Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

dokumen-dokumen yang mirip
DPLI 01 Rev. 0 PEDOMAN PENERAPAN SNI : PERSYARATAN UMUM PENGOPERASIAN BERBAGAI TIPE LEMBAGA INSPEKSI (ILAC/IAF A4-2004)

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

Sistem manajemen mutu Persyaratan

BAB III LANDASAN TEORI

Komite Akreditasi Nasional

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

Pendahuluan 12/17/2009

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

GLP PERTEMUAN KE-5 SEJARAH ISO : 2008 PENGENALAN DAN PEMAHAMAN ISO : /16/2011

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

BAB II LANDASAN TEORI

Bahan Ajar PANDUAN MUTU

Sistem manajemen mutu Persyaratan

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

KEBIJAKAN PENGALIHAN SPPT SNI. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Kriteria Lembaga Penyelenggara Pelatihan Asesor Lisensi

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

DP SNI : Persyaratan umum kompetensi Laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (Full Adoption of ISO/IEC 17025)

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST

AUDIT INTERNAL (SNI ) Nama Laboratorium : Alamat

STANDAR INTERNASIONAL

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005

Pedoman: PD Rev. 02

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

PEDOMAN KNAPPP 02:2007 Persyaratan Umum Akreditasi Pranata Litbang

PSN Pedoman Standardisasi Nasional

Penerapan skema sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian Kosakata dan prinsip umum

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

Penerapan skema sertifikasi produk

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Kriteria kompetensi evaluator sertifikasi ekolabel

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Univ ersitas Indonesia

Skema sertifikasi produk

PSN PSN. Pedoman Standardisasi Nasional. Tenaga Ahli Standardisasi untuk Pengendali Mutu Perumusan SNI. Badan Standardisasi Nasional

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS

PT MUTU HIJAU INDONESIA

Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

Penilaian kesesuaian Pedoman pelaksanaan sertifikasi produk oleh pihak ketiga

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

Menetapkan : PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan

Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan

K A T A P E N G A N T A R

KETIDAK SESUAIAN DAN TINDAKAN KOREKSI

SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI

Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN

Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL)

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

Penerapan skema sertifikasi produk

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

Pedoman KAN Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM STANDARISASI NASIONAL. A.1. Sejarah Perkembangan Standar

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

Laboratorium medik Persyaratan khusus untuk mutu dan kompetensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

Auditor Akreditasi Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi

PERSYARATAN TAMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Definisi... 1 3 Persyaratan administrasi... 2 4 Kemandirian, ketidakberpihakan, dan integritas... 2 5 Kerahasiaan... 3 6 Organisasi dan manajemen... 3 7 Sistem mutu... 4 8 Personel... 5 9 Fasilitas dan peralatan...6 10 Metode dan prosedur inspeksi... 8 11 Penanganan barang atau contoh inspeksi... 9 12 Rekaman... 10 13 Laporan dan sertifikat inspeksi... 10 14 Subkontrak... 10 15 Pengaduan dan keluhan... 11 16 Kerjasama... 11 Lampiran A - Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe A... 12 Lampiran B - Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe B... 13 Lampiran C - Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe C... 14 Lampiran D - Informasi yang harus termasuk atau diacu dalam panduan mutu... 15 i

Prakata ISO (Organisasi Standardisasi Internasional) dan IEC (Komisi Elektroteknik Internasional) membentuk Sistem khusus di bidang standardisasi tentang penerapan sistem inspeksi dengan identifikasi ISO/IEC 17020 yang diangkat dari EN 45000. Badan - Standardisasi Nasional (BSN) yang menjadi anggota ISO dan IEC memandang perlu mengadopsi standar internasional tersebut menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). ISO/IEC 17020 dengan judul: " General criteria for the operation of various type of bodies performing inspection" tersebut diadopsi menjadi SNI l9-17020-1999 dengan judul. " Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi ". Melalui rapat konsensus khusus yang dihadiri unsur pemerintah, produsen, ilmuwan dan konsumen. SNI 19-17020-1999 tersebut digunakan oleh Komite Akreditasi Nasional, Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) sebagai kriteria lembaga inspeksi yang akan diakreditasi. Apabila dalam penerapan SNI 19-7020-1999 terdapat hal-hal yang meragukan diharapkan dapat membandingkannya secara langsung dengan substansi yang terdapat di dalam ISO/IEC 17020. ii

