BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian"

Transkripsi

1 BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni kualitas air baku air minum di DKI Jakarta, khususnya untuk parameter ph, Total Suspended Solid, Turbidity, Organik Permanganat, Detergen, total besi, total mangan, warna, amonia nitrogen, nitrat nitrogen dan nitrit nitrogen. Proses yang digunakan dengan sistem biofiltrasi dimana waktu tinggal diatur dari 6 sampai 0,5 jam dan dilakukan pada dua periode yakni periode Januari sampai Mei 2010 yang mewakili periode musim hujan dan periode Agustus Desember 2010 yang mewakili periode musim kemarau. Target waktu tinggal adalah 1 jam dengan pertimbangan bahwa apabila diaplikasikan di Taman Kota tidak menyita lahan yang terlalu besar. Dalam bab ini dibahas penurunan konsentrasi setiap parameter dan kaitannya dengan parameter lain. Selama penelitian periode musim hujan berlangsung, ph air baku tidak dilakukan kontrol. Namun demikian ph inlet selalu dalam keadaan netral yakni di kisaran 7-8. ph outlet kecenderungannya lebih tinggi dibanding inlet. Hal ini disebabkan karena pengaruh aerasi, karbon dioksida yang terlarut di air menjadi lebih kecil karena digantikan oleh gas oksigen. Gas karbon dioksida di air cenderung membentuk kesetimbangan dan menghasilkan ion bikarbonat. Dengan berkurangnya ion bikarbonat karena berkurangnya karbon dioksida, maka ph akan naik. Walaupun ph air olahan naik, namun masih berada pada kisaran netral sehingga tidak bermasalah untuk air hasil olahan. Namun bila nantinya dalam kenyataan aplikasi di lapangan terdapat kondisi ekstrim dimana ph air berada jauh di bawah atau di atas netral maka agar supaya kinerja dari sistem biofiltrasi tidak menurun, perlu dilengkapi dengan sistem dosing bahan kimia penetral ph. Untuk periode musim kemarau, pengontrolan ph dilakukan pada saat penelitian berlangsung dengan waktu tinggal 30 menit. ph inlet dinaikkan menjadi mendekati 8 dengan penambahan soda ash untuk meningkatkan efisiensi proses. Dari keseluruhan kondisi penelitian, ph air di outlet masih berada pada kisaran netral yakni antara 7-8 dimana baku mutu ph adalah

2 Total suspended solid (TSS) di air baku sangat fluktuatif dan dipengaruhi oleh curah hujan di hulu. Selama penelitian di musim penghujan berlangsung, konsentrasi TSS tertinggi mencapai 275 mg/l, terjadi pada tanggal 4 maret Saat pengambilan sampel hari cerah, namun satu hari sebelumnya di hulu terjadi hujan deras yang menimbulkan arus sungai Cengkareng Drain menjadi deras. Selama penelitian waktu tinggal 4 sampai 1 jam, kecenderungan efisiensi penurunan TSS berkurang dengan semakin pendeknya waktu tinggal. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan biofilter untuk menahan padatan pada waktu tinggal yang semakin pendek. Tingginya konsentrasi TSS di air baku memungkinkan untuk terjadinya akumulasi lumpur pada permukaan biofilter yang berakibat pada berkurangnya efisiensi penurunan polutan karena lapisan biofilm tertutup oleh lumpur. Untuk mengatasi hal ini perlu ditambah pre-sedimentasi sebelum biofiltrasi. Pada kondisi waktu tinggal 1 jam TSS di air baku rata-rata sekitar 77 mg/l dan di air olahan rata-rata sekitar 43mg/l, dimana baku mutu untuk TSS adalah 100 mg/l. Kondisi TSS membaik dengan berjalannya waktu dari waktu tinggal 1 jam ke 0,5 jam, bahkan efisiensi yang dapat dicapai adalah lebih baik dari waktu tinggal 1 jam yakni sampai 77% dengan konsentrasi TSS di outlet saat itu dibawah 18 mg/l. Hal ini disebabkan karena kondisi air baku saat waktu tinggal 0,5 jam lebih jernih karena frekwensi turun hujannya lebih sedikit. Total suspended solid di air baku pada saat periode musim kemarau tertinggi mencapai 565 mg/l yakni terjadi pada saat penelitian berlangsung dengan waktu tinggal 6 jam. Namun demikian TSS di outlet turun menjadi 85 mg/l. Untuk waktu tinggal 0,5 jam, efisiensi penurunan TSS yang dapat dicapai yakni rata-rata 38,6% dengan inlet sebesar 60,73 mg/l dan outlet 37,27 mg/l. Dibandingkan dengan penelitian musim hujan pada waktu tinggal satu jam, efisiensinya sedikit lebih rendah namun konsentrasi TSS di hasil olahan lebih rendah dari hasil musim hujan. Untuk parameter turbidity pada penelitian musim hujan, kecenderungannya hampir sama dengan parameter TSS yakni di air baku berfluktuasi dan tinggi dengan derasnya arus sungai Cengkareng Drain. Kekeruhan di air hasil olahan pada saat waktu tinggal 1 jam rata-rata adalah 60 NTU dimana ambang batasnya yakni 100 NTU. Setelah waktu tinggal berubah menjadi 0,5 jam kecenderungannya kekeruhan di air hasil olahan menurun dan efisiensi meningkat sampai 69%. Berbeda dengan musim penghujan, di musim kemarau turbidity air olahan terkadang lebih rendah atau lebih tinggi dibanding air baku. 151

