Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAHUK NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Kosmetika. Izin Produksi.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

PERMOHONAN PERSETUJUAN PRINSIP INDUSTRI OBAT TRADISIONAL/INDUSTRI EKSTRAK BAHAN ALAM

PERMOHONAN PERSETUJUAN PRINSIP INDUSTRI OBAT TRADISIONAL/INDUSTRI EKSTRAK BAHAN ALAM

KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pembuatan Obat. Penerapan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri. Usaha Obat. Tradisional. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera, serta memperkuat perekonomian negara dan daya saing bisnis

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB V TUGAS KHUSUS 5.1. Latar belakang

PEDOMAN PELAYANAN PERIZINAN INDUSTRI FARMASI

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESiA PERA TURAN MENTERI KESEHA TAN REPUBLIK NOMOR 1175/MENKES/PERNIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

2018, No Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Pedagang Besar Farmasi dengan data sebagai berikut:

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Tata Cara Pelaksanaan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan Terte

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG TENAGA KERJA ASING PERPRES 72 TAHUN 2014 DAN PERPRES NO 20 TAHUN 2018

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INTERBAT JL. HR. MOCHAMAD MANGUNDIPROJO NO. 1 BUDURAN-SIDOARJO (31 AGUSTUS 23 OKTOBER 2015)

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontr

Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 31 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

WALIKOTA PALANGKA RAYA

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MASUKAN KAMI TERIMA PALING LAMBAT TANGGAL 18 OKTOBER 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL MEI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

5. Pengurus Lembaga Pendidikan Khusus di bidang Pasar Modal; SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.04/20...

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

5.1.1 Kesimpulan Tugas Khusus Pengawasan Mutu - Kualitas air dan menjaga air dari kontaminasi mikrobiologi merupakan bagian penting untuk memastikan

Transkripsi:

INDUSTRI

No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan Substansi materi Dosen I Selasa, 29 Agustus 2017 Pendahuluan -Ruang lingkup industri farmasi -Pemenuhan CPOB -Jenis-jenis industri farmasi -Ciri-ciri industri farmasi -Peraturan dan persyaratan legal industri farmasi -Overview industri farmasi -Permasalahan industri farmasi Viddy A R II Selasa, 5 September 2017 Produksi -Tugas dan kewajiban manajer dan supervisor produksi -Flowchart dari perencanaan ke produksi -Alur proses produksi -Aliran barang/bahan Viddy A R III Selasa, 12 September 2017 Quality Management System -Ruang lingkup -Struktur organisasi -Tugas dan tanggung jawab QA manager -Tugas bagian QC -Inspeksi diri -Penanganan keluhan, penarikan kembali. -Dokumentasi -Quality Risk Management Viddy A R IV-V Selasa, 19,26 September 2017 HVAC System -Faktor kritis lingkungan -Klasifikasi udara di ruang produksi -HVAC -Validasi HVAC Eka Deddy I VI Selasa, 3 Oktober 2017 Sanitasi dan higiene perorangan -pakaian pelindung -tata cara berganti pakaian -pemeriksaan kesehatan karyawan produksi -sanitasi peralatan Eka Deddy I

No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan VII Selasa, 10 Oktober Bangunan industri farmasi 2017 VIII Selasa, 31 Oktober 2017 IX-X Selasa, 7 & 14 November 2017 XI Selasa, 21 November 2017 Air untuk industri farmasi Validasi dan kualifikasi Registrasi obat jadi Substansi materi -Persyaratan bangunan -Fasilitas penunjang -Lay out bangunan -Gudang -Klasifikasi air -water pre-treatment system -water first-treatment system -water final-treatment system -piping loaping -Pengertian validasi dan kualifikasi -Validasi metode analisa -Validasi proses produksi -Protokol validasi -Penentuan parameter kritis dan test pengujian -Interpretasi hasil -Registrasi baru -Registrasi variasi -Tahap dan prosedur registrasi Dosen Lusia Oktora Lusia Oktora Lestyo Wulandari Dwi Koko P XII Selasa, 28 November 2017 Pengelolaan limbah -Pengertian dampak lingkungan -Dokumen amdal -Limbah industri farmasi -Pengelolaan limbah Dwi Koko P + Praktisi : kuliah tamu setara 2 pertemuan

Bobot Penilaian : Diskusi / tugas : 20% Ujian Tengah Semester : 40% Ujian Akhir Semester : 40% Konversi Nilai : A jika nilai 80 75 AB <80 70 B <75 65 BC <70 60 C <65 55 CD <60 50 D <55 45 DE <50 E <45

Pengenalan dan Pendahuluan

Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat

Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi: pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. *)PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI

pembuatan obat dan/atau bahan obat; pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan.

Semua dan/atau sebagian tahapan Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi. CPOB Industri Farmasi dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat dan/atau bahan obat wajib menerapkan Pedoman CPOB Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat melakukan proses pembuatan obat untuk keperluan pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang bersangkutan.

cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya PRINSIP CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai.

ASPEK/BAB pedoman CPOB: 1. MANAJEMEN MUTU 2. PERSONALIA 3. BANGUNAN DAN FASILITAS 4. PERALATAN 5. SANITASI DAN HIGIENE 6. P R O D U K S I 7. PENGAWASAN MUTU 8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN PEMASOK 9. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN PENARIKAN KEMBALI PRODUK 10. DOKUMENTASI 11. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK 12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

ANEKS CPOB: 1. ANEKS PEMBUATAN PRODUK STERIL 2. PEMBUATAN OBAT PRODUK BIOLOGI 3. PEMBUATAN GAS MEDISINAL 4. PEMBUATAN INHALASI DOSIS TERUKUR BERTEKANAN (AEROSOL) 5. PEMBUATAN PRODUK DARI DARAH ATAU PLASMA MANUSIA 6. PEMBUATAN OBAT INVESTIGASI UNTUK UJI KLINIS 7. SISTEM KOMPUTERISASI 8. CARA PEMBUATAN BAHAN BAKU AKTIF OBAT YANG BAIK 9. PEMBUATAN RADIOFARMAKA 10. PENGGUNAAN RADIASI PENGION DALAM PEMBUATAN OBAT 11. SAMPEL PEMBANDING DAN SAMPEL PERTINGGAL 12. CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN OBAT YANG BAIK 13. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN PENARIKAN KEMBALI PRODUK 14. MANAJEMEN RISIKO MUTU

1. Industri riset farmasi Menghasilkan obat dan bahan baku obat hasil penelitian sendiri, memperoleh hak paten selama periode/waktu tertentu 2. Industri Sintesis farmasi Menghasilkan bahan aktif obat atau bahan baku lainnya, baik yg dalam masa paten atau sudah lewat masa patennya 3. Industri Manufaktur Farmasi Menghasilkan obat jadi dari bahan baku yg dihasilkan industri riset farmasi dan atau industri sintesis 4. Industri Jasa farmasi Memberikan jasa penelitian, sintesis dan atau formulasi, studi pasar, kebijakan, dll

Mempunyai aspek sosial dan ekonomi Diatur secara ketat (paten, registrasi obat, CPOB, distribusi dan perdagangan produk) Merupakan salah satu industri berisiko tinggi Berbasis riset yang selalu memerlukan inovasi

Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas: 1. berbadan usaha berupa perseroan terbatas; 2. memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat; 3. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; 4. memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu; 5. komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.

Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan kepala dinas kesehatan provinsi Sebelum pengajuan permohonan persetujuan, pemohon wajib mengajukan permohonan persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala Badan

fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; fotokopi Kartu Tanda Penduduk/identitas direksi dan komisaris perusahaan; susunan direksi dan komisaris; pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi; fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah; fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO); fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan ; fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;

fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi; persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan; rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat; asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing masing apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu; fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab dari pimpinan perusahaan.

Dalam hal permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang selama 1 tahun Pemohon yang telah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip dapat mengajukan permohonan izin industri farmasi.

Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu dengan kelengkapan sebagai berikut: 1. fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi; 2. surat Persetujuan Penanaman Modal untuk Industri Farmasi dalam rangka Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri; 3. daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan; 4. jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya; 5. fotokopi sertifikat Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 6. rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari kepala dinas kesehatan provinsi; 7. rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan; 8. daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir; 9. asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker penanggung jawab 10.fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab dari pimpinan perusahaan; 11.fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masing-masing apoteker penanggung jawab 12.Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang kefarmasian.

Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama Industri Farmasi yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan

Industri Farmasi yang menghasilkan obat dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Industri Farmasi yang menghasilkan bahan obat dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang besar bahan baku farmasi, dan instalasi farmasi rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Industri Farmasi wajib menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya: a) sekali dalam 6 (enam) bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan (disampaikan paling lambat tanggal 15 Januari dan tanggal 15 Juli) b) sekali dalam 1 (satu) tahun untuk laporan lengkapnya (disampaikan paling lambat tanggal 15 Januari)

Dirjen a) peringatan secara tertulis; b) larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau ahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu; c) perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu; d) penghentian sementara kegiatan; e) pembekuan izin industri farmasi; atau f) pencabutan izin industri farmasi. Ka BPOM

Mulai berkembang 1966 Liberalisasi pasar membolehkan industri farmasi multinasional untuk masuk ke Indonesia harus menggandeng industri lokal Hingga 1970 an perusahaan asing masih mendominasi hingga hampir 80% Tahun 1980 an Pemerintah memulai usaha untuk memperbaiki iklim industri farmasi melalui regulasi yg bertujuan untuk menuju standard internasional Pada tahun 1988, untuk pertama kalinya CPOB diterbitkan, KEPMENKES RI No 43/MENKES/SK/II/1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, CPOB 1988 2001 2006 2012

Saat ini ada lebih dari 200 industri farmasi di Indonesia (local: 182, PMA: 24) didominasi industri besar (80% pasar dikuasai 40 % industri)

Saat ini 95% volume obat dihasilkan industri local, sementara 5 % dihasilkan PMA 72% market share dihasilkan oleh industri lokal, dengan 28% oleh PMA Pertumbuhan industri farmasi sebesar 85% pada kurun waktu 2007-2013 dan diprediksikan tumbuh 12,5% per tahun hingga 2018 (kuarter pertama 2017 8,34%)

Program JKN (sejak 2014) meningkatkan permintaan untuk obat generic Permasalahan obat generic memiliki harga yg murah (dibandingkan ethical) lower profit margin (hanya sekitar 20%,*paten sekitar 60%)

Ekspor obat Indonesia 2016 USD 566 juta 2017 januari-april: USD176,3 juta (turun 2,8% dari tahun sebelumnya USD 181,6 juta)