PENYEBARAN NITRAT PADA TANAH DI SEKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) ( Studi Kasus : Daerah Pemukiman Jakarta dan Bogor )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYEBARAN NITRAT PADA TANAH DI SEKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) ( Studi Kasus : Daerah Pemukiman Jakarta dan Bogor )"

Transkripsi

1 PENYEBARAN NITRAT PADA TANAH DI SEKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) ( Studi Kasus : Daerah Pemukiman Jakarta dan Bogor ) OLEH : RIDWAN SATRIA PUTRA A DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 SUMMARY RIDWAN SATRIA PUTRA. The Distribution of Nitrate Around the Biopore Base Surface Recharge Hole (LRB) (Study Case: Residential Areas of Jakarta and Bogor) (under the supervision of DWI PUTRO TEJO BASKORO and WAHYU PURWAKUSUMA) Biopore Base Surface Recharge Hole (Lubang Resapan Biopori (LRB)) is a vertical cylindrical hole that made vertically into the ground with diameter of 10 cm, depth about 100 cm or less than water tabel level. The hole is filled with organic waste to promote the formation of biopore to increase soil percolation capability. However, the decomposition of organic waste inside LRB release nitrate (NO 3 ) so that it may contaminate groundwater. The study of NO 3 in soil and water around LRB was carried out in CiampeaBogor and Cipinang Elok Resident, Jakarta. Soil samples were taken from around and below the LRB with distance of 20, 50 and 100 cm. Water samples were taken from public well at 010 meters, 1015 meters and 1520 meters from the LRB. Soil at a depth of 120 cm, 150 cm and 200 cm was taken from the area with no LRB as a control. In addition, a set of experiment that simulate NO 3 product from organic waste decomposition was also done in laboratorium. In this experiment 4 inches diameter PVC pipe with 100 cm long was filled with organic waste. Every week water is sprayed into the PVC and the leachate was analyzed. The results showed that the nitrate concentration in the leachate is grams of nitrate during 6 weeks. The nitrate produced is potentially capable to contaminate the groundwater. However, measurement of nitrate concentrations in the soil around the existed LRB and the new made LRB showed that nitrate concentrations vary with distance. This variation does not show any particular trend. This was confirmed by measurement of NO 3 in monitoring wells that did not show any particular trend. In general, the concentration of nitrate in the monitoring well were lower than the drinking water quality standards. The implications of this study is that the use of organic waste in the LRB does not cause NO 3 pollution to the groundwater. This case applies only to the claytextured soil.

3 RINGKASAN RIDWAN SATRIA PUTRA. Penyebaran Nitrat pada Tanah di Sekitar Lubang Resapan Biopori (LRB) ( Studi Kasus: Daerah Pemukiman Jakarta dan Bogor ) ( di bawah bimbingan DWI PUTRO TEJO BASKORO dan WAHYU PURWAKUSUMA ) Lubang resapan biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori. Penggunaan bahan organik akan meningkatkan konsentrasi nitrat (NO 3 ) dalam tanah. Senyawa yang mengandung NO 3 di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi sehingga dapat mencemari air bawah tanah. Pengkajian penyebaran NO 3 pada tanah sekitar LRB dilakukan di pemukiman CiampeaBogor dan peumahan Cipinang Elok, Jakarta. Sampel tanah diambil pada pusat LRB dan kedua sisi LRB dengan jarak 20, 50 dan 100 cm dan dibawah LRB dengan kedalaman 20, 50 dan 100 dari dasar LRB. Sampel air diambil dari sumur warga pada jarak 010 meter, 1015 meter dan 1520 meter dari LRB. Tanah pada daerah tanpa penerapan LRB diambil untuk dianalisis kandungan NO 3 pada kedalaman 120 cm, 150 cm, dan 200 cm sebagai kontrol. Pada simulasi pengukuran NO 3 total dari air lindi sampah organik digunakan pipa PVC diameter 4 inchi dengan panjang 100 cm yang digantung pada sebatang kayu. Bagian bawah pipa ditutup kassa agar dapat menahan sampah organik dan terlewati air. Kemudian, sampah organik dimasukkan kedalam pipa sampai penuh. Setiap minggunya, sampah organik disiram secara perlahan dengan 10 liter air. Rembesan air ditampung kemudian di ambil 10 ml untuk dianalisis kandungan NO 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat pada air lindi sampah organik sebesar 270,21 gram NO 3 selama 6 minggu. Nitrat yang dihasilkan berpotensi mencemari air bawah tanah. Namun demikian, pada pengukuran konsentrasi nitrat pada tanah di sekitar LRB baik pada LRB stabil dan LRB baru, konsentrasi NO 3 tidak menunjukkan adanya kecenderungan tertentu. Hal ini diperkuat oleh pengukuran nitrat pada air sumur di sekitar LRB yang juga tidak menunjukkan adanya kecenderungan tertentu. Secara umum, konsentrasi nitrat pada air sumur di sekitar masih dibawah baku mutu air minum. Implikasi dari hasil pengkajian ini adalah penggunaan sampah organik pada LRB tidak menyebabkan pencemaran NO 3 yang dapat menyebabkan pencemaran air bawah tanah. Kasus ini hanya berlaku pada tanah bertekstur liat.

4 PENYEBARAN NITRAT PADA TANAH DI SEKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) ( Studi Kasus : Daerah Pemukiman Jakarta dan Bogor ) Oleh : Ridwan Satria Putra A SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul Penelitian Nama Mahasiswa Nomor Pokok : Penyebaran Nitrat pada Tanah Lubang Resapan Biopori (LRB) ( Studi Kasus di Daerah Pemukiman Jakarta dan Bogor ) : Ridwan Satria Putra : A Pembimbing I Menyetujui, Pembimbing II Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc NIP Ir. Wahyu Purwakusuma, M.Sc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Syaiful Anwar, M. Sc. NIP Tanggal lulus :...

6 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 02 Januari Penulis merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan bapak Sapria dan ibu Mulyati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN Siliwangi Bogor, kemudian pada tahun 2002 menyelesaikan studi di SLTPN 1 Cijeruk Bogor. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMAN I Cijeruk dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan setahun kemudian penulis diterima di mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjalani pendidikan perguruan tinggi, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, diantaranya pada tahun penulis bergabung dalam LDK DKM AlHurriyah sebagai staf divisi hubungan luar, tahun penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) sebagai staf divisi penelitian dan pengembangan pertanian dan penulis pernah menjadi ketua umum HMIT pada periode Prestasi terbesar penulis selama di bangku kuliah, penulis pernah menjadi juara 1 dalam ajang soil judging contes tingkat nasional pada tahun Selain itu penulis pernah menjadi asisten praktikum Agrogeologi ( ), asisten praktikum Biologi Tanah ( ), asisten praktikum Survei dan Evaluasi Sumberdaya Lahan ( ), asisten praktikum Fisika Tanah ( ) dan asisten praktikum Pengantar Ilmu Tanah (2009).