3 Fluktuasi ini kemungkinan disebabkan oleh keruhnya air akibat hasil oksidasi Fe dan Mn dalam air. Namun demikian turbidity di air olahan pada penelitian dengan waktu tinggal 0,5 jam masih berada dibawah hasil penelitian pada musim hujan waktu tinggal 1 jam dan memenuhi baku mutu. Organik merupakan polutan yang sumbernya sebagian besar dari limbah domestik. Pada penelitian musim penghujan, Organik permanganat dalam air baku cukup stabil hanya saja pada waktu tinggal 1 jam ke 0,5 jam kecenderungannya naik sampai angka tertinggi 19 mg/l. Kejadian ini karena pengaruh curah hujan yang menurun sehingga dengan aliran limbah domestik ke sungai tetap, debit air dari hulu berkurang maka otomatis konsentrasi organik meningkat. Pada waktu tinggal 1 jam, konsentrasi organik di air olahan sekitar 11 mg/l dan masih dalam batas baku mutu yakni 15 mg/l. Kalau dilihat dari data pada saat waktu tinggal 0,5 jam, dengan semakin naiknya konsentrasi organik di air baku, maka efisiensi juga semakin meningkat. Ini merupakan fenomena dari hasil reaksi penurunan organik dengan proses biofilm, dimana semakin tinggi konsentrasi input, maka efisiensi penurunan polutan akan semakin meningkat pada kondisi waktu tinggal yang sama. Kemungkinan lain naiknya efisiensi penurunan organik juga karena kondisi air baku di saat waktu tinggal penelitian 0,5 jam suspended solid-nya rendah sehingga hambatan proses difusi polutan ke lapisan film menjadi semakin kecil. Organik permanganat pada musim kemarau angka tertinggi di air baku mencapai 40,97 mg/l yang merupakan angka yang lebih tinggi dibanding konsentrasi di organik di musim penghujan. Organik tinggi ini terjadi pada saat penelitian berlangsung dengan waktu tinggal 6 hari. Pada waktu tinggal 0,5 jam, penurunan konsentrasi organik permanganat ratarata sekitar 20,2%, dengan konsentrasi di air hasil olahan rata-rata 11,16 mg/l. Nilai konsentrasi ini hampir sama dengan hasil penelitian di musim penghujan dengan waktu tinggal 1 jam. Untuk konsentrasi MBAS di musim penghujan, efisiensi penurunannya berkurang saat waktu tinggal dirubah dari 6 jam ke 2 jam. Setelah itu masih pada periode waktu tinggal 2 jam efisiensinya melonjak naik. Ini kemungkinan disebabkan oleh karena pada saat itu ada penambahan satu buah blower lagi untuk meningkatkan pasokan oksigen ke dalam biofiltrasi. Dan pada saat dirubah ke waktu tinggal 1 jam, terjadi penurunan efisiensi, namun naik kembali di kisaran 50%. Pada waktu tinggal 1 jam konsentrasi MBAS di air hasil olahan maksimal 0,2 mg/l. 152

4 Angka ini masih berada di bawah baku mutu air baku air minum yakni 1 mg/l. Dari hasil penelitian periode musim penghujan, kami mencoba merangkai hubungan TSS di air baku dengan efisiensi penurunan organik maupun MBAS tanpa memperhatikan faktor waktu tinggal seperti yang ada pada gambar Dari gambar terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi TSS dalam air baku, maka efisiensi penurunan organik maupun MBAS akan semakin rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada saat TSS tinggi terjadi akumulasi lumpur pada dinding media biofilter. Dengan adanya lumpur TSS di dinding media, maka proses degradasi polutan di lapisan biofilm akan terhambat. Dari fenomena ini dapat diketahui bahwa sistem biofiltrasi kurang cocok untuk air dengan TSS yang tinggi, yakni diatas 100 mg/l. Untuk kasus air dengan TSS tinggi penanganannya adalah melengkapi sistem biofiltrasi dengan presedimentasi. Gambar 6.1 dibawah memperlihatkan akumulasi lumpur TSS di dinding media biofilter setelah sistem biofiltrasi dioperasikan selama 4 bulan di musim penghujan. Pada kondisi tersebut telah dilakukan drain sistem biofilter selama 20 menit 2 kali dalam satu minggu. Selain itu juga pada saat biofiltrasi dua bulan beroperasi, telah dilakukan drain total dan disiram dengan air kran pada permukaan atas media biofilter. Pada saat melakukan drain total dan menyiram dengan air kran, dipastikan hanya untuk merontokkan sumbatan lumpur di rongga-rongga biofilter sehingga tidak berpengaruh terhadap lapisan biofilm. Untuk memastikannya dapat dilihat dari lapisan lumpur yang tidak rontok semuanya hanya rongga media yang terlihat terbuka lebih besar. Gambar 6.1: Media Biofiltrasi Setelah Beroperasi Selama 4 Bulan. 153