Pendahuluan Pengangkatan standar Eropa menjadi ISO/IEC 17020 yang diadopsi menjadi SNI 19-17020 dengan maksud untuk mempromosikan tingkat kepercayaan lembaga inspeksi yang memenuhi persyaratan standar ini. Lembaga inspeksi yang telah melaksanakan asesmen atas nama pelanggan, organisasi induknya, dan/atau badan resmi dengan tujuan menyediakan informasi kepada pihak terkait untuk kesesuaian terhadap peraturan, standar atau spesifikasi. Parameter inspeksi dapat mencakup hal-hal mengenai kualitas, kuantitas, keamanan, kelaikan untuk digunakan serta pemenuhan secara terus menerus atas keamanan pabrik atau sistem yang beroperasi. Kriteria umum yang harus dipenuhi oleh lembaga tersebut adalah agar pelayanan yang diberikan diterima oleh pelanggan dan oleh badan pengawas resmi yang perlu diharmonisasikan dalam sebuah standar Eropa. Standar ini mencakup fungsi dari lembaga di mana lingkup pekerjaannya meliputi penilaian bahan, produk, instalasi, pabrik, prosedur kerja, atau pelayanan, dan penetapan kesesuaiannya dengan persyaratan dan laporan hasilnya diberikan kepada pelanggan, dan bila perlu kepada lembaga pengawas resmi. Inspeksi untuk sebuah produk, instalasi atau pabrik dapat mencakup semua tahap selama hal itu masih berlangsung termasuk tahap desainnya. Beberapa pekerjaan biasanya memerlukan penilaian yang dibuktikan secara profesional dalam pelayanan terutama untuk penilaian kesesuaian. Persyaratan untuk lembaga inspeksi independen bervariasi tergantung pada peraturan dan permintaan pasar. Oleh karena itu standar ini mencakup kriteria indpendensi seperti pada persyaratan tambahan (lampiran A, B dan C). Standar ini juga telah diterbitkan untuk mendukung pengenalan prosedur penilaian kesesuaian yang tertuang dalam keputusan EC Council yang menyangkut modul-modul untuk berbagai fase dari prosedur penilaian kesesuaian yang bertujuan untuk digunakan dalam ketentuan harmonisasi teknis. Persyaratan yang relevan dari standar seri EN/ISO 9000 yang berkaitan dengan sistem mutu lembaga inspeksi sudah tercakup dalam standar ini. Standar ini mendukung bagian dari standar seri berikut yang mencakup pengujian, inspeksi, sertifikasi dan akreditasi: EN 45001, General criteria for the operation of testing laboratory EN 45002, General criteria for the assesment of testing laboratory EN 45003, General criteria for the laboratory accreditation bodies iii

EN 45004, General criteria for the operation of bodies performing inspection EN xxxx 1, General criteria for accreditation of various type of bodies performing inspection EN 45011, General criteria for certification bodies operation product certification EN 45012, General criteria for certification bodies operation quality system certification EN 45013, General criteria for certification bodies operation certification of personel EN 45014, General criteria for suppliers declaration of conformity EN 45020, General terms and their definitions concerning standardization and relevan activities iv

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi 1 Ruang lingkup 1.1 Standar ini memuat persyaratan umum untuk kompetensi suatu lembaga yang tidak berpihak (impartial) untuk melakukan inspeksi pada sektor yang terkait juga memuat persyaratan kemandirian (independence). 1.2 Standar ini diberlakukan untuk penggunaan lembaga inspeksi dan badan akreditasinya termasuk lembaga lain yang berkepentingan dengan pengakuan terhadap kompetensi lembaga inspeksi. 1.3 Kriteria ini perlu diinterpretasikan apabila akan digunakan untuk sektor tertentu atau untuk pelayanan inspeksi sendiri (in-service). 1.4 Standar ini tidak berlaku untuk laboratorium penguji, lembaga sertifikasi dan deklarasi kesesuaian dari pemasok yang kriterianya dimuat dalam EN 45000 series. 2 Definisi Definisi berikut berlaku untuk pemakaian standar ini. 2.1 Inspeksi Pemeriksaan suatu desain produk, produk, jasa, proses atau pabrik dan penentuan kesesuaiannya terhadap persyaratan tertentu atau persyaratan umum berdasarkan pembuktian secara profesional. CATATAN 1 Inspeksi pada suatu proses meliputi antara lain personel, fasilitas, teknologi dan metodologi. CATATAN 2 Hasil inspeksi dapat digunakan untuk mendukung sertifikasi. 2.2 lembaga inspeksi Lembaga yang melakukan inspeksi 1 dari 15

