SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM"

Transkripsi

1 DP SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Indonesia Tel. : , Fax. : , laboratorium@bsn.or.id Website :

2 Daftar Isi Halaman 1 Pendahuluan 1 2 Prosedur Akreditasi Umum Permohonan akreditasi Pra-asesmen Asesmen awal Akreditasi 5 3 Survailen Survailen Terjadwal Survailen Tidak Terjadwal 7 4 Re-akreditasi / Re-asesmen 7 5 Perluasan Lingkup Akreditasi 8 6 Pembekuan dan Pencabutan Akreditasi 9 7 Uji Profisiensi 10 8 Kerahasiaan 10 9 Sertifikat Akreditasi Hak dan Kewajiban Laboratorium yang telah diakreditasi Penggunaan Logo KAN Keluhan, Perselisihan dan Banding Pemberitahuan atas Perubahan Kriteria Akreditasi Penggantian Kerugian Biaya Akreditasi Peraturan perundang-undangan 14 Lampiran Daftar Kebijakan dan Pedoman KAN Bidang Akreditasi Laboratorium 15 DP.01.07; Januari 2004 i dari 15 i

3 1 Pendahuluan 1.1 Sesuai Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 465/IV.2.06/HK /9/92 tahun 1992 yang diperbaharui dengan Keputusan Presiden Nomor 13 tahun 1997 dan terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 2001 tentang Komite Akreditasi Nasional, Komite Akreditasi Nasional (KAN) adalah badan yang berwenang untuk mengakreditasi kegiatan penilaian kesesuaian (conformity assessment) di Indonesia. KAN dioperasikan secara profesional, independen dan imparsial sesuai Pedoman BSN 117 (adopsi dari ISO Guide 58). 1.2 KAN menerbitkan publikasi tentang Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium, termasuk prosedur permohonan dan proses akreditasi. Laboratorium yang mengajukan akreditasi harus mempelajari isi dokumen tersebut secara mendalam. 1.3 Laboratorium dalam proses akreditasi dan yang telah diakreditasi oleh KAN harus mematuhi Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium yang tertera dalam dokumen ini. 1.4 Akreditasi laboratorium yang dilaksanakan oleh KAN dilakukan dengan menilai laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi berdasarkan SNI : Persyaratan Umum Kompentensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi dan Persyaratan Tambahan yang relevan yang diterbitkan oleh KAN. 1.5 Akreditasi laboratorium tersebut diberikan terhadap kegiatan pengujian dan kalibrasi tertentu dari suatu laboratorium yang : a. memiliki status hukum; b. memenuhi Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium; c. bersedia membayar biaya yang berkaitan dengan akreditasi kepada KAN. 1.6 Untuk maksud akreditasi, laboratorium harus memiliki kompetensi dan kepercayaan yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem manajemen dan kompetensi teknis laboratorium. 1.7 KAN menetapkan prosedur akreditasi, yang mencakup persyaratan, pemberian, pemeliharaan, perpanjangan, perluasan, pengurangan, pembekuan dan pencabutan akreditasi. 1.8 Bila diperlukan KAN dapat merubah, menambah atau menghapus tiap bagian dari Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium. Apabila terjadi perubahan, KAN memberi informasi kepada laboratorium yang telah diakreditasi dan memberi waktu yang memadai untuk melakukan penyesuaian dokumentasi mutu dengan perubahan Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium. Laboratorium harus memberi informasi kepada KAN apabila penyesuaian telah dilaksanakan seluruhnya. 2 Prosedur Akreditasi 2.1 Umum Laboratorium yang bermaksud mengajukan akreditasi kepada KAN harus memenuhi DP.01.07; Januari dari 15

