1 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMAN 1 KECAMATAN SULIKI KABUPATEN 50 KOTA Nurmala Sari 1, Mulyati 2, Ade Dewi Maharani 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Nurmalasari311290@gmail.com ABSTRACT Student biology learning outcomes are still under the KKM established by the school. The reason among others is the method or learning strategy used by teachers is still not varied, causing students' interest in learning and reading material kingdom animalia is still lacking. One alternative to solve the problem is by applying Jigsaw type cooperative learning model. This study aims to determine the effect of applying Jigsaw type cooperative learning model to the learning outcomes of students of class X SMAN 1 Kecamatan Suliki. Type of this research is experimen by using Randomized Control-Group Design Postes Only Design model. Population of this research is students at class X in SMAN 1 Kecamatan Suliki of academic year 2014/2015 that consist of 5 classes. Sample is taken by using Purposive Sampling. Technique of data analysis uses uji T with corelation level of 95% (α = 0,05). The result of data analysis obtained by mean of affective experimental class grade 73,33 and control class 68,95. The result of uji - T shows t-test = 2.27 and t-table = 1.67. t-test > t-table. Average value in the cognitive domain of experimental class 77,21 and control class 72,81. The result of uji - T shows t-test = 2.40 and t-table = 1.67. t-test > t-table. In the psychomotor domain the experimental class has an average of 83.71 and the control class average is 77.14. The result of uji - T shows t-test = 5.22 and t-table = 1.67. t-test > t-table. So it can be concluded that the application of jigsaw type cooperative learning model can improve the biology learning outcomes of students of class X SMAN 1 Kecamatan Suliki. Keyword: Jigsaw, Cooperative Learning, Result of Learning PENDAHULUAN Proses pembelajaran adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal atau sering disebut pembelajaran dengan pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah). Pendekatan saintifik merupakan pendekatan dengan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.
2 Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji atau mengkomunikasikan (Permendikbud 2016: 3) Hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan bulan November 2014 di SMAN 1 Kecamatan Suliki Kabupaten 50 Kota, didapatkan bahwa guru sudah menggunakan pendekatan saintifik dengan metode diskusi. Tetapi dalam pelaksanaan metode diskusi tersebut mengakibatkan siswa hanya mengandalkan satu teman untuk mendiskusikan tugas sehingga kondisi belajar menjadi tidak efektif. Hal ini juga dapat dilihat ketika guru menyuruh membuat pertanyaan tentang materi yang dipelajari siswa cenderung diam dan tidak bisa membuat pertanyaan dan hanya beberapa siswa yang bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada tahap mengkomunikasikan terlihat siswa saling mengelak untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Akibatnya nilai rata-rata nilai ulangan harian materi kingdom animalia semester II biologi kelas X tahun pelajaran 2013/2014 rendah yaitu sebagai berikut : X-1 70,1, X- 2 71,85, X-3 74,13, X-4 71,53, X-5 70,01, X-6 74,40 dan umumnya berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yakni 75 (B). Kingdom animalia termasuk materi yang sulit dimana materi ini memerlukan pemahaman konsep hewan invertebrata dan vertebrata, pemahaman klasifikasi dari hewan invertebrata dan vertebrata dan serta pemahaman peranan kingdom animalia dalam kehidupan sehari-hari. Mengatasi permasalahan di atas maka guru biologi harus mampu menggunakan bermacam-macam strategi sehingga siswa menjadi lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran dan menjadikan siswa aktif dalam
3 proses pembelajaran biologi. Salah satu strateginya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Menurut Trianto (2010:73), model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Hal ini juga telah dibuktikan dengan penelitian Hayati (2013:7) yang judul penelitian Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Jigsaw Disertai Tree Chart Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMPN 1 Lembah Gumanti, hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMPN 1 Lembah Gumanti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran koopereatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa dengan hipotesis yang akan diuji adalah hasil belajar ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Manfaat penelitian ini adalah sebagai pedoman bagi penulis dalam memilih metode pembelajaran dan sebagai bekal dalam mengajar biologi dimasa yang akan datang, sebagai bahan masukan bagi guru biologi dalam menggunakan model pembelajaran dan dapat dijadikan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015 pada kelas X semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 di SMA N 1 Kecamatan Suliki Kabupaten 50 Kota. