BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

ANALISIS PERKEMBANGAN KAKAO RAKYAT PADA TIGA KABUPATEN SENTRA PRODUKSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

DIREKTUR DIREKTUR PRODUKSI WAKIL MANAJEMEN DRYER

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia merupakan daerah agraris artinya pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan sektor ini dapat mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian untuk periode 2003-2010 sebesar 42,75%, meskipun kontribusi sektor ini terhadap PDB nasional pada tahun 2012 hanya sekitar 14,4% (Badan Pusat Statistik, 2013). Peran sektor pertanian yang merupakan dasar bagi kelangsungan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diharapkan mampu memberikan pemecahan permasalahan bagi bangsa Indonesia, karena sektor pertanian mempunyai fungsi yang sangat fundamental bagi pembangunan suatu bangsa (Mardia, 2012:2). Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang menampakkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. (Dillon, 2004 : 26-27). Sub sektor perkebunan dalam perekonomian Indonesia mempunyai peranan strategis, antara lain sebagai penyerap tenaga kerja, penyedia pangan, penopang pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa negara. Pengembangan subsektor perkebunan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan, pemerataan, dinamika ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan dalam bentuk kegiatan agribisnis maupun agroindustri (Husin.dkk,2011:2) Berdasarkan data statistik perkebunan Indonesia Komoditas Karet (2014 2016), Luas Areal dan Produksi Karet Menurut Status Pengusahaan dan Keadaan Tanaman Tahun 2010-2015 perkebunan karet banyak tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Dimana data pada tahun 2014 masih angka

2 sementara/preliminary dan data tahun 2015 masih angka estimasi/estimation. Perkebunan karet tidak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. luas lahan perkebunan karet rakyat lebih besar daripada perkebunan milik negara dan perkebunan swasta (Lampiran 1). Pertumbuhan luas lahan perkebunan karet rakyat mengalami peningkatan tiap tahunnya walaupun lambat. Meskipun demikian produksi kebun karet rakyat masih tergolong rendah. Rendahnya produksi kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak tidak produktif, penggunaan bahan tanam asal biji (seedling) bukan klon unggul tanpa pemeliharaan yang baik serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Di Sumatera Utara, tingkat ketergantungan penduduk terhadap komoditi karet sangat tinggi dan hal ini memiliki sejarah yang panjang sejak era kolonial. Di Sumatera Utara, lahan persawahan kebanyakan dialihkan menjadi lahan perkebunan karet atau sawit. Perkembangan luas tanaman karet perkebunan rakyat di Sumatera Utara selalu mengalami kenaikan, sedangkan produksi karet mengalami naik turun pada tiga tahun terakhir, mulai dari tahun 2012-2014 (Lampiran 2) yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Asahan, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Barat, Kabupaten Samosir, Kabupaten Samosir, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kota Gunung Sitoli. Kabupaten Mandailing Natal merupakan daerah dengan areal tanaman karet terluas di Provinsi Sumatera Utara. (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2014). Dari 25 kabupaten dan 1 kota yang tersebar di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Mandailing Natal merupakan kabupaten yang memiliki lahan tanaman karet terluas pada tahun 2014 yaitu seluas 78.379,00 ha dan begitu juga dengan

3 produksi karet yang diperoleh sebanyak 83.921,00 ton (Lampiran 2). Penduduk Kabupaten Mandailing Natal telah mengusahakan kebun karet secara turun temurun dari nenek moyang dan merupakan mata pencaharian pokok bagi sebagian besar penduduk yakni 40%, sehingga ketergantungan masyarakat pada usahatani karet sangat tinggi dan telah menunjukkan hasil serta peran yang nyata, bagi Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal sendiri merupakan komoditi yang mempunyai peranan penting dalam subsektor perkebunan dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) karena karet merupakan komoditi ekspor yang banyak diperdagangkan di luar negeri dengan harga yang terus mengalami peningkatan dan merupakan komoditi perkebunan yang masih menjadi primadona di dunia. Memperhatikan potensi yang ada dan prospek masa depan, komoditi karet merupakan komoditi unggulan yang berpotensi untuk dikembangkan dalam menunjang pengembangan wilayah (Siregar, 2011:4-5). Akan tetapi, menurut Dinas Perkebunan Sumatera Utara pada April 2016, dua tahun terakhir ini produktivitas karet di Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan, sehingga produksi karet juga akan mengalami penurunan. Begitu juga di Kabupaten Mandailing Natal (Lampiran 3) produksi karet yang di hasilkan mengalami penurunan. Salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya produksi dan produktivitas karet di Sumatera Utara karena sudah dua tahun terakhir ini tidak dilakukan peremajaan (replanting). Padahal Kabupaten Mandailing Natal adalah salah satu daerah yang memerlukan peremajaan terhadap karet. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas karet maka perlu dilakukan peremajaan, dan sebelum dilakukan peremajaan, tanaman harus di intensifikasi terlebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan agar bisa meningkatkan hasil panen getah karet. Sama seperti yang dikemukakan oleh sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara. Menurutnya sebelum melakukan peremajaan, pemerintah juga harus memikirkan kompensasi bagi pendapatan para petani. Menurut Husin.dkk (2011: 14), bahwa kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi di bidang pertanian, pada akhirnya dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi atau memperhitungkan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan akan mendorong petani untuk dapat

