3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

III. METODE PENELITIAN A.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan utama dan satu percobaan lanjutan, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

METODE PENELITIAN. I. Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrek Phalaenopsis. Pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap pengecambahan biji

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

BAB 3 BAHAN DAN METODA

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

Kontaminasi No Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 Total 1 B B B B B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAB III METODE PENELITIAN

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358)

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

INDUKSI TUNAS TIGA AKSESI Stevia rebaudiana Bertoni PADA MEDIA MS DENGAN PENAMBAHAN BAP DAN IAA SECARA IN VITRO

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Induk Hortikultura Gedung Johor Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

Tugas Akhir - SB091358

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

III. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Perancangan Percobaan 2. 2 Prosedur Penelitian Persiapan Eksplan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

BAHAN DAN METODE. Histodifferensiasi Embrio Somatik

3. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Persiapan alat dan bahan. Sterilisasi alat. Pembuatan media. Inisiasi kalus. Pengamatan. Penimbangan dan subkultur.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

TUGAS AKHIR (SB )

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

II. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja Persiapan Bibit Tumih

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Khansa Orchid Cimanggis-

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

Transkripsi:

15 Tabel 8 Daftar komposisi media pada kultur mangga Komponen A B C D E Unsur makro ½ MS B5 B5 B5 ½B5 Unsur mikro MS MS MS MS MS Fe-EDTA ½MS MS MS MS MS Vitamin dan asam amino MS MS MS MS MS Asam askorbat (ppm) 100 - - - - L-glutamina (ppm) 400 400 400 400 400 Sukrosa (g/l) 60 60 60 60 30 Agar (g/l) 8 8 8 8-2,4-D (ppm) 1.0 1.0 - - - GA3 (ppm) - - - - 1.0 ABA(ppm) - - - 0.005 - Air kelapa (%) - - - 10 - Keterangan : A: media inisiasi kalus dan produksi Proembrionik (KP); B: media proliferasi/pemeliharaan KP; C: media produksi embrio somatik; D: media pematangan embrio; dan E: media perkecambahan dan konversi embrio somatik. Pengecambahan embrio somatik mangga dilakukan dengan memindahkan embrio somatik tahap kotiledonari dewasa ukuran 8 mm dengan kotiledon tebal berwarna putih kusam ke media perkecambahan (E, Tabel 8). Kultur dipelihara dalam kondisi terang 16 jam dan gelap 8 jam per hari sampai 4 minggu. Setelah 4 minggu dan embrio telah tumbuh akar tunjang, embrio dipindahkan ke media perkecambahan tanpa GA 3 untuk mendorong perkembangan akar. Planlet yang normal selanjutnya diaklimatisasi dengan ditanam ke media campuran pasir dan tanah dengan perbandingan 3:1 dalam wadah yang disungkup plastik untuk mempertahankan kelembaban. 3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian diaksanakan mulai Mei 2010 sampai Juni 2012. Kegiatan kultur jaringan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Analisis histologi dilaksanakan di Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah bunga dan buah muda durian. Bunga durian aksesi Dramaga diperoleh dari Dramaga, bunga durian

16 varietas Simas didapatkan dari Cijeruk (Kebun Durian Warso Farm), bunga durian varietas Matahari diambil dari Cipaku (Kebun Percobaan Cipaku), Bogor. Buah durian muda didapatkan dari Cileungsi (Kebun Buah Mekarsari) dan Cijeruk (Kebun Durian Warso Farm). Media kultur yang digunakan adalah media MS (Murashige dan Skoog 1962), media B5, dan media MS dengan vitamin media B5. Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah pikloram, NAA, TDZ, dan BA. Bahan sterilan yang digunakan adalah cairan pemutih komersial (bleach), alkohol 96%, dan air steril. Alat yang digunakan meliputi Laminar Airflow Cabinet (LAFC), autoklaf, oven, botol kultur, lampu bunsen, petri dish, pinset, skalpel, rak kultur, dan peralatan lain yang umum untuk kultur jaringan. Mikroskop digunakan untuk pengamatan jaringan dan sel kalus. Metode Percobaan Penelitian dilakukan dalam 2 percobaan berkelanjutan. Percobaan pertama adalah induksi kalus embriogenik dari 4 macam eksplan dan percobaan kedua adalah induksi embriogenesis somatik dari kalus yang diperoleh pada percobaan pertama (Gambar 2). Percobaan 1 menggunakan eksplan dasar bunga, petal, endosperm dan embrio zigotik muda durian yang dilaksanakan sebagai percobaan terpisah untuk masing-masing eksplan.