4 persyaratan berikut : a. memiliki sistem manajemen mutu dan kompetensi teknis yang memenuhi persyaratan SNI (dituangkan dalam dokumentasi sistem mutu laboratorium) yang telah diimplementasikan secara efektif minimum selama 3 (tiga) bulan, dengan disertai bukti pelaksanaan satu kali audit internal; b. memenuhi seluruh kebijakan dan pedoman yang ditetapkan oleh KAN yang terkait dengan akreditasi laboratorium (lihat Lampiran Daftar Kebijakan dan Pedoman KAN); c. telah mengikuti uji profisiensi dan/atau uji banding antar laboratorium yang dikelola oleh KAN dan/atau institusi lain yang mempunyai reputasi baik dalam pengelolaan program uji profisiensi/uji banding antar laboratorium sesuai dengan Kebijakan KAN mengenai Uji Profisiensi (lihat bagian 7 tentang Uji Profisiensi) Laboratorium yang menginginkan untuk diakreditasi oleh KAN akan mendapatkan dokumen yang relevan dan formulir permohonan akreditasi dari sekretariat KAN atau laboratorium dapat mengakses dari website BSN ( (lihat juga 2.2.1). 2.2 Permohonan Akreditasi Permohonan akreditasi harus dibuat sesuai dengan format yang ditetapkan oleh KAN dan didukung oleh formulir isian laboratorium; legalitas hukum laboratorium, Panduan Mutu Laboratorium dengan status terkendali (formulir-formulir isian tersebut dapat diperoleh di Sekretariat KAN atau melalui website BSN ( KAN hanya akan memproses permohonan akreditasi jika formulir isian telah diisi lengkap, semua dokumen yang diwajibkan seperti pada butir dan formulir permohonan telah diserahkan ke Sekretariat KAN, serta membayar biaya permohonan akreditasi (dengan disertai salinan bukti pembayaran) Bila dipandang perlu, KAN berhak untuk meminta klarifikasi atas informasi yang diberikan oleh laboratorium dan berhak meminta laboratorium untuk menyerahkan dokumen tambahan lain yang terkait dengan akreditasi (sebagai contoh: prosedur, instruksi kerja, dan lain-lain) Laboratorium pemohon harus menggunakan metode pengujian atau metode kalibrasi yang mutakhir untuk melakukan kegiatannya, kecuali bila hal tersebut telah diatur dalam perjanjian kontrak yang telah disetujui sebelumnya. Bila laboratorium menghendaki agar kegiatannya menggunakan metode pengujian atau metode kalibrasi yang tidak mutakhir, laboratorium harus memperoleh persetujuan tertulis dari KAN Permohonan akreditasi berlaku untuk 2 (dua) tahun dihitung sejak pelaksanaan asesmen lapangan. Permohonan akreditasi dinyatakan batal (tidak berlaku) dan keseluruhan biaya akreditasi tidak dikembalikan, jika pada tanggal terakhir dari periode 2 (dua) tahun tersebut, status akreditasi laboratorium belum dapat diberikan. 2.3 Pra-asesmen Bila laboratorium pemohon akreditasi memerlukan pra-asesmen, dapat mengajukan permohonan kepada KAN DP.01.07; Januari dari 15

5 2.3.2 Pra-asesmen bersifat sukarela Pra-asesmen dilakukan oleh personel yang ditunjuk oleh KAN untuk melakukan : a. Penjelasan syarat dan aturan akreditasi; b. Evaluasi awal kecukupan organisasi dan SDM; c. Evaluasi awal kecukupan akomodasi dan lingkungan, peralatan, dan bahan habis pakai; d. Konfirmasi lingkup akreditasi termasuk metode; e. Konfirmasi kecukupan persyaratan permohonan akreditasi; f. Konfirmasi pelaksanaan sistem mutu termasuk audit internal Waktu pelaksanaan pra-asesmen maksimum 2 orang-hari Struktur biaya pra-asesmen sama seperti struktur biaya yang berlaku pada asesmen. 2.4 Asesmen awal Asesmen awal adalah evaluasi untuk menilai kompetensi laboratorium berdasarkan SNI , dalam menentukan pemenuhan laboratorium atas kriteria akreditasi dan persyaratan tambahan yang relevan dengan lingkup akreditasi yang diminta oleh laboratorium. Asesmen terdiri dari 2 tahap, yaitu audit kecukupan dan asesmen lapangan Asesmen dilakukan oleh Tim Asesmen yang ditunjuk oleh KAN, yang terdiri dari seorang asesor kepala dan dibantu oleh satu atau lebih asesor teknis dan/atau tenaga ahli dan/atau personel akreditasi (accreditation officer). Jumlah anggota tim asesmen disesuaikan dengan lingkup pengujian atau lingkup kalibrasi yang diajukan oleh laboratorium Sebelum pelaksaan asesmen, KAN menginformasikan kepada laboratroium tentang tim assmen, waktu pelaksanaan asesmen lapangan dan biaya asesmen. Laboratorium diberi kesempatan untuk menyatakan keberatan terhadap tim dan waktu pelaksanaan asesmen lapangan dengan alasan yang dapat diterima Bila laboratorium telah setuju atas tim dan waktu pelaksanaan asesmen lapangan, akan dilakukan kontrak kerja antara laboratorium dengan KAN mengenai proses asesmen selanjutnya Sesudah penandatanganan kontrak, tim asesmen melakukan audit kecukupan terhadap dokumentasi mutu laboratorium yang telah diserahkan ke KAN. Hasil audit kecukupan diinformasikan kepada laboratorium. Bila dinyatakan belum cukup, laboratorium diberi kesempatan untuk memperbaiki dan bila dinyatakan telah cukup (atau memenuhi), tim asesmen akan menutup audit kecukupan tersebut, kemudian melakukan asesmen lapangan Asesmen lapangan a) Tim asesmen mengirimkan jadwal asesmen (agenda asesmen) selambat-lambatnya DP.01.07; Januari dari 15