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan hikmat dan petunjuknyanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi. Skripsi yang berjudul Pergerakan Nitrat pada Lubang Resapan Biopori Sebagai Indikator Pencemaran Air ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar di mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta masukan selama masa perkuliahan, pelaksanaan penelitian, maupun saat penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Wahyu Purwakusuma,M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengalaman, pengarahan, masukan dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Dr. Ir. Enni Dwi Wahjunie, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi. 4. Ir. Kamir R Brata selaku pencetus teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB) yang telah mengijinkan dan memberikan masukan dan saran selama pelaksanaan penelitian. 5. Keluarga tercinta Umi, Abah, teh Milah Mulyati, teh Euis Mulyawati, teh Dewi Sumiati, Sunita Aprianty, Liswanty dan Rani Ria atas dukungan moril dan materil, cinta, kasih sayang, perhatian, kepercayaan dan kesabaran selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 6. Dr. Kukuh Murtilaksono yang telah banyak memberikan bimbingan, pengalaman, pengarahan, masukan dan saran kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.

8 7. Bapak Saksono selaku ketua RW 10 Perumahan Cipinang Elok dan alif yang telah mengijinkan dan membantu selama pelaksanaan penelitian di Jakarta. 8. Bapak Sukoyo selaku laboran yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjalankan analisis di laboratorium. 9. Nur Muhammad Ali Maksum, Charlos Togi Stevanus, Adik Bagus Sriana, Tribakti Oktavianti, Lina Siti Maryamah, Anter Parulian, Indri Hapsari, Boanerges Damanik, Ganda, Meiyu, Esta, Bobby, tim pesta bujang, Crayon Infashion, dan teman teman yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan, pelaksanaan penelitian, maupun saat penyusunan skripsi ini. 10. Seluruh staf dan dosen pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Terutama Ibu Elly, Teh Lia, Mba Nur, Teh Yuli, Mba Elsa, Mba Zizah, Ibu Iko, Ibu Hesti, Ibu Tini, Pa Rena, Pa Ipul, Pa Suhadi dan tim yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat selama masa perkuliahan, pelaksanaan penelitian, maupun saat penyusunan skripsi ini. 11. Temanteman seperjuangan di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan dan Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah atas segala bantuan, dukungan dan canda tawa selama ini. 12. Temanteman Kost FM, Bu Juju dan Keluarga, Pa RT, Bibi Cuci, terimakasih atas canda tawa, semangat dan dukungannya selama masa perkuliahan, pelaksanaan penelitian, maupun saat penyusunan skripsi ini. 13. Soilers lainnya yang telah banyak memberikan bantuan, semangat, dan dukungan, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Januari 2010 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Hipotesis... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Lubang Resapan Biopori Sampah Organik Nitrat (NO 3 )... 6 III. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metodologi Penelitian Simulasi pembentukan air lindi dari sampah organik Penelitian lapang untuk melihat sebaran nitrat pada tanah disekitar LRB Penelitian lapang untuk melihat sebaran air pada sumur disekitar LRB Analisis IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi Penelitian Kondisi Fisik Topografi dan Penutupan / Penggunaan Lahan Iklim dan Curah Hujan Jenis Tanah V. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi NO 3 pada air lindi sampah organik i

10 5.2. Konsentrasi NO 3 pada tanah sekitar lubang resapan biopori (LRB) Konsentrasi NO 3 pada air sumur di sekitar LRB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1. Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB) Konsentrasi nitrat pada sumur di sekitar LRB Lampiran 1. Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB) di Jakarta Konsentrasi NO3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB) di Bogor Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB) baru Konsentrasi NO 3 pada tanah kontrol dengan kedalaman tertentu dari LRB baru Konsentrasi NO 3 pada lindi sampah organik Jumlah sampah organik yang dibutuhkan untuk mengisi Lubang Resapan Biopori (LRB) Baku mutu limbah cair iii

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Penampang alat simulasi pembentukan air lindi dari sampah organik Sebaran pengambilan sampel tanah pada LRB Konsentrasi NO 3 pada air lindi sampah organik Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB) baru iv

13 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Salah satu solusi yang ditawarkan dalam mengurangi banjir adalah teknik imbuhan air tanah tipe permukaan dangkal berbasis biopori atau yang dikenal dengan lubang resapan biopori (LRB). LRB adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang ini diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori (Brata dan Purwakusuma, 2008). Menurut Brata dan Nelistya (2008) biopori merupakan ruangan atau pori dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk hidup, seperti fauna tanah dan akar tanaman. Bentuk biopori menyerupai liang (terowongan kecil) dan bercabangcabang yang sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara ke dan dari dalam tanah. Teknologi lubang resapan biopori (LRB) dikembangkan berdasarkan prinsip menjaga kesehatan ekosistem tanah untuk mendukung adanya keanekaragaman hayati dalam tanah oleh tersedianya cukup air, udara, dan sumber makanan (bahan organik). Penambahan sampah organik pada LRB bertujuan untuk merangsang terbentuknya biopori. Biopori yang terbentuk akan membantu meningkatkan laju peresapan air. Disisi lain, aktifitas mikroba menguraikan sampah akan menghasilkan lindi yang mengandung berbagai macam zat termasuk nitrat. Lindi akan mudah terbawa oleh aliran air di dalam tanah sehingga dapat mencemari air bawah tanah. Potensi pencemaraan ini semakin tinggi dengan semakin banyaknya air yang meresap ke dalam tanah dan bergerak ke bawah mengisi air bawah tanah. Nitrat terbentuk dari sampah yang mengandung nitrogen organik. Pertamapertama nitrogen organik dirombak menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan NO 3. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi NO 3, maka NO 3 adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Nitrat yang tidak terpakai sebagai nutrisi tanaman akan merembes kedalam tanah, selanjutnya nitrat akan mencemari air bawah tanah (Anonim, 2009). Dengan demikian, penggunaan sampah organik pada LRB diduga dapat mencemari air tanah. 1

14 Kadar nitrat air tanah yang melebihi ambang batas kriteria untuk air minum yakni 10 ppm dapat berbahaya bagi tubuh manusia. Air bersih / air minum yang mengandung NO 3 diatas kriteria ambang batas bila dikonsumsi oleh bayi dibawah umur 3 bulan dan hewan akan berbahaya, karena NO 3 dapat menghambat darah melepaskan oksigen ke selsel tubuh. Sekali NO 3 masuk kedalam sistem peredaran darah, penderita dapat mengalami kekurangan oksigen dalam tubuhnya. Penyakit ini dikenal sebagai "Baby Blue Syndrome" yang dapat menjadi penyebab kematian bagi bayi dibawah umur 3 bulan. (Anonim, 2009) Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penyebaran NO 3 pada tanah disekitar LRB dan potensi pencemaran NO 3 yang dihasilkan dari dekomposisi sampah organik Hipotesis Pemberian sampah organik pada Lubang Resapan Biopori (LRB) akan menghasilkan NO 3 yang dapat mencemari air bawah tanah. Adanya indikasi pencemaran NO 3 terlihat dari adanya penyebaran NO 3 pada tanah disekitar LRB. Penyebaran NO 3 terlihat dari adanya perbedaan konsentrasi NO 3 pada tanah disekitar LRB dimana semakin menjauhi pusat LRB maka konsentrasi NO 3 akan semakin menurun menurut jarak. 2

