BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Martabak Boss merupakan martabak variasi khas Bandung yang menawarkan martabak dengan berbagai pilihan rasa. Setiap daerah memiliki namanama khas untuk martabak yang dijual. Nama-nama seperti "Martabak Bangka" dan "Martabak Bandung" sering dijumpai di pinggir jalan. Satu variasi martabak manis yang dapat dinikmati di Jakarta adalah Martabak Boss, kuliner berbahan tepung terigu ini dapat diolah dengan aneka rasa. Ada beberapa yang dicampur dengan adonan pandan, cokelat, ataupun asli dari tepung terigu sendiri. Martabak Boss memiliki variasi menu seperti ovomaltine, toblerone, nutela, duren, original, pandan, nastar, dan cokelat skippy. Toko martabak ini memiliki enam cabang di Jakarta dan Tangerang. Masing-masing terletak di Menteng, Tebet, Bintaro, Panglima Polim, dan Tomang. B. Analisa Deskriptif Statistik deskriptif b merupakan cara untuk menggambarkan dan menyajikan informasi dari sejumlah besar data. Dengan statistik deskriptif data mentah diubah menjadi informasi yang dapat menggambarkan karakteristik data. Karakteristik yang digambarkan adalah karakteristik responden. Analisis karakteristik responden dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang responden yang akan dijadikan masukan untuk memperjelas data penelitian yang ada. 63
Data karakteristik responden ini meliputi : jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, sosial media yang digunakan. a. Deskripsi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada table 4.2 dibawah ini : TABEL 4.1 KARAKTERISTIK BERDASARKAN JENIS KELAMIN RESPONDEN Jenis Kelamin Frequency Percent Laki Laki 39 39.0 Perempuan 61 61.0 Total 100 100.0 Sumber : Output Menggunakan dengan IBM SPSS Statistic 22 Berdasarkan pada Tabel 4.2 diketahui bahwa karakteristik Jenis Kelamin responden adalah 39 responden (39.0%) Laki Laki sedangkan sisanya 61 responden (61.0%) Perempuan. Artinya kebanyakan pelanggan Martabak Boss adalah Perempuan sebanyak 61 orang, sedangkan pelanggan Martabak Boss dengan jenis kelamin Laki Laki sebanyak 39 orang, hal tersebut bisa dikarenakan perempuan lebih banyak menyukai mendatangi tempat tempat kuliner dan gemar mencoba makanan yang baru dan unik. 64
b. Deskripsi Responden berdasarkan Usia Dibawah ini adalah table 4.1 yang menunjukan rentang usia dari responden : TABEL 4.2 KARAKTERISTIK BERDASARKAN USIA RESPONDEN Usia Frequency Percent 20th - 30 th 71 71.0 31th - 40 th 21 21.0 >40 8 8.0 Total 100 100.0 Sumber : Output Menggunakan dengan IBM SPSS Statistic 22 Berdasarkan pada table 4.1 diketahui bahwa karakteristik Usia responden adalah 71 responden (70.0%) usia 20tahun 30tahun, 21 responden (21.0%) usia 31tahun 40tahun, sedangkan sisanya 8 responden (8.0%) usia diatas 40tahun. Artinya terdapat 71 orang pelanggan Martabak Boss dengan rentang usia 20 30 tahun, dan 21 orang pelanggan Martabak Boss dengan rentang usia 31 40 tahun, dan sisanya 8 orang pelanggan Martabak Boss dengan usia diatas 40 tahun, dikarenakan konsep Martabak Boss lebih mengarah pada segmen remaja dan anak muda. 65
c. Deskripsi Responden berdasarkan Pendidikan Dibawah ini adalah table 4.3 yang menunjukan rentang usia dari responden : TABEL 4.3 KARAKTERISTIK BERDASARKAN PENDIDIKAN RESSPONDEN Pendidikan Frequency Percent SLTA 11 11.0 D3 15 15.0 S1 69 69.0 S2 5 5.0 Total 100 100.0 Sumber : Output Menggunakan dengan IBM SPSS Statistic 22 Berdasarkan pada table 4.3 diketahui bahwa karakteristik Pendidikan responden adalah S1 yaitu sebanyak 69 responden ( 69.0%) selanjutnya pada pendidikan D3 sebanyak 15 repsonden (15.0%), lalu pada SLTA sebanyak 11 responden (11.0%). kategori S2 sebanyak 5 responden (5.0%). Artinya kebanyakan pelanggan Martabak Bos berasal dari masyarakat dengan karakteristik pendidikan sarjana sebanyak 69 orang pelanggan, dan sebagiannya lagi sebanyak 15 orang pelanggan Martabak Boss dengan karakteristik pendidikan D3, kemudian 11 orang pelanggan Martabak Boss berasal dari karakteristik pendidikan SLTA, dan sisanya 5 orang pelanggan dengan karakteristik pendidikan S2. 66