Percobaan 1. Induksi kalus embriogenik durian dari berbagai eksplan pada berbagai komposisi media Eksplan dasar bunga RAK Faktorial 2 faktor 3 Genotipe: (Dramaga, Matahari, Simas) 14 Komposisi media : (Media MS,B5; ZPT NAA, pikloram; 0, 2, 4, 6 ppm) Eksplan petal RAK Faktorial 2 faktor 3 Genotipe: (Dramaga, Matahari, Simas) 14 Komposisi media : (Media MS,B5; ZPT NAA, pikloram; 0, 2, 4, 6 ppm) Eksplan endosperm RAK Faktorial 2 faktor BA (0 dan 1 ppm) TDZ (0.0, 0.01. 0.05, dan 0.5 ppm) (Genotipe Otong, Media MS + vitamin media B5) Eksplan embrio zigotik muda RAL Faktor tunggal Pikloram (5, 10, 15, dan 20 ppm) (Genotipe Otong, Media MS) tipe 1 tipe 2 tipe 1 tipe 2 tipe 1 Embrio somatik tipe 2 Percobaan 2. Respon kalus tipe 1 durian terhadap konsentrasi BA pada media induksi embriogenesis somatik embriogenik dan embrio somatik Gambar 2 Diagram alir pelaksanaan penelitian 17

18 Percobaan 1. Induksi kalus embriogenik durian dari berbagai eksplan pada berbagai komposisi media Induksi kalus embriogenik dari eksplan dasar bunga durian Percobaan induksi kalus dari eksplan dasar bunga disusun dalam percobaan 2 faktor. Faktor pertama adalah komposisi media (14 taraf, Tabel 9) dan faktor kedua adalah genotipe durian (aksesi Dramaga, varietas Simas, dan varietas Matahari). Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 ulangan, tiap ulangan terdiri atas 5 botol, dan tiap botol berisi 2 eksplan berasal dari satu dasar bunga yang dibelah menjadi 2 bagian. Seluruh unit percobaan diinkubasi dalam kondisi gelap pada suhu ±22 ºC. Tabel 9 Komposisi media yang digunakan dalam percobaan induksi kalus dengan eksplan dasar bunga dan petal Keterangan Nomor Komposisi media 1 Media B5 tanpa ZPT 2 Media B5 + NAA 2 ppm 3 Media B5 + NAA 4 ppm 4 Media B5 + NAA 6 ppm 5 Media B5 + pikloram 2 ppm 6 Media B5 + pikloram 4 ppm 7 Media B5 + pikloram 6 ppm 8 Media MS tanpa ZPT 9 Media MS + NAA 2 ppm 10 Media MS + NAA 4 ppm 11 Media MS + NAA 6 ppm 12 Media MS + pikloram 2 ppm 13 Media MS + pikloram 4 ppm 14 Media MS + pikloram 6 ppm : semua media menggunakan 30 g/l gula dan 10 g/l agar. Bunga durian sebagai sumber eksplan diambil pada kondisi kuncup hampir mekar (ukuran panjang ±3 cm, diameter ±1.5 cm, Gambar 3a) karena bunga pada kondisi ini yang paling responsif terhadap induksi kalus (hasil percobaan pendahuluan, data tidak ditampilkan). Bunga dicuci dengan deterjen dan dibilas, direndam dalam larutan 30% pemutih selama 5 menit sambil terus dikocok, kemudian dimasukkan ke dalam alkohol 96% selama ½ sampai 1 menit. Bunga dilap dengan tisu steril, kemudian dibuang bagian epicalyx-nya, dipotong dan diambil 1/3 dari pangkal, dibuang bagian calyx, diambil bagian petal, dibuang semua benang sari dan diambil bagian dasar bunga (Gambar 3b sampai 3h) selanjutnya ditanam pada media. Kegiatan perendaman dalam alkohol sampai penanaman dilakukan di dalam LAFC.

