BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada murid SMP di lima wilayah bagian di Jakarta meliputi bagian Barat, Timur, Utara, Selatan dan Pusat Jakarta. Studi lapangan (field study) dilakukan Juni 2014 dan memperoleh 411 orang responden yang merupakan remaja yang memiliki akun jejaring sosial Twitter. Seluruh kuesioner yang telah diisi oleh responden memenuhi kriteria dan dapat diolah karena pengisian kuesioner telah lengkap dan sesuai aturan sehingga dapat diolah untuk analisis lebih lanjut. 4.1.1 Lokasi responden Berikut ini merupakan tabel frekuensi responden pada lokasi-lokasi distribusi kueioner penelitian : Tabel 4.1 Lokasi Responden Valid Jakarta Timur 70 17,0 Jakarta Selatan 100 24,3 Jakarta Barat 70 17,0 Jakarta Utara 81 19,7 Jakarata Pusat 90 21,9 Dari tabel berikut di atas, dapat dilihat bahwa data diambil di lima wilayah bagian di Jakarta dengan persentase dari yang terbesar yaitu: Jakarta Selatan 24,3%, Jakarta Pusat 21,9%, Jakarta Utara 19,7% dan Jakarta Timur dan Barat masing-masing 17%.
4.1.2 Jenis kelamin responden Berikut ini frekuensi jenis kelamin dan usia responden yang diperoleh dari hasil: Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden Valid Laki-Laki 174 42,3 Perempuan 226 55,0 Total 400 97,3 Missing System 11 2,7 Dari Tabel 4.2, dapat dilihat 226 responden perempuan dan 174 responden laki-laki sehingga dapat dikatakan bahwa respoden terbayak adalah perempuan presentase 55,0%. Dalam hasil penelitian terdapat 2,7%. Missing system berarti terdapat 11 responden yang tidak menuliskan jenis kelamin di dalam data kuesioner. 4.1.3 Usia dan Tahun Penggunaan Twitter Tabel 4.3 Usia Responden Valid 11 Tahun 4 1,0 12 Tahun 26 6,3 13 Tahun 110 26,8 14 Tahun 192 46,7 15 Tahun 67 16,3 Total 399 97,1 Missing System 12 2,9 Mean 14 Berdasarkan 4.3 terlihat bahwa responden berada pada rentang usia antara 11 sampai dengan 15 tahun. Tabel menunjukan bahwa sebagian besar responden yang menggunakan Twitter berada pada usia 14 tahun yaitu sebanyak 192 responden dengan persentase 46,7%. Missing system berarti terdapat 12 responden yang tidak menuliskan
usia di dalam data kuesioner. Berikut merupakan frekuensi dari lama responden telah memiliki akun Twitter : Tabel 4.4 Tahun penggunaan Twitter Valid 1-2 Tahun 150 36,5 2-4 Tahun 106 25,8 5-6 Tahun 66 16,1 > 6 Tahun 19 4,6 Total 341 83,0 Missing System 70 17,0 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat lama penggunaan Twitter pada pada rentang 1-2 tahun muncul paling banyak. Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 150 orang atau 36,5% responden telah menggunakan Twitter selama 1-2 tahun dan dengan persentase terkecil yaitu 4,6% dari responden telah menggunakan Twitter selama lebih dari 6 tahun. Missing system berarti terdapat 70 responden yang tidak menuliskan seberapa lama mereka telah memiliki akun Twitter di dalam data kuesioner. 4.1.4 Penggunaan smartphone dan durasi penggunaan Twitter Berikut dibawah ini persentase penggunaan Smaartphone sebagai media yang digunakan untuk mengakses Twitter: Tabel 4.5 Penggunaan smartphone Valid Ya 371 90,3 Tidak 24 5,8 Total 395 96,1 Missing System 16 3,9
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 371 responden menggunakan smartphone sebagai media untuk mengakses Twitter dengan frekuensi sebanyak 371 dari 411 responden dengan persentase 90,3%. Sebanyak 16 responden tidak mengisi data penggunaan smarthphone sehingga terdapat missing system sebesar 0.4%. Tabel 4.6 Durasi penggunaan Twitter Valid kurang dari 10 menit 101 24,6 10-30 menit 87 21,2 31-60 menit 36 8,8 1-2 jam 68 16,5 2-3 jam 32 7,8 lebih dari 3 jam 65 15,8 Total 389 94,6 Missing System 22 5,4 Berdasarkan tabel 4.6 di atas, sebanyak 24,6% responden menggunakan Twitter kurang dari 10 menit, 21,2% 10-30 menit dan sebesar 16,5% menggunakan selama 1-2 jam perhari. Selain itu sebanyak 15,8% menggunakan selama lebih dari 3 jam perhari, 8,8% selama 31-60 menit dan 7,8% selama 2-3 jam perhari. Sebanyak 22 responden tidak mengisi data durasi penggunaan Twitter sehingga terdapat missing system sebesar 5.4%. 4.1.5 Uji Normalitas Setelah melakukan uji normalitas diperoleh hasil gabungan antara Problematic Internet Use dan Perceived Stress. Tabel 4.7 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov a p Perceived Stress,000 Problematic Internet Use,007