d. Deskripsi Responden berdasarkan Pekerjaan Dibawah ini adalah Tabel 4.4 yaitu menunjukan karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan: TABEL 4.4 KARAKTERISTIK BERDASARKAN PEKERJAAN RESPONDEN Pekerjaan Frequency Percent Karyawan 87 87.0 Wirausaha 9 9.0 PNS 4 4.0 Total 100 100.0 Sumber : Output Menggunakan dengan IBM SPSS Statistic 22 Berdasarkan pada table 4.4 diketahui bahwa karakteristik Pekerjaan responden sebagian besar adalah karyawan yaitu sebanyak 87 responden (87.0%), selanjutnya wirausaha sebanyak 9 responden (9.0%) dan pada PNS sebanyak 4 responden (4.0%). Artinya sebanyak 87 orang pelanggan Martabak Boss bekerja sebagai Karyawan, sebanyak 9 orang pelanggan Martabak Boss adalah Wirausaha, dan sisanya sebanyak 4 orang pelanggan Martabak Boss bekerja sebagai PNS. Hal tersebut bisa jadi dikarenakan karyawan tidak terlalu memiliki banyak waktu untuk membuat masakan, jadi lebih memilih untuk membeli makanan cepat saji karena tidak terlalu memakan banyak waktu. 67
e. Deskripsi Responden berdasarkan Penghasilan Dibawah ini adalah Tabel 4.5 yang merupakan karakteristik responden berdasarkan tingkat penghasilan: TABEL 4.5 KARAKTERISTIK BERDASARKAN PENGHASILAN RESPONDEN Penghasilan Frequency Percent 1jt - 5jt 58 58.0 6jt - 10jt 35 35.0 >10jt 7 7.0 Total 100 100.0 Sumber : Output Menggunakan dengan IBM SPSS Statistic 22 Berdasarkan pada table 4.5 diketahui karakteristik berdasarkan tingkat penghasilan adalah rentang 1 5 Juta yaitu sebanyak 58 repsonden (58.0%), selanjutnya pada rentang 6 10 Juta sebanyak 35 responden (35.0 %), dan pada rentang diatas > 10 Juta sebanyak 7 responden (7.0%). Artinya kebanyakan pelanggan Martabak Boss dengan penghasilan 1juta 5juta sebanyak 58 orang, dan sebanyak 35 orang pelanggan Martabak Boss berpenghasilan 6juta 10juta, dan pelanggan Martabak Boss dengan penghasilan diatas 10juta sebanyak 7 orang. Bisa dikatakan mereka yang berpenghasilan mulai 1jt 5jt memiiki kemampuan untuk membeli Martabak Boss. 68
f. Deskripsi responden berdasarkan sosial media yang paling sering digunakan Dibawah ini adalah table 4.5 menunjukan tingkat penggunaan sosial media yang paling sering digunakan responden : TABEL 4.5 KARAKTERISTIK BERDASARKAN TINGKAT PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA Sosial Media Yang Pling Sering Digunakan Frequency Percent Instagram 50 50.0 Path 42 42.0 Facebook 8 8.0 Total 100 100.0 Sumber : Output Menggunakan dengan IBM SPSS Statistic 22 Berdasarkan pada table 4.5 diketahu karakteristik sosial media yang paling sering digunakan responden adalah 50 responden (50.0%) menggunakan Instagram, 42 responden (42.0%) menggunakan Path, dan sisanya 8 responden (8.0%) menggunakan Facebook. kebanyakan pelanggan Martabak Boss sebanyak 50 orang yang paling sering menggukan jejaring sosial media Instagram, sebanyak 42 pelanggan menggunakan jejaring sosial media Path, dan sisanya sebanyak 8 pelanggan menggunakan jejaring Sosial media Facebook. Bisa dikarenakan pengguna aktif jejaring sosial media Instagram kebanyakan adalah reaja dan anak muda bila kita lihat dari data rentang usia Pelanggan adalah remaja dan anak muda. 69
