BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Subjek Penelitian No Kelas / Sekolah Kelompok model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akan dibahas secara khusus keempat bagian-bagian tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

an SDN Giyanti Kelompok Kontrol SDN 01 Mungseng Kelompok Eksperimen Jumlah sampel penelitaian 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Subjek dan Pelaksanaan Penelitian Gambaran Umum Subjek penelitian

Perbedaan Peningkatan Kemampuan Vertical Jump Setelah Pemberian Latihan Plyometric Jump To Box Dibanding Dengan Penambahan Passive Stretching

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Langkah awal yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian di SD Negeri Tlogo dan SD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Minimu Maximum Mean

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Kumpulrejo 01 Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl.

Tabel 6 Hasil Uji Coba validitas Butir Soal Posttest

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kec. Kedungwaru Tulungagung tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini berlokasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIB di SMP Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2013/2014. Kelas VIIIA sebagai kelas kontrol yaitu tidak mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips dan kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen yaitu mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips. Jumlah siswa kelas VIIIA dan VIIIB masing-masing adalah 30 siswa. Rincian subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Deskripsi Subjek Penelitian Kelas Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah VIIIA 6 24 30 VIIIB 17 13 30 B. Deskripsi Nilai Pretest 1. Analisis Deskriptif Nilai Pretest Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai awal kedua kelas sebelum diberi perlakuan. Data yang digunakan sebagai pretest adalah nilai murni UHT (mid). Nilai murni berarti bahwa nilai belum diolah dengan nilai-nilai yang lainnya. Nilai ini dijadikan patokan kemampuan awal siswa kelas VIIIA dan VIIIB. Tabel di bawah ini adalah hasil analisis deskriptif yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Tabel 10. Hasil Analisis Deskriptif Nilai Pretest N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Eksperimen 30 32.50 80.00 59.5000 13.20266 Kontrol 30 30.00 92.50 60.4167 17.43316 Valid N (listwise) 30 Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 59,50, standar deviasi 13,20, nilai minimum 32,50, dan nilai maksimum 80, sedangkan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 60,42, standar deviasi 17,43, nilai minimum 30, dan nilai maksimum 92,50. 27

28 Tabel 11. Hasil Statistika Deskriptif Nilai Pretest Gabungan N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Nilai_Pretes 60 30.00 92.50 59.9583 15.33863 Valid N (listwise) 60 Berdasarkan Tabel 11 di atas, nilai pretest gabungan kedua kelas tersebut, dikategorikan menjadi tiga kategori dengan batas-batas sebagai berikut. Batas 1 = mean + 0,5SD = 59,96 + 0,5 15,34 = 59,96 + 7,67 = 67,63 dibulatkan menjadi 68 Batas 2 = mean 0,5SD = 59,96 0,5 15,34 = 59,96 7,67 = 52,29 dibulatkan menjadi 52 Batas interval pengkategorian nilai pretest matematika dengan batas-batas diatas dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Interval dan Kategori Nilai Pretest Kategori Batas Bawah Batas Atas Interval Tinggi 68 92,5 68 < x 92,5 Sedang 52 68 52 < x 68 Rendah 30 52 30 x 52 Tabel 12 menjelaskan bahwa nilai pretest dengan kategori tinggi diperoleh nilai 69 sampai 92,5, untuk kategori sedang 53 sampai 68 dan untuk kategori rendah 30 sampai 52. Frekuensi dan persentase hasil pengukuran variabel nilai pretest matematika berdasarkan kategori menurut Sudijono (2006:175) terlihat pada Tabel 12. Tabel 13. Distribusi Nilai Pretest Interval Kategori Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 68 < x 92,5 Tinggi 8 26,7% 11 36,7% 52 < x 68 Sedang 13 43,3% 9 30% 30 x 52 Rendah 9 30% 10 33,3% Berdasarkan Tabel 13, perolehan nilai pretest kategori tinggi pada kelas eksperimen terdapat 8 siswa atau 26,7% sedangkan pada kelas kontrol terdapat 11 siswa atau 36,7%. Nilai pretest kategori sedang pada kelas ekperimen terdapat 13