CATATAN Yang dimaksud lembaga dapat berupa organisasi atau bagian dari organisasi. Untuk definisi lain yang ada dalam EN 45020-1993 juga dapat digunakan. 3 Persyaratan administrasi 3.1 Lembaga inspeksi atau bagian dari suatu organisasi, keberadaannya harus sah diakui secara hukum. 3.2 Lembaga inspeksi yang merupakan bagian dari suatu organisasi yang mempunyai fungsi lain dari pada inspeksi harus diakui keberadaan dan jelas fungsinya dalam organisasi tersebut. 3.3 Lembaga inspeksi harus mempunyai dokumentasi yang menjelaskan fungsi dan lingkup teknis dari kegiatannya yang kompeten. Detail dari lingkup inspeksi akan ditentukan dalam persyaratan kontrak atau surat perintah kerja. 3.4 Lembaga inspeksi harus mempunyai jaminan asuransi yang memadai, kecuali jaminan ini ditanggung oleh negara sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku atau ditanggung oleh organisasi induknya. 3.5 Lembaga inspeksi harus mempunyai dokumentasi yang menjelaskan tentang kondisi kegiatan kerjanya kecuali jika lembaga ini adalah bagian dari sebuah organisasi dan menyediakan pelayanan hanya kepada organisasi tersebut. 3.6 Lembaga inspeksi atau organisasi yang membentuk suatu lembaga inspeksi, harus mempunyai pembukuan keuangan yang dapat diaudit secara terpisah. 4 Kemandirian, ketidakberpihakan, dan integritas 4.1 Umum Personel lembaga inspeksi harus bebas dari tekanan komersial, finansial dan tekanan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penilaiannya. Prosedur harus diimplementasikan untuk memastikan agar personel atau organisasi di luar lembaga inspeksi tidak dapat mempengaruhi hasil inspeksi yang dilakukan. 2 dari 15

4.2 Kemandirian Lembaga inspeksi harus mandiri sampai tingkat yang diperlukan dengan memperhatikan kondisi pelayanannya. Lembaga inspeksi harus memenuhi kriteria minimum yang ditetapkan dalam salah satu persyaratan tambahan Lampiran A, B atau C (normatif). 4.2.1 Lembaga inspeksi tipe A Lembaga inspeksi yang memberikan pelayanan sebagai "pihak ketiga" harus memenuhi kriteria persyaratan tambahan Lampiran A (normatif). 4.2.2 Lembaga inspeksi tipe B Lembaga inspeksi yang merupakan bagian organisasi yang terpisah dan diakui keberadaanya yang terlibat dalam desain, manufaktur, pasokan, pemasangan, penggunaan atau pemeliharaan dari barang yang diinspeksi olehnya dan yang telah ditetapkan untuk memberikan pelayanan kepada organisasi induknya harus memenuhi kriteria persyaratan tambahan Lampiran B (normatif). 4.2.3 Lembaga inspeksi tipe C Lembaga inspeksi yang menangani desain, manufaktur, pemasok, pemasangan, penggunaan atau pemeliharaan barang yang diinspeksi atau barang sejenis dan memungkinkan memberikan pelayanan inspeksi kepada pihak lain yang bukan merupakan bagian dari organisasi induknya harus memenuhi kriteria persyaratan tambahan Lampiran C (normatif). 5 Kerahasiaan Lembaga inspeksi harus menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam menjalankan kegiatan inspeksi. Hak kepemilikan (proprietary rights) harus dilindungi. 6 Organisasi dan manajemen 6.1 Lembaga inspeksi harus mempunyai organisasi yang memungkinkannya memelihara kemampuan untuk melaksanakan fungsi teknisnya secara memuaskan. 6.2 Lembaga inspeksi harus diberi batasan yang jelas dan mendokumentasikan pertanggungjawaban dan struktur pelaporan organisasi. Jika lembaga inspeksi memberikan pelayanan sertifikasi dan/atau pengujian, maka hubungan kedua fungsi tersebut harus diberi batasan yang jelas. 3 dari 15

