PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING (BBL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMAN 3 PADANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Transkripsi

1 PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING (BBL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMAN 3 PADANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Meryanti 1, Siska Nerita 2, Novi 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Meryanticania95@gmail.com ABSTRACT The approach is used in learning process at SMAN 3 Padang is saintific approach. But saintific approach process in increasing students active is not optimum yet. The low of students result require the teacher to choose the method, model, strategy, approach appropriately, namely with apply Brain Based Learning (BBL) approach. This research aims in knowing Brain Based Learning (BBL) approach application to the students result in affective, cognitif, and psicomotor domain of students class X SMAN 3 in 2016/2017 years. The result of this technique is gotten by experiment class and control class namely X MIA.3 and X MIA.6. The result of affective domain research of exsperiment class with the valve is about 96,74 and control class in 95,18. Based on the result of data analysis is gotten t hitung < t tabel. then, the hypotesis is refused. Cognitif domain with valve of exsperiment class is about 80,01 and control class 62,33. Based on the result of data analysis t hitung > t tabel, so the hypotesis is received. Psicomotor domain with valve of experiment class is about 84,89 and control class 86,71. Based on the result of analysis data is gotten t hitung < t tabel, so the hypotesis is refused. It can be concluded the application of Brain Based Learning (BBL) approach can increase the result of students learning in students cognitif domain of class X SMAN 3 Padang 2016/2017 years, but in affective and psicomotor domain are not increasing. Keyword: Brain Based Learning (BBL), Students Result PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu proses yang di dalamnya terjadi interaksi berbagai komponen yaitu guru, siswa, dan materi pembelajaran atau sumber belajar. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sagala (2010: 61) pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Biologi adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Materi pembelajaran biologi mengkaji persoalanpersoalan yang berhubungan dengan fakta, konsep, teori dan prinsip-prinsip. Dalam pembelajaran biologi, sarana dan prasarana, pendekatan, model, metode yang digunakan guru dapat membantu siswa melihat dan mengetahui secara langsung contoh objek

2 pelajaran yang dijelaskan guru sehingga siswa merasa senang dan meyukai pelajaran biologi, siswa juga dapat lebih aktif bertanya dan mengemukakan pendapatnya, sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar yang baik salah satunya didukung oleh penggunaan pendekatan yang tepat dan sesuai. Penggunaan pendekatan dalam pembelajaran merupakan suatu cara untuk membuat variasi belajar lebih menarik. Pembelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan potensi siswa. Berdasarkan observasi selama praktek lapangan dan wawancara penulis dengan guru biologi kelas X di SMAN 3 Padang pada bulan September didapatkan informasi bahwa selama proses pembelajaran, terlihat kurang terciptanya interaksi yang baik antara guru dengan siswa sehingga menyebabkan kurang tercapainya tujuan pembelajaran. Namun juga disebabkan oleh faktor lain yaitu guru belum menggunakan pendekatan, strategi maupun model yang tepat. Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah yang diobservasi adalah pendekatan saintifik. Namun kenyataannya, pelaksanaan pendekatan saintifik kurang optimal dalam meningkatkan keaktifan siswa. Siswa belum mampu dalam menjalankan kelima pengalaman belajar pokok yang terdapat dalam pendekatan saintifik seperti menanya, mengumpulkan informasi dan menalar sehingga menyebabkan hasil belajar biologi siswa masih rendah terutama pada materi ekosistem. Pada materi ekosistem ini siswa sulit memahami perbedaan dari satuansatuan ekosistem dan berbagai macam daur biogeokimia. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai rata-rata ulangan harian biologi siswa pada materi ekosistem kelas X Semester II yaitu kelas X MIA.1 adalah 67,43, X MIA X.2 adalah 61.34, X MIA X.3 adalah 64,39, X MIA.4 adalah 74,50, X MIA.5 adalah 68,80, X MIA.6 adalah 66,06 dan X MIA.7 adalah 67,04, dimana KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditetapkan oleh sekolah pada materi ekologi adalah 80. Salah satu alternatif yang dapat diterapkan adalah pendekatan Brain Based Learning (BBL). Jensen (2008: 478) pendekatan Brain Based Learning adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa aktif untuk membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya serta didasarkan pada cara otak bekerja sehingga diharapkan pembelajaran dapat diserap oleh otak secara optimal, dapat meningkatkan daya ingat siswa dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas peneliti telah melakukan penelitian dengan judul Penerapan Pendekatan Brain Based Learning (BBL) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMAN 3 Padang Tahun Pelajaran 2016/2017.