4 mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan seperti untuk biaya produksi selanjutnya, tabungan dan pengeluaran lain untuk kebutuhan keluarga. Pendapatan merupakan hal yang penting dimiliki oleh seseorang guna memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari- hari. Setiap orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Untuk itu, berbagai pekerjaan dilakukan seseorang agar memperoleh pendapatan, termasuk pekerjaan sebagai pertanian karet (Kurniawan.dkk, 2012:2). Sama halnya yang terjadi di masyarakat Desa Lumban Dolok Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, mereka berusahatani dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mereka menganggap usahatani karet adalah usaha yang menguntungkan. Dengan terjadinya penurunan harga karet selama empat tahun terakhir ini, mulai dari tahun 2013 2016. Hal ini akan menyebabkan penurunan pendapatan bagi petani yang yang memperoleh sumber pendapatan dari usaha perkebunan karet dan pendapatan petani yang berasal dari usahatani karet tidak dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka lagi. Namun petani tersebut harus tetap melanjutkan hidup keluarga dan tetap memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Sehingga petani perlu untuk melakukan alternatif lain atau mencari pekerjaan lain sebagai sumber pendapatan dalam mempertahankan hidup keluarga mereka, serta mengelola segala aset yang dimiliki oleh keluarga untuk penyesuaian dan pengembangan strategi tertentu dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga mereka. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri pada Maret 2016, mengaku sejumlah harga komoditas terus mengalami kemerosotan, salah satunya karet dan ini merupakan masalah yang sangat serius terhadap penduduk Sumatera Utara terutama Mandailing Natal. Turunnya harga karet disebabkan oleh dua hal, yaitu : 1. Karena terjadi oversuplay di dunia, dan ada negara negara baru yang memproduksi karet. Seperti Vietnam dan China. Sehingga kelebihan pasokan di dunia. 2. Kapasitas produksi karet yang dihasilkan petani hanya 3 juta ton. Hal ini tidak sesuai dengan standar karet yang telah di tetapkan dalam peraturan. Menteri Perdagangan (Permendag) dengan kapasitas (kebutuhannya) 5 juta ton. (Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Maret 2016)

5 Begitu juga yang terjadi Di Desa Lumban Dolok, turunnya harga karet disebabkan oleh karena semakain menurunnya kualitas karet yang dihasilkan oleh petani responden dan banyak negara asing yang memiliki kualitas produk karet yang lebih bagus. Sehingga karet yang dihasilkan oleh petani responden di Desa Lumban Dolok tidak mampu bersaing di pasar internasional. Menurunnya kualitas karet yang dimiliki petani responden di Desa Lumban Dolok karena umur tanaman karet sudah tidak produktif lagi dan tidak dilakukan peremajaan. Selain karena umur karet sudah tidak produktif, penurunan kualitas karet yang dihasilkan oleh petani karet di Desa Lumban Dolok juga disebakan oleh mutu bibit yang digunakan oleh petani responden pada saat penanaman. Jenis bibit yang digunakan petani responden merupakan bibit dari biji. Bibit dari biji mengahsilkan produk dengan kualitas yang lebih rendah dibandingkan okulasi. Menurut Kementrian Perdagangan (Kemendag) pada April 2015, bahwa fenomena yang terjadi saat ini harga karet mengalami penurunan yang sangat drastis. Penurunan harga karet diperkirakan akan terus berlangsung hingga tahun depan. Pada tahun 2010 harga karet Rp. 15.000/kg, kemudian di tahun 2011 harga karet meningkat menjadi Rp. 20.000/kg Rp.23.000/kg, lalu pada tahun 2012 harga karet kembali stabil menjadi Rp. 15.000/kg, selanjutnya harga karet turun menjadi Rp.12.000/kg - Rp. 10.000/kg pada awal tahun 2013,dan terus menurun menjadi Rp.8.000/kg Rp.5.000/kg di awal tahun 2014 sampai sekarang, dan saat ini harga karet bergerak di angka US$ 1,24 per kilogram ke US$ 1,25 per kilogram. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan harga tertinggi karet pada tahun 2011 yang pernah mencapai US$ 4 per kg US$ 5 per kg. Pelemahan harga karet di pasar internasional membuat harga karet ditingkat petani merosot tajam di kisaran Rp 5.000 Rp 6.000 per kg. Di Kabupaten Mandailing Natal terdapat sebanyak 23 kecamatan. Kecamatan Siabu merupakan salah satu kecamatan yang memiliki lahan karet cukup luas, meskipun masih banyak lahan karet yang lebih luas di Kabupaten Mandailing Natal selain di Kecamatan Siabu seperti di Kecamatan Panyabungan (Lampiran 3). Akan tetapi dampak penurunan harga karet paling berpengaruh di Kecamatan Siabu, terutama di Desa Lumban Dolok. Karena pekerjaan pokok penduduk di desa Lumban Dolok adalah sebagai petani karet dan desa tersebut

