BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian, pembahasan dan evaluasi yang telah dilakukan penulis

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Perihal : Permohonan Menjadi Responden Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.6, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengurangan. Penghasilan Bruto. Biaya Promosi.

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN USAHA JASA KONSTRUKSI PADA PT. NCP

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

ABSTRAK. : Pajak Penghasilan, Laporan Keuangan Komersial, Laporan Keuangan Fiskal, Rekonsiliasi Fiskal.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

PER - 32/PJ/2010 PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEN

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

Y. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT AMD

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT ABC

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK EFISIENSI PPh TERHUTANG PADA PT. SUHADA PETROLEUM

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi. Tahun Pajak 2014 PJ.091/KUP/S/006/

1 Catatan Revaluasi Aktiva Tetap Perusahaan

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

SISTEMATIKA. Konsep Rekonsiliasi. Rincian Item Rekonsiliasi. Kasus dan Ilustrasi

BAB. V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian-uraian yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya,

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penulis dapat memberikan suatu kesimpulan, adalah sebagai berikut:

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

KOP SURAT WAJIB PAJAK

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, pembahasan, dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Badan, serta perencanaan PPh badan yang dilakukan oleh PT. DLP, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. PT. DLP belum melakukan perencanaan pajak secara optimal. Accounting Manager hanya membantu disini dalam hal memberikan konsultasi dan tidak hanya fokus bekerja untuk PT. DLP. Karena keterbatasan tenaga, waktu, dan pikiran sehingga terkadang tidak sepenuhnya mematuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan Ketentuan Perpajakan. Hal ini terbukti dari perhitungan, pelaporan dan penyetoran jumlah pajak yang terutang. 2. Nama akun yang perlu dilakukan koreksi fiskal positif 100%, antara lain: beban PPh 21, beban pemasaran, beban sponshorship, beban retribusi dan sumbangan, beban iuran keanggotaan, dan beban lain-lain. Nama akun yang perlu dilakukan koreksi fiskal positif 50% antara lain: biaya voucher pulsa Manager Marketing (Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP 220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002 pasal 1 ayat (2) tentang biaya 149

berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dalam tahun pajak yang bersangkutan. Nama akun yang perlu dikoreksi negatif yaitu pendapatan bunga bank (Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000; dan pendapatan jasa giro (pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008). 3. PT. DLP juga telah melakukan koreksi positif pada Tahun 2010 dalam biaya lain-lain untuk biaya sumbangan seperti pembelian karangan bunga duka cita dan parcel, dalam biaya perizinan untuk pemberian THR DepKes, karena biaya sumbangan selain yang dijelaskan dalam Pasal 6 ayat (1) UU PPh tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dan tidak dapat mengurangi penghasilan bruto perusahaan. 4. Dalam hal melaporkan Surat Pemberitahuan, PT. DLP belum sepenuhnya mematuhi kewajiban perpajakan. Hal ini dikarenakan pada Tahun 2008, 2009, dan 2010, PT. DLP melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Badan melebihi jangka waktu yang telah ditentukan, seharusnya perusahaan paling lambat melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Badan tanggal 30 April (akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun pajak). 150

5. PT. DLP belum sepenuhnya memenuhi kepatuhan kewajiban perpajakan dalam hal penyetoran. Hal ini dapat dilihat dalam segi aspek formal dan aspek material. 6. PT. DLP dalam membuat laporan laba-rugi dengan nama-nama akun belum sepenuhnya konsisten dan taat azaz. Dan dalam mengelompokan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan terkadang masih belum secara baik dan benar. 7. Untuk kesejahteraan karyawan, PT. DLP memberikan penggantian pengobatan kepada karyawan. Pemberian penggantian pengobatan ini merupakan natura dan kenikamatan bagi karyawan karena perusahaan membayar biaya pengobatan langsung ke rumah sakit sehingga harus dikoreksi sesuai pasal 9 ayat (1) UU PPh 8. PT. DLP belum membuat daftar nominatif untuk mengakui beban pemasaran dan biaya entertainment sebagai biaya sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal positif. Menurut Surat Edaran No. SE-27/PJ.22/1986 biaya entertainment dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila perusahaan membuat daftar nominative untuk biaya entertainment, sedangkan sesuai dengan Pasal 6 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010 tentang biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bahwa Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran Biaya Promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tentang akumulasi dan jumlah biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. 151