5 Konsentrasi besi dalam air baku selama penelitian di musim penghujan sangat berfluktuasi sekali dari 0,26 sampai 8,06 mg/l. Besi diukur sebagai total besi yakni besi yang terlarut dan besi yang ada dalam endapan. Secara keseluruhan, efisiensi penurunan besi berkurang dengan semakin singkatnya waktu tinggal dan terjadi peningkatan kembali pada saat waktu tinggal 1 dan 0,5 jam. Penyebabnya diperkirakan karena rendahnya TSS dalam air baku. Mekanisme penurunan total besi dalam sistem biofiltrasi ini terjadi karena besi dalam bentuk terlarut dioksidasi menjadi besi yang mengendap atau tersuspensi. Besi tersuspensi ini bersama dengan besi yang ada dalam TSS tertahan pada media biofiltrasi, sehingga terjadi penurunan konsentrasi total besi di air hasil olahan. Pada waktu tinggal yang ditargetkan yakni 1 jam, konsentrasi total besi di air olahan tergantung dari besar kecilnya konsentrasi besi di air baku dan rata-rata sekitar 3,0 mg/l. Demikian pula yang terjadi pada penelitian di musim kemarau, pada waktu tinggal 0,5 jam konsentrasi total besi dalam air hasil olahan rata-rata adalah 2,79 mg/l. Angka-angka ini sudah melebihi baku mutu yakni 2 mg/l. Dari pihak PALYJA menekankan bahwa dengan target baku mutu air baku air minum 2 mg/l, tidak cukup karena akan menimbulkan masalah warna di air olahan. Sehingga target air olahan adalah dibawah 0,5 mg/l. Bila dalam aplikasi di lapangan di temui konsentrasi total besi dalam air olahan melebihi 2 mg/l, untuk menghindari munculnya masalah warna perlu dilakukan proses preklorinasi setelah biofiltrasi. Warna yang timbul, sebenarnya adalah dari besi yang terlarut dalam air dimana setelah melalui proses khlorinasi akan membentuk koloid besi yang berwarna. Dengan demikian, menurut pendapat kami yang terpenting adalah kandungan besi terlarut dalam air olahan. Sedangkan besi yang tidak larut akan dapat terendapkan pada proses penambahan tawas dan polimer sebelum proses post khlorinasi. Dengan predikasi ini, selanjutnya dilakukan analisa besi terlarut di air baku dan air olahan pada saat penelitian berlangsung dengan waktu tinggal 1 jam. Tabel 4.6 dan memperlihatkan konsentrasi besi terlarut pada air olahan dengan waktu tinggal 1 jam. Dari tabel terlihat bahwa konsentrasi besi terlarut sangat rendah baik di air baku maupun air olahan yakni sekitar 4% bila dibanding dengan besi total. Dengan demikian diperkirakan tingginya total besi pada waktu tinggal 1 jam tidak akan menjadi kendala dalam aplikasi di lapangan karena besi yang terlarut sangat rendah. Namun hal ini perlu di buktikan pada penelitian tahap 154