29 siswa atau 43,3%, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 9 siswa atau 30%. Nilai pretest kategori rendah pada kelas eksperimen terdapat 9 siswa atau 30% dan pada kelas kontrol terdapat 10 siswa atau 33,3%. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai pretest kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Hal ini diperlihatkan oleh jumlah persentase siswa yang memperoleh nilai kategori tinggi pada kelas kontrol sebesar 36,7% dan pada kelas eksperimen sebesar 26,7%. Siswa di kelas eksperimen sebagian besar nilainya pretestnya berkategori sedang yaitu dengan persentase sebesar 43,3%. 2. Uji Normalitas Nilai Pretest Uji normalitas nilai pretest digunakan untuk mengetahui kenormalan nilai setiap kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS 16.0 for windows yaitu uji Shapiro-Wilk. Hasil perhitungan uji normalitas nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 14 berikut. Tabel 14. Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Eksperimen.140 30.139.952 30.187 Kontrol.103 30.200 *.967 30.462 a. Lilliefors Significance Correction Berdasarkan Tabel 14 di atas, diperoleh nilai signifikan untuk kelas eksperimen 0,187 > 0,05 dan kelas kontrol 0,462 > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua kelas berdistribusi normal. Kurva distribusi normal pada kedua kelas dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. Gambar 3. Kurva Distribusi Normal Nilai Pretest Kelas Eksperimen

30 Gambar 4. Kurva Distribusi Normal Nilai Pretest Kelas Kontrol 3. Uji Homogenitas Nilai Pretest Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kelas yang digunakan dalam penelitian mempunyai kemampuan yang sama atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16.0 for windows dengan uji Anova-Test of Homogeneity of Variances. Hasil homogenitas dapat dilihat pada Tabel 15 berikut. Tabel 15. Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Levene Statistic df1 df2 Sig. 3.606 1 58.063 Berdasarkan Tabel 15 di atas, maka diperoleh hasil uji homogenitas nilai pretest di atas, diperoleh nilai signifikan sebesar 0,063 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki varian yang sama. 4. Uji Banding dua Sampel Nilai Pretest Uji banding dua sampel nilai pretest digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai pada kedua kelas. Perhitungan uji banding dua sampel menggunakan program SPSS 16.0 for windows yaitu Independent sampel t-test. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.

31 Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test for Equality of Variances F Sig. T Df Tabel 16. Hasil Uji Banding dua Sampel Nilai Pretest Sig. (2- tailed) t-test for Equality of Means Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 3.606.063 -.230 58.819 -.91667 3.99260-8.90872 7.07539 -.230 54.032.819 -.91667 3.99260-8.92124 7.08791 Berdasarkan Tabel 16 di atas, diperoleh nilai signifikansi dari uji F sebesar 0,063 dimana 0,063 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang sama atau homogen. Uji t-test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,819 dimana 0,819 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. C. Deskripsi Nilai Posttest 1. Analisis Deskriptif Nilai Posttest Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai akhir kedua kelas setelah diberi perlakuan. Data yang digunakan sebagai posttest adalah nilai murni yang diperoleh dari siswa setelah mengerjakan soal posttest sebanyak 10 butir soal uraian dengan materi bangun ruang sisi datar. Nilai murni berarti bahwa nilai belum diolah dengan nilai-nilai yang lainnya. Nilai ini dijadikan patokan kemampuan akhir siswa kelas VIIIA dan VIIIB. Tabel di bawah ini adalah hasil analisis deskriptif yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Tabel 17. Hasil Analisis Deskriptif Posttest N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Eksperimen 30 57.00 97.00 83.9000 11.29647 Kontrol 30 40.00 94.00 72.3000 13.84433