6 1 (satu) hari sebelum asesmen lapangan dilakukan b) Pada saat asesmen lapangan, laboratorium harus menyiapkan staf (personel) kunci, yaitu pimpinan laboratorium, manajemen teknis, manajer mutu, dan calon penandatangan sertifikat kalibrasi/pengujian. Khusus untuk penandatangan sertifikat akan dilakukan evaluasi kelayakan kualifikasi melalui daftar riwayat hidup maupun wawancara. c) Laboratorium harus dapat menunjukkan kompetensi dalam pengujian dan/atau kalibrasi sesuai metoda yang diajukan untuk diakreditasi. d) Laboratorium akan mendapat laporan ringkas dan laporan ketidaksesuaian (LKS) yang ditemukan saat asesmen lapangan. Laporan ringkas dan LKS tersebut harus disetujui dan ditandatangani oleh pihak laboratorium dan pihak tim asesmen. Bila pihak laboratorium tidak menyetujui laporan ringkas dan/atau LKS, laporan ringkas dan/atau LKS yang tidak disetujui tersebut akan diserahkan kepada KAN untuk ditindak lanjuti Tindakan perbaikan asesmen lapangan a) Laboratorium harus membuat rencana tindakan perbaikan beserta pelaksanaan tindakan perbaikannya dalam waktu maksimum 3 (tiga) bulan. b) Laboratorium wajib menyerahkan rencana tindakan perbaikan dan hasil tindakan perbaikan kepada KAN untuk dilakukan verifikasi. Verifikasi tindakan perbaikan dilakukan oleh asesor paling lambat 10 hari kerja setelah diterima oleh asesor. c) KAN akan melakukan verifikasi lapangan untuk melakukan verifikasi tindakan perbaikan dari laboratorium jika tindakan perbaikan tidak memungkinkan untuk diverifikasi dari bukti dokumen tindakan perbaikan. d) Jika tindakan perbaikan tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut pada a) atau tindakan perbaikan dinilai belum memuaskan oleh tim asesmen, laboratorium diberi kesempatan untuk memperbaiki ketidaksesuaian yang belum diselesaikan atau belum memuaskan tersebut maksimum 3 (tiga) bulan berikutnya. e) Jika tindakan perbaikan laboratorium yang kedua tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan atau dinilai masih belum memuaskan oleh tim asesmen, laboratorium diwajibkan untuk melakukan audit internal tambahan yang harus mencakup tindakan perbaikan yang belum diselesaikan dan menyerahkan hasil audit internal tersebut beserta tindak lanjutnya dan tindakan perbaikan dari ketidaksesuaian kepada KAN paling lambat 6 (enam) bulan berikutnya. f) Jika dalam waktu 1 (satu) tahun sejak pelaksanaan asesmen lapangan tindakan perbaikan oleh laboratorium tidak dapat diselesaikan atau belum memuaskan, KAN akan melakukan verifikasi lapangan untuk melihat implementasi sistem mutu laboratorium dan verifikasi tindakan perbaikan terhadap ketidaksesuaian. Pelaksanaan verifikasi lapangan tersebut dilaksanakan maksimal 2 (dua) orang-hari dan seluruh biaya ditanggung oleh laboratorium. Apabila dalam 2 (dua) tahun sejak asesmen lapangan proses akreditasi belum dapat DP.01.07; Januari dari 15