19 ca ec a pt b pt c d db Gambar 3 e f g h Eksplan dasar bunga dan petal. a: ukuran bunga yang digunakan (tanda panah); b h: proses sterilisasi sampai eksplan siap tanam. ca: calyx; ec: epicalyx; pt: petal, db: dasar bunga Induksi kalus embriogenik dari eksplan petal durian Percobaan induksi kalus dari eksplan petal disusun dalam percobaan 2 faktor. Faktor pertama adalah komposisi media (14 taraf, Tabel 9) dan faktor kedua adalah genotipe durian (aksesi Dramaga, varietas Simas, dan varietas Matahari). Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 ulangan, tiap ulangan terdiri atas 5 botol, dan tiap botol berisi 5 eksplan berasal dari satu bunga. Seluruh unit percobaan diinkubasi dalam kondisi gelap pada suhu ±22 ºC. Bunga durian sebagai sumber eksplan diambil pada kondisi kuncup hampir mekar (ukuran panjang ±3 cm, diameter ±1.5 cm, Gambar 3a) karena bunga pada kondisi ini yang paling responsif terhadap induksi kalus (hasil percobaan pendahuluan, data tidak ditampilkan). Bunga dicuci dengan deterjen dan dibilas, direndam dalam larutan 30% pemutih selama 5 menit sambil terus dikocok, kemudian dimasukkan ke dalam alkohol 96% selama ½ sampai 1 menit. Bunga dilap dengan tisu steril, kemudian dibuang bagian epicalyx-nya, dipotong dan diambil 1/3 dari pangkal, dibuang bagian calyx, diambil bagian petal, dipotong bagian tepi yang tipis (gambar 3b sampai 3f), kemudian ditanam dalam media. Kegiatan perendaman dalam alkohol sampai penanaman dilakukan di LAFC. Induksi kalus embriogenik dari eksplan endosperm durian Percobaan disusun sebagai percobaan dua faktor yaitu konsentrasi BA dan TDZ pada media induksi (8 kombinasi perlakuan, Tabel 10). Komposisi media induksi adalah media dasar MS dengan vitamin media B5 yang dilengkapi dengan glutamina 100 ppm, asparagina 100 ppm, kasein hidrolisat 500 ppm, dan pikloram 0.5 ppm. Percobaan dilaksanakan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan jumlah ulangan 2 sampai 5 ulangan per perlakuan dan tiap ulangan terdiri atas 1 botol. Seluruh unit percobaan diinkubasi dalam kondisi gelap dengan suhu ±22ºC.

20 Keterangan Tabel 10 Komposisi ZPT pada media induksi untuk kultur endosperm No Konsentrasi BAP (ppm) Konsentrasi TDZ (ppm) 1 0 0 2 1 0 3 0 0.01 4 1 0.01 5 0 0.05 6 1 0.05 7 0 0.5 8 1 0.5 : Komposisi media induksi adalah media dasar MS dengan vitamin media B5 yang dilengkapi dengan glutamina 100 ppm, asparagina 100 ppm, kasein hidrolisat 500 ppm, pikloram 0.5 ppm, gula 30 g/l dan agar 10 g/l. Buah muda durian varietas Otong diambil pada umur ± 2 bulan setelah antesis. Daging buah (aril) bersama biji dikeluarkan dari buah, selanjutnya aril dibuang. Biji dicuci dengan deterjen dan dibilas, direndam dalam larutan 30% pemutih selama 5 menit, kemudian ditiriskan. Tahap selanjutnya dilakukan dalam LAFC. Biji durian dimasukkan ke dalam alkohol 96% selama ½ sampai 1 menit. Selanjutnya biji dibuka untuk diambil endosperm dengan embrio didalamnya. Embrio dikeluarkan dari dalam endosperm dan ditanam langsung pada media perlakuan. Endosperm dipotong dengan ketebalan 0.3 sampai 0.5 cm kemudian ditanam pada media perlakuan. Induksi kalus embriogenik dari eksplan embrio zigotik muda durian Induksi kalus embriogenik dari eksplan embrio zigotik muda durian merupakan percobaan tunggal dengan perlakuan konsentrasi pikloram pada media dasar MS. Taraf konsentrasi yang digunakan adalah 5, 10, 15, dan 20 ppm. Percobaan dilaksanakan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK).dengan 2 ulangan dan tiap ulangan terdiri atas 1 botol. Seluruh unit percobaan diinkubasi dalam kondisi gelap pada suhu ±22 ºC. Buah muda durian varietas Otong diambil pada umur ± 2 bulan setelah antesis. Daging buah (aril) bersama biji dikeluarkan dari buah, selanjutnya aril dibuang. Biji dicuci dengan deterjen dan dibilas, direndam dalam larutan 30% pemutih selama 5 menit, kemudian ditiriskan. Tahap selanjutnya dilakukan dalam LAFC. Biji durian dimasukkan ke dalam alkohol 96% selama ½ sampai 1 menit. Selanjutnya biji dibuka untuk diambil endosperm dengan embrio didalamnya. Embrio dikeluarkan dari dalam endosperm dan ditanam langsung pada media perlakuan. Embrio zigotik muda yang ditanam adalah embrio utuh yang panjangnya kurang dari 1 cm. Pengamatan yang dilakukan pada percobaan induksi kalus adalah: a. Waktu mulai terbentuk kalus dihitung dari tanggal tanam dengan satuan hari. b. Persentase eksplan membentuk kalus, yaitu jumlah eksplan yang membentuk kalus per jumlah eksplan yang ditanam kali 100%.