15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori LRB adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori. Biopori adalah pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman (Brata dan Purwakusuma, 2008). Teknologi lubang resapan biopori (LRB), dikembangkan berdasarkan prinsip menjaga kesehatan ekosistem tanah untuk mendukung adanya keanekaragaman hayati dalam tanah oleh tersedianya cukup air, udara, dan sumber makanan (bahan organik). LRB dibuat dengan menggali lubang kecil ke dalam tanah (diameter 10 cm dalam < 100 cm) untuk memudahkan pemasukan air, oksigen dan sampah organik. Lubang berisi sampah organik ini menjadi habitat yang cocok bagi beraneka ragam biota tanah. Mereka berkembang biak dan bekerja membuat biopori yang dapat memperlancar peresapan air dan oksigen dalam lubang melalui permukaan resapan yang diperluas oleh adanya dinding LBR. Sampah organik dikunyah, dimakan, dicampuradukkan dengan mikroba yang secara sinergi dapat mempercepat terjadinya proses pengomposan. Dengan demikian LRB mempunyai kelebihan selain secara fisik dapat memperbaiki laju peresapan air dan sekaligus dapat mempermudah pemanfaatan sampah organik untuk memperbaiki ekosistem tanah dan mengurangi resiko pencemaran tanah, air dan udara (Brata dan Purwakusuma, 2008). Sistem peresapan berbasis biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan yang dapat memberikan banyak manfaat, antara lain: (1) meningkatkan laju peresapan air dan cadangan air tanah, (2) memudahkankan pemanfaatan sampah organik menjadi kompos, (3) meningkatkan peran aktivitas biodiversitas tanah dan akar tanaman, dan (5) mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria (Brata dan Purwakusuma, 2008). 3

16 2.2 Sampah Organik Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous). Di negaranegara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%. (Anonim, 2009) Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daundaun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos 2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daundaun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos; (Anonim, 2009). Dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola dengan baik adalah sebagai berikut: 1. Dampak terhadap kesehatan yaitu lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah terjangkitnya penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum, penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. 4

17 2. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi dimana dampaknya akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimanamana. 3. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lainlain. 4. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki. (Astriani, 2009) Leiwakabessy, F.M. (1988) menyatakan bahwa mineralisasi bahan organik tanah terjadi melalui tiga tahap reaksi utama, yaitu : 1. Aminisasi Mikroorganisme heterotrop yang terlibat dalam proses aminisasi dan amonifikasi terdiri dari banyak jenis. Salah satu tahap terakhir dari proses dekomposisi bahan organik ialah hidrolisa protein dan pembebasan aminaamina dan asamasam amino. Protein RNH 2 + CO 2 + Energi + lainlain 2. Amonifikasi Aminaamina dan asamasam amino yang dimanfaatkan oleh golongan bakteri heterotrof yang lain dan membebaskan senyawa amonium. Senyawa amonium yang dihasilkan adalah konversi ke nitrit dan NO 3, diambil langsung oleh tanaman dan dipakai oleh bakteri dalam melanjutkan proses dekomposisi. 3. Nitrifikasi Perubahan amonium menjadi NO3 disebut nitrifikasi. Nitrifikasi dapat dilukiskan menurut reaksireaksi sederhana sebagai berikut : 2NH O 2 2NO 2 + O 2 oksidasi/enzimatik oksidasi/enzimatik 2 NO 2 + 2H 2 O + 4H + + Energi 2 NO 3 + Energi 5

18 Proses oksidasi biologi ini ini dibedakan dalam dua tahap yaitu perubahan amonium menjadi nitrit dan nitrit menjasi NO 3. Perubahan menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri nitrosomonas yang tergolong dalam bakteri obligat autotrop. Sedangakan perubahan nitrit menjadi NO 3 dilakukan oleh golongan bakteri obligat autotrop yang lain yaitu nitrobakter. 2.3 Nitrat (NO 3 ) Nitrat (NO 3 ) adalah komponen yang mengandung nitrogen yang berikatan dengan tiga atom oksigen. NO 3 merupakan agen pengoksidasi yang kuat dengan berat molekul (Addiscott, 2004). Menurut Utama (2007) Nitrat (NO 3 ) dan nitrit (NO 2 )adalah ionion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertamapertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi NO 2 dan NO 3. Oleh karena NO 2 dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi NO 3, maka NO 3 adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar NO 3 di dalam air. Senyawa yang mengandung NO 3 di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi dengan air bawah tanah. NO 3 dan ammonium adalah sumber utama nitrogen untuk tanaman. Dibawah kondisi aerasi normal dalam tanah, NO 3 merupakan bentuk utama dari nitrogen. NO 3 bersifat sangat mobil dalam tanaman, mudah larut dan tidak teradsorpsi oleh koloid tanah. Pada kondisi curah hujan tinggi atau penambahan air irigasi maka NO 3 tercuci dari horizon atas tanah dan cepat hilang karena denitrifikasi. Selama musim kemarau yang hebat dan pergerakan air kapiler memungkinkan ke atas dan ke bawah, maka NO 3 akan terakumulasikan pada bagian atas horizon tanah bahkan dipermukaan tanah. ( Tisdale et al., 1985 ). Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari ammonia melalui proses oksidasi katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. NO 3 dan nitrit adalah komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan atom oksigen, NO 3 6

19 mengikat tiga atom oksigen sedangkan nitrit mengikat dua atom oksigen. (Utama, 2007). Sumber utama nitrogen dalam tanah adalah dari bahan organik melalui proses mineralisasi ammonium dan NO 3. Selain itu, nitrogen dapat juga bersumber dari atmosfer (78%) melalui curah hujan (810%), penambatan (fiksasi) oleh mikroorganisme tanah baik secara simbiosis dengan tanaman maupun hidup bebas dan dari proses pemupukan ( Mukhlis, 2003 ). Tingginya kadar NO 3 pada air minum sering menjadi sumber keracunan NO 3 terbesar. Hal ini sangat berbahaya bila kandungan NO 3 ini dikonsumsi oleh anak bayi dan dapat menimbulkan keracunan akut. Bayi yang baru berumur beberapa bulan belum mempunyai keseimbangan yang baik antara usus dan bakteri usus. Sebagai akibatnya, NO 3 yang masuk dalam saluran pencernaan akan langsung diubah menjadi nitrit yang kemudian berikatan dengan hemoglobin membentuk methemoglobin. Ketidak mampuan tubuh bayi untuk mentoleransi adanya methemoglobin yang terbentuk dalam tubuh mereka akan mengakibatkan timbulnya sianosis pada bayi. Pada bayi yang telah berumur enam bulan atau lebih, bakteri pengubah NO 3 di dalam tetap ada walau dalam jumlah sedikit. Pada anakanak dan orang dewasa NO 3 diabsorbsi dan di sekresikan sehingga resiko untuk keracunan NO 3 jauh lebih kecil. (Utama,2007) Apabila NO 3 dan nitrit yang masuk bersamaan dengan makanan, maka banyaknya zat makanan akan menghambat absorbsi dari kedua zat ini dan baru akan diabsorbsi di traktus digestivus bagian bawah. Hal ini akan mengakibatkan mikroba usus mengubah NO 3 menjadi nitrit sebagai senyawa yang lebih berbahaya. Karena itu, pembentukan nitrit pada intestinum mempunyai arti klinis yang penting terhadap keracunan. Nitrit dapat mengakibatkan vasodilatasi pada pembuluh darah, hal ini mungkin diakibatkan karena adanya perubahan nitrit menjadi nitrit oksida (NO) atau NO yang mengandung molekul yang berperan dalam membuat relaksasi otototot polos. Selain itu, nitrit di dalam perut akan berikatan dengan protein membentuk Nnitroso, komponen ini juga dapat terbentuk bila daging yang mengandung NO 3 atau nitrit dimasak dengan panas yang tinggi. Sementara itu, komponen ini sendiri diketahui menjadi salah satu bahan karsinogenik seperti timbulnya kanker perut pada manusia. (Utama,2007). 7