7 diselesaikan, permohonan dianggap gugur Bila semua proses asesmen lapangan telah selesai, KAN akan menerbitkan laporan asesmen. 2.5 Akreditasi Semua laporan asesmen akan dilakukan pengkajian oleh panitia teknis yang tidak terlibat dalam proses asesmen Hasil pertimbangan teknis dari panitia teknis digunakan oleh Direktur Eksekutif sebagai salah satu pertimbangan untuk memberikan atau tidak memberikan rekomendasi akreditasi kepada rapat KAN Rapat KAN menetapkan memberikan atau tidak memberikan akreditasi kepada laboratorium pemohon berdasarkan laporan asesmen, pertimbangan Panitia Teknis, rekomendasi dari Direktur Eksekutif dan pembahasan yang dilakukan selama rapat KAN Jika rapat KAN memutuskan untuk memberikan akreditasi kepada suatu laboratorium, KAN akan menerbitkan Sertifikat Akreditasi bagi laboratorium tersebut. Sertifikat Akreditasi disertai dengan rincian lingkup akreditasi yang tercantum dalam Lampiran Sertifikat Akreditasi Sertifikat akreditasi KAN berlaku 4 (empat) tahun sejak tanggal ditetapkannya dan dapat diperpanjang setiap 4 (empat) tahun sesuai dengan Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium. Sertifikat akreditasi KAN tidak dapat dialihkan kepada laboratorium lainnya Jika KAN tidak memberikan akreditasi kepada laboratorium, KAN akan memberitahu keputusan penolakan tersebut disertai alasan penolakannya. Laboratorium diberi kesempatan untuk mengajukan permohonan banding terhadap keputusan penolakan. Banding harus diajukan tertulis ditujukan kepada Ketua KAN disertai bukti dan alasan yang kuat, dan harus diajukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah keputusan KAN Untuk proses penyelesaian banding, KAN akan membentuk Panitia Banding yang beranggotakan orang-orang independen yang tidak terlibat dalam proses akreditasi. Jumlah anggota Panitia Banding adalah ganjil, minimum 3 (tiga) orang dan keputusan Panitia Banding adalah final. 3 Survailen 3.1 Survailen Terjadwal KAN melakukan survailen ke laboratorium yang diakreditasi untuk menjamin bahwa laboratorium tersebut selalu menjaga kompetensinya sesuai dengan kriteria akreditasi KAN dari waktu ke waktu Pelaksanaan survailen terhadap laboratorium yang telah diakreditasi minimum 2 (dua) kali dalam satu masa akreditasi. DP.01.07; Januari dari 15

8 Biaya survailen sesuai dengan struktur biaya akreditasi yang berlaku Survailen pertama dilaksanakan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak tanggal ditetapkan akreditasi. Jika survailen pertama tidak dapat dilakukan dalam batas waktu tersebut, status akreditasi laboratorium dapat dibekukan sampai survailen pertama dapat dilakukan dan dinyatakan selesai (memuaskan) Untuk kasus tertentu, KAN dapat memutuskan survailen pertama dilaksanakan 3 (tiga) sampai 6 (enam) bulan setelah ditetapkannya akreditasi, sehingga jumlah survailen dalam satu masa akreditasi menjadi 3 (tiga) kali Apabila survailen pertama tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu seperti yang ditetapkan dalam 3.1.4, status akreditasi dapat dibekukan sampai dilaksanakan survailen berikutnya dan dinyatakan selesai (memuaskan) Survailen kedua dijadwalkan selambat-lambatnya pada bulan ke-24 (duapuluh empat) dari tanggal ditetapkan akreditasi. Laboratorium dapat mengajukan pengunduran waktu survailen kedua ini dengan alasan yang dapat diterima. KAN dapat menyetujui pengajuan ini dengan batas waktu maksimum pengunduran 3 (tiga) bulan. Jika survailen kedua tidak dapat dilakukan sampai akhir bulan ke-27 (duapuluh tujuh) dari tanggal ditetapkan akreditasi, status akreditasi laboratorium dapat dibekukan sampai survailen kedua dapat dilakukan dan dinyatakan selesai (memuaskan) Dalam kasus khusus, jika dalam survailen ditemukan ketidaksesuaian kategori 1, status akreditasi laboratorium atau lingkup akreditasi tertentu dapat dibekukan/ dicabut (rincian kategori ketidak sesuaian dapat dilihat dalam lampiran) Tindakan perbaikan survailen terjadwal a) Laboratorium membuat rencana tindakan perbaikan, dan melakukan tindakan perbaikan terhadap ketidak sesuaian yang ditemukan dalam waktu maksimum 1 (satu) bulan. b) Dalam kasus tertentu, laboratorium diberi kesempatan untuk mengajukan perpanjangan waktu tindakan perbaikan maksimum 1 (satu) bulan dari jadwal yang ditetapkan (kecuali untuk temuan kategori 1). Pengajuan perpanjangan waktu tersebut harus diajukan secara tertulis, disertai alasan yang dapat diterima dan disetujui oleh KAN. c) Jika tindakan perbaikan dari laboratorium untuk temuan kategori 1 tidak dapat diselesaikan atau dinilai belum memuaskan sampai batas waktu yang telah disepakati, status akreditasi laboratorium dapat dibekukan pada lingkup untuk tindakan perbaikan yang dinilai tidak memuaskan tersebut. d) Jika tindakan perbaikan untuk kategori 2 tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan atau tindakan perbaikan dinyatakan tidak memuaskan, laboratorium diberikan kesempatan untuk memperbaiki ketidaksesuaian tersebut maksimum dalam waktu 1 (satu) bulan berikutnya. Sedangkan untuk kategori 3, akan ditinjau/diverifikasi pada kunjungan berikutnya. f) Jika tindakan perbaikan dari laboratorium yang kedua (setelah perpanjangan 1 bulan) DP.01.07; Januari dari 15