3 METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen karena penulis melakukan Treatmen atau perlakuan, dengan rancangan penelitian RandomisedControl Group OnlyDesign yaitu penelitian menggunakan sekelompok subjek penelitian dari suatu populasi tertentu, kemudian dikelompokkan secara random menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA SMAN 3 Padang semester II tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 7 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan mempertimbangkan nilai rata-rata yang mendekati dan diajarkan oleh guru yang sama. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara random dengan cara pengundian dengan memperhatikan nilai rata-rata kelas yang mendekati sama. Setelah dilakukan pengundian didapatkan kelas X MIA.3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA 6 sebagai kelas kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan Brain Based Learning dan pendekatan saintifik. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar biologi siswa kelas X MIA SMAN 3 Padang. Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan dan tahap evaluasi. Instrumen penelitian pada ranah sikap melalui teknik observasi yang dilakukan oleh seorang observer pada saat penelitian. Ranah pengetahuan menggunakan soal objektif untuk tes hasil belajar. Ranah keterampilan melalui penilaian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Langkah-langkah penyusunan instrumen tes akhir yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Membuat kisi kisi soal tes. (2) Menyusun soal tes uji coba dan kunci jawaban yang dibuat dalam bentuk tes objektif yang terdiri atas lima option jawaban. (3) Soal diuji cobakan kepada siswa yang bukan kelas sampel, sehingga didapat beberapa soal untuk tes akhir yang terlebih dahulu dilkukan uji validitas, daya pembeda, indeks kesukaran dan reliabilitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Ranah Sikap Indikator untuk penilaian sikap adalah bertanggung jawab dan kerjasama. Nilai rata-rata ranah sikap penilaian hasil teknik observasi dapat dilihat pada Gambar 2. Secara rinci hasil analisis penilaian sikap kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran 21 dan Lampiran 22.

4 Nilai Rata-rata 98 97, ,57 95,83 94, Bertanggung Jawab kerjasama - Indikator Penilaian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 2. Grafik Penilaian Sikap Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa indikator penilaian bertanggung jawab dan indikator penilaian kerjasama kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Nilai rata-rata indikator penilaian bertanggung jawab kelas eksperimen adalah 97,65. Sedangkan nilai rata-rata indikator penilaian bertanggung jawab kelas kontrol adalah 95,57. Nilai ratarata indikator penilaian kerjasama kelas eksperimen adalah 95,83. Sedangkan nilai rata-rata indikator penilaian kerjasama kelas kontrol adalah 94,79. Berdasarkan data yang diperoleh pada uji analisis, nilai yang diperoleh pada indikator bertanggung jawab kelas eksperimen memiliki predikat sangat baik (97,65) dan kelas kontrol juga memiliki predikat sangat baik (95,57). Indikator kerjasama kelas eksperimen memiliki predikat sangat baik (95,83) dan kontrol juga memiliki predikat sangat baik (94,79). Tingginya indikator bertanggung jawab siswa pada kelas eksperimen dapat dilihat dari hasil lembaran penilaian observasi dimana hampir semua siswa mengikuti langkah-langkah proses pembelajaran, mendengarkan instruksi dari guru. Pendekatan Brain Based Learning yang diterapkan pada kelas eksperimen telah memberikan dampak yang baik terhadap indikator bertanggung jawab siswa.. Hal yang sama juga terjadi pada kelas kontrol, dimana semua siswa melaksanakan kegiatan diskusi, ikut serta dalam merumuskan isi lembar kerja peserta didik (LKPD) dan menuliskan hasil diskusi di LKPD sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tingginya indikator kerjasama kelas eksperimen dapat dilihat dari aktivitas ketika siswa berdiskusi di dalam kelompoknya. Semua anggota kelompok mendiskusikan LKPD yang diberikan guru, mengeluarkan pendapat ketika berdiskusi dan bekerjasama dalam membuat kesimpulan. Siswa sudah terbiasa bekerjasama melalui soal sederhana dan soal setingkat lebih rumit yang dikerjakan dengan teman sekelompoknya pada tahapan pendekatan Brain Based Learning. Pada kelas kontrol juga memiliki nilai rata-rata yang tinggi pada indikator kerjasama. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran. Semua anggota kelompok ikut serta dalam mendiskusikan LKPD yang diberikan siswa, saling mengeluarkan pendapat dan sama-sama berdiskusi