6.3 Lembaga inspeksi harus mempunyai seorang manajer teknis atau apapun namanya, yang berstatus pegawai tetap dan mempunyai kualifikasi serta pengalaman dalam mengoperasikan lembaga inspeksi dan mempunyai tanggung jawab penuh bahwa kegiatan inspeksi yang dilakukan berdasarkan standar ini. CATATAN Bila lembaga inspeksi terdiri dari beberapa divisi dengan lingkup kegiatan yang berbeda, maka dimungkinkan setiap divisi mempunyai satu manajer teknis. 6.4 Lembaga inspeksi harus menyediakan supervisi yang efektif yang dilakukan oleh personel yang menguasai metode dan prosedur, dan memahami tujuan inspeksi serta asesmen hasil pemeriksaan. 6.5 Lembaga inspeksi harus menunjuk seseorang yang diberi wewenang mewakili manajer atau apapun namanya yang bertanggung jawab dalam pelayanan inspeksi apabila manajer yang bersangkutan berhalangan. 6.6 Setiap kategori posisi yang mempengaruhi mutu pelayanan inspeksi harus dijelaskan. Uraian tugas harus mencakup persyaratan pendidikan, pelatihan pengetahuan teknis dan pengalaman. 7 Sistem mutu 7.1 Manajemen lembaga inspeksi harus menetapkan dan mendokumentasikan kebijakan, tujuan, komitmen terhadap mutu, dan harus menjamin bahwa kebijakan tersebut dimengerti, diterapkan dan dipelihara oleh semua jajaran dalam organisasi. 7.2 Lembaga inspeksi harus melaksanakan sistem mutu yang sesuai dengan tipe, cakupan dan volume pekerjaan yang dilaksanakan. 7.3 Sistem mutu harus didokumentasikan secara lengkap. Dalam sistem tersebut harus terdapat panduan mutu, yang harus berisi informasi yang dipersyaratkan oleh standar ini dan seperti tertera dalam Lampiran D (informatif). 7.4 Manajemen lembaga inspeksi harus menunjuk seseorang yang tanpa memandang tugas lainnya, harus mempunyai wewenang dan tanggungjawab yang jelas dalam jaminan mutu lembaga inspeksi tersebut. Seseorang ini harus mempunyai akses langsung dengan pimpinan puncak. 4 dari 15

7.5 Sistem mutu harus dipelihara relevansi dan kemutakhirannya di bawah tanggung jawab orang yang sama. 7.6 Lembaga inspeksi harus memelihara suatu sistem untuk pengendalian semua dokumen yang berkaitan dengan kegiatan. Sistem tersebut harus menjamin bahwa: a) terbitan dokumen mutakhir yang sesuai harus tersedia di tempat yang berkaitan dan untuk staf yang terkait; b) semua perubahan dokumen atau amandemen suatu dokumen harus disahkan oleh personel yang diberi kewenangan yang benar dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat dijamin ketersediaannya tepat waktu di lokasi yang terkait; c) dokumen yang sudah tidak berlaku ditarik dari pemakaian di seluruh organisasi untuk dimusnahkan, tetapi satu salinan disimpan untuk jangka waktu yang ditetapkan; d) perubahan diberitahukan kepada pihak lain, sebagaimana diperlukan. 7.7 Lembaga inspeksi harus melaksanakan suatu sistem audit mutu internal yang terencana dan terdokumentasi untuk memverifkasi pemenuhan kriteria standar ini dan keefektifan sistem mutu. Personel yang melakukan audit internal harus memenuhi kualifikasi yang sesuai dan tidak terkait dengan pekerjaan yang diaudit. 7.8 Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang didokumentasikan untuk menindaklanjuti umpan balik dan tindakan perbaikan, bila ditemukan penyimpangan dalam sistem mutu dan/atau dalam pelaksanaan inspeksi. 7.9 Manajemen lembaga inspeksi harus mengkaji ulang sistem mutu pada periode waktu tertentu untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan. Hasil kaji ulang tersebut harus direkam. 8 Personel 8.1 Lembaga inspeksi harus mempunyai personel tetap yang cukup jumlah dan jenis keahliannya untuk melaksanakan fungsinya secara baik 8.2 Staf yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan inspeksi harus mempunyai kualifikasi yang tepat, pelatihan, pengalaman dan memiliki pengetahuan yang memuaskan tentang persyaratan inspeksi yang harus dilakukan. Staf tersebut harus mampu melakukan penilaian secara profesional terhadap kesesuaian persyaratan umum standar ini dengan 5 dari 15