9 untuk kategori 2 tidak dapat diselesaikan atau dinilai masih belum memuaskan, maka status akreditasi laboratorium dapat dibekukan pada lingkup dimana tindakan perbaikan dinilai tidak memuaskan. g) Laboratorium yang telah dibekukan seperti yang disebutkan pada butir c) dan f) diberikan kesempatan untuk memperbaiki kembali ketidaksesuaian dalam 2 (dua) bulan. Jika tindakan perbaikan dapat diselesaikan secara memuaskan maka lingkup akreditasi laboratorium yang telah dibekukan diberikan/diaktifkan kembali, tetapi jika tindakan perbaikan tidak dapat diselesaikan secara memuaskan maka lingkup akreditasi laboratorium tersebut dapat dicabut. 3.2 Survailen Tidak Terjadwal KAN akan melakukan survailen tidak terjadwal dan pemberitahuan ke laboratorium diinformasikan kurang dari 2 minggu sebelum pelaksanaan dengan biaya ditanggung oleh KAN. Survailen tidak terjadwal akan dilaksanakan, jika terdapat : a. pengaduan tertulis dari klien laboratorium yang meragukan kompetensi laboratorium; b. perubahan penting yang secara nyata mempengaruhi kegiatan laboratorium (perubahan struktur organisasi, perubahan kepemilikan, perubahan personel inti, perubahan alamat, perubahan fasilitas laboratorium, dan lain-lain) c. hasil tidak memuaskan (outlier) dari suatu program uji profisiensi atau uji banding antar laboratorium dan tindakan perbaikan laboratorium dinyatakan tidak memuaskan; atau d. indikasi bahwa laboratorium tidak lagi memenuhi kriteria akreditasi KAN Laporan survailen tidak terjadwal diserahkan oleh asesor kepada KAN paling lambat 10 hari kerja setelah pelaksanaan survailen. Bila ditemukan ketidaksesuaian, laboratorium harus melakukan tindakan perbaikan survailen tidak terjadwal ini sesuai dengan butir c) sampai dengan g). 4 Re-akreditasi / Re-asesmen 4.1 Re-akreditasi dilakukan sebelum masa berlaku sertifikat akreditasi atau status akreditas berakhir. 4.2 KAN akan memberi informasi bahwa masa akreditasi akan berakhir selambatlambatnya 12 (duabelas) bulan sebelumnya. Laboratorium yang berminat untuk memperpanjang status akreditasi, diminta untuk mengajukan permohonan akreditasi ulang. 4.3 Bagi laboratorium yang berminat memperpanjang status akreditasi, disyaratkan untuk mengajukan permohonan seperti halnya pada permohonan akreditasi awal. Permohonan disertai dokumen pendukung yang disyaratkan dan sebaiknya diajukan paling lambat 9 (sembilan) bulan sebelum status akreditasi berakhir. 4.4 Asesmen lapangan dalam rangka re-asesmen disarankan dilakukan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum status akreditasi berakhir. DP.01.07; Januari dari 15