C. Uji Asumsi dan Kualitas Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Uji validitas menggunakan model Factor Analysis. Yang perlu diperhatikan dalam uji ini adalah nilai Standardize Loading Factor (SLF) pada table Anti Image dan Nilai Extraction pada tabelcommunalities. Pertanyaan akan dianggap valid apabila memiliki nilai SLF dan Extraction lebih besar dari 0,50. Hasil pengujian untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut : a. Electronic Word of Mouth TABEL 4.7 UJI VALIDITAS VARIABEL ELECTRONIC WORD OF MOUTH Indikator Standardize Loading Factor (SLF) Nilai R Kesimpulan EWOM1 0.99 0.50 VALID EWOM2 0.65 0.50 VALID EWOM3 0.79 0.50 VALID EWOM4 0.52 0.50 VALID EWOM5 0.99 0.50 VALID EWOM6 0.69 0.50 VALID EWOM7 0.75 0.50 VALID EWOM8 0.66 0.50 VALID Sumber : hasil pengolahan dengan Microsoft Office Excell 2007 Dari table 4.7 diatas dapat diketahui bahwa uji validitas semua indikator dalam variable electronic word of mouth valid karena Standardize Loading Factor >0,50. Sehingga semua indikator electronic word of mouth dapat dipakai dalam penelitian ini. 70
b. Brand Image Indikator TABEL. 4.8 UJI VALIDITAS VARIABEL BRAND IMAGE Standardize Loading Factor (SLF) Nilai R Kesimpulan BRAND1 0.74 0.50 VALID BRAND2 0.74 0.50 VALID BRAND3 0.52 0.50 VALID BRAND4 0.78 0.50 VALID BRAND5 0.72 0.50 VALID BRAND6 0.81 0.50 VALID BRAND7 0.84 0.50 VALID BRAND8 0.74 0.50 VALID Sumber : hasil pengolahan dengan Microsoft Office Excell 2007 Dari table 4.8 diatas dapat diketahui bahwa uji validitas semua indikator dalam variable brand image valid karena Standardize Loading Factor >0,50. Sehingga semua indikator brand image dapat dipakai dalam penelitian ini. c. Buying Intention Indikator TABEL. 4.9 UJI VALIDITAS VARIABEL BUYING INTENTION Standardize Loading Factor (SLF) Nilai R Kesimpulan MINAT1 0.66 0.50 VALID MINAT2 0.72 0.50 VALID MINAT3 MINAT4 0.91 0.39 0.50 0.50 VALID TIDAK VALID Sumber : hasil pengolahan dengan Microsoft Office Excell 2007 71
Dari table 4.9 diatas dapat diketahui bahwa uji validitas indikator minat1 sampai minat 4 dalam variable buying intention valid karena Standardize Loading Factor >0,50 dan uji validitas minat4 tidak valid 2. Hasil Uji Reliabilitas Hasil pengujian instrumen dikatakan reliabel apabila mempunyai nilai Construct Reliability ( CR ) > 0,70 dan Variance Extraced ( VE ) > 0,50. Adapun rumus dari Construct Reliability ( CR ) dan Variance Extraced ( VE ) adalah sebagai berikut : Rumus Construct Reliability ( CR ): Σ(standart loading) 2 Σ(standart loading) 2 + Σ(measurement erorr) 2 Variance Extraced ( VE ) : Σ(standart loading 2 ) Σ(standart loading 2 ) + Σ(measurement erorr 2 ) Dari hasil rumus Constuct Variabel ( CR ) dan Variance Extraced ( VE ), maka didapat hasil sebagai berikut: 72
Variabel Electronic Word of Mouth Brand Image Buying Intention TABEL 4.10 UJI RELIABILITAS Nilai Stndard Nilai CR VE CR VE 0.91 > 0,70 0.44 > 0,50 0.73 > 0,70 0.36 > 0,50 0.78 > 0,70 0.39 > 0,50 Sumber : hasil pengolahan dengan Microsoft Office Excell 2007 Kesimpulan Reliabel Reliabel Reliabel Berdasarkan tabel 4.10 variabel electronic word of mouth, Brand Image, dan Buying Intention mempunyai nilai Construct Reliability ( CR ) > 0,70 dan Variance Extraced ( VE ) > 0,50 sehingga dapat dikatakan bahwa hasil survei tersebut Reliabel. D. Pengolahan Data danuji Kecocokan Model Pengukuran 1. Uji Kecocokan Model Pengukuran Untuk Masing-Masing Variabel Penelitian a. Electronic Word of Mouth Dalam pengujian ini 8 indikator teramati tentang variable electronic word of mouth dan brand mage, dengan mendapatkan hasil Chi-square = 209.82, df = 20, P-value = 0,00000, dan RMSEA = 0.310 73
