1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemburu merupakan emosi yang biasa ditemukan dan alami terjadi pada anak-anak. Cemburu pertama kali terlihat ketika sang kakak punya adik baru. Hal itu dikenal sebagai persaingan antarsaudara kandung. Sebelum adik bayi lahir, sang kakak merasa orang tua menjadi miliknya sepenuhnya. Ia tidak perlu bersaing dengan orang lain untuk mendapatkan kasih sayang atau perhatian. Lahirnya saudara kandung membuat sang kakak merasa waktu dan perhatian ibu kurang. Selain itu, sang kakak takut tidak lagi disayang oleh orang tuanya. Terlebih, adanya adik bayi berarti ada beberapa rutinitas sehari-hari yang biasa dilakukan sang kakak. Pertengkaran antarsaudara kandung sudah merupakan label perilaku, dimana para profesional menganggapnya menarik. Dikarenakan teori-teori mereka berdasarkan apa yang mereka lihat dengan tindakantindakan negatif pada anak, maka mereka tidak mengenal istilah seperti kepedulian antar saudara kandung (Azerrad, 2005). Maka dari itu tidak mengherankan, walau sang kakak senang dan sayang pada adiknya, reaksi yang paling kuat adalah cemburu dan benci. Reaksi ini bisa muncul sesekali. Rasa cemburu bisa menimbulkan beberapa hal berikut, yaitu kemunduran tingkah laku ke tahap sebelumnya, antisosial, cari perhatian, melawan, cengeng dan penolakan. Listiani (2010) dalam skripsinya berjudul Penyebab terjadinya rivalry pada anak usia sekolah di RW 9 Kelurahan Jomblang Kota mengungkapkan bahwa hasil penelitian menunjukkan faktor sikap, urutan kelahiran, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara kandung anak, hubungan anak dengan saudara kandungnya, pola asuh 1
2 orang tua dan adanya anak emas diantara anak menpunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya rivalry. Pengujian hipotesis mendapatkan adanya faktor-faktor tersebut mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya rivalry. Fenomena di atas cukup jelas, apapun yang mempengaruhi satu orang anggota keluarga akan mempengaruhi semua anggota keluarga dengan tingkat yang sama karena anggota keluarga dihubungkan oleh ikatan yang sangat kuat, bahkan lebih kuat selama kejadian yang menegangkan seperti kehamilan (Hamilton, 1995). Pengetahuan ibu sangat penting dalam menghadapi masalah pada anak yang sangat mengganggu yang disebabkan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Pengaruh orang tua pada kehidupan anak tidak hanya mempengaruhi kehidupan tiap individu anak, tetapi juga hubungan antar saudara. Persaingan saudara terutama merupakan masalah peka karena anak tidak hanya membandingkan dirinya dengan saudara kandungnya yang lain melainkan ia juga menilai bagaimana orangtuanya membandingkan dengan saudaranya yang lain. Ini merupakan beban yang berat bagi anak (Sears, 2000).Kompetisi antar saudara bisa menghasilkan manfaat, tetapi biasanya anak merasa direndahkan oleh orang tuanya yang lebih suka pada anak lain. Ada strategi pendidikan untuk menghindari persaingan antar saudara (Tsang, 2009). Banyak permasalahan yang timbul oleh karena ibu memberikan perhatian yang lebih pada anak yang lain, sehingga akan menimbulkan reaksi rivalry. Sibling rivalry adalah permusuhan dan kecemburuan antara saudara kandung yang dapat menimbulkan ketegangan diantara saudara kandung (Rimm, 2003). Hal ini tak dapat disangkal bahwa perselisihan antar mereka akan selalu ada. Biasanya ini terjadi apabila masing-masing pihak berusaha untuk lebih unggul dari yang lain. Akar dari persaingan antarsaudara kandung adalah rasa cemburu antara anak dalam satu keluarga, yang terjadi pada lima tahun pertama 2