20 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai September 2009 baik di laboratorium maupun lapang. Penelitian terdiri dari tiga seri, yaitu : 1) Simulasi pembentukan air lindi dari sampah organik dilaksanakan di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah dan Air dan analisis NO 3 dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kandungan NO 3 total hasil dari dekomposisi sampah organik. 2) Penelitian lapang untuk melihat sebaran nitrat pada tanah disekitar LRB. Penelitian ini dilakukan pada LRB yang sudah stabil (12 Tahun) dan baru (2 bulan). Penelitian pada LRB sudah stabil dilakukan di Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dan di Perumahan Cipinang Elok Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara, Jakarta. Sedangkan penelitian pada LRB baru dilakukan di Kampung Pasir Kuda RT.02/03 Desa Wates Jaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. 3) Penelitian lapang untuk melihat sebaran air pada sumur disekitar LRB dilakukan di Perumahan Cipinang Elok Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara, Jakarta Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini tanah, sampah organik, air dan es batu. Sedangkan, alat penelitian yang digunakan untuk mengambil sampel tanah meliputi set alat pengebor tanah, bor LRB, timbangan, pisau, kantong plastik, karet, kertas label dan gunting. Alat penelitian yang digunakan untuk pengukuran NO 3 pada lindi sampah organik meliputi pipa 4 inchi, kayu penyangga, ember, gayung, selang, dan gelas piala. Untuk pengambilan sampel air pada sumur pantau digunakan coolbox dan botol kaca 250 ml. 8

21 3.3. Metodologi Penelitian Simulasi pembentukan air lindi dari sampah organik Pada simulasi ini digunakan pipa PVC diameter 4 inchi dengan panjang 100 cm yang digantung pada sebatang kayu. Bagian bawah pipa di tutup kassa agar dapat menahan sampah organik dan terlewati air. Kemudian, sampah organik dimasukan kedalam pipa sampai penuh. Untuk menampung air lindi yang dihasilkan, diletakan wadah dibawah pipa. Penampang alat simulasi pembentukan air lindi terlihat pada gambar 1. Gambar 1. Penampang alat simulasi pembentukan air lindi dari sampah organik. Penelitian ini menggunakan jenis dan bobot sampah organik sama dan dilakukan sebanyak tiga ulangan. Sampah organik yang digunakan berasal dari limbah rumah tangga seperti sisa potongan sayuran, ampas kelapa, kulit buah, serasah, dan lainlain. Sebelum dimasukan kedalam pipa, sampah organik dihomogenkan terlebih dahulu dan ditimbang agar bobotnya seragam yakni sebanyak 3.2 kg per pipa. Sampah diberikan hanya sekali di awal. Setiap minggunya, sampah organik disiram secara perlahan dengan 10 liter air. Rembesan air ditampung pada wadah 9

22 yang sudah disiapkan. Air yang dihasilkan diaduk hingga merata kemudian di ambil 10 ml untuk dianalisis kandungan NO 3 nya Penelitian lapang untuk melihat sebaran nitrat pada tanah disekitar LRB Penelitian ini dilakukan pada LRB sudah stabil (12 Tahun) dan baru (2 bulan). Teknik pengambilan sampel tanah diambil pada pusat LRB dan pada kedua sisi LRB dengan jarak 20, 50 dan 100 cm dengan kedalaman 20, 50 dan 100 dari dasar LRB. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan bor tanah khusus dimana diameter mata bor 1 inchi dan panjangnya 200 cm. Sampel tanah tersebut dimasukkan ke katong plastik dan diberi label untuk analisis NO 3 tanah. Ilustrasi pengambilan sampel tanah pada LRB ditunjukan pada gambar 2. Gambar 2. Sebaran pengambilan sampel tanah pada LRB. Lokasi penelitian adalah lokasi pemukiman warga yang menerapkan LRB. Di Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor penerapan LRB sudah lebih dari dua tahun dan penelitian dilakukan pada dua LRB. Sedangkan di perumahan 10

23 Cipinang Elok, Jakarta Timur penerapan LRB sudah lebih dari satu tahun dan penelitian dilakukan pada tiga LRB. Sampah organik yang digunakan terdiri dari sampah rumah tangga, kompos dan sisa tanaman. Pada penelitian pada LLRB baru dilakukan dengan membuat lubang resapan biopori (LRB) dilahan pertanian. Tanah pada kedalaman 120 cm, 150 cm, dan 200 cm diambil untuk dianalisis kandungan NO 3 tanahnya sebagai kontrol. Lubang diisi oleh sampah organik sisa limbah rumah tangga seperti sisa potongan sayuran, ampas kelapa, kulit buah, dan lainlain sampai penuh. Kemudian LRB diamati setiap harinya dan dilakukan penambahan sampah organik baru jika sudah terjadi penyusutan volume sampah pada LRB. Sampah organik yang ditambahkan setiap harinya ditimbang. Setelah 2 bulan, dilakukan pengambilan sampel tanah untuk diukur kandungan NO 3 nya. Metode pengambilan sampel tanah sama dengan metode pengambilan sampel tanah pada LRB yang sudah stabil Penelitian lapang untuk melihat sebaran air pada sumur disekitar LRB Pengambilan sampel air pada sumur dilakukan pada sumur warga pada jarak 010 meter, 1015 meter dan 1520 meter dari LRB. Pada masingmasing titik pengamatan diambil 3 ulangan. Air dimasukan kedalam botol kaca sebanyak 250 ml dan kemudian dianalilsis kosentrasi nitratnya Analisis Data hasil penelitian dianalisis dengan uji nilai tengah. Uji nilai tengah dimaksudkan untuk melihat hubungan antara konsentrasi NO 3 pada pusat LRB dan konsentrasi NO 3 yang ada di kedua sisi LRB. Selanjutnya data pada masingmasing bagian penelitian dibandingkan agar dapat ditarik kesimpulan. 11