6 berikutnya (dry season) dengan cara melakukan proses koagulasi flokulasi air hasil olahan biofiltrasi, selanjutnya di proses post khlorinasi dan diamati perubahan warna yang terjadi. Tabel dan Gambar 4.7 menunjukkan konsentrasi Mangan total di air baku, air olahan serta efisiensi penghilangannya. Pada waktu tinggal 6 jam efisiensi penurunannya cukup stabil yakni pada kisaran 80-96%. Pada waktu tinggal 4 jam sampai dengan waktu tinggal 0,5 jam kecenderungannya menurun dari 86% pada waktu tinggal 4 jam dan 35% pada waktu tinggal 0,5 jam. Ini kemungkinan disebabkan oleh terbatasnya pasokan udara dengan semakin singkatnya waktu tinggal. Pada prinsipnya mekanisme penurunan konsentrasi mangan sama dengan besi. Dari keseluruhan waktu tinggal yang dicoba, kandungan mangan total di outlet berkisar 0,005 sampai 0,38 mg/l. Sedangkan pada waktu tinggal 1 jam konsentrasi mangan total di air olahan sekitar 0,2 mg/l dan ini sudah berada di bawah baku mutu air baku air minum. Pada tabel di sajikan hasil analisa mangan terlarut dalam air baku, air olahan berikut efisiensi penurunannya pada penelitian musim penghujan dengan waktu tinggal 1 jam. Dari tabel terlihat bahwa konsentrasi mangan terlarut sekitar 70%nya total mangan. Mangan terlarut ini menjadikan masalah di instalasi pengolahan air yakni menimbulkan warna kuning di air hasil olahan setelah post khlorinasi. Namun dengan rendahnya konsentrasi mangan terlarut dalam air olahan yakni dibawah 0,18 mg/l. Hasil yang hampir sama diperoleh juga pada penelitian di musim kemarau dengan waktu tinggal 0,5 jam. Konsentrasi besi terlarut rata-rata di air hasil olahan adalah 0,1 mg/l (data tidak ditampilkan). Dengan rendahnya konsentrasi besi terlarut di air hasil olahan pada kedua periode penelitian ini, maka masalah timbulnya warna pada air hasil olahan post khlorinasi tidak akan terjadi. Untuk parameter warna periode penelitian musim penghujan ditunjukkan pada gambar dan tabel 4.8. Konsentrasi warna air baku berkisar antara 4 89 PtCo, sedangkan di air olahan berkisar antara PtCo. Dari keseluruhan waktu tinggal terdapat hasil dimana warna air olahan lebih besar dari air baku. Warna lebih tinggi ini muncul kemungkinan karena hasil oksidasi mangan dan besi. Pada waktu tinggal 1 jam, warna air olahan 18 PtCo sedangkan pada penelitian di musim kemarau dengan waktu tinggal 30 menit, warna air hasil olahan rata-rata 19,5 PtCo (data tidak ditampilkan). Kedua nilai ini memenuhi standar dimana standarnya adalah 100 PtCo. 155

7 Untuk parameter amonium nitrogen di air baku selama masa penelitian musim penghujan berkisar antara 0,16 2,2 mg/l sedangkan di air hasil olahan berkisar 0,101 1,04 mg/l. Amonia nitrogen merupakan polutan dalam air karena dengan adanya organik akan memicu tumbuhnya mikroba dalam air. Oleh karena itu penghilangan amonia nitrogen dalam air dilakukan dengan cara khlorinasi membentuk khloramin. Penurunan kadar amonia dengan khlor memerlukan konsumsi khlor 7 11 mg/l untuk setiap 1 mg/l amonia. Dengan demikian apabila konsumsi khlor tinggi akan berakibat pada sisa khlor yang tinggi pula. Dengan tingginya sisa khlor ini bila terdapat besi dan mangan terlarut maka sisa khlor tersebut akan mengoksidasi besi dan mangan terlarut sehingga warna air menjadi kuning (Katsumi dan Iwao 1971). Pada waktu tinggal 1 jam di periode penelitian musim penghujan konsentrasi amonium nitrogen di air olahan 0,35 mg/l masih berada di bawah baku mutu air baku air minum yakni 1 mg/l. Pada waktu tinggal 0,5 jam di periode penelitian musim kemarau, konsentrasi amonium nitrogen di air hasil olahan rata-rata adalah 0,59 mg/l. Dengan rendahnya amonium nitrogen dalam air olahan, maka dapat diperkirakan konsumsi khlor menjadi rendah. Untuk parameter nitrat nitrogen, dalam grafik baik untuk periode penelitian musim penghujan maupun musim kemarau terlihat konsentrasi di air olahan lebih tinggi dibandingkan di air baku. Mekanisme terbentuknya nitrat terjadi karena adanya amonium nitrogen yang teraerasi sehingga mengalami proses nitrifikasi menjadi nitrat. Yang paling penting adalah walaupun nitrat di air olahan lebih tinggi, namun harus tetap terjaga konsentrasinya berada di bawah baku mutu. Kalau dilihat pada grafik konsentrasi nitrat nitrogen pada saat penelitian dilakukan pada musim penghujan dengan waktu tinggal 1 jam adalah 2 mg/l. Sedangkan pada musim kemarau dengan waktu tinggal 0,5 jam rata-rata adalah 2,08 mg/l. Baku mutu untuk nitrat 10 mg/l. Untuk parameter nitrit, kecenderungannya berfluktuasi dan terkadang di air baku lebih rendah dari air olahan, kadang sebaliknya tidak terpengaruh oleh waktu tinggal. Nitrit nitrogen merupakan senyawa produk antara dari proses nitrifikasi ataupun proses denitrifikasi. Proses denitrifikasi hanya terjadi pada kondisi anoxic sehingga dipastikan nitrit yang terbentuk berasal dari produk antara amonium menjadi nitrat (nitrifikasi). Pada penelitian di musim penghujan dengan waktu tinggal 1 jam nitrit nitrogen di air baku sekitar 0,102 0,2 mg/l sedangkan di air olahan berkisar antara 0,019 0,38 mg/l. Pada penelitian musim kemarau 156