3 kehidupan mereka. Para ahli psikologi perkembangan sering mengulang pernyataan mengenai pentingnya tahun-tahun pertama sebagai tahun pembentukan sikap (formative years) atas dasar-dasar kepribadian seorang anak (Gunarsa, 1987). Anak batita biasanya memiliki semangat yang meluap untuk segala sesuatu yang baru, baik itu seorang kakak maupun adik. Menurut Millman & Schaifer (dalam Asupah, 2008) perasaan rivalry biasanya terjadi antara 2 anak atau lebih yang usianya berdekatan. Sibling rivalry biasanya lebih lazim terjadi ketiaka jarak usia anak antara 1-3 tahun. Sibling rivalry akan terlihat ketika umur mereka 3-5 tahun dan terjadi lagi pada umur 8-12 tahun pada usia sekolah, rivalry lebih terjadi pada anak yang berjenis kelamin sama, khususnya perempuan. Menurut Bakwin (dalam Asupah, 2008), rivalry cenderung terjadi lebih sering ketika anak yang lebih tua antara 2-4 tahun ketika adiknya dilahirkan, karena pada usia ini anak menjadi sadar akan kasih sayang orang tuanya. Menurut McNerney dan Joy (dalam Asupah, 2008), berdasarkan pengalaman yang diungkapkan beberapa orang Amerika dilaporkan 55% mengalami kompetisi dalam keluarga dan umur antara 10-15 tahun merupakan kategori tertinggi. Sibling rivalry menjadi sumber masalah jika rasa permusuhan antar individu semakin dalam. Pertengkaran akan semakin membahayakan masing-masing individu, salah satu anak akan merasa rendah diri dan mungkin akan melakukan tindakan yang menyakiti saudaranya. Penulis mengambil wilayah untuk penelitian di Desa Jampirejo dengan berbagai pertimbangan yaitu Jampirejo merupakan Desa yang cukup luas dengan luas 39,291 Ha. Selain itu penduduk Desa Jampirejo cukup padat yaitu terdiri dari 1181 kepala keluarga terhitung dari bulan Desember 2010. Jumlah sekolah (3-5 tahun) yaitu sebanyak 175 orang (data PLKB Kabupaten Temanggung, Desember/2010). Ratarata anak yang berumur 3-5 tahun yaitu kurang lebih 21 anak/rt. Survey 3
4 pendahuluan menunjukan dari 1 RW terdapat 7 pasangan adik kakak dengan usia kakak 3-5 tahun yang bisa dimungkinkan terjadi persaingan saudara kandung. Setelah diadakan survey di lapangan, dari 7 anak 2 di antaranya adalah rivalry seperti yang tertera dalam kriteria medis yaitu mengalami kemunduran (mengompol setelah adik lahir), suka marah, mencari perhatian baik satu maupun kedua orang tua, memiliki pikiran negatif terhadap saudara kandung, serangan dimulai sejak 6 bulan kelahiran adik, paling sedikit terjadi selama 4 minggu. Begitu pula pendidikan ibu sangat berpengaruh dalam menghadapi anak dengan reaksi rivalry. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan bulan Desember 2010, menurut data kelurahan di desa ini pendidikan mereka yang tidak tamat SD sebesar 7,3%, tamat SD sebesar 24%, tamat SLTP 18,5%, tamat SLTA 27,3% dan yang tamat Perguruan Tinggi sebesar 12% (data kelurahan, Desember/ 2010). Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana anak-anak yang mengalami reaksi rivalry terhadap adiknya dan tingkat pengetahuan ibu dalam menghadapi reaksi rivalry anak dan tumbuh kembang anak yang dilaksamakan di Desa Jampirejo Kabupaten Temanggung Jawa Tengah dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Reaksi Sibling Rivalry pada Anak Usia Pra Sekolah di Desa Jampirejo Kabupaten Temanggung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena dan kajian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian adalah adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan reaksi rivalry pada sekolah di Desa Jampirejo Kabupaten Temanggung Jawa Tengah? 4
5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan reaksi rivalry pada sekolah di Desa Jampirejo Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang rivalry pada sekolah di Desa Jampirejo Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. b. Mendiskripsikan reaksi rivalry pada sekolah di Desa Jampirejo Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan reaksi rivalry pada sekolah di Desa Jampirejo Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian 1. Orang Tua atau Responden Penelitian a. Menambah pengetahuan ibu akan pentingnya pengetahuan tentang rivalry atau reaksi rivalry. b. Menambah pengetahuan ibu tentang bagaimana reaksi rivalry dan cara penanganannya. 2. Ilmu Keperawatan Memajukan perkembangan ilmu keperawatan anak tentang reaksi rivalry yang berpengaruh pada tahap tumbuh kembang anak. 3. Peneliti Penelitian ini untuk menerapkan teori dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang rivalry dan reaksi rivalry pada anak. 5