menggunakan hasil pemeriksaan dan mempunyai kemampuan untuk melaporkannya. Mereka juga harus mempunyai pengetahuan tentang teknologi yang digunakan untuk pembuatan produk yang akan diinspeksi, cara memanufaktur produk atau proses yang diajukan untuk diinspeksi, digunakan atau dimaksudkan untuk digunakan dan cacat yang mungkin terjadi selama penggunaan atau selama operasi. Mereka harus mengerti signifikansi dari penyimpangan yang signifikan yang ditemukan dengan memperhatikan penggunaan normal dari produk, atau proses yang dimaksud. 8.3 Lembaga inspeksi harus menetapkan sistem pelatihan yang terdokumentasi untuk menjamin bahwa pelatihan personel dalam bidang teknis dan administrasi yang terkait dengan pekerjaannya, dipelihara kemutakhirannya sesuai dengan kebijakannya. Pelatihan yang diperlukan tergantung kemampuan, kualifikasi dan pengetahuan personel yang bersangkutan Lembaga inspeksi harus membuat tahap pelatihan yang diperlukan untuk setiap personel. Hal ini meliputi: a) periode pemagangan; b) periode kerja di bawah pengawasan inspektur yang berpengalaman; c) pelatihan lanjutan selama bekerja untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi. 8.4 Lembaga inspeksi harus memelihara rekaman pendidikan, kualifikasi lain, pelatihan dan pengalaman dari setiap personelnya. 8.5 Lembaga inspeksi harus menyediakan pedoman etika kerja untuk semua personel. 8.6 Penetapan upah atau gaji personel yang terlibat dalam kegiatan inspeksi tidak boleh didasarkan langsung pada jumlah inspeksi yang telah dilakukan dan sama sekali tidak boleh didasarkan atas hasil inspeksi. 9 Fasilitas dan peralatan 9.1 Lembaga inspeksi harus menyediakan fasilitas dan peralatan yang sesuai dan memadai untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang terkait dengan permintaan pelayanan inspeksi. 6 dari 15

9.2 Lembaga inspeksi harus mempunyai aturan yang mudah dipahami untuk mengakses dan menggunakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan. 9.3 Lembaga inspeksi harus memastikan keandalan fasilitas dan peralatan yang digunakan seperti yang disebutkan dalam butir 9.1. 9.4 Semua peralatan harus diidentifikasi secara benar. 9.5 Lembaga inspeksi harus memastikan bahwa semua peralatan dipelihara secara baik sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang terdokumentasi. 9.6 Lembaga inspeksi harus memastikan bahwa semua peralatan harus dikalibrasi bilamana diperlukan sebelum dan setelah digunakan berdasarkan program kalibrasi yang telah ditetapkan. 9.7 Seluruh program kalibrasi peralatan harus dirancang dan dilaksanakan untuk menjamin bahwa pengukuran yang dilakukan oleh lembaga inspeksi dijamin tertelusur ke standar pengukuran nasional dan internasional sepanjang tersedia. Bila ketelusuran itu tidak memungkinkan, maka lembaga inspeksi harus memberikan bukti korelasi atau akurasi hasil inspeksi. 9.8 Standar acuan pengukuran yang dimiliki oleh lembaga inspeksi hanya boleh digunakan untuk keperluan kalibrasi saja. Standar acuan pengukuran tersebut harus dikalibrasi oleh lembaga yang kompeten yang dapat memberikan ketertelusuran pengukuran sampai ke standar nasional atau internasional 9.9 Bila memungkinkan, peralatan harus dicek pada saat dioperasikan antara kurun waktu kalibrasi ulang reguler. 9.10 Bahan acuan harus tertelusur ke standar bahan acuan standar nasional atau internasional. 9.11 Bila ada daftar dengan mutu pelayanan inspeksi, lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur untuk : a) pemilihan pemasok yang berkualifikasi; b) penerbitan dokumen pembelian yang sesuai; c) inspeksi bahan yang diterima; 7 dari 15

d) pemastian kesesuaian fasilitas penyimpanan. 9.12 Bila memungkinkan kondisi barang yang disimpan harus diperiksa pada kurun waktu tertentu, untuk mendeteksi adanya deteriorasi. 9.13 Bila lembaga inspeksi menggunakan komputer atau peralatan otomatis yang berkaitan dengan inspeksi, lembaga itu harus menjamin bahwa: a) perangkat lunak komputer diuji untuk mengkonfirmasikan bahwa perangkat lunak tersebut layak digunakan; b) prosedur dibuat dan digunakan untuk melindungi integritas data; c) komputer dan peralatan otomatis dirawat untuk memastikan berfungsi dengan benar, dan d) prosedur dibuat dan digunakan untuk memelihara keamanan data. 9.14 Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi untuk penanganan peralatan yang rusak. Peralatan yang rusak harus dipindahkan dari tempat pelayanan dengan cara pemisahan, pelabelan, atau pemarkahan. Lembaga inspeksi harus memeriksa efek dari kerusakan alat terhadap hasil inspeksi sebelumnya. 9.15 Informasi yang sesuai tentang peralatan harus direkam. Hal ini biasanya termasuk identifikasi, kalibrasi dan perawatan. 10 Metode dan prosedur inspeksi 10.1 Untuk menentukan kesesuaian, lembaga inspeksi harus menggunakan metode dan prosedur untuk inspeksi yang ditetapkan dalam persyaratan. 10.2 Lembaga inspeksi harus mempunyai dan menggunakan instruksi yang terdokumentasi pada perencanaan inspeksi, pengambilan contoh yang standar dan teknik inspeksi, yang bila tidak tersedia instruksi tersebut dapat mempengaruhi efisiensi proses inspeksi. Hal ini memerlukan pengetahuan teknik statistik yang memadai untuk memastikan prosedur pengambilan contoh yang benar secara statistik dan pengolahan serta interpretasi hasil. 10.3 Bila lembaga inspeksi harus menggunakan metode dan prosedur inspeksi yang tidak standar, metode dan prosedur tersebut harus tepat dan didokumentasikan secara 8 dari 15

lengkap. 10.4 Semua instruksi kerja, standar, prosedur tertulis, lembar kerja, daftar isian dan data acuan yang terkait dengan pekerjaan lembaga inspeksi, harus dipelihara bahwa semua dokumen tersebut harus mutakhir dan selalu tersedia untuk staf. 10.5 Lembaga inspeksi harus mempunyai sistem pengendalian terhadap permintaan kontrak atau pekerjaan yang menjamin bahwa: a) pekerjaan yang dilakukan berada dalam Iingkup keahliannya dan organisasi tersebut mempunyai sumber daya yang cukup untuk memenuhi persyaratan; b) persyaratan mereka yang meminta pelayanan dari lembaga inspeksi ditetapkan dengan jelas dan kondisi khusus dimengerti sehingga instruksi yang jelas dapat diterbitkan untuk staf yang melaksanakan pekerjaan yang diperlukan; c) pekerjaan yang sedang dilakukan dikendalikan dengan kaji ulang dan tindakan korektif secara rutin; d) pekerjaan yang telah diselesaikan dikaji ulang untuk mengkonfirmasi bahwa persyaratan telah dipenuhi. 10.6 Pengamatan dan/atau data yang diperoleh dari pelaksanaan inspeksi harus direkam pada saat itu juga untuk menghindari hilangnya informasi yang terkait. 10.7 Semua perhitungan dan pengalihan data harus dicek dengan tepat dan teliti. 10.8 Lembaga inspeksi harus mempunyai instruksi kerja yang terdokumentasi untuk melaksanakan inspeksi dengan aman. 11 Penanganan barang atau contoh inspeksi 11.1 Lembaga inspeksi harus menjamin bahwa contoh dan barang yang akan diinspeksi telah diidentifikasi secara unik untuk menghindari adanya keraguan identitas barang tersebut pada setiap saat. 11.2 Setiap penyimpangan yang diberitahukan kepada atau diketahui oleh inspektur harus direkam sebelum inspeksi dimulai. Bila terdapat keraguan terhadap kecocokan barang yang akan diinspeksi atau jika barang tersebut tidak sesuai dengan diskripsi yang diberikan, maka lembaga inspeksi harus mengkonsultasikannya dengan pelanggan sebelum diproses Iebih lanjut. 9 dari 15