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini menggunakan Randomized Control- Group Posstest Only Design. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap dengan teknik obserbvasi, penilaian pengetahuan berupa soal objektif yang terdiri dari 5 option dan penilaian keterampilan berupa
4 produk. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji t. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di SMA N 1 Kecamatan Suliki Kabupatren 50 Kota maka didapatkan t hitung > t tabel pada masingmasing ranah. Hasil belajar siswa dari ketiga ranah terlihat pada Tabel Tabel 1. Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X, Ketuntasan dan Uji Hipotesis N o Parameter Sikap Pengetahuan Keterampilan Eksperi Kontrol Eksperi Kontrol Eksperi Kontrol men men men 1 Nilai Ratarata 73,33 68,95 77,21 72,81 83,71 77,14 2 Ketuntasan 63,64% 18,92% 64,29% 34,38% 100% 100% 3 Uji Hipotesis T hitung = 2,27 T tabel = 1,67 T hitung = 2,40 T tabel = 1,67 T hitung = 5,22 T tabel = 1,67 4 Keterangan H 1 diterima H 1 diterima H 1 diterima 1. Penilaian kompetensi sikap dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Indikator yang diamati untuk penilaian sikap yaitu berani dan santun dalam bertanya, bekerjasama dalam kelompok, berpendapat secara ilmiah, keterampilan berkomunikasi serta toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Rata-rata nilai kelas eksperimen dan kontrol terlihat pada Gambar 1. 80 60 40 20 0 74,62 75,19 70,45 72,73 71,59 51,52 50 41,55 48,65 47,13 Berani dan santun Dalam Bertanya Bekerjasama Eksperimen Berpendapat Secara Ilmiah Kontrol Berkomunikasi Toleransi dan Menghargai Pendapat Orang lain Gambar 1. Grafik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas X Ranah Afektif untuk Setiap Indikator
5 Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran koopertif tipe jigsaw pada kompetensi sikap. Ini disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa untuk dapat bekerjasama dengan kelompok asal maupun kelompok ahli. Siswa juga bertanggung jawab terhadap materi atau sub topik yang diterimanya dan mampu menjelaskan kepada siswa yang lain. Sehingga siswa mampu berinteraksi dengan siswa yang lain. Hal ini sesuai dengan Rusman (2011:218) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Hasil belajar kompetensi sikap pada indikator berani dan santun dalam bertanya kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Terlihat di kelas eksperimen siswa menguasai materi yang diberikan guru dan berani menjelaskannya kembali kepada teman-teman di kelompok asal. Siswa santun dalam mengemukan pendapat dan pertanyaannya dengan cara menunujuk tangan saat mengemukakan pendapat sehingga suasana proses pembelajaran tidak heboh. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniasih (2016:26) bahwa dalam model kooperatif jigsaw siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat. Pada indikator bekerjasama, kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terlihat dari siswa sudah mampu bekerjasama dengan kelompok ahli dan kelompok asal dalam mendiskusikan tugas yang diberikan. Sedangkan kelas kontrol mengerjakan tugas hanya beberapa siswa saja dan mengandalkan siswa pintar saja. Menurut Majid (2014:184) bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif memilki kelebihan diantaranya siswa dapat memberikan kesempatan
6 kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain. Nilai siswa pada indikator berpendapat secara ilmiah lebih tinggi kelas eksperimen daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan pertanyaan atau pendapat yang diajukan siswa sudah mengacu pada materi yang ada di buku.siswa membawa beberapa sumber buku. Siswa tidak sembarangan berpendapat baik di diskusi kelompok maupun saat persentasi. Sehingga proses pembelajaran berjalan dengan sungguh-sungguh dan efisien. Hal ini sejalan dengan Hedriyanti (2015:51) bahwa siswa sudah mampu mengajukan pertanyaan atau pendapat secara ilmiah dan mengarah kepada materi yang dipelajarinya akan membuat suasana belajar menjadi lebih koefisien dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Indikator berkomunikasi dalam proses pembelajaran lebih tinggi kelas eksperimen daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran di kelas eksperimen saat siswa mempersentasikan hasil diskusi di kelompok ahli maupun di depan kelas, siswa sangat aktif dalam bertanya. Pada saat sesi tanya jawab berlangsung, siswa yang lain mampu mengeluarkan pendapat dengan baik dan tidak terbata-bata dalam menyampaikan pendapatnya sedangkan pada kelas kontrol hanya sebagian siswa saja untuk bertanya karena siswa tersebut masih malumalu dan kurang percaya diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (2010:34) bahwa tidak semua mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Nilai siswa pada indikator toleransi dan menghargai pendapat orang lain kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Terlihat pada saat siswa berdiskusi dan berkomunikasi, siswa sudah dapat menghargai pendapat orang lain. Siswa menerima kritikan dan saran dari temannya dalam mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Hal ini sesuai dengan Rusman (2011:218) bahwa model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel dan siswa yang terlibat
7 dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memperoleh prestasi lebih baik, saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain. Ketuntasan kompetensi sikap dari kelima indikator penilaian diperoleh 63,64% kelas eksperimen dan 18,92% kelas kontrol. Ini berarti pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw berhasil diajarkan. Hal ini sesuai dengan Djamarah dan Zein (2013:107) tingkat keberhasilan belajar mengajar dikatakan baik apabila bahan pelajaran yang diajarkan 60%-70% dikuasai siswa. Penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan pada akhir penelitian. Penilaiannya berupa tes tertulis yaitu soal pilihan ganda. Rata-rata nilai kelas eksperimen dan kontrol terlihat pada Gambar 2. 78 77 76 75 74 73 72 71 70 77,21 Kelas eksperimen 72,81 Kelas kontrol Gambar 2. Grafik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Ranah Kognitif Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran koopertif tipe jigsaw pada kompetensi pengetahuan. Hal ini terlihar dari tingginya rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen daripada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen interaksi siswa lebih baik dan siswa lebih bersengat dalam mempelajari materi. Hal ini terbukti dari meningkatnya skor perkembangan kuis siswa pada setiap pertemuan. Masing-masing kelompok yang memiliki skor perkembangan lebih tinggi diberikan penghargaan berupa hadiah dan tepuk tangan sehingga siswa berlomba-lomba untuk memahami
8 materi yang dipelajari. Menurut Rusman (2011:216) bahwa pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok bertujuan untuk memotivasi siswa untuk bersemangat dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya. Pada kelas eksperimen dengan ketuntasan belajar 64,29% siswa diminta untuk mendiskusikan lembar pengamatan yang telah disediakan pada kelompok ahli dari masingmasing sub topik. Melalui diskusi kelompok ahli ini dapat memotivasi siswa untuk menguasai sub topik tersebut sehingga dapat menjelaskannya kepada kelompok asal. Akibatnya diskusi akan berjalan dengan lancar tanpa monoton. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (2005:245) bahwa dalam model pembelajaran jigsaw para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca dengan teman satu timnya. Ini berguna untuk membantu siswa menguasai informasi yang unik sehingga membuat tim atau kelompok sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya. Rendahnya hasil belajar siswa pada kelas kontrol dengan ketuntasan belajar 34,38% disebabkan karena pada saat proses pembelajaran hanya sebagian siswa saja yang berdiskusi dengan kelompoknya. Beberapa kelompok masih mengandalkan teman kelompoknya yang pintar untuk membuat tugas yang disuruh, sedangkan sebagian siswa lain hanya diam saat diskusi berlangsung. Siswa juga kurang tertarik dalam diskusi kelompok karena materi kingdom animlia terlalu banyak konsep dan gambar-gambar yang terkait dengan materi tidak terlalu jelas sehingga pengetahuan siswa masih kurang. Sejalan dengan Sanjaya (2007:189) model pembelajaran saintifik dengan metode diskusi memiliki kelemahan yaitu tidak dapat melayani perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, bakat, serta perberdaan gaya belajar. Penilaian kompetensi keterampilan dilakukan untuk menilai hasil kerja siswa setelah pembelajaran. Pada kelas eksperimen siswa mengerjakan lembar pengamatan yang telah disediakan guru sedangkan kelas kontrol