10 4.5 Tindakan perbaikan re-akreditasi Proses tindakan perbaikan terhadap hasil re-asesmen dilaksanakan sama dengan ketentuan dalam asesmen awal (2.4.7). Jika keputusan akreditasi diberikan sebelum masa akreditasi berakhir, status akreditasi baru dihitung sejak tanggal terakhir masa akreditasi lama, untuk jangka waktu 4 tahun berikutnya. Jika keputusan akreditasi diberikan sesudah masa akreditasi berakhir, status akreditasi dihitung sejak keputusan akreditasi. Selama masa kevakuman akreditasi yaitu antara berakhirnya akreditasi lama sampai diberikannya akreditasi baru, laboratorium dianggap sebagai laboratorium yang tidak diakreditasi. 4.6 KAN akan melaksanakan re-asesmen terhadap laboratorium yang telah diakreditasi bila pada masa akreditasi terjadi perubahan penting yang mempengaruhi kegiatan dan operasi laboratorium. 4.7 Re-asesmen yang dimaksud pada 4.6 dilaksanakan minimum dua orang hari dengan titik berat pada perubahan penting yang terjadi. 5 Perluasan Lingkup Akreditasi 5.1 Laboratorium yang bermaksud untuk menambah lingkup akreditasi dapat mengajukan permohonan penambahan lingkup secara tertulis dengan menggunakan formulir yang telah ditetapkan oleh KAN. Permohonan disertai dengan dokumen atau informasi tambahan lain yang diperlukan. 5.2 Pengajuan perluasan ruang lingkup dapat dilakukan setelah 3 (tiga) bulan sejak status akreditasi diberikan dan pelaksanaan asesmen lapangan dapat dilaksanakan bersama-sama dengan pelaksanaan survailen. 5.3 Proses tindakan perbaikan terhadap hasil asesmen perluasan ruang lingkup dilaksanakan sama dengan ketentuan dalam asesmen awal (lihat 2.4.7). 5.4 Jika ruang lingkup yang ditambahkan mempunyai metoda atau sistem yang sama dengan lingkup sebelumnya, KAN hanya akan melakukan verifikasi terhadap hasil pengujian/ kalibrasi terhadap lingkup yang ditambahkan tersebut. Untuk hal ini laboratorium diminta untuk menyerahkan hasil pengujian/kalibrasi secara lengkap beserta metoda atau sistem untuk melakukan pengujian/kalibrasi tersebut. Untuk penambahan ruang lingkup yang demikian, KAN akan memverifikasi lapangan saat kunjungan berikutnya. 5.5 KAN tidak menerbitkan sertifikat baru sebagai hasil perluasan ruang lingkup akreditasi, KAN akan mengganti atau menambah lampiran sertifikat akreditasi dengan lingkup akreditasi baru. 5.6 Masa berlaku sertifikat akreditasi setelah penambahan ruang lingkup sama dengan sertifikat akreditasi yang berlaku pada saat itu. 5.7 Biaya akreditasi untuk perluasan ruang lingkup yang dibebankan kepada laboratorium sesuai dengan struktur biaya akreditasi KAN. DP.01.07; Januari dari 15

11 6 Pembekuan dan Pencabutan Akreditasi 6.1 KAN dapat membekukan dan/atau mencabut status akreditasi atau sebagian lingkup akreditasi laboratorium jika terjadi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal berikut : a. laboratorium gagal disurvailen dalam kerangka waktu yang telah ditentukan; b. ketidaksesuaian kategori 1 ditemukan dalam survailen dan tidak dapat diperbaiki oleh laboratorium dalam kerangka waktu yang telah ditentukan (lihat c); c. laboratorium tidak dapat menyelesaikan tindakan perbaikan secara memuaskan dalam jangka waktu tertentu (sesuai prosedur survailen); d. laboratorium telah melanggar Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium yang ditetapkan oleh KAN; e. laboratorium tidak menjaga kesesuaiannya terhadap kriteria/persyaratan akreditasi KAN; f. laboratorium tidak dapat menyelesaikan tindakan perbaikan pada bidang yang outlier sebagai hasil keikutsertaannya pada program uji profisiensi dan atau uji banding antar laboratorium; atau g. setelah dua kali peringatan, laboratorium masih terus menerbitkan sertifikat pengujian/kalibrasi dengan logo KAN untuk lingkup yang tidak diakreditasi dan tidak ada penandaan khusus. 6.2 Laboratorium yang telah diakreditasi mempunyai hak untuk mengajukan permohonan pembekuan atau pencabutan sebagian atau seluruh lingkup akreditasi. Permohonan pembekuan atau pencabutan ini harus disampaikan secara tertulis kepada KAN. 6.3 KAN dapat mencabut status akreditasi jika laboratorium yang telah diakreditasi : a. dimiliki perorangan dan pemilik yang bersangkutan dinyatakan bangkrut atau menjadi bagian dari krediturnya; b. merupakan suatu badan usaha dalam tahap dilikuidasi; c. tidak lagi memenuhi kriteria akreditasi KAN. 6.4 KAN dapat mencabut status akreditasi jika penyimpangan terhadap kriteria akreditasi KAN yang menyebabkan pembekuan akreditasi tidak diperbaiki oleh laboratorium dalam waktu satu tahun. 6.5 KAN harus menginformasikan kepada laboratorium yang diakreditasi secara tertulis mengenai pembekuan atau pencabutan status akreditasi serta alasannya. Laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi mempunyai hak untuk mengajukan keberatan kepada KAN. 6.6 Laboratorium yang dibekukan atau status akreditasinya dicabut dilarang mencantumkan logo KAN dalam laporan hasil uji dan atau sertifikat kalibrasi, menerbitkan dan menyebarluaskan segala bentuk publikasi termasuk iklan yang DP.01.07; Januari dari 15