24 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian terletak di tiga lokasi. Lokasi pertama di Perumahan Cipinang Elok Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara, Jakarta. Lokasi kedua di Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dan lokasi ketiga di Kampung Pasir Kuda RT.02/03 Desa Wates Jaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Perumahan Cipinang Elok terletak diantara garis lintang dan bujur 06 37'30" 06 37'50" LS dan '25" '30" BT, Desa Ciampea terletak pada LS dan 106 o BT, dan Desa Wates Jaya terletak pada LS dan BT. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian ratarata 8 meter dpl. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Sebelah timur dan selatan Jakarta berbatasan dengan provinsi Jawa Barat dan disebelah barat berbatasan dengan provinsi Banten. Sedangkan Kabupaten Bogor, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Cibinong. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tangerang (Banten), Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi di utara; Kabupaten Karawang di timur, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi di selatan, serta Kabupaten Lebak (Banten) di barat. Kabupaten Bogor terdiri atas 40 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Cibinong Kondisi Fisik Topografi dan Penutupan / Penggunaan Lahan Di Jakarta, daerah penelitian merupakan daerah datar yang digunakan sebagai kompleks perumahan warga. Selain perumahan, di lokasi tersebut terdapat taman di sepanjang jalan yang memisahkan antar kompleks. Pada taman tersebut di buat lubang resapan biopori. Taman ditanami tanaman hias, tanaman palem dan beberapa tanaman berkayu seperti rambutan, beringin, dan lainlain. Di Bogor, lokasi 12

25 penelitian dilakukan di pekarangan rumah warga yang menerapkan lubang resapan biopori di Desa Ciampea dan lahan pertanian di Kecamatan Cigombong. Lokasi di Desa Ciampea merupakan daerah yang datar sampai agak datar dengan penggunaan lahan sebagai taman dan ditanam pula beberapa vegetasi seperti rambutan, jambu biji, dan lainlain. Lokasi di Kecamatan Cigombong merupakan daerah agak datar dengan kemiringan lereng berkisar antara 3 % 6 %. Penggunaan lahan di usahakan untuk komoditas pertanian seperti pepaya dan singkong Iklim dan Curah Hujan Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan ratarata curah hujan 350 mm (14 inchi) dengan suhu ratarata 27 C, curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat exterm pada saat itulah jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan ratarata curah hujan 60 mm (2,4 inchi). Bulan September dan awal Oktober adalah harihari yang sangat panas di Jakata. Suhu udara dapat mencapai 40 C. Suhu ratarata tahunan berkisar antara C ( F). Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330 m dpl. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara ratarata setiap bulannya adalah 26 C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu ratarata terendah di Bogor adalah 21,8 C, paling sering terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Arah angin dipengaruhi oleh angin muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin muson barat. Berdasarkan klasifikasi iklim koppen, Kabupaten Bogor masuk dalam tipe iklim Af yaitu iklim hujan tropik yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dengan ratarata tahunannya lebih dari 2000 mm, hujan sering disertai petir/kilat. 13

26 Jenis Tanah Jenis tanah di lokasi penelitian di Jakarta adalah Latosol merah atau Tipyc distrudept dengan tekstur liat. Muka air dangkal yaitu < 2 meter. Lokasi penelitian di Bogor, jenis tanah adalah Latosol coklat atau Tipyc distrudept dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur tanah lempung berliat. Tekstur tanah di Jakarta lebih halus dibandingkan dengan tekstur tanah di bogor. Hal ini akan berpengaruh pada laju pergerakan air didalam tanah, dimana laju pergerakan air di wilayah jakarta akan lebih lambat daripada di bogor. Latosol terbentuk dari bahan tuf andesit dari gunung salak. Latosol merupakan tanah yang umum terbentuk di daerah tropika basah yang mempunyai curah hujan dan suhu tinggi. Pada umumnya Latosol mempunyai solum dalam dan terlapuk dengan kuat, tidak menunjukkan perbedaan horison yang nyata, bahan induk mencapai kedalaman yang beragam antara 2 dan 4 meter, mempunyai tekstur sedang samapi berat, stabilitas agregat yang tinggi, bobot isi sedang, nisbah debu terhadap liat rendah, permeabel dan gembur. Fraksi liat ini biasanya didominasi oleh kaolinit dan seskuioksida bebas. Nisbah silika terhadap seskuioksida dari fraksi liat umumnya berkisar antara 1,5 1,8 dan mempunyai kemasaman tanah berkisar antara ph 4,56,0 (Dudal dan Soepraptoharjo, 1960). 14

27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konsentrasi NO3 pada air lindi sampah organik Pada simulasi pembentukan air lindi, dekomposisi sampah organik menghasilkan air lindi dengan konsentrasi NO 3 yang tinggi. Hasil pengukuran konsentrasi NO 3 pada air lindi sampah organik disajikan pada gambar 3. Gambar tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi NO 3 pada air lindi terus meningkat hingga minggu ke3 dan selanjutnya menurun hingga minggu ke6. Pada minggu ke1 sampai minggu ke3 dekomposisi sampah organik masih aktif dan lindi yang dihasilkan terus meningkat, kemudian memasuki minggu ke4 sampah organik yang didekomposisi mulai habis sehingga lindi yang terbentuk terus menurun. Dari 3,2 kg sampah organik yang digunakan, konsentrasi NO 3 air lindi tertinggi terukur pada minggu ke3 yaitu sebesar ppm atau 32,9 gram NO 3. Konsentrasi ini jauh melebihi ambang batas yang diperbolehkan oleh Kepmen LH No. KEP 51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri yang menyebutkan bahwa konsentrasi NO 3 yang boleh dilepaskan ke lingkungan sebesar 20 ppm untuk golongan I dan 30 ppm untuk golongan II. Gambar 3. Konsentrasi NO 3 pada air lindi sampah organik. 15

28 Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada minggu ke1 sampai mingu ke6 NO 3 yang dihasikan secara berurutan adalah gram, gram, gram, gram, gram, 5.67 gram. Sehingga selama 6 minggu pengukuran menghasilkan 113,48 gram NO 3. Berdasarkan data diatas, dapat diperkirakan bahwa sampah organik yang digunakan selama 2 bulan sebanyak 7,62 kg (lampiran 5) akan menghasilkan 270,21 gram NO 3. Konsentrasi NO 3 yang tinggi pada lindi menunjukkan adanya potensi pencemaran NO 3 baik pada tanah maupun air akibat penerapan LRB. Potensi perncemaran NO 3 akibat NO 3 yang tidak terpakai sebagai nutrisi tanaman akan merembes kedalam tanah, selanjutnya dapat mencemari air bawah tanah apabila mencapai kedalaman air tanah Konsentrasi NO 3 pada tanah sekitar lubang resapan biopori (LRB) Hasil pengukuran NO 3 pada tanah disekitar LRB menunjukan bahwa konsentrasi NO 3 bervariasi menurut jarak dari LRB. Namun demikian, variasi tersebut tidak menunjukkan adanya kecenderungan tertentu baik secara vertikal maupun secara horizontal didalam tanah. Hasil pengukuran konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB). Lokasi Kedalaman (cm) Konsentrasi NO 3 (ppm) (100) (50) (20) LRB (20) (50) (100) Bogor Jakarta Angka konsentrasi NO 3 tidak berbeda nyata berdasarkan uji nilai tengah dengan α = 0,05 Ket : Angka dalam kurung menunjukan jarak (cm) dari LRB 16

