BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan industri di Indonesia semakin pesat, terlebih industri yang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan industri di Indonesia semakin pesat, terlebih industri yang mengelola hasil pertanian dan perkebunan. Pesatnya perkembangan industri tersebut mampu meningkatkan taraf hidup rakyat, namun efek sampingnya adalah limbah industri tersebut dapat menimbulkan pencemaran badan penerima jika dibuang tanpa dikelola terlebih dahulu. Perkembangan di sektor industri ini dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif yang diberikan dari sektor industri berupa bertambahnya devisa negara dan penyerapan tenaga kerja. Namun demikian, perkembangan di sektor industri juga memberikan dampak negatif berupa limbah industri yang bila tidak dikelola dengan baik akan mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga pembangunan yang berwawasan lingkungan tidak tercapai (Pramudyanto, 2003). Pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam namun mengabaikan masalah lingkungan akan menimbulkan gangguan terhadap lingkungan komponennya. Pembangunan harus dilaksanakan secara bijaksana dengan menerapkan dasar-dasar ekologi dan berwawasan lingkungan sehingga pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan (Sastrawijaya, 1997). Jika pembangunan tidak didasari atas dasar-dasar ekologi dan berwawasan lingkungan, maka dapat menimbulkan dampak buruk terhadap manusia dan lingkungan sendiri. 1

2 2 Kegiatan industri dan teknologi dapat memberikan dampak secara langsung, di samping itu juga memberikan dampak tidak langsung. Dikatakan dampak langsung apabila akibat kegiatan industri dan teknologi tersebut dapat langsung dirasakan oleh manusia. Dampak langsung yang bersifat positif memang diharapkan. Akan tetapi, dampak langsung yang bersifat negatif dan mengurangi kualitas hidup manusia harus dihindari atau dikurangi. Adapun dampak langsung yang bersifat negatif akibat kegiatan industri dan teknologi, dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran tanah. Menurut Wardhana (2004), kegiatan pencemaran tersebut akan mengurangi daya dukung alam. Pencemaran udara, air, dan tanah perlu dihindari sebagai bagian dari usaha menjaga kelestarian lingkungan. Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber aktivitas mannusia maupun proses-proses alam atau belum mempunyai nilai ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Limbah juga merupakan hasil sisa dari sebuah proses yang tidak dapat digunakan kembali, apabila limbah ini terlalu banyak di lingkungan maka akan berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik maupun industri ke sungai dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan dapat menurunkan kualitas sungai apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu air limbah. Limbah industri yang umunya merupakan limbah khemis cair memerlukan pengelolaan secara teknologis. Semua waste water effluent dari berbagai industri harus melalaui bak pengelolaan terlebih dahulu (Ryadi, 1986).

3 3 Dalam rangka menghindari terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih luas/parah yang diakibatkan oleh limbah industri bila tidak diolah terlebih dahulu, maka dalam hal ini pemerintah telah mengeluarkan suatu kebijakan yang tertuang dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup pada Bab V pasal 16 ayat 1 yang menyatakan bahwa Setiap penanggungjawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan atau kegiatan. PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk adalah salah satu perusahaan perkebunan tertua di Indonesia. PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk didirikan pada tahun PT. Bakrie Sumatera Plantation bergrak dibidang usaha perkebunan dan industri karet serta memperluas usaha perkebunan kelapa sawit dan cokelat. Dalam proses pengolahan hasil kebun PT. Bakrie memiliki pabrik, yang salah satunya pabrik karet yang berlokasi di Kelurahan Bunut, Kecamatan Kota Kisaran Barat, Kabupaten Asahan. PT. Bakrie memiliki empat pabrik karet yang berada di dalam lingkungan yang sama yaitu pabrik karet crumb rubber 1, crumb rubber 2, BSR, dan cenex (latex pekat) yang mengelola karet/latex. Sedangkan satu pabrik khusus mengolah limbah dari keempat pabrik tersebut. Dalam proses pengolahan karet, untuk mengolah lateks digunakan zat-zat kimia seperti asam formiat, NH 3, TZ, dan lain-lain, yang jika terbuang terikut dengan limbah cair maka akan mencemari sungai. Pabrik karet PT. Bakrie Sumatera Plantation menghasilkan produk latex pekat dan blok skim rubber yang nantinya akan dikirim ke konsumen.

