PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA DI SMA N 2 PARIAMAN

Transkripsi

1 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA DI SMA N 2 PARIAMAN Miftahul Khairiyah 1, Gustina Indriati 2, Evrialiani Rosba 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Miftahulkhai1@gmail.com ABSTRACT The research aim to determine the implementation of Discovery Learning model with Power Point media toward the result of students biology learning of XI IPA class at SMAN 2 Pariaman. The type of this research was experimental research, using Randomized Control- Group Postest Only Design. The sampling using Purposive Sampling. The instrument used in the cognitive domain is written test in the form of multiple choice questions with 45 items. Affective domain (cooperate and responsible) and psychomotor domain (completeness of report contents and neatness, cleanliness, and written clarity). The technique of data analysis use t-test with 95% confidence correlation level (α = 0,05). Based on the result of the research, the result of the student s biology test were the average of experimental class was 82,86 and the control class was 74,49. Hypothesis test obtained thitung (3.87) > ttabel (1.67, hypothesis accepted. In the affective domain, hypothesis test obtained thitung (3,22) > ttabel (1,67), hypothesis accepted. Whereas in psychomotor domain obtained skill value at experiment class that is 83,08 and control class that was 72,05. Hypothesis test obtained thitung (4.77) > ttabel (1.67), hypothesis accepted. So it can be concluded that the learning model of Discovery Learning toward Power Point media can improve the result of students biology learning in the affective, cognitive, and psychomotor aspects of the grade XI IPA students at SMAN 2 Pariaman in the academic year 2016/2017. Keywords: Discovery Learning, Power Point, Learning Result PENDAHULUAN Berdasarkan hasil observasi di SMAN 2 Pariaman selama PPL pada bulan Desember di kelas XI IPA tahun pelajaran 2016/2017. Dalam proses pembelajaran guru menerapkan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab, namun belum optimal dan masih terpusat pada guru, hanya beberapa orang siswa yang aktif sementara siswa yang lain hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru, tanpa mau bertanya tentang apa yang tidak mereka mengerti. Ketika guru memberikan pertanyaan hanya beberapa orang siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari guru. Sehingga guru tidak tahu apakah siswa sudah paham atau belum dengan materi yang diterangkan. Pada saat proses diskusi berlangsung, hanya beberapa siswa yang berpartisipasi sementara siswa yang lain hanya mengandalkan anggota kelompok yang aktif dan berprestasi. Keadaan tersebut membuat siswa cenderung pasif dalam kegiatan 1

2 2 pembelajaran, sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Media pembelajaran yang digunakan berupa buku paket, charta dan LKS. Namun belum menunjukkan hasil yang optimal. Berdasarkan wawancara pada bulan Januari tahun pelajaran 2016/2017 dengan guru biologi yang mengajar di kelas XI IPA SMA N 2 Pariaman salah satu materi yang sulit dipahami siswa pada semester 2 yaitu materi Sistem Reproduksi. Karena pada materi ini terdapat banyak konsep-konsep yang sulit dipahami siswa, terutama dalam menjelaskan struktur organ reproduksi, proses-proses yang tidak bisa diamati secara langsung seperti pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi dan kehamilan serta hormon yang berperan di dalamnya. Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi tersebut berakibat terhadap nilai ulangan harian siswa. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata ulangan harian siswa kelas XI IPA semester 2 SMA N 2 Pariaman tahun pelajaran 2015/2016 dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 78, dengan rata-rata nilai dan persentase ketuntasan setiap kelas yaitu sebagai berikut: Kelas XI.IPA 1 : nilai rata-rata (74,68) yang tuntas hanya (40,62%), kelas XI.IPA 2 : nilai rata-rata (73,46) yang tuntas hanya (34,37%), kelas XI.IPA 3 : nilai ratarata (72,56) yang tuntas hanya (13,33%), kelas XI.IPA 4 :nilai rata-rata (71,66) yang tuntas hanya (26,66%), kelas XI.IPA 5 : nilai rata-rata (67,58) yang tuntas hanya (24,13%). Jadi, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa yang tuntas dari kelima kelas yaitu (27,82%) dengan nilai rata-rata ketuntasan siswa 82,23, sedangkan nilai rata-rata siswa yang tidak tuntas adalah (72,16%) dengan nilai rata-rata 68,84. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru harus mampu menggunakan strategi atau model pembelajaran, agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Discovery Learning. Dalam model pembelajaran ini, penyajian bahan pelajaran oleh guru tidak dalam bentuk final, tetapi siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Proses pembelajaran berlangsung dengan memberikan Stimulus atau rangsangan yang dapat mendorong siswa untuk ikut terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilitator. (Supardi, 2013: 204). Menurut Syaiful Bahri dalam Supardi (2013: ), langkah-langkah