8 dengan waktu tinggal 0,5 jam konsentrasi nitri rata-rata di air olahan adalah 0,3 mg/l. Ambang batasnya adalah 1,0 mg/l. Pengaruh penambahan soda ash sedemikian sehingga ph menndekati 8, terlihat cukup signifikan untuk penurunan polutan besi total dan manggan total. Untuk parameter besi total dengan waktu tinggal 0,5 jam, tanpa penambahan soda ash efisiensi penurunan rata-rata adalah 19,3%, dengan penambahan soda ash efisiensi penurunan rata-rata naik menjadi 32,3%. Sedangkan untuk parameter manggan tanpa penambahan soda ash efisiensi penurunan rata-rata 42,7%, dengan penambahan soda ash efisiensi penurunan rata-rata naik menjadi 51,9%. Pengaruh penambahan soda ash terhadap efisiensi penurunan organik permanganat dan amonium tidak terlalu signifikan. Tanpa penambahan soda ash, efisiensi penurunan organik rata-rata 17,7%, dengan penambahan soda ash efisiensi penurunan organik hanya naik menjadi 20,2%. Untuk parameter amonia nitrogen, tanpa penambahan soda ash efisiensi penurunan rata-rata 45,3%, sedangkan dengan penambahan soda ash efisiensi rata-rata hanya naik menjadi 46%. Pengaruh pengangkatan media di ruang biofilter pertama menjadikan efisiensi penurunan polutan menurun untuk keseluruhan parameter. Media disini berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembang biak mikroba pendegradasi polutan. Selain itu juga sebagai media filtrasi. Kalau dilihat dari sisi kemampuan filtrasi memang media di ruang satu sangat cepat kecepatan filtrasinya. Walaupun demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa media di ruang biofilter pertama sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan polutan. Tabel 6.1 dan 6.2 berturut turut memperlihatkan hasil penelitian secara keseluruhan baik periode musim penghujan maupun musim kemarau. Dalam tabel tersebut ditampilkan kinerja biofiltrasi untuk menurunkan masing masing polutan pada waktu tinggal 6-0,5 jam yang meliputi efisiensi penurunan polutan dan konsentrasi air olahan pada saat itu. Dari tabel tersebut efisiensi tertinggi yang dapat dicapai untuk keseluruhan parameter analisa adalah pada kondisi waktu tinggal 6 jam, dan kecenderungannya menurun dengan semakin singkatnya waktu tinggal. Untuk mengaplikasikan hasil penelitian ini pada skala yang sebenarnya tidak mungkin memilih waktu tinggal 6 jam karena luas permukaan yang diperlukan untuk memasang instalasi pengolahan air menjadi sangat besar. Oleh karena itu dipilih kondisi waktu tinggal yang paling singkat, dengan kualitas air olahan memenuhi target baku mutu air baku air minum pergub DKI No. 582 tahun

9 Tabel 6.1 Rekapitulasi hasil penelitian musim penghujan Tabel 6.2 Rekapitulasi hasil penelitian musim kemarau 158

10 Tabel 6.3 memperlihatkan konsentrasi polutan hasil penelitian pada waktu tinggal 1 jam untuk penelitian di musim penghujan dan waktu tinggal 0,5 jam dengan penambahan soda ash untuk penelitian di musim kemarau. Dari hasil tersebut terlihat bahwa sebagian besar konsentrasi polutan sudah berada dibawah baku mutu air baku air minum Pergub 582 tahun 1995, kecuali parameter total besi. Dengan pertimbangan kualitas air olahan tersebut dan kebutuhan lahan bila hasil penelitian diaplikasikan di Taman Kota, maka di tetapkan waktu tinggal optimal pada proses biofiltrasi yakni 1 jam. Penetapan waktu tinggal 1 jam ini didukung dengan penelitian pada musim kemarau yang dengan waktu tinggal 0,5 jam saja hasil air olahan sudah mendekati hasil penelitian musim penghujan dengan waktu tinggal 1 jam. Sehingga penetapan waktu tinggal 1 jam untuk kriteria disain sudah sangatlah tepat. Tabel 6.3 : Konsentrasi Polutan Pada Hasil Penelitian Dengan Waktu Tinggal 1 Jam Untuk Musim Penghujan Dan Waktu Tinggal 0,5 Jam Untuk Musim Kemarau 159

