitar LRB menunjukan bahwa konsentrasi NO 3 bervariasi menurut jarak dari LRB. Namun demikian, variasi tersebut tidak menunjukkan adanya kecenderungan tertentu baik secara vertikal maupun secara horizontal didalam tanah. Hasil pengukuran konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB). Lokasi Kedalaman (cm) Konsentrasi NO 3 (ppm) (100) (50) (20) LRB (20) (50) (100) Bogor 20 1027.65 846.30 1329.45 1420.58 1209.00 1360.13 1450.80 50 1511.25 785.90 967.20 1239.23 1329.90 1813.50 1148.55 100 1178.78 1118.33 1027.65 1692.60 1178.78 1269.45 1027.65 20 1511.25 1350.05 1350.05 1692.60 1793.35 1027.65 Jakarta 50 1269.45 1592.52 1853.80 1601.93 1632.15 100 Angka konsentrasi NO 3 tidak berbeda nyata berdasarkan uji nilai tengah dengan α = 0,05 Ket : Angka dalam kurung menunjukan jarak (cm) dari LRB 16
Walaupun pengukuran NO 3 pada lindi yang dihasilkan dari dekomposisi sampah organik konsentrasinya tinggi, sebaran NO 3 pada tanah di sekitar LRB tidak menunjukkan adanya sumbangan NO 3 yang berasal dari LRB. Secara teoritis, adanya sumbangan NO 3 dari penggunaan sampah organik pada LRB ditunjukkan oleh meningkatnya konsentrasi NO 3 pada tanah yang makin dekat dengan LRB. Namun, hasil pengamatan menunjukkan bahwa kecenderungan tersebut tidak di jumpai. Berdasarkan uji nilai tengah (lampiran 5) dan Tabel 1 terlihat tidak adanya perbedaan yang nyata pada konsentrasi NO 3 tanah disekitar LRB dengan konsentrasi NO 3 pada pusat LRB pada taraf α = 5%. Uji nilai tengah dimaksudkan untuk melihat hubungan antara konsentrasi NO 3 pada pusat LRB dan konsentrasi NO 3 yang ada di kedua sisi LRB. Hasil pengukuran NO 3 pada tanah di sekitar LRB baru disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukan bahwa konsentrasi nitrat pada tanah di sekitar LRB bervariasi. Namun variasi tersebut tidak menunjukkan adanya kecenderungan tertentu baik secara vertikal maupun horizontal. Variasi yang tidak beraturan ini menunjukkan bahwa konsentrasi NO 3 yang terukur tidak berhubungan dengan NO 3 yang dihasilkan dari dekomposisi sampah organik pada pusat LRB. Gambar 4. Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB) baru. 17
Berdasarkan Gambar 4 dan uji nilai tengah (Lampiran 6) terlihat adanya perbedaan yang nyata pada konsentrasi NO 3 tanah disekitar LRB dengan konsentrasi NO 3 pada pusat LRB pada taraf α = 5%. Perbedaan tersebut terlihat pada sisi yang lebih rendah dari topografi lokasi penelitian (Gambar 4). Tingginya konsentrasi NO 3 pada sisi yang lebih rendah menandakan adanya penambahan NO 3 dari hasil dekomposisi sampah organik pada LRB. Dalam hal ini perpindahan NO 3 terjadi secara aliran massa melalui gaya gravitasi akibat kemiringan. Hal ini disebabkan karena topografi dari lokasi penelitian yang memiliki kemiringan 36 %. Sebaran konsentrasi nitrat pada tanah baik pada LRB di Jakarta maupun di Bogor hampir sama yakni berkisar antara 700 1700 ppm. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan konsentrasi NO 3 pada LRB baru di Bogor dengan kisaran nilai 150 700 ppm. Hal ini menunjukkan adanya akumulasi NO 3 pada tanah disekitar LRB yang lama. Dengan demikian, penambahan sampah organik secara terus menerus akan menyebabkan akumulasi nitrat dalam tanah. Nitrat dalam tanah dapat mengalami tiga proses yaitu proses denitrifikasi, proses asimilasi oleh jasad renik dan tumbuhan serta proses pencucian. Nitrat yang menjadi bahan pencemar adalah nitrat yang mengalami proses pencucian ke air dibawahnya. Senyawasenyawa nitrogen dalam tanah yang tidak terpakai sebagai nutrisi tanaman akan merembes kedalam tanah. Senyawa ini terdapat dalam keadaan terlarut atau sebagai bahan tersuspensi yang memiliki peranan penting dalam reaksi reaksi biologis perairan. Selain itu, NO 3 dalam tanah digunakan oleh tumbuhan dan jasad renik sebagai sumber energi. NO 3 dan nitrit diasimilasi oleh tumbuhan dan jasad renik menghasilkan amonia dan energi. Pada proses denitrifikasi, NO 3 mengalami reduksi secara bertahap menjadi nitrit (NO 2 ), Nitrouse Dioxide (N 2 O), Nitrouse oxide (NO), sampai menjadi N 2 dalam kondisi anaerobik. Selanjutnya N 2 akan menguap ke udara. 18
5.3. Konsentrasi NO 3 pada air sumur di sekitar LRB Pada pengamatan konsentrasi NO 3 air sumur di sekitar LRB, konsentrasi nitrat yang terukur pada sumur bervariasi, walaupun konsentrasi tersebut tidak menunjukan adanya kecenderungan tertentu. Konsentrasi NO 3 yang tidak beraturan pada air dari sumur menunjukan bahwa tidak ada sumbangan NO 3 yang berasal dari LRB. Selain itu, pada air sumur tidak ada kecenderungan peningkatan konsentrasi NO 3 menurut jarak. NO 3 yang dihasikan dari dekomposisi sampah organik dari LRB tidak menyebabkan adanya pencemaran NO 3 pada air sumur di sekitar LRB. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa secara umum, konsentrasi nitrat yang terukur masih dibawah baku mutu menurut PP no. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang menyebutkan bahwa konsentrasi NO 3 air sebesar 10 ppm untuk kelas I dan II, 20 ppm untuk kelas III dan IV. Hasil pengukuran nitrat pada sumur pantau disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Konsentrasi nitrat pada sumur di sekitar LRB Jarak dari LRB (meter) Ulangan Konsentrasi nitrat (ppm) Ratarata (ppm) 0 10 10 15. 15 20 1 0,009 2 0,004 3 0,011 1 0,108 2 0,085 3 0,113 1 0,128 2 0,119 3 0,006 0,008 0,102 0,084 Dalam kasus ini, tekstur tanah di lokasi penelitian adalah liat. Tanah bertekstur liat memiliki kemampuan untuk menahan senyawasenyawa termasuk NO 3 agar tidak mudah tercuci. Artinya, air sumur yang ada di sekitar LRB masih belum tercemar. 19