6 jauh dari pusat kota/kabupaten. Sehingga petani karet mengalami penurunan pendapatan, karena saat ini terjadi penurunan harga karet. Sedangkan di kecamatan lain yang memiliki lahan karet lebih luas, dampak penurunan harga karet tidak terlalu berpengaruh, karena kecamatan Panyabungan dekat dengan pusat kota/kabupaten dan disana lebih banyak lapangan kerja selain disektor pertanian, sehingga petani di kecamatan tersebut banyak yang memiliki pekerjaan sampingan selain sebagai petani karet. Mosher (dalam Soetrisno, dkk. 2006:37) menyebutkan bahwa harga hasil usahatani dan harga input produksi berpengaruh terhadap kuatnya daya dorong bagi petani untuk menaikkan produksi usahataninya. Menurut Mubyarto (1987:148) menjelaskan bahwa dari segi ekonomi petani, tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani. Demikian pula yang terjadi di Desa Lumban Dolok, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, bahwa status penggunaan lahan, produksi dan harga karet yang berlaku akan mempengaruhi pendapatan dari petani. B. Rumusan Masalah Kabupaten Mandailing Natal mempunyai luas daerah 662.070 ha atau 9,23% dari wilayah provinsi Sumatera Utara. Ditinjau dari potensi lahan, Kabupaten Mandailing Natal memiliki potensi yang sangat luas untuk pengembangan tanaman perkebunan. Luas areal dan produksi karet perkebunan rakyat di Mandailing Natal pada tahun 2015 seluas 66.012,57 hektar, dengan produksi sebesar 55.009,96 ton (Lampiran 3) Perkebunan rakyat dicirikan oleh produksi yang rendah, keadaan kebun yang kurang terawat, serta rendahnya pendapatan petani. Rendahnya produktivitas perkebunan karet rakyat juga disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani, sehingga petani tidak mampu untuk menggunakan teknik teknik budidaya yang sesuai dengan syarat syarat teknis yang diperlukan. Dan rendahnya produksi tanaman karet juga disebabkan oleh usia pohon karet yang sudah sangat tua (Deptan, 2003). Kecamatan Siabu merupakan salah satu kecamatan di Mandailing Natal sebagai penghasil karet. Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

7 Mandailing Natal (2015) Kecamatan Siabu memiki luas tanaman perkebunan karet seluas 3.384,23 hektar dengan produksi sebesar 3.083,41 ton (Lampiran 3). Masyarakat di Kecamatan Siabu ini memiliki perkebunan karet rakyat yang di usahakan secara individu. Dengan umur tanaman karet sekitar 6 sampai 30 tahun dengan luas rata rata berkisar 0,5 sampai 1 hektar. Jika dilihat berdasarkan umur tanaman karet, sebagian tanaman karet tersebut sudah tidak produktif lagi karena perkebunan karet disana tidak pernah dilakukan peremajaan (replanting), dan luas lahan yang dikelola sebagian petani sangat terbatas sehingga menyebabkan produktivitas dan mutu produksi karet sangat rendah. Perkebunan karet di Kecamatan Siabu ini juga tersebar di beberapa desa, salah satunya termasuk desa Lumban Dolok. Perkebunan karet di Desa Lumban Dolok lebih di kenal dengan perkebunan karet rakyat, yang dicirikan dengan produksi yang rendah, keadaan yang kurang terawat, serta rendahnya pendapatan petani. Rendahnya produktivitas juga disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki petani, sehingga petani tidak mampu menggunakan teknik-teknik budidaya yang sesuai syarat-syarat teknis. Penduduk di Desa Lumban Dolok telah mengusahakan kebun karet secara turun temurun dan merupakan mata pencaharian pokok bagi sebagian besar penduduknya. Ketergantungan masyarakat Desa Lumban Dolok akan usaha kebun karet sangatlah tinggi dan telah menunjukkan hasil serta peran yang nyata bagi masyarakat dalam meningkatkan pendapatannya. Masyarakat di Desa Lumban Dolok ini pada umumnya memiliki luas tanaman perkebunan karet rata rata 0,5 sampai 1 hektar per kepala rumah tangga dan lebih dikenal sebagai petani rakyat. Produksi karet mereka dapat mencapai 80 kg dalam seminggu dengan empat kali sadap. Sehingga dalam sebulan karet tersebut dapat menghasilkan produksi sebanyak 320 kg dengan enam belas kali sadap. Harga normal bahan olahan karet (Bokar) Rp.15.000/kg. Ini merupakan harga yang biasa diterima oleh petani karet di Desa Lumban Dolok. Jika dikalkulasikan dengan harga hasil panen yang mencapai 80 kg/panen maka rata rata pendapatan petani bisa mencapai Rp. 1.200.000/panennya. Sedangkan waktu panen dapat dilakukan sekali dalam seminggu, sehingga dalam sebulan rata rata pendapatan petani dapat mencapai Rp. 4.800.000/bulan. Dengan penghasilan yang demikian sangat memungkinkan