3 3 dari model pembelajaran Discovery Learning yaitu: Stimulation, Problem statement, Data collection, Data processing, Verification atau pembuktian, dan Generalization. Menurut Zalfendi, Neldi, dan Willadi (2009: ) Keunggulan Discovery Learning sebagai berikut: membantu mengembangkan keterampilan kognitif dan psikomotor siswa, membangkitkan kegiatan belajar siswa, membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan diri dengan proses penemuan sendiri, strategi itu berpusat pada siswa tidak pada gurunya. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. Model Pembelajaran Discovery Learning dapat dikombinasikan dengan berbagai media, salah satunya yaitu media power point. Media power point juga dapat digunakan sebagai tahap awal dari model Discovery Learning yaitu sebagai stimulasi agar siswa mampu menemukan suatu permasalahan. Media power point dapat merangsang siswa untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang sedang disajikan dan objek yang ditampilkan terlihat konkret (nyata). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning disertai Media Power Point terhadap Hasil Belajar Biologi pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor siswa Kelas XI IPA di SMA N 2 Pariaman. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2017 di kelas XI IPA SMA N 2 Pariaman tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian adalah Penelitian eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Postest Only Design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester 2 SMAN 2 Pariaman tahun pelajaran 2016/2017. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Instrumen penelitian ranah afektif dan ranah psikomotor menggunakan lembar observasi sikap. Aspek yang diamati pada ranah afektif (bekerjasama dan bertanggung jawab). Ranah psikomotor berupa penilaian laporan hasil diskusi siswa (kelengkapan laporan hasil diskusi, kerapian, kebersihan, dan kejelasan dalam penulisan). Ranah kognitif berupa soal objektif dengan 5 options sebanyak 45 butir yang telah di validasi. Teknik analisis data pada ketiga ranah menggunakan uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang meliputi tiga ranah yaitu

4 Nilai 4 ranah afektif, kognitif, dan psikomotor, maka diperoleh data penelitian tentang hasil belajar biologi siswa pada materi Sistem Reproduksi Manusia sebagai berikut: 1. Ranah Afektif Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yang dinilai oleh observer. Hasil penilaian afektif siswa perindikator dapat dilihat pada Gambar A Gambar 1. Nilai Rata-rata Afektif Kelas Sampel Perindikator. Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Discovery Learning disertai media Power Point lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Dimana nilai rata-rata kelas ekperimen 86,55 dan kelas kontrol 79,60. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Ket: A : Berkerjasama B : Bertanggung Ja Hasil analisis uji normalitas kelas eksperimen L 0 0,0273 < L tabel 0,1476 dan kelas kontrol adalah L 0 0,1348 < L tabel 0,1476, kedua data sampel berdistribusi normal. Hasil analisis uji homogenitas B F hitung 0,75 < F tabel 1,69, varians data kelas sampel homogen. Karena kedua data berdistribusi normal dan bervarians homogen, maka dilakukan uji-t untuk melihat apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hasil uji-t didapatkan t- hitung 3,22 > t- tabel 1,67. Jadi, hipotesis diterima. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning pada indikator berkerjasama mendapat nilai rata-rata tertinggi dengan predikat A (89,58). Sedangkan pada kelas kontrol dengan menerapkan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab juga mendapat nilai rata-rata dengan predikat A (88,36). Hal ini terlihat dari pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa telah dapat berkerjasama dalam kegiatan diskusi kelompok, sesama anggota kelompok saling bertukar informasi berkaitan dengan problem statement yang mereka diskusikan, saling mendengarkan pendapat, dan menanggapi pendapat teman dalam proses diskusi berlangsung. Pendapat di atas sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Fatihatul (2015: 75) menyatakan penerapan model Guided Discovery Learning melibatkan siswa dalam proses diskusi yang dapat memberikan pengalaman sosial melalui interaksi dengan sesama siswa sehingga melatih kerjasama untuk saling membantu