12 berisi pernyataan diakreditasi oleh KAN. 6.7 Laboratorium yang dibekukan atau dicabut sebagian lingkup akreditasinya harus memberi tanda dengan jelas pada hasil pengujian/kalibrasi untuk lingkup yang tidak diakreditasi pada laporan hasil uji/sertifikat kalibrasi yang menggunakan logo KAN (lihat 11.4 tentang aturan penggunaan logo KAN). 6.8 Laboratorium yang dicabut status akreditasinya harus mengembalikan sertifikat akreditasi kepada KAN. 6.9 Laboratorium dengan status akreditasi dicabut atas permintaan sendiri, dibekukan atau dicabut oleh KAN tidak diperbolehkan mengeluarkan laporan/sertifikat dengan logo KAN atau menampilkan dan menunjukkan bahwa akreditasi KAN untuk laboratorium sedang berjalan. 7 Uji Profisiensi 7.1 KAN menetapkan kebijakan tentang uji profisiensi yang mempunyai tujuan utama untuk menilai kompetensi laboratorium dalam melakukan pengujian dan/atau kalibrasi pada lingkup yang diakreditasi atau lingkup yang sedang diajukan laboratorium untuk diakreditasi oleh KAN. 7.2 Informasi mengenai uji profisiensi dapat diperoleh melalui leaflet program uji profisiensi, Info KAN atau website ( 7.3 Laboratorium yang telah diakreditasi dan laboratorium yang sedang mengajukan permohonan akreditasi wajib mengikuti dan mematuhi Kebijakan KAN mengenai Uji Profisiensi. 8. Kerahasiaan 8.1 KAN akan merahasiakan semua informasi yang diperoleh tentang laboratorium yang telah diakreditasi termasuk informasi yang diperoleh selama proses pemberian, perpanjangan, perluasan dan pengurangan akreditasi. 8.2 Semua personel KAN pada semua tingkatan organisasi termasuk anggota KAN, Tenaga Ahli, anggota Panitia Teknis, Asesor dan semua Staf Sekretariat selalu menjaga kerahasiaan dan menandatangani pernyataan menjaga kerahasiaan dan bebas dari tekanan komersial. 8.3 Informasi tentang laboratorium tertentu tidak dibenarkan untuk dipaparkan kepada pihak ketiga tanpa ijin tertulis dari laboratorium tersebut. Jika perundang-undangan yang berlaku di Indonesia mengizinkan untuk mensyaratkan bahwa informasi harus dipaparkan terhadap pihak ketiga, laboratorium harus diberitahu tentang informasi tersebut. 9 Sertifikat Akreditasi 9.1 Setelah keputusan akreditasi laboratorium mendapatkan sertifikat akreditasi dan DP.01.07; Januari dari 15

13 lampiran sertifikat akreditasi yang berisi ruang lingkup akreditasi. 9.2 Sertifikat akreditasi KAN : a. berlaku untuk 4 (empat) tahun; b. dapat dicabut bila KAN menyimpulkan bahwa laboratorium telah gagal memenuhi Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium atau kriteria akreditasi KAN; c. harus dikembalikan kepada KAN, jika terjadi pencabutan status akreditasi. 10 Hak dan Kewajiban Laboratorium yang telah diakreditasi 10.1 Laboratorium yang diakreditasi oleh KAN mempunyai hak untuk : a. menggunakan logo KAN sesuai dengan Pedoman yang ditetapkan oleh KAN; b. mendapatkan informasi setiap adanya perubahan persyaratan akreditasi; c. mengajukan keluhan, penyelesaian perselisihan dan banding kepada KAN; d. mendapatkan informasi nama anggota tim asesmen yang akan melaksanakan asesmen/survailen/re-asesmen dan menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap tim asesmen dengan alasan yang dapat diterima; e. mengajukan permohonan penambahan, pengurangan, pembekuan dan pencabutan lingkup akreditasi Laboratorium mempunyai kewajiban untuk: a. menandatangani surat perjanjian kontrak dengan KAN; b. selalu menjaga kesesuaian dengan kriteria dan persyaratan akreditasi KAN; c. menjamin bahwa informasi dan dokumentasi mutu yang diberikan kepada KAN dijaga selalu mutakhir dan terkendali; d. segera memberitahukan kepada KAN tentang: i. perubahan organisasi atau manajemen, misalnya pimpinan kunci, manajer teknis atau manajer mutu; ii. perubahan personel penandatangan sertifikat; iii. perubahan alamat, kepemilikan, status hukum, status komersial organisasi; iv. perubahan panduan mutu, kebijakan atau prosedur, jika sesuai; v. perubahan peralatan, fasilitas dan/atau sumber daya lainnya yang dapat mempengaruhi mutu kerja laboratorium. e. membayar biaya akreditasi, survailen, penambahan ruang lingkup, re-akreditasi dan biaya lainnya yang ditetapkan KAN; f. patuh pada aturan penggunaan logo KAN sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh KAN; g. selalu memenuhi Pedoman dan Kebijakan KAN yang terkait dengan akreditasi DP.01.07; Januari dari 15