29 Walaupun pengukuran NO 3 pada lindi yang dihasilkan dari dekomposisi sampah organik konsentrasinya tinggi, sebaran NO 3 pada tanah di sekitar LRB tidak menunjukkan adanya sumbangan NO 3 yang berasal dari LRB. Secara teoritis, adanya sumbangan NO 3 dari penggunaan sampah organik pada LRB ditunjukkan oleh meningkatnya konsentrasi NO 3 pada tanah yang makin dekat dengan LRB. Namun, hasil pengamatan menunjukkan bahwa kecenderungan tersebut tidak di jumpai. Berdasarkan uji nilai tengah (lampiran 5) dan Tabel 1 terlihat tidak adanya perbedaan yang nyata pada konsentrasi NO 3 tanah disekitar LRB dengan konsentrasi NO 3 pada pusat LRB pada taraf α = 5%. Uji nilai tengah dimaksudkan untuk melihat hubungan antara konsentrasi NO 3 pada pusat LRB dan konsentrasi NO 3 yang ada di kedua sisi LRB. Hasil pengukuran NO 3 pada tanah di sekitar LRB baru disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukan bahwa konsentrasi nitrat pada tanah di sekitar LRB bervariasi. Namun variasi tersebut tidak menunjukkan adanya kecenderungan tertentu baik secara vertikal maupun horizontal. Variasi yang tidak beraturan ini menunjukkan bahwa konsentrasi NO 3 yang terukur tidak berhubungan dengan NO 3 yang dihasilkan dari dekomposisi sampah organik pada pusat LRB. Gambar 4. Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB) baru. 17

30 Berdasarkan Gambar 4 dan uji nilai tengah (Lampiran 6) terlihat adanya perbedaan yang nyata pada konsentrasi NO 3 tanah disekitar LRB dengan konsentrasi NO 3 pada pusat LRB pada taraf α = 5%. Perbedaan tersebut terlihat pada sisi yang lebih rendah dari topografi lokasi penelitian (Gambar 4). Tingginya konsentrasi NO 3 pada sisi yang lebih rendah menandakan adanya penambahan NO 3 dari hasil dekomposisi sampah organik pada LRB. Dalam hal ini perpindahan NO 3 terjadi secara aliran massa melalui gaya gravitasi akibat kemiringan. Hal ini disebabkan karena topografi dari lokasi penelitian yang memiliki kemiringan 36 %. Sebaran konsentrasi nitrat pada tanah baik pada LRB di Jakarta maupun di Bogor hampir sama yakni berkisar antara ppm. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan konsentrasi NO 3 pada LRB baru di Bogor dengan kisaran nilai ppm. Hal ini menunjukkan adanya akumulasi NO 3 pada tanah disekitar LRB yang lama. Dengan demikian, penambahan sampah organik secara terus menerus akan menyebabkan akumulasi nitrat dalam tanah. Nitrat dalam tanah dapat mengalami tiga proses yaitu proses denitrifikasi, proses asimilasi oleh jasad renik dan tumbuhan serta proses pencucian. Nitrat yang menjadi bahan pencemar adalah nitrat yang mengalami proses pencucian ke air dibawahnya. Senyawasenyawa nitrogen dalam tanah yang tidak terpakai sebagai nutrisi tanaman akan merembes kedalam tanah. Senyawa ini terdapat dalam keadaan terlarut atau sebagai bahan tersuspensi yang memiliki peranan penting dalam reaksi reaksi biologis perairan. Selain itu, NO 3 dalam tanah digunakan oleh tumbuhan dan jasad renik sebagai sumber energi. NO 3 dan nitrit diasimilasi oleh tumbuhan dan jasad renik menghasilkan amonia dan energi. Pada proses denitrifikasi, NO 3 mengalami reduksi secara bertahap menjadi nitrit (NO 2 ), Nitrouse Dioxide (N 2 O), Nitrouse oxide (NO), sampai menjadi N 2 dalam kondisi anaerobik. Selanjutnya N 2 akan menguap ke udara. 18

31 5.3. Konsentrasi NO 3 pada air sumur di sekitar LRB Pada pengamatan konsentrasi NO 3 air sumur di sekitar LRB, konsentrasi nitrat yang terukur pada sumur bervariasi, walaupun konsentrasi tersebut tidak menunjukan adanya kecenderungan tertentu. Konsentrasi NO 3 yang tidak beraturan pada air dari sumur menunjukan bahwa tidak ada sumbangan NO 3 yang berasal dari LRB. Selain itu, pada air sumur tidak ada kecenderungan peningkatan konsentrasi NO 3 menurut jarak. NO 3 yang dihasikan dari dekomposisi sampah organik dari LRB tidak menyebabkan adanya pencemaran NO 3 pada air sumur di sekitar LRB. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa secara umum, konsentrasi nitrat yang terukur masih dibawah baku mutu menurut PP no. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang menyebutkan bahwa konsentrasi NO 3 air sebesar 10 ppm untuk kelas I dan II, 20 ppm untuk kelas III dan IV. Hasil pengukuran nitrat pada sumur pantau disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Konsentrasi nitrat pada sumur di sekitar LRB Jarak dari LRB (meter) Ulangan Konsentrasi nitrat (ppm) Ratarata (ppm) , , , , , , , , ,006 0,008 0,102 0,084 Dalam kasus ini, tekstur tanah di lokasi penelitian adalah liat. Tanah bertekstur liat memiliki kemampuan untuk menahan senyawasenyawa termasuk NO 3 agar tidak mudah tercuci. Artinya, air sumur yang ada di sekitar LRB masih belum tercemar. 19

32 V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Pada simulasi pembentukan air lindi, penggunaan sampah organik menghasilkan air lindi dengan konsentrasi NO 3 yang tinggi. Konsentrasi NO 3 yang tinggi ini berpotensi menyebabkan pencemaran NO 3 baik pada tanah maupun air. 2. Pada tanah disekitar LRB lama dan LRB baru menunjukkan bahwa konsentrasi NO 3 bervariasi. Namun, variasi tersebut tidak menunjukan adanya kecenderungan tertentu baik secara vertikal maupun secara horizontal didalam tanah. 3. Penambahan sampah organik yang terus menerus menyebabkan akumulasi NO 3. Hal ini terlihat dari konsentrasi NO 3 pada LRB stabil jauh lebih tinggi dibandingkan degan LRB baru. 4. Pada air sumur pantau konsentrasi NO 3 bervariasi. Konsentrasi tersebut masih dibawah baku mutu yakni 10 ppm. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan sampah organik pada lubang resapan biopori (LRB) tidak menyebabkan adanya peningkatan NO 3 yang dapat mencemari air bawah tanah. Hal ini hanya berlaku pada tanah bertekstur liat. 6.2 Saran Penggunaan sampah organik pada lubang resapan biopori (LRB) tidak menyebabkan adanya peningkatan NO 3 dalam air bawah tanah. Penulis menyarankan agar dilakukan penelitian yang menguji kembali pada jenis tanah yang berbeda agar argumen yang dihasilkan lebih valid. 20