5 Nilai 5 menemukan konsep, prinsip, atau jawaban permasalahan yang telah dibuat. Pada saat kegiatan diskusi kelompok kelas eksperimen untuk menemukan konsep atau jawaban permasalahan yang dibuat oleh siswa, memiliki nilai rata-rata dengan predikat B (83,33) pada aspek bertanggung jawab. Pada indikator ini, sudah terlihat tanggung jawab siswa dalam melaksanakan kegiatan diskusi kelompok, pada tahap Data Collection setiap anggota kelompok sudah bertangung jawab mengumpulkan data dari berbagai buku sumber, pada tahap Data Processing masing-masing anggota kelompok telah mampu mengolah informasi yang mereka rumuskan dan menulis laporan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut pendapat Sanjaya (2012: ) keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Pada Indikator bertanggung jawab kelas kontrol mendapatkan predikat B (71,00). Siswa pada kelas kontrol dengan penerapan metode diskusi dan tanya jawab juga sudah mampu melaksanakan instruksi yang diberikan guru melalui pertanyaan yang diberikan. Namun dalam pelaksanaanya masih ada beberapa siswa yang tidak melaksanakan kegiatan diskusi kelompok, tidak ikut serta merumuskan isi laporan sehingga isi laporan yang dibuat siswa tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kurangnya rasa tanggung jawab anggota kelompok pada tugasnya akan menghasilkan hasil akhir yang tidak optimal. 2. Ranah Kognitif Penilaian pada ranah kognitif dilakukan tes diakhir penelitian. Rata-rata penilaian ranah kognitif dapat dilihat pada Gambar XI.IPA3 Gambar 2. Nilai Rata-rata Kognitif Kelas Sampel. Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen pada ranah kognitif yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning disertai media Power Point lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab XI.IPA5 Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Hasil analisis uji normalitas kelas eksperimen L 0 0,0752 < L tabel 0,1476 dan kelas kontrol L 0 0,1231 < L tabel 0,1476, maka, data sampel berdistribusi normal. Hasil analisis uji homogenitas pada kelas sampel adalah F hitung 0,63 < F tabel 1,69

6 6 maka, varians data kelas sampel homogen. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t. Pada ranah kognitif t- hitung 3,87 > t- tabel 1,67, maka hipotesis diterima. Nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning disertai media power point yaitu 82,86, dimana jumlah siswa yang diatas KKM sebanyak 30 orang dengan presentase ketuntasannya 83,33%, sedangkan nilai siswa yang dibawah KKM 6 orang dengan persentasi 16,67%. Nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab yaitu 74,49, dimana jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 orang dengan presentase 58,33%, sedangkan nilai siswa yang di bawahkkm 15 orang dengan persentase 41.67%. Persentase ketuntasan pada kelas eksperimen yaitu sebesar 83,33% dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning disertai media Power Point berada pada tingkat baik atau optimal dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2013: 107) bahwa tingkat keberhasilan belajar mengajar dikatakan maksimal apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa, baik sekali atau optimal apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran dikuasai oleh siswa. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning siswa didorong untuk menentukan konsepkonsep yang diberikan atau disajikan oleh guru dengan cara mengidentifikasi sendiri masalah-masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran dan siswa mencari sendiri pemecahan masalah yang mereka temukan yaitu dengan cara mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari buku sumber dan diskusi dengan teman satu kelompok. Setelah itu siswa juga dibimbing mengolah informasi yang telah mereka dapatkan untuk memecahkan masalah yang mereka temukan dan pada akhirnya siswa diberi kesempatan untuk membuat kesimpulan dari hasil yang mereka dapatkan. Hal ini bisa membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran karena siswa belajar mencari dan menemukan sendiri sehingga hasil yang diperoleh tidak mudah dilupakan oleh siswa. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosarina (2016: 379) penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena, melalui model pembelajaran tersebut siswa melakukan percobaan, dengan percobaan siswa melakukan penemuan sendiri. Tidahanya teori yang ditemukan siswa tetapi kesinambungan antara teori dan fakta.