32 Berdasarkan Tabel 17 di atas, dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 83,9 standar deviasi 11,30, nilai minimum 57, dan nilai maksimum 97 sedangkan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 72,3, standar deviasi 13,84, nilai minimum 40, dan nilai maksimum 94. Tabel 18. Hasil Statistika Deskriptif Nilai Posttest Gabungan N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Nilai_postes 60 40.00 97.00 78.1000 13.82542 Valid N (listwise) 60 Berdasarkan Tabel 18 di atas, nilai posttest gabungan kedua kelas tersebut, dikategorikan menjadi tiga kategori dengan batas-batas sebagai berikut. Batas 1 = mean + 0,5SD = 78,1 + 0,5 13,83 = 78,1 + 6,915 = 85,015 dibulatkan menjadi 85 Batas 2 = mean 0,5SD = 78,1 0,5 13,83 = 78,1 6,915 = 71,185 dibulatkan menjadi 71 Batas interval pengkategorian nilai posttest matematika dengan batas-batas diatas dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19. Interval dan Kategori Nilai Posttest Kategori Batas Bawah Batas Atas Interval Tinggi 85 97 85 < x 97 Sedang 71 85 71 < x 85 Rendah 40 71 40 x 71 Tabel 19 menjelaskan bahwa nilai posttest dengan kategori tinggi diperoleh nilai 86 sampai 97, untuk kategori sedang 72 sampai 85 dan untuk kategori rendah 40 sampai 71. Frekuensi dan persentase hasil pengukuran variabel nilai posttest berdasarkan kategori menurut Sudijono (2006:175) terlihat pada Tabel 20. Tabel 20. Distribusi Nilai Posttest Interval Kategori Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 85 < x 97 Tinggi 18 60% 7 23,3% 71 < x 85 Sedang 7 23,3% 8 26,7% 40 x 71 Rendah 5 16,7% 15 50%

33 Berdasarkan Tabel 20, perolehan nilai posttest kategori tinggi pada kelas eksperimen terdapat 18 siswa atau 60% sedangkan pada kelas kontrol terdapat 7 siswa atau 23,3%. Nilai posttest kategori sedang pada kelas ekperimen terdapat 7 siswa atau 23,3%, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 8 siswa atau 26,7%. Nilai posttest kategori rendah pada kelas eksperimen terdapat 5 siswa atau 16,7% dan pada kelas kontrol terdapat 15 siswa atau 50%. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini diperlihatkan oleh jumlah persentase siswa yang memperoleh nilai kategori tinggi pada kelas eksperimen sebesar 60%, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 23,3%. Siswa di kelas kontrol sebagian besar nilainya posttestnya berkategori rendah yaitu dengan persentase sebesar 50%. 2. Uji Normalitas Nilai Posttest Uji normalitas nilai posttest digunakan untuk mengetahui kenormalan nilai setiap kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS 16.0 for windows yaitu uji Shapiro-Wilk. Hasil perhitungan uji normalitas nilai posttest dapat dilihat pada Tabel 21 berikut. Tabel 21. Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. Eksperimen.174 30.021.868 30.002 Kontrol.139 30.143.956 30.238 a. Lilliefors Significance Correction Berdasarkan Tabel 21 di atas, diperoleh nilai signifikan untuk kelas eksperimen 0,002 dan kelas kontrol 0,238. Nilai signifikan kelas ekperimen < 0,05. Hal ini berarti populasi tidak berasal dari distribusi normal. Kurva distribusi normal pada kedua kelas dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

34 Gambar 5. Kurva Distribusi Normal Nilai Posttest Kelas Eksperimen Gambar 6. Kurva Distribusi Normal Nilai Posttest Kelas Kontrol 3. Uji Banding dua Sampel Nilai Posttest Uji banding dua sampel nilai posttest digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai pada kedua kelas. Uji banding dua sampel dilakukan dengan uji non-parametric karena kedua data tersebut tidak normal. Perhitungan uji banding dua sampel menggunakan program SPSS 16.0 for windows yaitu uji non-parametric Mann-Whitney U. Hasil pengujian uji banding dua sampel non-parametric dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Uji Banding Dua Sampel (Posttest) Nilai_Postes Mann-Whitney U 32.500 Wilcoxon W 497.500 Z -6.205 Asymp. Sig. (2-tailed).000 a. Grouping Variable: Kelas