33 DAFTAR PUSTAKA Addiscott, T.M NO 3, Agriculture and the Environment. USA : CABI Publishing. Anonim Sampah, Ancaman bagi Kawasan Wisata Alam. 04/isi_4.htm. Diakses tanggal 30 Oktober Bahaya kandungan NO 3 di air minum. Diakses tanggal 26 Agustus Aries, Fitria Kandungan Nitrat dan Timbal pada Tanah dan Kangkung yang Diberi Perlakuan Air Limbah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Astriani Dampak Negatif Sampah. http: // astriani.wordpress.com/ 2009/01/20/ dampaknegatif sampah/. Diakses tanggal 30 Oktober Brata,R.K dan A. Nelistya Lubang Resapan Biopori. Penebar Swadaya : Jakarta Brata, R.K dan W.Purwakusuma Teknologi Peresapan Air Tepat Guna Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan Perkotaan. Bogor Dudal, R. dan M. Soepraptohardjo Some Consideration on The Genetic Relationship between Latosols and Andosols in Java (Indonesia). Trans. &th Intern. Congr. Soil Sci. Madison. Hillel, D Fundamentals of Soil Physics. Academica Press. Kementerian Lingkungan Hidup PP No. 28 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementerian Lingkungan Hidup No. KEP51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri. Leiwakabessy, F.M Kesuburan Tanah. Jurusan TanahFakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Mukhlis, F Pergerakan Unsur Hara Nitrogen dalam Tanah. Jurusan ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Notohadiprawiro Tanah dan Lingkungan.Direktorat Jendral Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Qasim, Syed R Sewage disposal plants. /2005/12/31/metanasebagaihasildaridekomposisibahanorganikditpa danlindisebagaisumberpencemarairtanah/. Diakses tangaal 20 Oktober Tisdale, S., W. L. Nelson, J. D. Beaton Soil Fertility and Fertilizer. 4th Edition. Macmillan Publishing Compani : New York. Wild, A Mass Flow and Diffusion in D.J. Grreenland and M.H.B. Hayes (eds). The Chemistry of Soil Processes. John Wiley & Sons New York. 21

34 LAMPIRAN 22

35 Tabel 1. Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB) di Jakarta Ulangan Kedalaman Konsentrasi Nitrat (NO 3 ) (ppm) (cm) (100) (50) (20) LRB (20) (50) (100) Ket : Angka dalam kurung menunjukan jarak (cm) dari LRB Tabel 2. Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB) di Bogor Ulangan Kedalaman Konsentrasi Nitrat (NO 3 ) (ppm) (cm) (100) (50) (20) LRB (20) (50) (100) Ket : Angka dalam kurung menunjukan jarak (cm) dari LRB 23

36 Tabel 3. Konsentrasi NO 3 pada tanah dengan jarak tertentu dari lubang resapan biopori (LRB) baru. Ulangan Kedalaman Konsentrasi Nitrat (NO 3 ) (ppm) (cm) (100) (50) (20) LRB (20) (50) (100) Ket : Angka dalam kurung menunjukan jarak (cm) dari LRB Tabel 4. Konsentrasi NO 3 pada tanah kontrol dengan kedalaman tertentu dari LRB baru. Kedalaman (cm) Ulangan Konsentrasi Rataan konsentrasi NO3 (ppm) NO3 (ppm)

37 Tabel 5. Konsentrasi NO 3 pada lindi sampah organik Ulangan Konsentrasi Nitrat (ppm) minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5 minggu Rataan Tabel 6. Jumlah sampah organik yang dibutuhkan untuk mengisi Lubang Resapan Biopori (LRB) Ulangan Jumlah Sampah (Kg) pada minggu ke Total Sampah (Kg)

38 26

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori LRB adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka

Lebih terperinci

PENYEBARAN NITRAT PADA TANAH DI SEKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) ( Studi Kasus : Daerah Pemukiman Jakarta dan Bogor )

PENYEBARAN NITRAT PADA TANAH DI SEKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) ( Studi Kasus : Daerah Pemukiman Jakarta dan Bogor ) PENYEBARAN NITRAT PADA TANAH DI SEKITAR LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) ( Studi Kasus : Daerah Pemukiman Jakarta dan Bogor ) OLEH : RIDWAN SATRIA PUTRA A14050371 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi NO3- pada air lindi sampah organik Pada simulasi pembentukan air lindi, dekomposisi sampah organik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi NO3- pada air lindi sampah organik Pada simulasi pembentukan air lindi, dekomposisi sampah organik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konsentrasi NO3 pada air lindi sampah organik Pada simulasi pembentukan air lindi, dekomposisi sampah organik menghasilkan air lindi dengan konsentrasi NO 3 yang tinggi. Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI 11 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai Agustus 2009. Penelitian dilakukan di lapang dan di laboratorium konservasi tanah dan air. Pada penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4.1. Karakteristik Fisik Tanah di Sekitar Lubang Resapan Biopori 4.1.1. Bobot Isi Tanah Hantaran hidrolik merupakan parameter sifat fisik tanah yang berperan dalam pengelolaan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Organik Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

Repository.Unimus.ac.id

Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai

Lebih terperinci

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si.

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si. TANAH Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si. Tanah memberikan dukungan fisik bagi tumbuhan karena merupakan tempat terbenamnya/ mencengkeramnya akar sejumlah tumbuhan. Selain itu tanah merupakan sumber nutrien

Lebih terperinci

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian 14 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Tanah Deskripsi profil dan hasil analisis tekstur tiap kedalaman horison disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik II. TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1. Hantaran Hidrolik Hantaran hidrolik adalah salah satu sifat fisik tanah yang penting untuk diperhatikan dalam penggunaan dan pengelolaan tanah. Hantaran hidrolik berperan penting

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol adalah tipe tanah yang terbentuk melalui proses latosolisasi. Proses latosolisasi memiliki tiga proses utama, yaitu (1) pelapukan intensif yang

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo selama 3.minggu dan tahap analisis

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN BAB II METODOLOGI PENELITIAN Flow Chart Pengerjaan Tugas Akhir PERMASALAHAN Perlunya kajian mengenai permasalahan terkait dengan perubahan tata guna lahan, berkurangnya volume air tanah dan permasalahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LUBANG RESAPAN BIOPORI UNTUK MINIMALISASI DAMPAK BAHAYA BANJIR PADA KECAMATAN SUKAJADI KELURAHAN SUKAWARNA RW004 BANDUNG (035L)

PENGGUNAAN LUBANG RESAPAN BIOPORI UNTUK MINIMALISASI DAMPAK BAHAYA BANJIR PADA KECAMATAN SUKAJADI KELURAHAN SUKAWARNA RW004 BANDUNG (035L) Lingkungan PENGGUNAAN LUBANG RESAPAN BIOPORI UNTUK MINIMALISASI DAMPAK BAHAYA BANJIR PADA KECAMATAN SUKAJADI KELURAHAN SUKAWARNA RW004 BANDUNG (035L) Maria Christine Sutandi 1, Ginardy Husada 2, Kanjalia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK IBU-IBU PKK : PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI YANG DIPERKAYA INOKULAN MIKROBA DI PERUMAHAN BANYUMANIK SEMARANG

IBM KELOMPOK IBU-IBU PKK : PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI YANG DIPERKAYA INOKULAN MIKROBA DI PERUMAHAN BANYUMANIK SEMARANG IBM KELOMPOK IBU-IBU PKK : PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI YANG DIPERKAYA INOKULAN MIKROBA DI PERUMAHAN BANYUMANIK SEMARANG S. Utami, R. Rahadian, L. K. Perwati Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API (Avicennia marina Forssk. Vierh) DI DESA LONTAR, KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN Oleh: Yulian Indriani C64103034 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2008. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

