PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DISERTAI POWERPOINT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS X SMA N 5 SOLOK SELATAN. Vira Yunita, Mulyati, Novi Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI SUMBAR Virrayunita01@yahoo.com Abstract The research motivated by the low of value studying biology students class X SMA N 5 South Solok cause several factors including the lack of teacher variation in using learning model and appropriate media. The purpose of this research is determine the effect of model learning cooperative. Type Group Investigation including Powerpoint toward students biology class X SMA N 5 South Solok. Type of this research is experimental research with used by Randomized Control Posttest Only Design. The population is all of students class X SMA N 5 South Solok. The sampel class X2 as class experiment, X1 as class control. The result of data analisys reached by domain cognitive experimental class prediket B, class control prediket C. The result of uji-t got t hitung > t tabel, so hypotesis is accepted. Efektive domain class experiment with prediket B, class control with prediket C. Psikomotor domain class experiment with prediket A, class control prediket B. Based on the research can concluded that cooperative learning type Group Investigation including Powerpoint can improve cognitive, efective and psikomotor of students class X SMA N South Solok academic year 2015/2016. Key words: Cooperative Learning Group Investigation, Powerpoint, outcomes. PENDAHULUAN Belajar merupakan kewajiban bagi setiap peserta didik, dengan belajar peserta didik bisa mengetahui dan mendapatkan pengetahuan yang baru. Biologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup, mulai dari makhluk hidup yang dapat dilihat oleh mata sampai yang dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada mata pelajaran biologi. Sebagai tenaga pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Apabila guru mampu menciptakan kondisi tersebut, maka proses pembelajaran akan berlangsung optimal. Supaya guru dapat merubah sikap siswa dari belajar yang biasanya menggunakan metode ceramah dan diskusi menjadi pembelajaran aktif. Dan pembelajaran tidak lagi berpusat kepada guru, guru hanya sebagai fasilisator, dan siswa harus mampu menemukan informasi sendiri. Berdasarkan pengamatan peneliti selama Praktek Lapangan di SMAN 5 Solok Selatan dan hasil wawancara dengan salah seorang guru biologi, nilai Biologi siswa kelas X masih dibawah KKM. Dimana KKM mata pelajaran biologi kelas X di SMAN 5 Solok Selatan yaitu 80. Salah satu mata pelajaran biologi yang nilai siswanya masih ada yang di bawah KKM yaitu pada materi Archaebacteria dan Eubacteria. Adapun nilai siswa pada materi Archaebacteria dan Eubacteria Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut: X MIA 1: 41,41 ; X MIA 2: 68 dan X MIA 3: 52,37 Untuk mengatasi masalah di atas, upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam
keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. (Istarani, 2014:87). Pada penelitian ini penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai powerpoint. Menurut Arsyad (2014:65) manfaat dari media powerpoint diantaranya adalah materi pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan penyampaian pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Berdasarkan uraian diatas penulis telah melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Disertai Powerpoint terhadap hasil belajar Biologi X SMA N 5 Solok Selatan. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Randomized Control Group Postest Only Design.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September di X semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 di SMA N 5 Solok Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari dua kelas. Dimana kelas X2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI sebagai kelas kontrol. Prosedur penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahan penyelesaian. Instrumen penelitian ini adalah pada ranah kognitif dilakukan dengan soal yang sudah di validasi, ranah afektif ddapat dari sikap siswa selama proses pembelajaran, dan ranah psikomotor didapat dari keterampilan membuat hasil diskusi yang dibuat oleh masing-masing kelompok. Ranah kognitif didapat dari tes akhir berbentuk soal pilihan ganda dengan melakukan validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda soal dan indeks kesukaran soal. Validitas dan reliabilitas (Arikunto 2013: 85-117). Sedangkan indeks kesukaran dan daya pembeda (Sudijono 2011 375-380). Pada ranah afektif dan psikomotor (Permendikbud No. 104 Tahun 2014). Analisis data penelitian dilakukan bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, sebelum uji hipotesis dilakukan uji normalitas dan homogenitas data berdistribusi normal dan variens data homogen (Sudjana 2005: 466). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA N 5 Solok Selatan, penelitian dilakukan pada dua kelas sampel yaitu kelas X2 merupakan kelas eksperimen dan kelas X1 sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa kelas eksperimen adalah 29 orang dan jumlah siswa kelas kontrol 28 orang. Penelitian ini mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan ranah psikomotor. Pada ranah kognitif didapat dari hasil tes akhir siswa tentang materi Archaebacteria dan Eubacteria, pada ranah afektif didapat dari sikap siswa selama proses pembelajaran, sedangkan ranah psikomotor didapat dari keterampilan membuat hasil diskusi yang dibuat oleh masing-masing kelompok. 80 60 40 20 0 Gambar 2. Rata-rata penilaian kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 4 3 2 1 0 Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Gambar 3. Rata-rata penilaian afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
5 4 3 2 1 0 Kontrol Eksperi men Gambar 4. Rata-rata penilaian psikomotor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. B. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa hasil belajar eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Group Investigation disertai Powerpoint lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode diskusi. Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen disebabkan karena siswa dikelompokkan secara heterogen sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa bisa saling bekerja sama dan saling berinteraksi antara siswa dengan kelompoknya. Menurut Lie (2010: 43) ada beberapa alasan dalam pembagian kelompok secara heterogen, (a) kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung, (b) kelompok ini meningkatkan interaksi antar gender, (c) kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Menurut Ahmadi (2011:60) model pembelajaran Group Investigation ini menuntun para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan belajar kelompok. Melalui pembelajaran Group Investigation suasana belajar lebih efektif dan aktif dimana kerja kelompok dalam pembelajaran tersebut dapat membangkitkan semangat siswa untuk berani mengemukakan pendapat, mencari informasi dengan temannya dalam menyelesaikan sub topik yang telah mereka pilih dan bertanggungjawab dalam menyelesaikan tugas tersebut. Sub topik yang telah mereka pilih tersebut dipresentasikan di depan kelas. Ketika presentasi kelompok, guru memberikan tanda ceklis pada siswa yang aktif selama presentasi kelompok tersebut, yang nantinya akan dijumlahkan menjadi skor kelompok. Kelompok yang mendapatkan skor tertinggi akan mendapatkan reword. Dengan adanya reword ini bisa membangkitkan semangat belajar siswa. Setiap kelompok berlombalomba untuk mengumpulkan skor kelompok terbanyak. Sesuai dengan pendapat Zuhriman (2013:5) bahwa Pemberian reword sangat penting untuk meningkatkan motivasi siswa dan dapat menambah giatnya usaha siswa dalam meningkatkan prestasi. Setelah presentasi kelompok, guru menegaskan kembali sub topik tersebut menggunakan media Powerpoint. Dengan media Powerpoint dapat menjadikan siswa lebih cepat menyerap materi yang disampaikan guru, karena materi yang disampaikan jelas dan ringkas. Menurut Arsyad (2014:65) manfaat dari powerpoint adalah sebagai berikut, a) materi pembelajaran akan menjadi lebih menarik, b) penyampaian pembelajaran akan lebih efektif dan efisien, c) materi pembelajaran disampaikan secara utuh, ringkas, dan cepat melalui poin-poin materi. Rendahnya hasil belajar siswa pada kelas kontrol disebabkan karena pembagian kelompok diskusi yang dilakukan pada kelas kontrol ini berdasarkan daftar hadir siswa, dimana nantinya mengakibatkan pembagian kelompok tersebut tidak heterogen. Ada kelompok yang berkemampuan tinggi semuanya, berkemampuan sedang semuanya, dan berkemampuan rendah semuanya. Dan juga disebabkan karena hanya sebagian siswa yang ikut serta berdiskusi dalam kelompoknya. Disini guru memberikan tugas kepada siswa dan meminta siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan dan didiskusikan dalam kelompok masingmasing, sehingga siswa kurang aktif dan kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa hanya mengandalkan temannya yang lebih pintar untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sedangkan siswa yang lainnya tidak serius selama diskusi berlangsung dan hanya asyik mengobrol selama proses diskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Lufri (2007:34)
bahwa Diskusi akan terasa kaku bila persoalan yang akan didiskusikan tidak dikuasai, didominasi oleh peserta didik yang aktif berbicara sehingga pembelajaran kurang menarik bagi peserta didik yang pasif saat pembelajaran. Pada ranah afektif nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada pada kelas kontrol. Berdasarkan Permendikbud (2014:23) Nilai akhir yang diperoleh untuk ranah sikap diambil dari nilai modus (nilai yang terbanyak muncul). Aspek yang diamati dari penilaian ranah afektif yaitu : rasa ingin tahu, berkomunikasi dan bekerjasama. Adapun rata-rata penilaian afektif per indikator yaitu, rasa ingin tahu pada kelas eksperimen berada pada predikat B (3,10), sedangkan pada kelas kontrol berada pada predikat B (3,00). Tingginya rasa ingin tahu siswa pada kelas eksperimen dapat dilihat ketika siswa disuruh membaca materi mereka bersemangat membaca bahan ajar yang diberikan dan bersemangat menyelesaikan sub topik yang telah mereka pilih, dan siswa aktif selama proses pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol siswa kurang bersemangat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan siswa kurang aktif selama proses pembelajaran, siswa hanya sibuk dengan aktifitasnya sendiri. Indikator berkomunikasi pada kelas eksperimen berada pada predikat B (3,10), sedangkan pada kelas kontrol berada pada predikat C (2,64). Pada kelas eksperimen dapat terlihat ketika diskusi mereka saling berbagi informasi yang didapat pada tahap investigasi. Setiap anggota kelompok melaksanakan diskusi dalam mengumpulkan informasi sesuai dengan permasalahan sub topik yang telah dipilih dengan menggunakan buku sumber (bahan ajar). Siswa aktif memberikan pertanyaan kepada kelompok lain yang presentasi di depan kelas. Sedangkan pada kelas kontrol terlihat ketika diskusi berlangsung mereka kurang saling berbagi informasi, dan ketika kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas kelompok lain kurang terlibat dalam menanggapi apa yang disampaikan oleh teman mereka tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (2010:34) bahwa Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengar dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Indikator bekerjasama pada kelas eksperimen berada pada predikat B (3,17), sedangkan pada kelas kontrol berada pada predikat C (2,75). Pada kelas eksperimen siswa saling membantu untuk memecahkan permasalahan sub topik mereka, bisa saling menghargai pendapat teman, dan pada saat presetasi kelompok mereka saling membantu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan kelompok lain. Sedangkan pada kelas kontrol hanya beberapa siswa yang terlibat aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa tersebut hanya mengandalkan temannya untuk menyelesaikan tugas kelompok tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwadarminta (2007:176) kerjasama merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh suatu kelompok sehingga terjalin hubungan erat antar anggota kelompok. Berdasarkan indikator yang diamati, model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Powerpoint menyebabkan siswa lebih aktif bertanya baik dengan guru maupun teman satu kelompoknya. Mereka memiliki rasa ingin tahu tentang apa yang akan dipelajari dan bersemangat dalam belajar dan siswa mampu berkomunikasi dengan teman dan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung jika ada yang tidak mengerti. Pada ranah psikomotor nilai ratarata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. eksperimen berada pada predikat A (3,81) dan pada kelas kontrol berada pada predikat B (3,17). Aspek yang diamati dari penilaian ranah psikomotor yaitu : kelengkapan isi hasil diskusi, kebersihan dan kerapian hasil diskusi. Berdasarkan Permendikbud (2014:23) Nilai akhir yang diperoleh untuk ranah keterampilan diambil dari nilai optimal (nilai tertinggi yang dicapai). Nilai psikomotor kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Powerpoint, kelengkapan, kebersihan dan kerapian hasil diskusi lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode diskusi. Pada kelas eksperimen, pada tahap
menyiapkan hasil diskusi siswa menyiapkan hasil diskusi secara bersama dalam kelompoknya. Setiap anggota kelompok menyatukan pendapatnya, sehingga hasil yang dikumpulkan berdasarkan pemikiran kelompok. Sedangkan pada kelas kontrol siswa hanya mengandalkan temannya dalam menyiapkan hasil diskusi tersebut, sehingga hasil yang dikumpulkan hanya pemikiran satu orang saja, sedangkan anggota yang lain hanya santai-santai saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang diamati, maka didapatkan presentase kedua kelas sampel yaitu jumlah siswa yang mencapai KKM di kelas eksperimen sebanyak 10 orang dengan presentase ketuntasan 34,49%, sedangkan jumlah siswa yang berada di bawah KKM sebanyak 19 orang dengan presentase 65,51%. Sedangkan siswa yang mencapai KKM di kelas kontrol sebanyak 4 orang dengan presentase ketuntasan 14,29%, sedangkan jumlah siswa yang berada dibawah KKM sebanyak 24 orang dengan presentase ketuntasan 85,71%. Menurut Djamarah Dan Zain (2010:107) bahwa Tingkat keberhasilan belajar mengajar dikatakan kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60 % dikuasai oleh siswa. Hal ini berarti proses pembelajaran belum berjalan secara maksimal. Penelitian ini belum membuat nilai rata-rata siswa mencapai KKM. Hal tersebut bukan berarti model pembelajaran Group Investigation disertai Powerpoint tidak baik digunakan dalam proses pembelajaran, hanya saja siswa mungkin belum terbiasa berbagi dan menyatukan pendapat dengan temannya. Pelaksanaan model Group Investigation secara umum dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa tetapi pada saat diskusi ada beberapa siswa yang tidak ikut berpartisipasi untuk melakukan investigasi, anggota lainnnya hanya mengobrol dengan teman sebangkunya, selain itu pada saat mempersentasikan hasil diskusi masih didominasi oleh beberapa siswa hal ini berpengaruh terhadap pemahaman siswa pada materi. Begitu juga dengan kelas Eksperimen II pada saat berdiskusi siswa ribut, kemudian ada beberapa siswa yang mengerjakannya, namun ada juga yang tidak. Kondisi tersebutlah yang menyebabkan nilai rata-rata dibawah KKM. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Powerpoint dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor biologi siswa kelas X SMA N 5 Solok Selatan. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan: 1. Guru biologi dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Powerpoint dalam meningkatkan hasil belajar biologi khususnya pada materi Archaebacteria dan Euabacteria. 2. Peneliti selanjutnya dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Powerpoint pada materi pelajaran biologi lain yang sesuai. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Khoiru, Iif. dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Tim Prestasi Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2014. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Djamarah, S. Bahri dan Zain Aswan (2010). Strategi Belajar Mengajar. Rev. ed. Jakarta: Rineka Cipta. Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang ). Jakarta: Grasindo. Lufri. 2007. Kiat Memahami Metodologi dan Melakukan Penelitian. Padang: UNP Pres.
Permendikbud. 2014. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik. Dikjen Pendidikan. Purwadarminta. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Padang: UNP. Sudjana, Nana. 2005. Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Zuhriman. 2013. Teori Pembelajaran. Jakarta: Universitas Indonesia. Sudijono, A. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.