Sumber : Hasil pengolahan program LISREL 2016 GAMBAR 4.1 MODEL PENGUKURAN VARIABEL ELECTRONIC WORD OF MOUTH Pada gambar 4.1 diatas dari 8 indikator teramati yang dimaksud dalam SEM, terdapat indikator teramati yang mempunyai nila Standardize Loading Factor 0,50. Indikatotr-indikator tersebut yaitu EWOM1, EWOM2, EWOM3, EWOM4, EWOM5, EWOM6, EWOM7, EWOM8 sehingga semua model teramati valid dan dapat digunakan dalam penelitian yaitu : 74
1. Setiap hari saya mengakses informasi sebuah produk melalui situs Jejaring sosial media. 2. Setiap hari saya selalu berinteraksi dengan pengguna situs jejaring sosial media. 3. Saya banyak menulis ulasan (memposting) tentang Martabak Boss di situs jejaring sosial media. 4. Saya memberikan komentar positif tentang Martabak Boss di situs jejaring sosial media. 5. Saya memberikan rekomendasi produk Martabak Boss melalui situs jejaring sosial media. 6. Saya memberikan informasi variasi yang terdapat di Martabak Boss melalui situs jejaring sosial media. 7. Saya memberikan informasi kualitas Martabak Bosss melalui situs jejaring sosial media. 8. Saya memberikan informasi harga Martabak Boss melalui situs jejaring sosial media. 75
b. Brand Image Dalam pengujian ini 8 indikator teramati tentang variabel Kelas Sosial yang telah diuji, dengan mendapatkan hasil Chi-square = 76.39, df = 20, P- value = 0,00000, dan RMSEA = 0,169. Sumber : Hasil pengolahan program LISREL 2016 GAMBAR 4.2 MODEL PENGUKURAN VARIABEL BRAND IMAGE Pada gambar 4.2 di atas dari 8 indikator teramati yang dimasukan dalam SEM, terdapat indikator teramati yang mempunyai nilai Standardize Loading Factor 0,50. Indikator-indikator tersebut yaitu BRAND1, BRAND2, BRANDN3, BRAND4, BRAND5, BRAND6, BRAND7 sehingga 76
semua model teramati valid dan dapat digunakan dalam model penelitian yaitu : 1. Martabak Boss memiliki kualitas yang sangat tinggi 2. Martabak Boss memiliki karakteristik yang lebih bai dari martabak lain 3. Martabak Boss lebih murah disbanding dengan martabak yang lainnya 4. Menurut saya Martabak Boss adalah merek yang sangat di kenal 5. Merek Martabak Boss memiliki kepribadian yang berbeda dengan merek lainnya 6. Citra Merek Martabak Boss tidak mengecewakan pelanggan 7. Menurut saya Martabak Boss salah satu merek yang terbaik disektornya 8. Menurut saya Merek Martabak Boss sangat kuat di Pasarnya c. Buying Intention Dalam pengujian ini 8 indikator teramati tentang variabel Kelas Sosial yang telah diuji, dengan mendapatkan hasil Chi-square = 5.35, df = 2, P-value = 0,06898, dan RMSEA = 0,130. 77
Sumber : Hasil pengolahan program LISREL 2015 GAMBAR 4.3 MODEL PENGUKURAN VARIABEL BUYING INTENTION Pada gambar 4.3 di atas dari 4 indikator teramati yang dimasukan dalam SEM, terdapat indikator teramati yang mempunyai nilai Standardize Loading Factor 0,50. Indikator-indikator tersebut yaitu minat1, minat2, minat3, sehingga semua model teramati valid dan dapat digunakan dalam model penelitian yaitu : 1. Saya cenderung orang yang selalu membeli ulang produk yang telah saya beli. 2. Saya cenderung merenfrensikan produk yang sudah saya beli. 3. Saya selalu mencari informasi tentang produk yang saya minati. 4. Saya memprioritaskan apa yang saya minati. 78
2. Uji Kecocokan Model Pengukuran Setelah menemukan model secara keseluruhan, model ini kemudian dianalisis untuk melihat kecocokan dengan data. Setelah itu akan dihitung Construct Reability dan Variance Extracted dari masing-masing variabel laten, langkah kedua dengan menambahkan model struktural asli pada model CFA (Wijanto, 2008). Model Hybrid ini kemudian diestimasi dan dianalisis untuk melihat kecocokan secara keseluruhan dan evaluasi terhadap model strukturalnya. Pengerjaan SEM (Structural Equation Modelling) pada penelitian ini menggunakan program LISREL 8.7 by Karl G. Joreskog & Dag Sorbom. Hasil uji kecocokan model pengukuran dapat dilihat pada gambar 4.4 dan table 4.10. 79