9 membuat ringkasan materi. Hasil belajar yang dinilai ada tiga aspek yaitu merumuskan pertanyaan, kesesuaian jawaban dengan pertanyaan dan kelengkapan materi. Rata-rata nilai kelas eksperimen dan kontrol terlihat pada Gambar 3. 105 100 100 95 93,75 93.75 93.75 93.75 90 87.5 85 80 Merumuskan Masalah Kesesuaian Materi Kelengkapan Materi Eksperimen Kontrol Gambar 3. Grafik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas X Ranah Psikomotor untuk Setiap Indikator Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran koopertif tipe jigsaw pada kompetensi keterampilan. Hal ini disebabkan karena siswa menggunakan lembar pengamatan saat diskusi berlangsung. Lembar pengamatan ini dilengkapi dengan gambar-gambar yang terkait dengan materi sehingga siswa lebih tertarik dalam beriskusi dan pengatahuan siswa tentang materi tidak mengambang dan nyata. Sesuai dengan Sani (2013:61) bahwa menggunakan media pembelajaran maka keberhasilan dalam pembelajaran adalah 50% karena di dalam proses pembelajaran siswa akan aktif dalam mengamati dan menyaksikan gambar yang diberikan guru. Pada indikator merumuskan masalah kelas ekperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena siswa sudah mampu merumuskan pertanyaan dari gambar yang tersedia di lembar pengamatan. Gambar-gambar yang terdapat pada lembar pengamatan mempermudah siswa merumuskan
10 pertanyaan sehingga pertanyaan tentang materi lebih variasi. Hal ini sejalan dengan Arsyad (2014:19) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkit motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa. Nilai kompetensi keterampilan pada indikator kesesuaian dan kelengkapan materi kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena susunan materi dalam lembar pengamatan sudah tersusun dan terstruktur sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar-gambar yang ada pada lembar pengamatan sudah sering dilihat siswa pada kehidupan seharihari, sehingga penjelasan tentang materi akan lebih maksimal dan jelas. Seperti contoh gambar ikan (kelas pisces), katak (kelas amphibi) dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan Djamarah dan Zein (2013:120) bahwa gambar dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran gambar, maka peserta didik akan mudah mencerna bahan atau gambar yang digunakan dari pada tanpa bantuan gambar. Rendahnya penilaian kompetensi keterampilan pada kelas kontrol disebabkan karena siswa dituntut membuat laporan diskusi kelompok sesuai indikator yang diamati. Pada indikator merumuskan masalah, masih ada beberapa kelompok yang tidakmerumuskan masalah dan sebagian kelompok merumuskan masalah tetapi masih bersifat umum. Sedangkan indikator kesesuaian dan kelengkapan materi sudah mulai terstruktur karena siswa meringkas materi yang ada pada buku pembelajarannya. Menurut Hedriyanti (2015: 8) bahwa pada diskusi kelompok kebanyakan siswa masih meringkas dan mencatat materi yang ada pada buku. Ketuntasan kompetensi keterampilan dari ketiga indikator penilaian diperoleh 100% pada kedua kelas sampel. Ini berarti pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw berhasil diajarkan. Hal ini sesuai dengan Djamarah dan Zein (2013:107)
11 tingkat keberhasilan belajar mengajar dikatakan baik apabila bahan pelajaran yang diajarkan 60%-70% dikuasai siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan kelas X SMA N 1 Kecamatan Suliki Kabupaten 50 Kota. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, A. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Perss. Djamarah, Syaiful B dan Zain, A. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hayati, D. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Jigsaw Disertai Tree Chart Terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas VII SMPN 1 Lembah Gumanti. Jurnal. STKIP PGRI Sumbar. Hedriyanti, S. 2015. Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe KWL (Know-Want-Learn) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMAN 5 Padang. Jurnal. STKIP PGRI Sumbar. Lie, A. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grafindo.. Kurniasih, I dan Sani, B. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesional Guru. Jakarta: Kata Pena. Permendikbud. 2016. Standar Isi dan Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sani, R.2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Slavin, R. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group