Melalui hasil uji normalitas diperoleh signifikansi adalah sebesar 0.007 (p<0.05) dan 0.000 (p<0.05). Berdasarkan perolehan nilai tersebut dapat diartikan bahwa distribusi data tidak normal dan untuk pengujian hipotesa digunakan uji korelasi Spearman. 4.2 Uji hipotesis Problematic Internet Use (PIU) dan Perceived Stress Untuk menguji Hipotesis peneliti menggunakan uji korelasi Spearman karena Sampel diambil dengan teknik random (acak) dan data yang diuji berdistribusi tidak normal bersifat linier. Berdasarkan data yang telah terkumpul dilakukan tahapan pengolahan data menggunakan sistem SPSS 22.00. Adapun Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: H0 : Tidak ada hubungan antara problematic internet use dengan perceived stress pada remaja. Ha: Terdapat hubungan antara problematic internet use dengan perceived stress pada remaja. Tabel 4.8 Uji korelasi PIU dan Perceived Stress p R Spearman's rho,002,155 ** N 411 Tabel di atas menunjukan bahwa korelasi antara Problematic Internet Use dan Perceived Stress menunjukkan nilai signifikan (2-tailed) sebesar 0.02 (p<0.05) dengan nilai korelasi (r=0,155) maka berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini H0 ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa ha diterima yang berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara Problematic InternetUse (PIU) dan Perceived Stress pada remaja pengguna Twitter di Jakarta. Nilai korelasi tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat Problematic Internet Use (PIU) maka semakin tinggi pula tingkat Perceived Stress pada remaja begitu pula sebaliknya,
semakin tinggi tingkat Perceived Stress maka semakin tinggi pula tingkat Problematic Internet Use pada remaja. Berdasarkan uji korelasi antara Problematic Internet Use (PIU) dan Perceived Stress diperoleh r= 0,155 berdasarkan nilai korelasi pada tabel korelasi Guilford dapat diartikan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara Problematic Internet Use (PIU) dan Perceived Stress namun berada pada nilai yang sangat kecil atau sangat rendah. Tabel 4.9 Nilai Korelasi Guillford Nilai Makna 0,00 0,19 Sangat rendah atau sangat lemah 0,20 0,39 Rendah atau lemah 0,40 0,59 Sedang 0,60 0,79 Tinggi atau Kuat 0,80 1,00 Sangat Tinggi atau sangat kuat Sumber: Fundamental Statistics in Psychology and Education Textbook 4.3 Analisa tambahan Dalam analisa tambahan, dilakukan pengujian korelasi antara domain dalam Problematic Internet Use (PIU) dan Perceived Stress untuk melihat hubungan setiap domain dalam Problematic Internet Use (PIU) pada Perceived Stress. Selain itu peneliti juga melakukan pengujian korelasi antara Problematic Internet Use (PIU) dan Perceived Stress terhadap durasi dalam mengakses Twitter. Pengujian korelasi ini dilakukan untuk melihat hubungan yang signifikan antara Problematic Internet Use (PIU) dan Perceived Stress terhadap durasi dalam penggunaan Twitter bagi remaja. Tabel 4.10 Korelasi Perceived Stress dan Domain dalam Prolematic Internet Use (PIU) p r Preference for Online Social Interaction (POSI),551,030 Mood Regulation,008,131 ** Cognitive,016,118 ** Preoccupation
p r Compulsive Internet Use,000,221 * Negative Outcome,813,012 N 411 Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara Perceived Stress dan Preference for Online Social Interaction (POSI). Namun dapat dilihat bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara Perceived Stress dan mood regulation dengan nilai signifikan (2-tailed) 0,008 (p<0,05) dan (r= 0,137) sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan positif antara Perceived Stress dan mood regulation Nilai r= 0,137 memiliki arti bahwa keduanya memiliki korelasi yang signifikan namun berada pada nilai yang sangat kecil. Demikian pula dengan korelasi antara Perceived Stress dan Cognitive Preoccupation dengan nilai signifikan (2-tailed) 0,016 (p<0,05) dan (r= 0,139.) dapat dikatakan terdapat hubungan positif pada nilai yang sangat kecil. Uji korelasi antara Perceived Stress dan Compulsive Internet Use memperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05) dengan (r=0,221) sehingga dapat dikatakan terdapat korelasi positif antara keduanya namun dalam nilai yang kecil. Sedangkan antara Perceived Stress dan Negative Outcome tidak terdapat korelasi. Tabel 4.11 Korelasi Problematic Internet Use (PIU) dan Durasi penggunaan Twitter p r Spearman's rho,419,041 N 411
Tabel 4.12 Korelasi Perceived Stress dan Durasi Penggunaan Twitter p r Spearman's rho,033,108 * N 411 Tabel 4.13 dan 4.14 memperlihatkan korelasi antara durasi penggunaan Twitter per hari dan Problematic Internet Use serta Perceived stress. Berdasarkan hasil korelasi antara kedua variabel tersebut dan durasi penggunaan Twitter diketahui bahwa ada korelasi Perceived Stress dan durasi penggunaan Twitter. Hasil korelasi keduanya memperoleh hasil dengan nilai signifikansi 0,033 (p<0.05) dan(r= 0,041) yang berarti Perceived Stress dan durasi penggunaan Twitter memiliki korelasi dalam nilai yang sangat kecil. Hasil korelasi antara Problematic Internet Use (PIU) dan durasi penggunaan Twitter memperoleh nilai signifikan (2-tailed) 0,419 (p>0.05), sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Problematic Internet Use (PIU) dan durasi penggunaan Twitter karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.