35 Berdasarkan Tabel 22 diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000 dimana 0,000 < 0,05 maka artinya H 0 ditolak dan menerima H 1 sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan rata-rata nilai posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Terlihat nilai rata-rata kelas eksperimen 83,9 dan kelas kontrol 72,3. Selisih ratarata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol cukup signifikan yaitu 11,6. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. H 0 ditolak dan menerima H 1, maka hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2013/2014 diterima. D. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun ajaran 2013/2014. Hasil pembelajaran dipengaruhi oleh pelaksanaan pembelajaran, sehingga diperlukan analisis pelaksanaan untuk menjelaskan tingkat keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan Tabel 10, kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 59,50 dan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 60,42. Selisih rata-rata kedua kelas tidak terlalu jauh yaitu hanya berbeda 0,92. Hasil belajar sebelum diberi perlakuan, diuji homogenitasnya dan pada Tabel 15 diperoleh nilai sig 0,063 > 0,05 yang berarti rataan kedua kelas sama. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama, atau dapat dikatakan homogen. Uji banding dua sampel pada Tabel 16 diperoleh nilai signifikan 0,819 dimana 0,819 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perolehan nilai pretest berdasarkan Tabel 13, untuk kategori tinggi pada kelas eksperimen terdapat 8 siswa atau 26,7% sedangkan pada kelas kontrol terdapat 11 siswa atau 36,7%. Nilai pretest kategori sedang pada kelas ekperimen terdapat 13 siswa atau 43,3%, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 9 siswa atau 30%. Nilai pretest kategori rendah pada kelas eksperimen terdapat 9 siswa atau 30% dan pada kelas kontrol terdapat 10 siswa atau 33,3%. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai pretest kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Hal ini diperlihatkan oleh jumlah persentase siswa yang memperoleh nilai kategori tinggi pada kelas kontrol sebesar 36,7% dan pada kelas eksperimen sebesar 26,7%. Siswa di kelas eksperimen sebagian besar nilainya pretestnya berkategori sedang yaitu dengan persentase sebesar 43,3%.

36 Nilai rata-rata posttest berdasarkan Tabel 17, untuk kelas eksperimen sebesar 83,9 dan untuk kelas kontrol sebesar 72,3. Selisih rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol cukup signifikan yaitu 11,6. Berdasarkan analisis uji banding dua sampel non-parametric untuk nilai posttest pada Tabel 22, diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000 dimana 0,000 < 0,05 maka artinya H 0 ditolak dan menerima H 1 sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan rata-rata nilai posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang berarti model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil analisis uji banding dua sampel menggunakan uji banding dua sampel non-parametric karena kedua data tidak normal. Berdasarkan Tabel 21, uji normalitas kedua kelas didapatkan nilai signifikan 0,002 untuk kelas eksperimen dan 0,238 untuk kelas kontrol. Nilai signifikan dari salah satu kelas < 0,05, itu berarti data tidak normal. Perolehan nilai posttest berdasarkan Tabel 20, kategori tinggi pada kelas eksperimen terdapat 18 siswa atau 60% sedangkan pada kelas kontrol terdapat 7 siswa atau 23,3%. Nilai posttest kategori sedang pada kelas ekperimen terdapat 7 siswa atau 23,3%, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 8 siswa atau 26,7%. Nilai posttest kategori rendah pada kelas eksperimen terdapat 5 siswa atau 16,7% dan pada kelas kontrol terdapat 15 siswa atau 50%. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini diperlihatkan oleh jumlah persentase siswa yang memperoleh nilai kategori tinggi pada kelas eksperimen sebesar 60%, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 23,3%. Siswa di kelas kontrol sebagian besar nilainya posttestnya berkategori rendah yaitu dengan persentase sebesar 50%. Siswa di kelas eksperimen sebelum perlakuan yang memperoleh nilai kategori rendah yaitu 9 siswa atau 30% dan setelah mendapat perlakuan yang memperoleh nilai kategori rendah yaitu menjadi 5 siswa atau 16,7%. Hal ini berarti jumlah siswa yang mendapat kategori rendah berkurang dan naik ke kategori sedang maupun kategori tinggi. Siswa yang mendapat nilai berkategori rendah di kelas eksperimen setelah diberi perlakuan berjumlah 5 siswa dan 3 siswa diantaranya yaitu siswa yang nilainya juga berkategori rendah sebelum diberi perlakuan. Siswa yang tetap mempunyai nilai kategori rendah tadi dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun luar diri siswa tersebut. Pembelajaran di kelas VIIIA (kelas kontrol) tanpa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips menjadikan nilai posttest lebih rendah daripada kelas VIIIB (kelas eksperimen). Siswa di kelas kontrol saat dijelaskan materi oleh guru terlihat memperhatikan namun saat diberi soal latihan, siswa mulai gaduh yaitu saling menanyakan jawaban dengan temannya. Guru