11 6.2 Rekomendasi Aplikasi Sistem Biofiltrasi Untuk Instalasi pengolahan Air Minum Sebagai Pengolahan Awal Dari beberapa fenomena yang terjadi selama penelitian, maka aplikasi sistem biofiltrasi untuk pengolahan air minum (IPA Taman Kota) perlu dilengkapi dengan pre-sedimentasi supaya tidak terjadi akumulasi lumpur pada dinding media biofilter. Flow diagram proses yang direkomendasikan dapat dilihat pada gambar 6.2 berikut: Gambar 6.2 Skenario Aplikasi Sistem Biofiltrasi untuk IPA Taman Kota Prosesnya adalah air baku dari Cengkareng Drain dipompa ke presedimentasi, overflow dari sedimentasi mengalir ke sistem biofiltrasi dan hasilnya ditampung di tangki penampung untuk selanjutnya di proses dengan menggunakan instalasi pengolahan air existing yang ada di Taman Kota. Untuk mengaplikasikan hasil penelitian sistem biofiltrasi di Taman Kota, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan yakni: - Penetapan waktu tinggal hidrolis - Suplai udara untuk aerasi - Mekanisme pembuangan lumpur 6.3. Rekomendasi Perencanaan Instalasi Berdasarkan hasil penelitian musim penghujan dan musim kemarau, waktu tinggal hidrolis adalah 1 jam atau 60 menit dengan perbandingan volume media per volume bak biofiltrasi adalah 0,4. Data untuk musim kemarau untuk waktu tinggal satu jam tidak dilakukan, namun dilakukan 160

12 untuk waktu tinggal 0,5 jam dengan hasil mendekati hasil di musim penghujan dengan waktu tinggal 1 jam. Untuk aplikasi di Taman Kota karena direncanakan dilengkapi dengan pre-sedimentasi yang terpisah dari reaktor biofiltrasi maka perbandingan volume media dengan volume reaktor biofiltrasi meningkat menjadi 0,5. Dengan demikian bila perbandingan volume media terhadap volume reaktor 0,5 maka waktu tinggal hidrolis dalam sistem biofiltrasi menjadi 48 menit. Sedangkan untuk perencanaan pre-sedimentasi, ditetapkan waktu tinggal 30 menit. Angka 30 menit ini diambil berdasarkan dari kondisi penelitian di lapangan yakni biofilter mempunyai total ruang pengendapan awal dan akhir 50% dari total volume. Ruang Biofilter 40% dan ruang lumpur yang berada di bawah media 10%. Dengan waktu tinggal optimum total 1 jam, maka waktu tinggal untuk proses pengendapan saja dapat dihitung menjadi 30 menit. Selain itu dari pengamatan visual, sludge sungai terdiri dari lumpur halus dan kasar serta pasir halus dimana menurut Degremont 1991 waktu pengendapan pasir halus 2 menit dan lumpur halus 2 jam. Pada dasarnya yang terbaik adalah 2 jam namun dengan lamanya waktu pengendapan akan berdampak kepada besarnya volume pre-sedimentasi. Sehingga dalam perencanaan bak pengendap kami menggunakan waktu 30 menit diperkirakan sudah cukup membantu untuk dapat memisahkan lumpur yang dapat menjadikan penyumbatan di media Biofiltrasi. Kapasitas IPA Taman Kota adalah 200 liter per detik atau m 3 per hari. Untuk mencukupi kapasitas tersebut, sistem biofiltrasi direkomendasikan untuk dibuat dalam dua line sehingga bila salah satu line dalam perbaikan, satu line lagi masih dapat beroperasi. Sehingga masing-masing line kapasitasnya m 3 per hari atau 100 liter per detik. Perencanaan Bak Pre-Sedimentasi (waktu tinggal 30 menit) Kedalaman efektif : 3 m Lebar : 6 m Panjang : 10 m Volume efektif : 180 m 3 Luas area : 60 m 2 Jumlah : 2 line Kelengkapan: Lamela settler Sistem perpipaan dan sistem pembuangan lumpur Perencanaan Bak Biofiltrasi (waktu tinggal 48 menit,) 161

13 Kedalaman efektif : 4 m Lebar : 6 m Panjang : 12 m Volume efektif : 288 m 3 Luas Area : 84 m 2 Jumlah : 2 line Kelengkapan: Media Biofilter tipe sarang tawon dengan perbandingan volume media banding volume bak total 0,5. Sistem Pembuangan Lumpur: Pembuangan lumpur di pre-sedimentasi dilakukan setiap hari, sedangkan di bak biofiltrasi dilakukan minimal 3 kali dalam satu minggu. Pembuangan lumpur di bak biofiltrasi dilakukan dari bagian atas dan bagian bawah biofilter dengan bantuan semprotan udara. Kapasitas Blower udara: Kapasitas blower udara ditetapkan berdasarkan penelitian yakni 5 m 3 udara/m 2 media per jam. 162

14 Gambar 6.3. Perkiraan bentuk dan dimensi aplikasi sistem biofiltrasi untuk IPA Taman Kota kapasitas 200 liter per detik. 163

BAB 3 METODA PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Peralatan Yang Digunakan Penelitian dilakukan dengan menggunakan suatu reaktor berskala pilot plant. Reaktor ini mempunyai ukuran panjang 3,4 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman air

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia, terutama untuk memasak dan minum. Dengan pesatnya perkembangan penduduk maka kebutuhan khususnya air

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen Kekeruhan (NTU) BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Kualitas Air 1. Nilai Kekeruhan Air Setelah dilakukan pengujian nilai kekeruhan air yang dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK 29 4.1 Prosedur Start-Up IPAL Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Start-up IPAL dilakukan pada saat IPAL baru selesai dibangun atau pada saat