GAMBAR 4.4 MODEL PENGUKURAN KONSTRUK VARIABEL PENELITIAN Sumber : Hasil pengolahan program LISREL 2016 80
No TABEL 4.11 HASIL UJI KECOCOKAN MODEL STRUKTURAL Ukuran GOF 1 Root Mean Square Error of Appoximation (RMSEA) P (close Fit) 2 Normed Fit Index (NFI) 3 Non - Normed Fit Index (NNFI) 4 Comparative Fit Index (CFI) 5 Incremental Fit Index (IFI) 6 Relative Fit Index (RFI) 7 Goodnees of Fit Index (GFI) 8 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Tingkat Target Kecocokan RMSEA 0,08 P 0,50 Hasil Estimasi Tingkat Kecocokan 0,14 Bad Fit NFI 0,90 0,77 Bad Fit NFFI 0,90 0,79 Bad Fit CFI 0,90 0,82 Bad Fit IFI 0,90 0,82 Bad Fit RFI 0,90 0,74 Bad Fit GFI 0,90 0,68 Bad Fit AGFI 0,90 0,59 Bad Fit Suber : Hasil pengolahan data dengan program LISREL 2016 Model pengukuran konstruk variable penelitian tersebut Bad Fit karena mempunyai nilai RMSEA 0,08 yaitu sebesar 0,14 sehingga diperlukan adanya modifikasi model. Sesuai dengan Goodness of Fit dikatakan suatu model dapat dinilai fit apabila mempunyai nilai RMSEA 0,08. 81
3. Uji Modifikasi Model Hasil modifikasi model pengukuran dapat dilihat pada gambar 4.5 dan table 4.12 GAMBAR 4.5 MODEL PENGUKURAN MODIFIKASI MODEL Sumber : Hasil pengolahan program LISREL 2015 82
No TABEL 4.12 HASIL UJI KECOCOKAN MODIFIKASI MODEL Ukuran GOF 1 Root Mean Square Error of Appoximation (RMSEA) P (close Fit) 2 Normed Fit Index (NFI) 3 Non - Normed Fit Index (NNFI) 4 Comparative Fit Index (CFI) 5 Incremental Fit Index (IFI) 6 Relative Fit Index (RFI) 7 Goodnees of Fit Index (GFI) 8 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Tingkat Target Kecocokan RMSEA 0,08 P 0,50 Hasil Estimasi Tingkat Kecocoka n 0,04 Good Fit NFI 0,90 0,94 Good Fit NFFI 0,90 0,98 Good Fit CFI 0,90 0,98 Good Fit IFI 0,90 0,98 Good Fit RFI 0,90 0,92 Good Fit GFI 0,90 0,76 Bad Fit AGFI 0,90 0,61 Bad Fit Suber : Hasil pengolahan data dengan program LISREL 2015 4. Uji Kecocokan Model Struktural (Uji T) Wijanto, 2008 mengatakan bahwa uji kecocokan model struktural terdiri dari uji kecocokan keseluruhan model dan analisis hubungan kausal. Hubungan kausal antar variabel dikatakan signifikan bisa dilihat pada uji kausalitas. Hasil kecocokan keseluruhan model dapat dilihat pada gambar 4.6 dan table 4.13 83
GAMBAR 4.6 MODEL STRUKTURAL (T-VALLUE) Sumber : Hasil pengolahan program LISREL 2015 84
No TABEL 4.13 HASIL UJI KECOCOKAN MODIFIKASI MODEL Ukuran GOF 1 Root Mean Square Error of Appoximation (RMSEA) P (close Fit) 2 Normed Fit Index Tingkat Target Kecocokan RMSEA 0,08 P 0,50 Hasil Estimasi Tingkat Kecocoka n 0,04 Good Fit 0,94 Good Fit (NFI) NFI 0,90 3 Non - Normed Fit NFFI 0,90 0,98 Good Fit Index (NNFI) 4 Comparative Fit Index CFI 0,90 0,98 Good Fit (CFI) 5 Incremental Fit Index IFI 0,90 0,98 Good Fit (IFI) 6 Relative Fit Index 0,92 Good Fit (RFI) RFI 0,90 7 Goodnees of Fit Index GFI 0,90 0,76 Bad Fit (GFI) 8 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) AGFI 0,90 0,61 Bad Fit Suber : Hasil pengolahan data dengan program LISREL 2015 Dari table 4.13 terlihat bahwa nilai kecocokan E. Pengujian Hipotesis Penelitian Setelah didapatkan model struktural dengan Goodnees of fit yang baik, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji hipotesis. Pada penelitian ini ada 5 hipotesis seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dan pengujian dilakukan dengan melihat signifikansi tiap hubungan variabel. Nilai signifikansi (α) yang digunakan sebesar 0,10 atau 10% dengan nilai t sebesar 1,67 (wijanto, 2008). Hal tersebut 85