11.3 Lembaga inspeksi harus menetapkan apakah barang yang akan diinspeksi semua memerlukan penyiapan atau apakah pelanggan yang meminta lembaga inspeksi untuk melaksanakan penyiapannya. 11.4 Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi dan fasilitas yang memadai untuk menghindari diteriorasi selama berada di bawah tanggung jawabnya. 12 Rekaman 12.1 Lembaga inspeksi harus memelihara sistem rekaman sesuai dengan kondisinya dan memenuhi peraturan yang berlaku. 12.2 Rekaman harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan berlangsungnya evaluasi inspeksi yang memuaskan. 12.3 Semua rekaman harus disimpan dengan aman untuk periode waktu tertentu, keamanan dan kerahasiaan pelanggan dijaga, kecuali bila diperlukan oleh hukum. 13 Laporan dan sertifikat inspeksi 13.1 Pekerjaan yang dilakukan oleh lembaga inspeksi harus dituangkan dalam laporan inspeksi mampu balik (retrievable) dan/atau sertifikat inspeksi. 13.2 Laporan dan/atau sertifikat inspeksi harus berisi semua hasil pemeriksaan dan penentuan kesesuaian yang dibuat dari hasil inspeksi dan juga semua informasi perlu dimengerti dan diinterpretasi. Semua informasi tersebut harus dilaporkan secara benar, akurat, dan jelas. Bila laporan atau sertifikat inspeksi berisi hasil yang didapat dari subkontrak, maka hasil tersebut harus diidentifikasi secara jelas. 13.3 Laporan dan sertifikat inspeksi harus ditandatangani atau disetujui hanya oleh anggota staf yang berwenang. 13.4 Koreksi atau penambahan pada laporan atau sertifikat inspeksi yang telah diterbitkan harus dicatat dan dibenarkan sesuai dengan persyaratan yang terkait dari bagian ini. 14 Subkontrak 10 dari 15

14.1 Lembaga inspeksi harus sedapat mungkin mengerjakan sendiri terhadap kegiatan yang dikontrakkan. 14.2 Bila lembaga inspeksi melakukan sub kontrak dari sebagian inspeksi, maka lembaga inspeksi harus memastikan dan mampu membuktikan bahwa subkontraktornya kompeten untuk melaksanakan pelayanan yang diminta, dan jika perlu memenuhi persyaratan kriteria yang ditentukan dalam standar EN 45000 series yang terkait. Lembaga inspeksi harus memberitahukan kepada pelanggan adanya maksud mensubkontrakan sebagian dari inspeksi. Subkontraktor harus dapat disetujui oleh pelanggan. 14.3 Lembaga inspeksi harus merekam dan menyimpan rincian penyelidikan terhadap kompetensi dan pemenuhan subkontraktornya. Lembaga inspeksi harus memelihara suatu daftar dari semua pekerjaan yang disubkontrakan. 14.4 Bila lembaga inspeksi mensubkontrakkan kegiatan yang khusus, maka lembaga tersebut harus mempunyai akses kepada personel yang berkualifikasi dan berpengalaman yang mampu membentuk kemandirian dalam asesmen hasil pekerjaan yang disubkontrakkan. Tanggung jawab atas penetapan kesesuaian terhadap persyaratan berada pada lembaga inspeksi tersebut. 15 Pengaduan dan keluhan 15.1 Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi urituk menangani pengaduan yang diterima dari pelanggan maupun pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan lembaga inspeksi. 15.2 Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi untuk mempertimbangkan dan menyelesaikan perselisihan dan keluhan terhadap hasil inspeksinya dan hal ini dilakukan di bawah kewenangan yang didelegasikan secara legal. 15.3 Rekaman penanganan semua pengaduan, keluhan dan tindakan yang diambil oleh lembaga inspeksi harus dipelihara. 16 Kerjasama Lembaga inspeksi diharapkan dapat berpartisipasi dalam pertukaran pengalaman dengan lembaga inspeksi yang lain dan dalam proses standardisasi yang sesuai. 11 dari 15