Lebih terperinci

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan TEMU ILMIAH IPLBI 26 Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan Evelin Novitasari (), Edelbertha Dalores Da Cunha (2), Candra Dwiratna Wulandari (3) () Program Kreativitas Mahasiswa,

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

SKRIPSI DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DI DALAM TANAH PADA BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI KOTA PADANG. Oleh: ANDITIAS RAMADHAN

SKRIPSI DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DI DALAM TANAH PADA BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI KOTA PADANG. Oleh: ANDITIAS RAMADHAN SKRIPSI DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DI DALAM TANAH PADA BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI KOTA PADANG Oleh: ANDITIAS RAMADHAN 07113013 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DEKOMPOSISI

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu dari program intensifikasi pertanian adalah pemupukan. Pupuk yang banyak digunakan oleh petani adalah pupuk kimia. Dalam memproduksi pupuk kimia dibutuhkan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah Sasaran : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar Waktu : 25 menit Hari / tanggal : Rabu, 30 April 2014

Lebih terperinci

mencapai pinggang orang dewasa, kira-kira 110 cm. Awalnya hanya warga yang

mencapai pinggang orang dewasa, kira-kira 110 cm. Awalnya hanya warga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir selalu menjadi musuh bagi warga di berbgai daerah. Saat pembangunan pemukiman dan prasarana lainnya sebagian permukaan lahan dipadatkan akibat perataan tanah.

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH Doso Sarwanto 1) dan Eko Hendarto 2) ABSTRAK Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas air yang dikonsumsinya.

Lebih terperinci

Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos Melalui Resapan Lubang Biopori Oleh Dwi Sayekti

Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos Melalui Resapan Lubang Biopori Oleh Dwi Sayekti Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos Melalui Resapan Lubang Biopori Oleh Dwi Sayekti Banjir dan sampah tentunya telah menjadi problem yang tidak pernah selesai dan sangat serius di banyak kota besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus dan Neraca Nitrogen (N) Menurut Hanafiah (2005 :275) menjelaskan bahwa siklus N dimulai dari fiksasi N 2 -atmosfir secara fisik/kimiawi yang meyuplai tanah bersama

Lebih terperinci

Company LOGO ILMU TANAH. Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc

Company LOGO ILMU TANAH. Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc Company LOGO ILMU TANAH Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc Topik: Konsepsi Tanah Isi: 13 23 3 4 Pendahuluan Pengertian Tanah Susunan Tanah Fungsi Tanah 1. PENDAHULUAN Gambar 1 Gambar

Lebih terperinci

PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 EKOSISTEM Topik Bahasan: Aliran energi dan siklus materi Struktur trofik (trophic level) Rantai makanan dan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang

Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di bagian atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Manfaat dalam melakukan kegiatan pembuatan lubang biopori antara lain :

KATA PENGANTAR. Manfaat dalam melakukan kegiatan pembuatan lubang biopori antara lain : PROGRAM KERJA LPM STIMA IMMI DALAM RANGKA MELAKSANAKAN KEGIATAN PEDULI LINGKUNGAN BERSAMA-SAMA DENGAN WARGA SEKITAR BERUPA PEMBUATAN LUBANG BIOPORI DI KOMPLEK PERUMAHAN DEPARTEMEN KEUANGAN RW 05 CILANDAK

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia

Lebih terperinci

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 5 II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 2.1. Karakteristik tanah tropika basah Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas di kawasan tropika basah, tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

KUALITAS LINGKUNGAN MELALUI PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI

KUALITAS LINGKUNGAN MELALUI PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI Oleh : Amanda S. Sembel (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado, amandasembel@gmail.com) Dwight Moody Rondonuwu (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada kedudukan 5 0 20 sampai dengan 5 0 30 lintang Selatan dan 105 0 28 sampai dengan 105 0 37 bujur Timur.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Gambar 2.1 organik dan anorganik BAB II SAMPAH DAN TEMPAT SAMPAH 2.1 Pembahasan 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing : SKRIPSI Pengaruh Mikroorganisme Azotobacter chrococcum dan Bacillus megaterium Terhadap Pembuatan Kompos Limbah Padat Digester Biogas dari Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Disusun Oleh: Angga Wisnu

Lebih terperinci

Dr. Zulkifli Rangkuti, MM

Dr. Zulkifli Rangkuti, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI PEMBUATAN LUBANG BIOPORI DI PANTI ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 3 TEBET DISUSUN OLEH : Dr. Zulkifli Rangkuti, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI TAHUN 2014 1 KATA PENGANTAR Dengan

Lebih terperinci

KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH OLEH: FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN A

KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH OLEH: FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN A KANDUNGAN NITRAT DAN TIMBAL PADA TANAH DAN KANGKUNG YANG DIBERI PERLAKUAN AIR LIMBAH OLEH: FITRIA ARIES ANGGRAENI RACHMAN A 24104090 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

Oleh: Irawan Yulva Dinata*, Erna Juita**, Farida**

Oleh: Irawan Yulva Dinata*, Erna Juita**, Farida** 1 1 Studi Tentang Laju Infiltrasi Lubang Resapan Biopori (LRB) Pada Beberapa Jenis Penggunaan Lahan di Kelurahan Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara Kota Padang Oleh: Irawan Yulva Dinata*, Erna Juita**,

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

TPA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di

TPA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di ANALISIS KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR TPA TAMANGAPA DENGAN PARAMETER BIOLOGI Farida Nur Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan teknik Sipil, Universitas Hasanuddin ABSTRAK TPA Tamangapa merupakan tempat

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik Murniaty Simorangkir Ratih Baiduri Idramsa Abstrak Program tanaman organik adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 26 PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK Riskha Septianingrum dan Ipung Fitri Purwanti purwanti@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

PEMBUATAN LUBANG BIOPORI DI TAMAN PEMBIBITAN TEBET

PEMBUATAN LUBANG BIOPORI DI TAMAN PEMBIBITAN TEBET SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI PEMBUATAN LUBANG BIOPORI DI TAMAN PEMBIBITAN TEBET DISUSUN OLEH : Ir. Nyayu Siti Rahmaliya, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas Comosus) Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih kurang 1.200 meter diatas permukaan laut (dpl). Di daerah tropis Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman yang banyak mengonsumsi pupuk, terutama pupuk nitrogen (N) adalah tanaman padi sawah, yaitu sebanyak 72 % dan 13 % untuk palawija (Agency for Agricultural Research

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KAPASITAS TANAH MENAHAN AIR OLEH : WAWAN MEI HARYONO F

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KAPASITAS TANAH MENAHAN AIR OLEH : WAWAN MEI HARYONO F PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KAPASITAS TANAH MENAHAN AIR OLEH : WAWAN MEI HARYONO F14101133 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Resirkulasi Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang sudah digunakan dengan cara memutar air secara terus-menerus melalui perantara sebuah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

Lestari Alamku, Produktif Lahanku

Lestari Alamku, Produktif Lahanku KOMPOS ORGANIK GRANULAR NITROGEN Reaksi nitrogen sebagai pupuk mengalami reaksirekasi sama seperti nitrogen yang dibebaskan oleh proses biokimia dari sisa tanaman. Bentuk pupuk nitrogen akan dijumpai dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci