E-JURNAL OLEH: WANDA PRATAMA NIM

Transkripsi

1 1 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMAN 1 BATANG KAPAS PESISIR SELATAN E-JURNAL OLEH: WANDA PRATAMA NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015

2 2 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMAN 1 BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Wanda Pratama, RRP Megahati dan Annika Maizeli Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Jurusan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat ndamahardika@gmail.com ABSTRACT As a motivator and facilitator teachers are always working to improve the learning process. In order for all students to succeed in learning, we need a model of learning that can help all students to be able to cooperate. The learning model is a model of cooperative learning with two stay two stray Scientific approach to the matter of biodiversity in biology for high school subjects. This study aims to determine the effect of the application of cooperative learning with Two Stay Two Stray Scientific approach to the learning outcomes biology class X of SMAN 1 Batang Kapas Pesisir Selatan. This study was an experimental study using two classes of experimental classes and control classes. In the experimental class applied cooperative learning model Two Stay Two Stray with Scientific approach, while the control class using conventional learning. The design study is a randomized control group posttest-only design. The research result shows that the attitude of the experimental class assessment is the predicate B, with an average of 3.72 mode. Assessment of cognitive domains that are in the predicate B with a mean score of 3.12 and assessment skills are predicate A- with the average achievement of the optimum is Assessment stance on the control class is the predicate B, with an average of 3.34 mode. Assessment of cognitive domains that are in the predicate B- with a mean score of 2.25 and assessment skills are predicate B + with an average achievement of the optimum is Based on the research results, the implementation of cooperative learning model Two Stay Two Stray with Scientific approach can improve student learning outcomes biology. Keysword : Scientific, Two Stay Two Stray, Cooperative, Learning Result PENDAHULUAN Kurikulum merupakan komponen penting dalam pendidikan yang memiliki fungsi sebagai acuan dalam proses pembelajaran. Dinamika kurikulum disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terampil, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan warga Indonesia. Berdasarkan pengalaman mengajar selama praktek lapangan dan hasil wawancara dengan salah seorang guru biologi di SMAN 1 Batang Kapas, proses belajar mengajar biologi yang dilaksanakan di sekolah masih belum optimal. Guru selaku tenaga pendidik telah berupaya meningkatkan proses pembelajaran kearah yang lebih baik seperti menerapkan pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif, menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam mengajar, serta menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Scientific sesuai tuntutan kurikulum yang berlaku saat ini. Upaya yang dilakukan guru masih belum mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Hal ini terlihat dalam suasana belajar mengajar sehari-hari di kelas, siswa tidak termotivasi untuk belajar sehingga masih banyak siswa yang pasif dalam pembelajaran. Siswa tidak fokus pada pembelajaran yang diajarkan guru. Siswa lebih sering bercerita dengan teman sebangkunya serta mengerjakan kegiatan lain di luar materi pembelajaran selama 1

3 2 proses pembelajaran berlangsung. Siswa tidak mampu menjawab saat guru mengajukan pertanyaan terkait materi yang dipelajari sehingga tuntutan tujuan pembelajaran belum bisa dicapai. Materi keanekaragaman hayati merupakan materi yang sulit dipahami oleh siswa. Hal ini dikarenakan materi tersebut memiliki cakupan yang luas sehingga siswa sulit memahami konsep-konsep dan prinsipprinsip yang ada pada materi tersebut. Keanekaragaman hayati merupakan materi yang penting untuk dikuasai agar siswa memahami pemanfaatan dari tumbuhan dan hewan serta dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan biologi siswa kelas X SMAN 1 Batang Kapas Pesisir Selatan pada materi keanekaragaman hayati semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut : a) kelas X MIA.1 (69,64 ), b) kelas X MIA.2 (66,70 ), c) kelas X MIA.3 (68,25 ), d) kelas X MIA.4 ( 68,44), e) kelas X MIA.5 (70,63 ) dengan KKM 75. Model pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama sesama siswa dalam tugastugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran berkelompok (Taniredja dkk, 2013: 60). Penerapan model pembelajaran kelompok dengan pendekatan penemuan diharapkan mampu menciptakan kesempatan yang sama bagi siswa untuk berhasil. Siswa yang mampu akan menjadi sumber bagi siswa yang kurang mampu serta dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa. Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis pemecahan masalah (Permendikbud No 65/2013). Memenuhi tuntutan di atas maka proses pembelajaran yang melibatkan siswa dapat diciptakan guru, salah satunya melalui model degan pendekatan scientific. Model pembelajaran Two Stay Two Stray merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasinya kepada kelompok lain (Lie, 2010: 61-62). Penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan pendekatan scientific dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan menyimpulkan sendiri secara kooperatif serta dapat membagikan hasil temuan mereka kepada teman atau kelompok lain. Hasil pembelajaran yang didapat akan bertahan lama dalam ingatan, sehingga dengan melihat siswa bisa mengetahui, dengan mendengar siswa bisa mengingat, dan dengan melakukan siswa bisa lebih memahami. Berdasarkan uraian di atas, telah dilakukan suatu penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan Pendekatan Scientific Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMAN 1 Batang Kapas Pesisir Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model dengan pendekatan Scientific terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 1 Batang Kapas Pesisir Selatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di SMAN 1 Batang Kapas kelas X pada bulan Agustus semester ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Posttest Only Design. Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksaaan, dan tahap akhir. Penilaian ranah pengetahuan berupa soal pilihan ganda dengan lima options dengan 34 butir soal, yang telah diuji cobakan pada kelas yang berbeda. Penilaian ranah sikap berupa lembaran observasi yang dinilai oleh observer setiap kali pertemua. Indikator yang dinilai berupa rasa ingin tahu, bekerjasama dan berkomunikasi. Penilaian ranah keterampilan berupa lembar observasi yang juga dinilai oleh observer dengan indikator yang dinilai berupa kelengkapan alat dan bahan praktikum, data yang diperoleh dari praktikum dan kesimpulan hasil praktikum. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t,

4 3 sebelum uji hipotesis dilakukan uji normalitas dan homogenitas variens kedua sampel merujuk pada Sudjana (2005:249).. Teknik penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan kriteria Permendikbud (2013). HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Konversi Skor dan Predikat Hasil Belajar Siswa Afektif Kognitif Psikomotor Kelas Modus Predikat Skor Rerata Huruf Capaian Optimum Hururf Eksperimen 3,72 B 3,12 B 3,53 A - Kontrol 3,34 B 2,75 B - 3,34 B + Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SMAN 1 Batang Kapas pada kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dengan menerapkan model dengan pendekatan Scientific dan kelas X MIA 2 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional, maka diperoleh data tentang hasil belajar siswa pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor seperti pada Tabel diatas. B. PEMBAHASAN 1. Hasil Belajar Kelas Eksperimen Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat hasil belajar siswa kelas eksperimen pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Penilaian afektif pada kelas eksperimen berada pada predikat B, dengan rata-rata 3,72. Rata-rata nilai/indikatornya adalah, untuk indikator rasa ingin tahu adalah 3,84, bekerjasama adalah 3,69 dan berkomunikasi adalah 3,60. Penilaian kompetensi afektif pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini terlihat dari tingginya rasa ingin tahu, bekerjasama dan berkomunikasi siswa kelas eksperimen dalam pembelajaran. Selama proses pembelajaran siswa sering mengajukan pertanyaan terkait materi pembelajaran, menanggapi pertanyaan dari teman maupun guru serta siswa juga berani mengungkapkan pendapatnya dalam pembelajaran. hal ini sejalan dengan pendapat Sulistyowati (2012: 74) bahwa rasa ingin tahu adalah sikap atau tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. Tingginya rasa ingin tahu siswa menuntut siswa untuk aktif bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Proses bekerjasama antar siswa membutuhkan komunikasi yang baik sehingga dalam pembelajaran dapat dilihat terjadinnya proses komunikasi yang baik antar sesama siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestiyah (1991: 16) bahwa kerjasama yang efektif dapat membuat siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi. Penilaian kompetensi kognitif siswa pada kelas eksperimen juga lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal ini terlihat dari tingginya skor rerata hasil belajar siswa kelas eksperimen yang mencapai 3,12 dengan predikat B. Untuk rata-rata nilai hasil belajar ranah kognitifnya yaitu 78,04. Jumlah siswa yang memiliki nilai hasil belajar diatas KKM yaitu 21 orang dengan persentase ketuntasan 63,6%. Perolehan nilai hasil belajar siswa dibawah KKM yaitu 12 orang dengan persentase ketuntasan 36,3%. Menurut pendapat Djamarah dan Zain (2010:107) mengatakan bahwa tingkatan keberhasilan tersebut dikatakan baik apabila bahan pelajaran yang diajarkan 60%-75% saja dikuasai siswa. Hasil belajar siswa kelas eksperimen ranah psikomotor mencapai ratarata optimum 3,53 dengan perolehan predikat A -. Terlihat dalam kegiatan

5 4 praktikum siswa kelas eksperimen lebih aktif bekerjasama dalam memecahkan masalah yang dihadapi selama kegiatan praktikum. Selain itu, masing-masing siswa juga memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam kelompok. Hal ini dibuktikan dengan peran serta yang antusias dari semua siswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Meningkatnya hasil belajar kelas eksperimen untuk setiap ranah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Scientific disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa memiliki kesempatan untuk berinteraksi antar kelompok serta dapat membagikan hasil dan informasi yang telah mereka dapat melalui pembelajaran kelompok kepada kelompok lain. Pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berhasil memahami materi pembelajaran. Pernyataan ini didukung oleh Lie (2010: 61-61) memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasinya kepada kelompok lain sehingga setiap siswa berkesempatan untuk mampu menguasai materi pelajaran. Dalam pembelajaran siswa yang mampu akan menjadi sumber bagi siswa yang kurang mampu. Setiap siswa dituntut aktif dalam kelompok. Setiap siswa dituntut memahami materi yang didapat karena masing-masing siswa akan mendapat tugas bertamu dan menerima tamu dalam rangka membagikan hasil dan informasinya ke kelompok lain. Dengan kata lain untuk dapat membagikan hasil dan informasinya kepada kelompok lain, setiap siswa yang bertugas bertamu dan menerima tamu harus terlebih dahulu memahami hasil dan informasi yang di dapatnya dalam kelompoknya sebelum dibagikan ke kelompok lain sehingga semua siswa berkesempatan untuk berhasil dalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dalam proses pembelajaran menuntut siswa bertanggung jawab terhadap materi yang dipelajari serta bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Warsono dan Hariyanto (2012:243) mengatakan bahwa Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan toleransi dan menghargai pendapat orang lain dan dapat memecahkan masalah dalam kelompoknya. 2. Hasil Belajar Kelas Kontrol Berdasarkan Tabel 10 juga dapat dilihat hasil belajar siswa kelas kontrol pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Penilaian sikap pada kelas kontrol berada pada predikat B, dengan rata-rata modus 3,34. Adapun untuk rata-rata nilai modus/indikatornya adalah, untuk indikator rasa ingin tahu 3,62, untuk indikator bekerjasama 3,46 dan untuk indikator berkomunikasi 3,28. Hasil penilaian kompetensi afektif pada kelas kontrol lebih rendah dari pada kelas eksperimen. Rasa ingin tahu siswa kelas eksperimen lebih rendah Hal ini terlihat selama proses pembelajaran hanya sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan terkait materi pembelajaran. Siswa yang mau menanggapi pertanyaan dari teman maupun guru serta siswa juga berani mengungkapkan pendapat dalam pembelajaran didominasi oleh siswa yang sama. Rendahnya rasa ingin tahu siswa membuat siswa kurang aktif bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Dalam proses pembelajaran tidak begitu terlihat adanya Proses bekerjasama antar siswa melainkan adanya persaingan antar siswa demi memperoleh nilai yang lebih bagus. Siswa yang pintar terlihat selalu ingin mendominasi pembelajaran. hal ini membuat proses Komunikasi anatara siswa kurang baik. Rendahnya rasa ingin tahu, bekerjasama dan berkomunikasi siswa kelas kontrol dibanding siswa kelas eksperimen dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan hanya menggunakan pendekatan Scientific saja. Tanpa dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa bekerjasama serta membagikan hasil temuan mereka pada kelompok lain, menyebabkan pembelajaran yang berlangsung hanya mampu mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara kritis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan

6 5 mengaplikasi materi pembelajaran secara individu. Hal ini membuat siswa seakan bersaing untuk dirinya sendiri dalam pembelajaran. Kurangnya tanggung jawab terhadap kelompok membuat siswa yang pintar tidak mau mengajarkan siswa yang lainnya meskipun teman sekelompoknya, sehingga rasa ingin tahu, bekerjasama dan berkomunikasi siswa pada kelas kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelas eksperimen. Penilaian kompetensi kognitif siswa pada kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen. Hal ini terlihat dari rendahnya skor rerata hasil belajar siswa kelas kontrol yang hanya mencapai 2,75 dengan predikat B -. Untuk rata-rata nilai hasil belajar ranah kognitifnya yaitu 68,99. Jumlah siswa yang memiliki nilai hasil belajar diatas KKM hanya 9 orang dengan persentase ketuntasan 28,1%. Perolehan nilai hasil belajar siswa dibawah KKM yaitu 23 orang dengan persentase ketuntasan 71,8%. Djamarah dan Zain (2010:107) mengatakan bahwa tingkatan keberhasilan tersebut dikatakan baik apabila bahan pelajaran yang diajarkan 60%-75% saja dikuasai siswa. Hasil belajar siswa kelas kontrol ranah psikomotor mencapai rata-rata optimum 3,34 dengan perolehan predikat B +. Terlihat dalam kegiatan praktikum siswa kelas kontrol kurang terlihat adanya kerjasama dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Rasa tanggung jawab siswa juga kurang dalam kelompok. Hal ini terlihat selama proses praktikum tidak semua siswa mau bekerjasama denga kelompoknya. Siswa lebih banyak bermain-main saat kegiatan praktikum. Dalam kegiatan praktikum, siswa hanya mengandalkan teman kelompoknya yang dianggap pintar untuk menyelesaikan permasalahan selama kegiatan praktikum berlangsung. Pembelajaran yang dilaksanakan dikelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dengan bentuk pembelajaran kelompok. Dalam proses pembelajarn kelompok di kelas kontrol terlihat bahwa tidak semua siswa mau berdiskusi dengan teman kelompoknya. Dalam kelas kontrol terlihat bahwa beberapa siswa yang tergolong pintar hanya belajar untuk dirinya sendiri. Siswa yang mampu tidak mau menjadi sumber untuk mengajarkan siswa yang kurang mampu. Siswa pada kelas kontrol terlihat lebih mementingkan diri sendiri agar mendapat nilai yang lebih bagus dari anggota kelompoknya. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran di kelas kontrol bahwa siswa yang bisa menanggapi dan menjelaskan materi pelajaran hanyalah siswa yang sama setiap pertemuannya. Pembelajaran kelompok yang seperti ini menyebabkan tidak semua anggota kelompok berhasil memahami materi pelajaran sehingga hasil belajar mengajar di kelas kontrol teori maupun praktiknya belum mampu mencapai tujuan dari pembelajaran. Dari analisis data yang diperoleh siswa yang memiliki nilai tes akhir yang tinggi pada umumnya memiliki predikat baik pada ranah sikap dan keterampilan begitupun sebaliknya. Karena nilai sikap, pengetahuan dan keterampilan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:9) bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Menurut Sudjana (2013: 54) bahwa hasil belajar dari ketiga ranah tersebut tidak berdiri sendiri, tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan prilakunya. Ada beberapa kendala yang penulis hadapi selama penelitian, terutama kendala dalam penerapan kurikulum Selain masih sedikitnya pengetahuan yang penulis miliki tentang kurikulum 2013 ini, selain itu siswa secara umum kesulitan dalam belajar dan menemukan sendiri pengetahuannya meskipun telah melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Kebiasaan siswa menerima langsung pembelajaran dari guru membuat siswa tidak terbiasa melakukan pengamatan sendiri terhadap materi yang dipelajari. Siswa banyak yang tidak tau apa yang akan ditanyakan dan yang akan digali sebagai pengetahuan yang nantinya didapat siswa dalam proses pembelajaran meskipun guru telah menayangkan gambar dan memancing

7 6 siswa dengan pertanyaan tentang materi yang dipelajari. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa penerapan model dengan pendekatan Scientific dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut ini. 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Scientific dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Peneliti lain yang berminat, diharapkan penelitian lanjutan untuk materi yang berbeda. Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta. Warsono dan Hariyanto Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Djamarah & Zain Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Lie, Anita Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Permendikbud No Implementasi Kurikulum Jakarta Roestiyah Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sulistyowati, E Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Citra Aji Parama. Taniredja, Miftah Efi Saridi, & Sri harmianto Model-Model