Lampiran A (Tambahan) Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe A Lembaga inspeksi yang mengacu pada butir 4.2.1 harus mengikuti kriteria: A.1 Lembaga inspeksi harus tidak ada hubungannya dengan pihak yang diinspeksi. Lembaga inspeksi dan stafnya yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan inspeksi harus bukan desainer, pemanufaktur, pemasok, instalator, pembeli, pemilik, pengguna atau pemelihara dari barang yang akan diinspeksi, dan juga bukan perwakilan resmi pihak-pihak tersebut. A.2 Lembaga inspeksi dan stafnya tidak boleh terlibat dalam kegiatan yang memungkinkan terjadinya konflik dengan kemandirian penilaiannya dan integritas yang berkaitan dengan kegiatan inspeksinya. Secara khusus mereka tidak boleh secara Iangsung terlibat dalam desain, manufaktur, pemasokan, instalasi, penggunaan atau pemeliharaan dari barang yang diinspeksi atau barang pesaing yang sejenis. A.3 Seluruh pihak yang terkait harus mempunyai akses terhadap pelayanan lembaga inspeksi. Dalam hal ini tidak ada hubungan dengan keuangan dan kondisi lain yang tidak pantas. Prosedur yang digunakan dalam lembaga inspeksi dalam mengoperasikan sistem tersebut harus diatur dalam suatu tata cara yang tidak diskriminatif. 12 dari 15

Lampiran B (Tambahan) Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe B Lembaga inspeksi yang disebut pada butir 4.2.2 harus memenuhi kriteria berikut: B.1 Pemisahan yang jelas dalam tanggung jawab personel inspeksi yang dipekerjakan pada fungsi lain, harus ditetapkan oleh organisasi teridentifikasi dan metode pelaporan lembaga inspeksi di dalam organisasi induknya. B.2 Lembaga inspeksi dan stafnya tidak boleh terlibat dalam kegiatan yang memungkinkan terjadinya konflik dengan kemandirian penilaian dan integritas yang berkaitan dengan kegiatan inspeksinya. Terutama mereka tidak boleh secara langsung terlibat dalam desain, manufaktur, pemasokan, pemasangan, penggunaan atau pemeliharaan barang yang diinspeksi atau barang pesaing yang sejenis. B.3 Pelayanan inspeksi harus hanya diberikan kepada organisasi dimana lembaga inspeksi merupakan bagiannya. 13 dari 15

Lampiran C (Tambahan) Kriteria kemandirian untuk lembaga inspeksi tipe C Lembaga inspeksi yang disebut pada butir 4.2.3 harus memenuhi kriteria berikut: C.1 Lembaga inspeksi harus memiliki usaha pengamanan di dalam organisasi untuk menjamin kecukupan pemisahan tanggung jawab dan akuntabilitas dalam penyediaan pelayanan inspeksi oleh organisasi dan/atau prosedur yang terdokumentasi. 14 dari 15

Lampiran D (Tambahan) Informasi yang harus termasuk atau diacu dalam panduan mutu Informasi harus umum (nama, alamat, nomor telepon, dan lain-lain, serta status legalitas). Pernyataan manajemen tentang kebijakan, tujuan, dan komitmen terhadap mutu. Pernyataan manajemen dalam menetapkan personel sesuai dengan butir 7.4. Uraian tentang lingkup kegiatan dan kompetensi lembaga inspeksi. Informasi tentang hubungan lembaga inspeksi terhadap organisasi induknya atau organisasi yang terkait (bila diperlukan). Skema organisasi. Uraian pekerjaan yang terkait. Pernyataan kebijakan tentang kualifikasi dan pelatihan personal. Prosedur untuk kontrol dokumen. Prosedur untuk audit internal. Prosedur untuk urnpan balik dan tindakan koreksi. Prosedur tinjauan manajemen sistem mutu. Prosedur dan instruksi lain atau acuan terhadap prosedur dan instruksi yang dipersyaratkan standar. Daftar distribusi panduan mutu. 15 dari 15

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3-4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270 Telp: 021-574 7043; Faks: 021-5747045; e-mail : bsn@bsn.or.id