6 E. Bidang Ilmu Penelitian ini mencakup bidang ilmu keperawatan anak khususnya tentang tingkat pengetahuan ibu dengan reaksi rivalry pada sekolah. F. Orisinalitas Penelitian Tabel 1.1 Orisinalitas Penelitian Tahun/ Peneliti 2007/ Yuliyati Judul Sampel Hasil Muhamma diyah Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan reaksi rivalry pada sekolah di TK Mranggen I Srumbung Magelang. Sampling jenuh Kuesioner pada ibu-ibu yang memiliki anak usia 4-7 tahun di TK Mranggen I Srumbung Magelang yang telah memenuhi kriteria inklusi. Tingkat pengetahuan ibu sebagian besar kurang yaitu 24 orang (43,6%) dan reaksi rivalry yang sering terjadi pada sekolah adalah sebanyak 3 anak (65,5%) dengan P value 0,002. 2008/ Jelita Widuri Yati Indonesia Hubungan antara rivalry dan motivasi berprestasi pada anak kembar. Purposive sampling. 16 orang lakilaki dan 16 orang perempuan kembar di Yayasan Nakula Sadewa yaitu yayasan yang anggotanya adalah anakanak kembar di Indonesia. Acuan dalam perhitungan adalah skor partisipan pada motivasi berprestasi dengan skor rivalry dan dari perhitungan tersebut didapatkan hasil korelasi sebesar 0,078. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara rivalry dengan motivasi berprestasi. 2010/ Ita Listiani Muhamma diyah Penyebab terjadinya rivalry pada anak usia sekolah di RW.9 Total sampling. Anak berusia 8-12 tahun yang mempunyai adik kandung, Faktor sikap, urutan kelahiran, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara kandung anak, hubungan anak dengan saudara kandungnya, pola asuh orang tua, dan 6
7 kelurahan Jomlang kota. yang tinggal di RW.9 kelurahan Jomblang sebanyak 55 responden. adanya anak emas diantara anak mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya rivalry. 2010/ Noviani Muhamma diyah Malang Gambaran pengetahuan orang tua tentang rivalry pada sekolah. Purposive sampling. Orang tua dari sekolah (3-5 tahun) di TK AS SALAM Malang yaitu sebanyak 25 responden. Bahwa dalam ranah C1 (tahu) meliputi pengertian dan penyebab rivalry (60%) responden menjawab C, 28,5% responden menjawab A dan 11,5% menjawab B. Dalam ranah C2 (paham) meliputi manfaat dan dampak rivalry (56%) responden menjawab B, 34% responden menjawab A dan 10% menjawab C. Dalam ranah C3 (aplikasi) sebanyak 42,4% jawaban A, 32,8% jawaban B dan 24,8% jawaban C. 2010/ Slamet Rahayu Muhamma diyah Strategi koping dalam mengatasi rivalry pada sekolah di Kelurahan Tugurejo Barat. Purposive sampling Orang tua yang mempunyai sekolah 3-5 tahun Kelurahan Tugurejo di Barat yaitu sebanyak 4 kepala keluarga. Strategi koping orang tua dalam mengatasi rivalry yaitu dengan menjelaskan peran sebagai kakak, mengkomunikasikan kehadiran anggota keluarga baru, menggunakan koping berfokus masalah, menasihati anak, berusaha berlaku adil, mengalihkan perhatian anak, menuruti kemauan anak dan membesarkan hati anak. 7
8 Orisinalitas penelitian ini adalah : 1. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dimana jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali, pada satu saat. 2. Populasi pada penelitian ini yaitu semua ibu yang mempunyai anak usia pra sekolah (3-5 tahun yang mempunyai adik) di Desa Jampirejo Kabupaten Temanggung Jawa Tengah sebanyak orang yang sudah dipilih sesuai dengan kriteria. 3. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner berdasarkan pada pustaka yang ada. 8