4 4 Berdasarkan hasil peneilitian terdahulu yang dilakukan di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan tentang pengendalian limbah cair menunjukkan bahwa hasil Temperatur 27 C, ph 8,92, COD 180 mg/l, Zink 0,91 ppm. Hasil pemeriksaan yang dilakukan telah memenuhi syarat Baku Mutu Limbah Cair Industri PerMenLh No.5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan (18 Desember, 2015) adapun pengolahan limbah cair pabrik karet PT. Bakrie Sumatera Plantation menggunakan metode lumpur aktif kemudian air limbah yang telah melalui proses pengolahan kemudian di buang ke Sungai Bunut, sehingga nantinya akan dihasilkan air buangan yang tidak melebihi baku mutu ketika dibuang ke sungai, sehingga sungai terjaga kualitas airnya. Namun, sebagian masyarakat mengatakan bahwa ketika hujan turun air sungai menjadi keruh dan air sungai menjadi sedikit kehitaman, mungkin hal ini dikarenakan adanya limbah yang masuk ke sungai. Menurut Bapedal Kota Padang (2003), kosentrasi ammonia, nitrat dan nitrit dari effluent pabrik karet yang ada dibantaran sungai batang Arau telah melewati ambang batas baku mutu lingkungan, tetapi kosentrasi ambientnya masih di bawah air kelas 2. Menurut Abizar (2005), kadar Amonia disekitar pabrik karet sungai batang Arau berkisar antara 0,008 10,350 mg/lt, Nitrat berkisar antara 1,622 30,562 mg/lt, Nitrit berkisar antara 0,007 0,288 mg/lt, sedangkan Phospat berkisar antara 0,030 7,484 mg/lt. PP No. 82 tahun 2001 menetapkan kadar Nitrogen pada perairan berkisar 0,5 mg/lt dimana kadar tersebut merupakan batas maksimum yang lazim dianggap sebagai batas untuk

5 5 menyatakan perairan tersebut unpolluted. Dengan demikian tampak jelas bahwa air sungai batang Arau sudah melebihi ambang batas maksimum. Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari masih banyak yang belum memenuhi persayaratan kesehatan. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya air sangat penting agar dapat dimanfaatrkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu yang diinginkan (Effendi, 2003). Masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan penyakit menular, yang disebabkan karena kebiasaan masyarakat yang membuang sampah ke sungai, industri yang membuang air limbahnya ke sungai. Hal ini merupakan faktor risiko berbagai penyakit menular berbasis lingkungan (Kusnoputranto, 2005). Gangguan kesehatan mulai dari masalah kulit, mata merah gatal dan panas, dapat terjadi akibat pencemaran air sungai pada masyarakat di aliran sungai. Banjir yang datang di musim penghujan pun menambah daftar masalah kesehatan dan sosial ekonomi di daerah tersebut (Kusnoputranto, 2005). Hasil survei pendahuluan ( 18 Desember, 2015) sebagian masyarakat yang bermukim di daerah aliran Sungai Bunut Kelurahan Bunut menggunakan Sungai Bunut untuk mencuci dan mandi. Hasil wawancara yang dilakukan dengan 5 responden, 2 responden mengalami gangguan kulit seperti gatal dan merah saat pertama kali menggunakan air sungai tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, maka Penulis ingin menganalisis sistem pengolahan limbah cair pabrik karet PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk

6 6 dan kualitas air Sungai Bunut serta keluhan gangguan kulit pada masyarakat di Kelurahan Bunut Kota Kisaran tahun Rumusan Masalah Dari data yang diperoleh pada survai pendahuluan, pabrik karet PT. Bakrie Sumatera Plantation menghasilkan limbah yang berupa limbah cair, dimana limbah tersebut nantinya akan dibuang ke sungai. Berdasarkan hal tersebut, maka Penulis berkeinginan melakukan penelitian tentang Sistem Pengolahan Limbah Cair Pabrik Karet PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk dan mengetahui kualitas air Sungai Bunut apakah sudah sesuai dengan baku mutu limbah cair dan undangundang yang sudah ditetapkan serta keluhan gangguan kulit pada masyarakat di Kelurahan Bunut Kota Kisaran Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk menganalisis sistem pengolahan limbah cair pada pabrik karet PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk dan kualitas air Sungai Bunut serta keluhan gangguan kulit pada masyarakat di Kelurahan Bunut Kota Kisaran tahun Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui Proses Pengolahan limbah cair Pabrik Karet PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk dan Kualitas Air Sungai Bunut Kisaran. 2. Mengetahui kualitas limbah cair karet PT. Bakrie Plantation Tbk Kisaran yang akan dibuang ke sungai. 3. Untuk mengetahui kualitas air Sungai Bunut Kisaran. 4. Untuk mengetahui keluhan gangguan kulit pada masyarakat di Kelurahan Bunut yang menggunakan air sungai.

7 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa FKM khususnya bagi peminatan Kesehatan Lingkungan. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam rangka pengembangan industri berwawasan lingkungan. 3. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis di bidang sanitasi khususnya penanganan limbah pabrik karet. 4. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.