c. Ukuran kalus yang terbentuk, dibuat skor 1 sampai 5 berdasar perbandingan ukuran kalus terhadap ukuran eksplan awal, diamati pada minggu ke 4. Skor 1 = < 25%, skor 2 = 25-50%, skor 3 = 50-75%, skor 4 = 75-100%, skor 5 = lebih dari 100%. d. Pengamatan kualitatif terhadap tipe kalus yang terbentuk, (Gambar 4) meliputi pengamatan visual kalus dan pengamatan sel-sel kalus dengan mikroskop terhadap tiap tipe kalus. Pengamatan sel-sel kalus dengan mikroskop dilakukan dengan preparasi langsung untuk kalus remah dan dengan preparasi metode parafin (Lampiran 1) untuk kalus kompak. Tipe 1: kompak, warna putih agak kekuningan, kadang-kadang bernodul. Jika sepotong kecil kalus disiapkan di atas kaca obyek, ditutup dengan kaca penutup dan ditekan sel-sel kalus akan hancur, tidak terlihat sel-sel yang berjajar. Tipe 2: kompak, warna putih seperti kapas. Jika sepotong kalus disiapkan di atas kaca obyek, ditutup dengan kaca penutup dan ditekan, sel-sel kalus akan hancur, tidak terlihat sel-sel yang berjajar. Tipe 3: remah berair, transparan agak kecoklatan, jika sepotong kalus disiapkan di atas kaca obyek, ditutup dengan kaca penutup dan ditekan akan terlihat sel-sel yang terpisah berjajar. Tipe 4: Muncul embrio somatik globular dan kalus agak transparan. Percobaan 2. Respon kalus tipe 1 durian terhadap konsentrasi BA pada media induksi embriogenesis somatik tipe 1 dari percobaan 1 eksplan petal varietas Simas disubkultur ke media induksi dengan perlakuan konsentrasi BA 0.0, 0.3, 0.5, 1.0, dan 2.0 ppm. Komposisi media induksi adalah media dasar MS dengan vitamin media B5 yang dilengkapi dengan glutamina 100 ppm, asparagina 100 ppm, kasein hidrolisat 500 ppm, dan pikloram 0.5 ppm. Percobaan disusun dengan rancangan acak kelompok dengan 7 ulangan, tiap ulangan terdiri atas 4 botol. Pengamatan meliputi jumlah kalus embriogenik dan jumlah embrio somatik yang terbentuk serta persentase pertambahan ukuran luas kalus yang dihitung dengan rumus: Luas kalus akhir luas kalus awal Persentase pertambahan luas kalus = x 100% Luas kalus awal Luas kalus diukur menggunakan plastik transparan milimeter block. Plastik milimeter block dipasang pada bagian bawah botol kemudian dipotret dengan kamera. Ukuran luas kalus ditentukan dengan menghitung petak milimeter yang terdapat pada gambar kalus. 21

22 a 5 mm b c 2 d e 5 mm f g Gambar 4 Kondisi kalus penampakan langsung dan mikroskopis. a: kalus tipe 1; b: pengamatan mikroskopis dari kalus tipe 1; c: kalus tipe 2; d: pengamatan mikroskopis dari kalus tipe 2; e: kalus tipe 3; f: pengamatan mikroskopis dari kalus tipe 3; g: kalus tipe 4, merupakan kalus embriogenik dan muncul embrio somatik