5 Nilai Rata-rata membuat kesimpulan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anwar (2011:125) dimana mengukur sikap peserta didik terhadap mata pelajaran penting untuk dilakukan, karena sikap seseorang terhadap suatu objek akan mempengaruhi respon dan tingkah laku. Ranah Pengetahuan Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah berupa data primer yang didapat dari hasil belajar siswa pada ranah pengetahuan. Nilai rata-rata ranah pengetahuan dapat dilihat pada Gambar 3. Secara rinci hasil ini bisa dilihat pada Lampiran ,01 62,33 Kelas Eksperimen Gambar 3. Grafik Penilaian Pengetahuan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui bahwa kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 80,01. Sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 62,33. Berdasarkan hasil analisis data tes akhir rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kedua kelas sampel menunjukkan perbedaan. Hal ini dapat terlihat dari ratarata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 80,01 dengan predikat baik menggunakan pendekatan Brain Based Learning dan kelas kontrol rata-rata hasil belajar yaitu 62,33 dengan predikat cukup menggunakan pendekatan Saintifik. Pada kelas eksperimen hasil belajar siswa yang berada di atas KKM sebanyak 20 orang dengan persentase ketuntasan 62,5 %, sedangkan kelas kontrol hasil belajar siswa yang di atas KKM sebanyak 3 orang dengan persentase ketuntasan 9,37%. Berdasarkan persentase ketuntasan pada kedua kelas sampel, tingkat keberhasilan yang diperoleh kelas eksperimen adalah baik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Djamarah (2013: 107) bahwa tingkat keberhasilan baik apabila pelajaran yang diajarkan hanya 60 s.d. 75% saja dikuasai siswa. Keberhasilan yang diperoleh kelas kontrol berada pada tingkatan kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2013: 107) yang mengatakan bahwa tingkat keberhasilan siswa kurang apabila pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai siswa (Djamarah, 2013:107). Tingginya persentase nilai rata-rata siswa kelas eksperimen dari pada kelas kontrol disebabkan materi yang akan dijarkan sudah terkonsep di dalam otak siswa melalui mind mapping yang dijelaskan sebelum guru benar-benar menggali pembelajaran lebih dalam. Siswa

6 bersemangat belajar setelah melakukan penyegaran (senam otak) yang dapat memaksimalkan fungsi kerja otak kiri dan otak kanan pada proses pembelajaran dan adanya waktu yang disediakan untuk istirahat dengan memutarkan vidio motivasi yang dapat memotivasi siswa sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Jensen (2008: 485) yang mengatakan bahwa otak belajar paling efektif dari waktu ke waktu bukan langsung suatu saat. Adapun kendala yang ditemukan saat penelitian pada kelas eksperimen adalah saat awal proses pembelajaran guru harus mampu memfokuskan perhatian siswa untuk dapat memulai senam otak. Pada proses pembelajaran siswa harus selalu diingatkan untuk mengatur penggunaan waktu agar LKPD yang dikerjakan dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu siswa harus selalu fokus agar mampu menyeimbangi kondisi pembelajaran yang ada untuk menerima dan mengikuti instruksi yang diberikan guru dalam menjalankan sintaks pada kegiatan pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa kelas kontrol disebabkan adanya kelemahan metode ceramah dan tanya jawab ini diantaranya pembelajaran berjalan membosankan siswa menjadi pasif karena tidak menemukan sendiri konsep yang diajarkan, kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan, dan pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih mudah terlupakan. Hal ini didukung oleh Hamdayana (2016:99) menyatakan bahwa metode ceramah memiliki beberapa kelemahan, yaitu kegiatan pengajaran jadi verbalisme, anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya, bila terlalu lama membosankan, sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan anak didik, dan menyebabkan anak didik pasif. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Majid (2013:197) metode tanya jawab juga memiliki beberapa kelemahan yaitu punya peluang yang menyimpang dari pokok persoalan, kurang menarik bagi anak yang kurang aktif berfikir, dan dapat memojokkan kekurangan anak didik bila mereka tidak bisa menjawab. Sehingga hipotesis dari ranah pengetahuan diterima dimana terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada ranah pengetahuan. Ranah Keterampilan Indikator penilaian ranah keterampilan adalah kelengkapan isi LKPD, kerapian, kebersihan dan kejelasan tulisan. Nilai rata-rata ranah keterampilan tentang penilaian hasil teknik observasi dapat dilihat pada Gambar 4. Secara rinci hasil teknik observasi kelas eksperimen dan kelas kontrol