9. PT. DLP telah melakukan pengkreditan PPh Pasal 22 atas penjualan kepada Bendaharawan Pemerintah dengan jumlah PPh Badan yang terutang pada tahun 2008, 2009, dan 2010. 10. Dilihat dari banyaknya koreksi positif yang harus dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan belum melakukan perencanaan pajak dengan baik dan benar. PT. DLP belum memahami peraturan dan undang-undang mengenai PPh. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan yang baik pada biaya biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. 11. PT. DLP tidak optimal dalam melakukan perhitungan beban penyusutan dan aktiva dengan metode garis lurus serta tidak memahami pengelompokan harta perusahaan yang diatur dalam undang-undang PPh. Hal ini dapat dilihat dari koreksi positif dan negatif pada jumlah biaya penyusutan yang terdapat dalam laporan laba rugi tahun 2008, 2009, dan 2010. 152

V.2 Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis memberikan saran-saran terbaik untuk PT. DLP yang bersifat aplikatif sehingga dapat langsung diterapkan dan dilaksanakan oleh PT. DLP. Saran-saran untuk PT. DLP antara lain sebagai berikut: 1. Sebaiknya perusahaan mengganti biaya pengobatan karyawan yang dibayarkan langsung oleh perusahaan ke rumah sakit menjadi tunjangan pengobatan karyawan karena tunjangan dapat dijadikan pegurang penghasilan bruto perusahaan. Apabila perusahaan memilih langkah tersebut, perusahaan harus menyesuaikan terlebih dahulu dengan kebijakan awal perusahaan serta menganalisis pengaruhnya pada setiap karyawan. Selain itu yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan mengikutsertakan asuransi kesehatan kepada seluruh karyawan, sehingga klaim jika sakit dilakukan ke perusahaan asuransi sebab biaya asuransi yang dikeluarkan perusahaan dapat dibebankan sebagai biaya. 2. Agar biaya entertainment dapat menjadi biaya fiskal, sebaiknya perusahaan membuat daftar nominatif sebagai bukti pelaksanaan entertainment dan melampirkannya dalam SPT Tahunan. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran DJP No. SE-27/PJ.22/1986, daftar nominatif berisi : a) Nomor urut. b) Tanggal entertainment diberikan. 153

c) Nama dan tempat entertainment diberikan. d) Alamat entertainment yang telah diberikan. e) Jenis entertainment yang telah diberikan. f) Jumlah (Rp.) entertainment yang diberikan. g) Relasi usaha yang diberikan entertainment sesuai dengan nomor urut tersebut diatas berisi nama, posisi, nama perusahaan, dan jenis usaha. 3. Agar biaya pemasaran dapat menjadi biaya fiskal, sebaiknya perusahaan membuat daftar nominatif yang didalamnya memuat: data penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti pemotongan, dan besarnya Pajak Penghasilan yang dipotong. Daftar nominatif tersebut harus dibuat sesuai dengan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan. Dan daftar nominatif tersebut dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010 tentang Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Jika perusahaan telah mencantumkan daftar nominatif lengkap dengan bukti-bukti sesuai dengan yang disebutkan diatas, maka biaya promosi dapat menjadi pengurang penghasilan bruto. Sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154