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 5 2.1 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL adalah berasal dari kamar mandi, wastavel, toilet karyawan, limpasan septik tank

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH

PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH Nusa Idaman Said Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian dilaksanakan pada tanggal 1 November 16 dengan durasi pengujian air Selokan Mataram dengan unit water treatment selama menit melalui unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN Oleh : Edwin Patriasani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika

Lebih terperinci

BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM)

BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM) BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM) 90 5.1 Klasifikasi Proses Film Mikrobiologis (Biofilm) Proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm atau biofilter secara garis

Lebih terperinci

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) 5 2.1. Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah Instalasi pengolahan air limbah PT. Kinocare Era Kosmetindo terdiri dari unit pemisah lemak 2 ruang, unit

Lebih terperinci

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK 52 3.1 Karakteristik Air Limbah Domestik Air limbah perkotaan adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan yang meliputi limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan kegiatan terencana dalam upaya merubah suatu keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu membawa dampak positif dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian dilaksanakan pada tanggal 22 September 2016 dengan pengujian air Selokan Mataram dengan unit water treatment melalui segmen 1 koagulasi, flokulasi, segmen 2 sedimentasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu Berdasarkan analisis ANAVA (α=0.05) terhadap Hubungan antara kualitas fisik dan kimia

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Oleh : Beauty S.D. Dewanti 2309 201 013 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tontowi Ismail MS Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja

Lebih terperinci

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk 5.1. Hasil Analisa Laboratorium Setelah pelaksanaan konstruksi IPAL Produksi PT. United Tractors Tbk selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian pengolahan kualitas air dimulai dengan studi pustaka/study literatur mencari data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian, dilanjutkan

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS AIR BAKU PERUSAHAAN AIR MINUM (PAM) DENGAN BIOFILTRASI

PERBAIKAN KUALITAS AIR BAKU PERUSAHAAN AIR MINUM (PAM) DENGAN BIOFILTRASI J. Tek. Ling Vol. 12 No. 2 Hal. 121-129 Jakarta, Mei 2011 ISSN 1441-318X PERBAIKAN KUALITAS AIR BAKU PERUSAHAAN AIR MINUM (PAM) DENGAN BIOFILTRASI Rudi Nugroho dan Nusa Idaman Said Pusat Teknologi Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 7, Nomor 1, Januari 2015 Hal. 29-40 Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT

BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT 304 13.1 PENDAHULUAN 13.1.1 Latar Belakang Masalah Masalah pencemaran lingkungan di kota besar, khususnya di Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap

Lebih terperinci

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT. SEMINAR AKHIR KAJIAN KINERJA TEKNIS PROSES DAN OPERASI UNIT KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BABAT PDAM KABUPATEN LAMONGAN Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari 3309 100

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER Afry Rakhmadany 1, *) dan Nieke Karnaningroem 2) 1)Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari

Lebih terperinci

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK 286 12.1 PENDAHULUAN 12.1.1 Permasalahan Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plant (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat.Analisa laboratorium

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak yang melakukan penelitian mengenai analisis kualitas air dengan alat uji model filtrasi buatan diantaranya; Eka Wahyu Andriyanto, (2010) Uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti mencuci, dan mandi. Jenis air yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 85 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Karakteristik Limbah Pemeriksaan karakteristik limbah cair dilakukan untuk mengetahui parameter apa saja yang terdapat dalam sampel dan menentukan pengaruhnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Analisa Kualitas Air Seperti yang di jelaskan di bab bab sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran penuruan kadar yang terkandung

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA Damiyana Krismayasari**) dan Sugito*) Abstrak : Peningkatan jumlah pasien dan pelayanan

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010

Lebih terperinci

BAB II DESAIN INSTALASI DAUR ULANG AIR DI INDUSTRI MIGAS Studi Kasus Kilang Minyak RU-VI Balongan, PT. Pertamina (Persero)

BAB II DESAIN INSTALASI DAUR ULANG AIR DI INDUSTRI MIGAS Studi Kasus Kilang Minyak RU-VI Balongan, PT. Pertamina (Persero) BAB II DESAIN INSTALASI DAUR ULANG AIR DI INDUSTRI MIGAS Studi Kasus Kilang Minyak RU-VI Balongan, PT. Pertamina (Persero) Satmoko Yudo, Achirwan S., Ikbal, Imam Setiadi, I Putu Angga K., Fuzi Suciati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era modern ini, proses modernisasi akan menaikkan konsumsi sejalan dengan berkembangnya proses industrialisasi. Dengan peningkatan industrialisasi tersebut maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda,

Lebih terperinci

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug. 39 III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Makna, Ciledug yang terletak di Jalan Ciledug Raya no. 4 A, Tangerang. Instalasi Pengolahan Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