7 7 Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dalam proses pembelajaran membuat peserta didik lebih mengetahui lagi tentang materi yang mereka pelajari, karena materi yang dipelajari tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui selanjutnya mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami. Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented (Kemendikbud, 2014:42). Kertamuda (2008) menjelaskan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dapat mendorong siswa aktif, kreatif, dan kritis terhadap permasalahan yang dirumuskan, sehingga siswa tidak merasa jenuh. Tingginya nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen juga ditunjang dengan penggunaan media pembelajaran, yaitu media power point. Dengan bantuan media seorang guru akan lebih mudah dalam mempersentasikan dan menstranformasikan materi ajar kepada siswanya di kelas. Materi yang dirasa sulit akan menjadi mudah dipahami siswa, karena siswa tidak hanya mendengarkan apa yang sedang diterangkan oleh guru, tetapi siswa bisa secara langsung melihat apa yang sedang diterangkan guru. Sehingga pengalaman yang didapat oleh siswa dalam proses pembelajaran akan semakin melekat dalam ingatan dan konsep yang telah didapat akan tersimpan lebih lama dalam memori siswa. Karena disamping siswa menggunakan indera telinga untuk mendengar penjelasan guru, juga menggunakan indera mata untuk melihat media yang dipakai. Media power point dapat membuat siswa lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar karena siswa lebih mudah memahami penjelasan guru melalui visualisasi yang terangkum dalam slide. Menurut Arsyad (2014: 19) pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 74,49, yang mana nilai tersebut lebih rendah dari kelas eksperimen. Adapun beberapa permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran di kelas kontrol yaitu adanya beberapa orang siswa yang tidak memperhatikan guru sedang menerangkan pelajaran. Sehingga apa yang ditanyakan guru nantinya tidak bisa dijawab oleh

8 Nilai 8 siswa, karena siswa tidak bisa memahami apa yang disampaikan oleh guru. Hasil belajar yang diperoleh pada kelas kontrol rendah dibandingkan kelas eksperimen. Hal ini disebabkan karena salah satu kelemahan metode ceramah dan tanya jawab diantaranya pelajaran berlangsung membosankan, dan hanya berlangsung satu arah sehingga kurangnya interaksi antara siswa dengan guru serta siswa dengan siswa. Saat diskusi hanya didominasi oleh siswa yang aktif berbicara, materi dikuasai oleh siswa yang pintar, sedangkan siswa lain diam atau pasif dalam menangapi pertanyaan dan pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Septiani (2016: 109) Pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning lebih mampu meningkatkan keterampilan kognitif siswa dibandingkan model pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan model pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru. 3. Ranah Psikomotor Penilaian psikomotor dilakukan setiap kali pertemuan. Hasil yang dinilai adalah laporan hasil diskusi yang dibuat oleh masing-masing siswa yang dikerjakan pada saat proses pembelajaran. Berikut adalah rata-rata hasil penilaian psikomotor siswa perindikator dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Nilai Rata-rata Psikomotor Kelas Sampel Perindikator Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa nilai rata-rata psikomotor secara keseluruhan 83,08 untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol 72,05. Hasil analisis uji normalitas pada kelas eksperimen L 0 0,0233 < L tabel 0,1476 dan kelas kontrol L 0 0,0384 < L tabel 0,1476, kedua data sampel berdistribusi normal. Hasil analisis uji homogenitas F hitung 0,70 < F tabel ,69, varians data kelas sampel homogen. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t. t- hitung 4,77 > t- tabel 1,67, jadi hipotesis diterima Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 0 A B Ket: A: Kelengkapan isi B: Kerapian, kebersihan, dan kejelasan tulisan Penilaian keterampilan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah mereka memahami proses pembelajaran kognitif dan afektif. Berdasarkan indikator yang dinilai pada kedua kelas sampel diperoleh indikator kelengkapan isi laporan pada kelas eksperimen memperoleh predikat (B) 82,81. Indikator kelengkapan isi laporan pada kelas kontrol memperoleh predikat