8 bagi para petani karet untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Akan tetapi, setelah harga karet meningkat menjadi Rp.20.000/kg Rp.23.000/kg pada tahun 2011 dan itu merupakan harga tertinggi yang pernah terjadi di Lumban Dolok. Kemudian harga Karet kembali normal pada tahun 2012 menjadi Rp.15.000/kg dan bahkan harga karet menurun setiap tahunnya. Semenjak terjadinya penurunan harga karet mulai dari tahun 2013 hingga sekarang harga karet menjadi Rp.5000/kg, masyarakat petani mengalami goncangan ekonomi ditambah lagi beberapa tanaman petani yang umurnya sudah tidak produktif untuk menghasilkan getah karet. Sehingga rata rata pendapatan petani karet sekarang sebesar Rp.400.000/panen ataupun sebesar Rp. 1.600.000/ bulan, apabila yang tanaman karetnya masih produktif. Akan tetapi banyak tanaman karet petani yang sudah berumur 30 35 tahun dan itu sudah tidak produktif lagi untuk menghasilkan getah, sehingga produksinya menurun menjadi 25 kg / panen dan panen dilakukan sekali dalam seminggu maka produksi dalam sebulan adalah 100 kg / bulan. Jika dibandingkan pendapatan petani ketika harga karet Rp.15.000/ kg dan produksi 320 kg/bulan saat tanaman karet masih produktif dengan sekarang harga karet Rp.5000/kg dan produksi 100 kg/ bulan saat tanaman sudah tidak produktif lagi, maka petani akan memperoleh pendapatan sebesar Rp.500.000 / bulan. Sehingga petani karet sangat resah dengan kondisi sekarang ini. Sementara mereka harus memenuhi kebutuhan keluarga serta biaya biaya kebutuhan lainnya (Data Prasurvey,12 September 2016). Penurunan harga karet yang terjadi sekitar empat tahun terakhir ini, mulai dari tahun 2013 sampai sekarang sangat berdampak terhadap petani karet di Desa Lumban Dolok. Karena sebagian besar masyarakat di Desa Lumban Dolok memperoleh penghasilan pokok dari hasil produksi karet dan ini merupakan masalah yang sangat besar bagi ekonomi rumah tangga petani karet disana. Dari permasalahan di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana petani penyadap karet mengelola usaha perkebunan karet di Desa Lumban Dolok sabelum dan sesudah harga karet turun? 2. Berapa pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani karet di Desa Lumban Dolok sebelum dan sesudah harga karet turun dengan asumsi sebelum dilakukan strategi bertahan hidup?

9 3. Bagaimana strategi petani penyadap karet dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga di Desa Lumban Dolok saat terjadi penurunan harga karet? Dengan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Strategi Bertahan Hidup Petani Karet Saat Terjadi Penurunan Harga Karet Di Desa Lumban Dolok Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal C. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu : 1. Mendeskripsikan pengelolaan perkebunan karet sebelum dan sesudah terjadinya penurunan harga karet di Desa Lumban Dolok 2. Menganalisis pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani karet sebelum dan sesudah harga karet turun dengan asumsi sebelum dilakukan strategi bertahan hidup di Desa Lumban Dolok Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal. 3. Mendeskripsikan strategi petani karet dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga saat terjadinya penurunan harga karet di Desa Lumban Dolok Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal. D. Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : 1. Dapat memberikan pengetahuan bagaimana strategi yang seharusnya dilakukan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga saat terjadi penurunan harga karet. 2. Dapat memberikan pengetahuan tentang pengelolaan usaha perkebunan karet rakyat yang seharusnya pada saat terjadi penurunan harga karet. 3. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapakan dapat menjadi dasar penelitian lanjutan terkait dengan pengetahuan kesejahteraan petani karet.