mengingat proses pengumpulan data melibatkan responden yang cukup banyak dan beragam dan merupakan Convenience Sampling yang memiliki resiko error yang tinggi. Nilai hasil estimasi atas hubungan kausal dari model struktural yang diuji dan hasil pengujian hipotesis dengan nilai t masing-masing hubungan dapat dilihat pada tabel 4.14 (keterangan : dikatakan berpengaruh apabila nilai t-values 1,96) sebagai berikut : TABEL 4.14 HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis Structural Path t-value Keterangan Kesimpulan H1 Electronic Word of Mouth Buying Intention 1.15 Data tidak mengukung hipotesis Electronic Word of Mouth tidak berpengaruh signifikan terhadap Buying Intention H2 Brand Image Buying Intention 9.73 Data mendukung hipotesis Brand Image berpengaruh signifikan terhadap Buying Intention Hasil uji statistik pada model penelitian untuk variabel konstruk Electronic Word of Mouth tidak berpengaruh signifikan terhadap Buying Intention, hal ini ditunjukkan dengan nilai t variabel tersebut yang berada dibawah 1,96, yaitu 1.15. Untuk variabel konstruk Brand Image berpengaruh signifikan terhadap Buying Intention karena nilai t variabel tersebut berada di atas 1,96 yaitu 9.73. 86
F. Pembahasan 1. Pengaruh Electronic Word of Mouth terhadap Buying Intention Berdasarkan tabel 4.13 dapat diartikan bahwa variabel electronic word of mouth tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Buying Intention. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t-value sebesar 1.15 lebih kecil dari t table sebesar 1,96. Electronic Word of Mouth pada responden penelitian ini tidak memberikan pengaruh pada Buying Intention pada Martabak Boss. Pada penelitian sebelumnya Jotopurnom, Laurensia, Samuel (2014) menyatakan e-wom secara parsial berpengaruh signifikan terhadap minat beli reservasi hotel secara online hal tersebut bertolak belakang dengan penelitian ini dimana electronic word-of-mouth tidak memiliki pengaruh terhadap buying intention, hal tersebut bisa dikarenakan Martabak Boss belum memiliki brand (merek) yang kuat di mata pelanggan, sehingga upaya yang dilakukan oleh Martabak Boss untuk melakukan kegiatan electronic word-of-mouth tidak memberikan pengaruh terhadap minat pembelian untuk pelanggan Martabak Boss, selain itu tidak semua pengguna sosial media mengetahui tentang adanya kegiatan electronic word-of-mouth yang dilakukan oleh Martabak Boss karena tidak semua pelanggan mengikuti akun sosial media dari Martabak Boss yang menjadikan para pelanggan tidak mengetahui tentang keberadaan dari Martabak Boss itu sendiri. 87
2. Pengaruh Brand Image terhadap Buying Intention Berdasarkan tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa variable Brand Image berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Buying Intention. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t-value sebesar 9.73 lebih besar dari t table sebesar 1,96. Brand Image pada responden penelitian ini memberikan pengaruh pada Buying Intention pada Martabak Boss. Dalam penelitian ini Brand Image terbukti berpengaruh terhadap Buying Intention pada Martabak Boss dan menunjukkan bahwa Brand Image berpengaruh signifikan terhadap Buying Intention pada Martabak Boss dan hal ini menjelaskan bahwa Brand Image berpengaruh positif terhadap Buying Intention. Dan hal ini sejalan dengan penelitian Mardhallita Shanti (2015) yang menyatakan variabel brand image berpengaruh positif terhadap minat beli, Brand image merupakan salah satu faktor yang dijadikan konsumen sebagai pertimbangan minat untuk membeli produk. Mengacu pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel brand image yang berpengaruh signifikan terhadap minat beli mengindikasikan bahwa brand image yang mempengaruhi keinginan konsumen untuk melakukan pembelian. 88