02/PMK.03/2010 yaitu besarnya biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan akumulasi dan jumlah dari: a) biaya periklanan di media elektronik, media cetak dan/atau media lainnya; b) biaya pameran produk; c) biaya pengenalan produk; dan/atau d) biaya sponshorship yang berkaitan dengan promosi produk. 4. Perusahaan tidak melakukan dengan benar dalam menghitung beban atau biaya penyusutan. Sebaiknya perusahaan menetapkan kebijakan dalam menetapkan masa manfaat suatu aktiva tetap perusahaan sesuai dengan fiskal dan membeli/menambah jumlah aktiva tetap perusahaan pada awal bulan sehingga menghindari terjadinya koreksi dalam perhitungan beban penyusutan perusahaan. 5. Perusahaan harus teliti dalam mencatat biaya pada pos-pos akun laporan laba rugi agar tidak menimbulkan koreksi positif apabila perusahaan dilakukan pemeriksaan oleh fiskus. 6. Dalam memberikan tunjangan pajak karyawan, sebaiknya perusahaan memahami dengan baik cara penghitungan pemberian tunjangan PPh Pasal 21 menggunakan metode gross up agar tidak menimbulkan kekurangan pembayaran PPh Pasal 21. Dalam perhitungan menggunakan metode gross up, perusahaan dapat 155

menghitung PPh Pasal 21 karyawan lebih praktis dengan menggunakan format excel yang diberikan penulis di bawah ini: Gambar V.1 Perhitungan PPh 21 Menggunakan Metode Gross Up. 7. Biaya pajak PPh Pasal 25 yang dicatat dalam laporan laba rugi tahun 2008 merupakan prepaid tax. Selain melakukan pengkreditan PPh Pasal 22 atas penjualan ke Bendaharawan Pemerintah, seharusnya perusahaan melakukan 156

pengkreditan PPh Pasal 25 dengan PPh Badan yang terutang pada tahun pajak yang bersangkutan. 8. Pendapatan jasa giro dan bunga deposito yang diperoleh perusahaan merupakan pendapatan yang dikenakan PPh Final, sehingga perusahaan perlu melakukan koreksi negatif pada pendapatan lain-lain Tahun 2008, 2009 dan 2010. 9. Beberapa alasan yang menyebabkan PT. DLP belum optimal dalam melakukan perencanaan pajak adalah perusahaan tidak melibatkan jasa konsultan pajak dan tidak memiliki karyawan yang menangani dan memahami bidang perpajakan. Perusahaan perlu melibatkan konsultan pajak dalam melaksanakan perencanaan pajak untuk menghindari sanksi perpajakan serta mengikutsertakan karyawan pada pelatihan-pelatihan perpajakan. Biaya pelatihan karyawan ini dapat dijadikan biaya fiskal dan mengurangi penghasilan bruto perusahaan. 10. Apabila tahun pajak mendatang perusahaan melakukan perencanaan pajak dengan optimal dan terjadi lebih bayar pada PPh badan terutang, PT. DLP dapat mengajukan penurunan angsuran masa PPh Pasal 25 agar kekhawatiran terjadi kelebihan pembayaran PPh Pasal 25 tidak akan terjadi. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan penurunan Angsuran PPh Pasal 25 disertai proyeksi laba pada akhir tahun dan alasan terjadinya penurunan. Hal ini disebabkan jika terjadi kelebihan pembayaran pajak yang walaupun dapat direstitusi, tetapi sebelumnya Wajib Pajak akan dikenakan tindakan pemeriksaan. 157

11. Sebaiknya dilakukan review secara berkala pada pelaksanaan perencanaan pajak untuk memperbaiki dan mencegah kesalahan yang mungkin akan terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis perhitungan PPh Badan yang harus disetor pada negara dengan mengacu pada undang-undang PPh yang berlaku untuk mencegah pengenaan sanksi administrasi apabila perusahaan diperiksa oleh fiskus. 12. Sebaiknya perusahaan selalu megikuti perkembangan dan peraturan perundangungan pajak dan menjalin komunikasi yang baik dengan pihak-pihak yang berada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau bergabung dalam forum perpajakan yang tersedia di beberapa alamat website. 158