7 Nilai Rata-rata dapat dilihat pada Lampiran 33 dan Lampiran , ,78 Kelas Eksperimen Gambar 4. Grafik Penilaian Keterampilan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa indikator penilaian kelengkapan isi hasil LKPD dan kerapian, kebersihan dan kejelasan dalam penulisan kelas mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Nilai ratarata indikator penilaian kelengkapan isi hasil LKPD kelas kontrol adalah 94,78. Sedangkan nilai rata-rata indikator penilaian kelengkapan isi hasil LKPD kelas eksperimen adalah 93,22. nilai rata-rata indikator penilaian kerapian, kebersihan dan kejelasan dalam penulisan kelas kontrol adalah 78,64. Sedangkan nilai rata-rata indikator penilaian kerjasama kelas eksperimen adalah 76,56. 76,56 78,64 - Indikator Penilaian Kelengkapan LKPD Kerapian, Kebersihan dan Kejelasan tulisan Kelas Kontrol Keterampilan berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Hasil belajar psikomotorik ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu (Kunandar, 2013: ). Hasil belajar ranah keterampilan dilihat dari dua indikator yaitu kelengkapan isi hasil LKPD dan kerapian, kebersihan dan kejelasan dalam penulisan. Indikator penilaian kelengkapan isi LKPD pada kelas eksperimen nilai mempunyai rata-rata yaitu 93,22 dengan predikat sangat baik. Kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata untuk indikator kelengkapan isi LKPD yaitu 94,78 dengan predikat sangat baik. Pada indikator penilaian kelengkapan isi hasil LKPD kelas eksperimen maupun kelas kontrol secara keseluruhan sudah mencapai ketuntasan dengan baik disebabkan siswa sudah mampu mengerjakan LKPD dengan baik dan sudah sesuai dengan komponen-komponen yang diminta dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Nilai rata-rata indikator kerapian, kebersihan dan kejelasan tulisan kelas eksperimen adalah 76,56 dengan predikat baik. Nilai rata-rata indikator kerapian, kebersihan dan kejelasan tulisan kelas kontrol adalah 78,64 dengan predikat baik. Rendahnya indikator penilaian kerapian, kebersihan dan kejelasan tulisan kelas eksperimen dibandingkan indikator penilaian kelengkapan isi LKPD disebabkan masih banyak penulisan siswa yang kurang rapi, kurang bersih dan kurang jelas dalam

8 penulisan LKPD. Indikator kerapian, kebersihan dan kejelasan tulisan pada kelas kontrol juga lebih rendah dibandingkan indikator penilaian kelengkapan isi LKPD. Hal ini dikarenakan masih ada siswa yang membuat hasil LKPD dengan tulisan yang kurang jelas, adanya beberapa coretan dan tidak memperhatikan kerapian dalam penulisan LKPD. Berdasarkan nilai rata-rata secara keseluruhan dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain Based Learning tidak dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah keterampilan karena kelas kontrol memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas eksperimen baik untuk indikator penilaian kelengkapan isi LKPD maupun indikator penilaian kerapian, kebersihan dan kejelasan tulisan. Menurut Anwar (2009: 87) penilaian keterampilan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah mereka memahami proses pembelajaran kognitif dan afektif. Apabila suatu proses pembelajaran itu dimulai dengan sikap dan minat yang baik maka penilaian pengetahuannya juga meningkat dengan baik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan pendekatan Brain Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada materi ekosistem dalam ranah pengetahuan siswa kelas X SMAN 3 Padang Tahun Pelajaran 2016/ Penerapan pendekatan Brain Based Learning tidak dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada materi ekosistem dalam ranah sikap siswa kelas X SMAN 3 Padang Tahun Pelajaran 2016/ Penerapan pendekatan Brain Based Learning tidak dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada materi ekosistem dalam ranah keterampilan siswa kelas X SMAN 3 Padang Tahun Pelajaran 2016/2017. DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Rineka Cipta. Hamdayana, Jumanta. Metodologi Pengajaran Jakarta: Bumi Aksara. Kunandar Guru Profesional. Rajagrafindo Persada: Jakarta Jensen, Eric Brain Based Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Majid, Abdul Implementasi Kurikulum Bandung: Interes Media. Sagala, Syaiful Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

9 Syafri, Anwar Penilaian Berbasis Kompetensi. Padang: UNP Press.