Nurandani Hardyanti *), Sudarno *), Fikroh Amali *) Keywords : ammonia, THMs, biofilter, bioreactor, honey tube, ultrafiltration, hollow fiber

Nurandani Hardyanti *), Sudarno *), Fikroh Amali *) Keywords : ammonia, THMs, biofilter, bioreactor, honey tube, ultrafiltration, hollow fiber Nurandani Hardyanti, Sudarno, Fikroh Amali TEKNIK KEAIRAN EFISIENSI PENURUNAN KEKERUHAN, ZAT ORGANIK DAN AMONIAK DENGAN TEKNOLOGI BIOFILTRASI DAN ULTRAFILTRASI DALAM PENGOLAHAN AIR MINUM (STUDI KASUS:

Lebih terperinci

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik Bab iv Rencana renovasi ipal gedung bppt jakarta Agar pengelolaan limbah gedung BPPT sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK 59 6.1 Perawatan Yang Perlu Diperhatikan Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Perawatan unit IPAL yang perlu diperhatikan antara lain : Hindari sampah

Lebih terperinci

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Bak Sedimentasi Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT Oleh : Agus Mirwan, Ulfia Wijaya, Ade Resty Ananda, Noor Wahidayanti Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS 12.1. Pendahuluan Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi, kwalitas lingkungan hidup juga menurun

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Konsentrasi zat di titik sampling masuk dan keluar Hari/ mingg u WT H (jam) Masu k Seeding

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) Dian Paramita 1 dan Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENYEMPURNAAN IPAL & DAUR ULANG AIR GEDUNG BPPT

PENYEMPURNAAN IPAL & DAUR ULANG AIR GEDUNG BPPT PENYEMPURNAAN IPAL & DAUR ULANG AIR GEDUNG BPPT Setiyono Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail: setiyono@hotmail.com

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI i ii iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Pencemaran Air Oleh Limbah Domestik 4 1.2. Karakteristik Air Limbah Domestik 8 1.3. Potensi Limbah Cair di DKI

Lebih terperinci

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI Edwin Patriasani dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pada umumnya,

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Air merupakan kebutuhan vital makhluk hidup. Tanpa adanya air, metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berjalan dengan sempurna. Manusia membutuhkan air, terutama

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK STUDI KASUS PT. UNITED CAN Co. Ltd.

ANALISIS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK STUDI KASUS PT. UNITED CAN Co. Ltd. ANALISIS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK STUDI KASUS PT. UNITED CAN Co. Ltd. Rudi Nugroho Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT Jl. M.H. Thamrin No. 8 Gd. II Lt. 18 Jakarta 10340 Abstract Nowadays,

Lebih terperinci

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat 1 2 Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng 59 Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng 60 Lampiran 2. Diagram alir pengolahan air oleh PDAM TP Bogor 61 Lampiran 3. Perbandingan antara kualitas air baku dengan baku mutu pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Air Baku Aliran Sungai Cihideung Air baku merupakan sumber air bersih yang dapat berasal dari air hujan, air tanah, air danau, dan air sungai. Air sungai merupakan salah satu

Lebih terperinci

INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL)

INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL) INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL) Proses Pengelolaan Air Limbah secara Biologis (Biofilm): Trickling Filter dan Rotating Biological Contactor (RBC) Afid Nurkholis 1, Amalya Suci W 1, Ardian Abdillah

Lebih terperinci

BAB 6 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES TRICKLING FILTER

BAB 6 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES TRICKLING FILTER BAB 6 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES TRICKLING FILTER 97 6.1 Proses Pengolahan Pengolahan air limbah dengan proses Trickilng Filter adalah proses pengolahan dengan cara menyebarkan air limbah ke dalam

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK Wahyu Widayat Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail: wdytwahyu@yahoo.com

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-35 Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik Laily Zoraya Zahra, dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Air Baku Aliran Sungai Cihideung Sumber air baku yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Institut Pertanian Bogor diambil dari dua aliran sungai yaitu sungai Cihideung

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) Beauty S. D. Dewanti (239113) Pembimbing: Dr. Ir. Tontowi Ismail, MS dan Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengolahan kualitas air dimulai dengan studi pustaka/study literature mencari data dan informasi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada penelitian ini secara garis besar terbagi atas 6 bagian, yaitu : 1. Analisa karakteristik air limbah yang diolah. 2.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1 Struktur Hidrolika Sungai Perhitungan struktur hidrolika sungai pada segmen yang ditinjau serta wilayah hulu dan hilir segmen diselesaikan dengan menerapkan persamaanpersamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang UU PANDUAN OPERASIONAL IPAL DOMESTI PT. INDOSAT, T. A 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar elakang Masalah pencemaran lingkungan oleh air limbah, khususnya dikota besar seperti DI Jakarta saat ini sudah sampai pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan suatu bahan pokok yang sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan sumber air bersih pada suatu daerah sangat mempengaruhi

Lebih terperinci