9 9 (C) 68,06. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada indikator kelengkapan isi laporan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Tingginya rata-rata nilai psikomotor siswa kelas eksperimen pada indikator kelengkapan isi laporan dikarenakan siswa sudah membuat laporan dengan lengkap, sesuai dengan tujuan pembelajaran, relevan dengan teori, dan sistematis. Rendahnya rata-rata nilai psikomotor siswa pada indikator kelengkapan isi laporan kelas kontrol disebabkan beberapa siswa masih ada yang membuat laporan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran, tidak relevan dengan teori dan tidak sistematis. Hal ini terlihat pada saat guru meminta siswa berdiskusi hanya beberapa orang siswa yang ikut berpartisipasi, sementara anggota kelompok yang lain hanya diam dan terkadang mengobrol dengan teman satu kelompok. Kurangnya perhatian siswa pada saat diskusi berlangsung membuat siswa tidak tahu hasil akhir dari diskusi yang dibahas oleh anggota kelompoknya, sehingga siswa tersebut hanya menyalin jawaban teman sebangkunya. Penilaian Psikomotor juga dilihat berdasarkan kerapian, kebersihan, dan kejelasan dalam penulisan. Laporan yang rapi susunannya dan bersih tanpa coretan tentunya akan lebih menarik dan jelas untuk dibaca. Penilaian psikomotor pada kelas eksperimen memperoleh rata-rata 83,33 (B) pada aspek kerapian, kebersihan, dan kejelasan tulisan. Pada indikator ini, penulisan siswa dalam membuat laporan sudah rapi, bersih dan jelas. Tingginya nilai kerapian dan kebersihan laporan pada kelas eksperimen disebabkan karena setiap individu telah memperoleh pengetahuan dan motivasi untuk bersungguh-sungguh pada kegiatan pembelajaran. Siswa kelas eksperimen diajak lebih banyak membaca pada tahap Data Processing sebelum menulis laporan sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Anwar (2009: 87) Apabila suatu proses pembelajaran itu dimulai dengan sikap dan minat yang baik maka penilaian pengetahuannya juga meningkat dengan baik. Rata-rata nilai psikomotor kelas kontrol pada indikator kerapian, kebersihan, dan kejelasan tulisan, memperoleh nilai rata-rata 76,04 (B). Hal ini disebabkan sebagian siswa ada yang membuat laporan kurang rapi karena tergesa-gesa dalam penulisannya. Sehingga pada saat penulisan laporan terdapat coretan-coretan di kertas dauble folio.

10 10 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Discovery Learning disertai media Power Point dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada ranah afektif, kognitif, dan psikomotor kelas XI IPA di SMAN 2 Pariaman. DAFTAR PUSTAKA Anwar, S Penilaian Berbasis Kompetensi. Padang: UNP Press. Arsyad, A Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Djamarah, S. B dan A. Zain Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Kertamuda, F Pengaruh Motifasi Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Psikologis. 21 (1), Latisma Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP. Sanjaya,W Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Supardi Sekolah Eefektif Konsep Dasar dan Pratiknya. Jakarta: PT Raja Grafindo. Wahyu, S.T (2016) Pengaruh Model Pemelajaran Discovery Learning Terhadap Keterampilan berpikir Kreatif Sisa Pada Materi Sifat-sifat Cahaya. Jurnal. UPI. Vol. 1, No. 1: 109. Warsono dan Hariayanto Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja Rosdakarya. Fatihatul, D.U Pengaruh Model Pembelajaran Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Di SMA N 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal, FKIPUNS, Vol. 7, No. 2: 75. Rosarina, G Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Perubahan Wujud Benda. Jurnal, Vol, 1. No. 1: 379. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015 Mata Pelajaran Biologi SMA/SMK. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Menjamin Mutu Pendidikan.

11 11