sebenarnya sudah memberitahu jika terdapat soal yang tidak dimengerti dapat ditanyakan kepada guru, tetapi siswa bertanya ke teman lainnya sehingga suasana gaduh. Guru telah membatasi waktu siswa dalam mengerjakan latihan soal yang diberikan di papan tulis, namun terkadang tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Siswa yang maju ke depan kebanyakan siswa itu-itu saja. Siswa lain mau maju apabila ditunjuk oleh guru, terkadang juga masih tidak mau maju. Keaktifan siswa masih kurang dan hanya beberapa siswa saja yang aktif untuk maju ke depan kelas. Guru apabila bertanya ada yang ditanyakan, siswa menjawab belum ada yang ditanyakan padahal siswa belum cukup jelas dengan penjelasan guru. Hal ini menjadi salah satu kendala yang ditemui oleh guru yaitu siswa takut bertanya kepada guru tetapi justru bertanya kepada teman lainnya. Hasil belajar yang lebih rendah di kelas kontrol juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor psikologis, faktor fisiologis, faktor lingkungan, dan faktor instrumental. Hal ini sesuai dengan pendapat Munadi dalam Rusman (2012:124) yang menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu di antaranya faktor psikologis, faktor fisiologis, faktor lingkungan, dan faktor instrumental. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah faktor instrumental, yaitu faktor yang penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diinginkan berupa kurikulum, guru, dan sarana prasarana. Faktor instrumental yang cukup berpengaruh yaitu guru dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang membuat siswa aktif di dalam kelas sehingga pembelajaran berjalan satu arah dan belum memberikan kesempatan siswa untuk menyalurkan kemampuannya. Pembelajaran di kelas VIIIB (kelas eksperimen) dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips menjadikan nilai posttest lebih tinggi daripada kelas VIIIA (kelas kontrol). Berdasarkan pengamatan di kelas eksperimen, masing-masing siswa memperoleh kesempatan untuk berpendapat di dalam menjawab soal diskusi yang diberikan oleh guru. Setiap kelompok memberikan kesempatan anggota kelompoknya untuk menjawab ataupun mengeluarkan pendapat dan anggota lain menyimak pendapat temannya, serta dapat menyangkal atau menambahi pendapat temannya itu. Proses diskusi kelompok menjadi adil karena semua ikut berpendapat dalam menyelesaikan tugas kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2010:407) yang menyatakan bahwa teknik Talking Chips dapat mengatasi hambatan pemeratan kesempatan mengeluarkan pendapat yang sering mewarnai kerja kelompok yaitu masingmasing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan pandangan atau pemikiran anggota yang lainnya. Proses 37

38 diskusi menjadi lebih aktif karena semua ikut berpendapat, tidak ada yang dominan seperti proses diskusi pada umumya. Hal ini sesuai dengan pendapat Huda (2011:142) yang menyebutkan teknik ini memastikan setiap siswa berperan menyelesaikan tugas sehingga tidak ada yang dominan maupun yang pasif dan tergantung kepada temannya. Setiap siswa mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan soal yang diberikan meskipun dalam kelompok diskusi, karena biasanya di kelompok diskusi selalu menggantungkan jawaban kepada anggota yang dianggap lebih pintar. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (2003:62) yang menyebutkan teknik ini berperan dalam tercapainya pemerataan tanggung jawab di dalam kelompok. Diskusi kelompok lebih menarik dengan adanya chips yang dipakai dalam proses diskusi karena diskusi menjadi tidak terlalu serius. Siswa memperoleh pengetahuan baru tentang teknik Talking Chips yaitu teknik yang menggunakan media chips (benda-benda kecil seperti kancing, kacang merah, dan benda kecil lainnya) untuk dipakai saat anggota kelompok mengeluarkan pendapat di dalam proses diskusi. Hal ini sesuai pendapat Kagan dalam Pardiani (2013) yang mengungkapkan teknik Talking Chips merupakan teknik suatu teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang menggunakan media kancing dalam kelompok diskusi. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2013/2014 diterima. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen (VIIIB) sebesar 83,9 daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol (VIIIA) sebesar 72,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pardiani, dkk (2013) yang menyebutkan bahwa hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran teknik Talking Chips lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.