14 laboratorium serta Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium; h. menangani pengaduan yang terkait dengan sertifikat atau laporan hasil uji/kalibrasi yang termasuk dalam ruang lingkup akreditasi; i. tidak menggunakan akreditasinya sedemikian sehingga dapat merugikan KAN dan tidak akan membuat pernyataan yang berkaitan dengan akreditasinya yang dapat menyesatkan; j. menjamin tidak ada laporan hasil uji atau sertifikat kalibrasi yang digunakan oleh pelanggan atau orang yang diberi kuasa untuk maksud promosi atau publisitas yang menyesatkan Akreditasi KAN tidak membebaskan atau mengurangi tanggung jawab laboratorium dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku Laboratorium harus memberikan bantuan yang wajar dan kerjasama yang diperlukan kepada KAN dan perangkatnya untuk memungkinkan KAN dapat memantau pemenuhan terhadap Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium dan kriteria akreditasi KAN, mencakup: a. pemberian izin kepada KAN dan asesornya untuk melakukan asesmen, survailen, verifikasi dan kegiatan lainnya terkait dengan kegiatan akreditasi; b. bantuan kepada KAN atau personelnya dalam melakukan penyelidikan dan pemecahan setiap keluhan yang disampaikan pihak ketiga tentang kegiatan pengujian/kalibrasi yang termasuk dalam ruang lingkup yang telah diakreditasi Atas permintaan KAN, laboratorium harus menyediakan rekaman semua keluhan dan perselisihan, serta tindakan perbaikannya Laboratorium harus menyampaikan setiap 6 (enam) bulan sekali jumlah sertifikat yang telah diterbitkan dengan logo KAN sesuai dengan ruang lingkup yang diakreditasi Laboratorium harus mengalokasikan waktu untuk pelaksanaan survailen sesuai dengan ketentuan KAN. 11 Penggunaan Logo KAN 11.1 Penggunaan logo KAN diatur dalam Pedoman BSN Nomor : Penggunaan Logo Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk digunakan oleh Lembaga Sertifikasi, Lembaga Inspeksi dan Laboratorium yang telah diakreditasi oleh KAN Laboratorium yang telah diakreditasi oleh KAN, hendaknya menggunakan logo KAN dan ditempatkan sesuai peraturan yang terdapat dalam Pedoman BSN Dalam penempatan Logo KAN harus diperhatikan hal-hal berikut : a. Format dan besarnya logo disesuaikan dengan logo laboratorium; b. Ukuran dan warna logo harus nyata dan jelas sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam Pedoman BSN 12 klausul atau, bila diperlukan, warna dapat diganti dengan warna yang ekuivalen, yaitu dengan menggunakan Red DP.01.07; Januari dari 15

15 Green Blue (RGB) sebagai berikut: KAN: R = 0; G = 0; B = 200; Komite Akreditasi Nasional: R = 150; G = 150; B = 150; Tanda Cek : R = 250; G = 50; B = 0; Nama laboratorium: R = 150; G = 150; B = 150. c. Di bawah logo harus dituliskan kata-kata Komite Akreditasi Nasional. Dan dituliskan nomor akreditasi sesuai dengan contoh yang tercantum pada Pedoman BSN Penggunaan logo KAN pada sertifikat atau laporan untuk lingkup yang tidak diakreditasi dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Jumlah parameter yang diakreditasi minimum 60 % dari keseluruhan parameter yang dituangkan dalam suatu sertifikat/laporan pengujian atau kalibrasi. b. Untuk ketentuan di atas, untuk parameter yang tidak diakreditasi harus diberi tanda yang jelas dan terlihat nyata yang menunjukkan bahwa parameter tersebut tidak termasuk dalam lingkup akreditasi KAN. Misalnya tanda *) dengan keterangan mengenai arti tanda tersebut Penyalahgunaan logo KAN dan/atau penyimpangan dari Pedoman BSN 12 akan dikenakan sangsi berupa: a. memberikan peringatan dan menginstruksikan untuk melakukan tindakan perbaikan. b. Jika dalam waktu 2 (dua) bulan, tidak dapat menyelesaikan tindakan perbaikan atau dengan sengaja terus menyalahgunakan logo KAN, KAN akan memberikan peringatan kedua kepada laboratorium. c. Jika peringatan kedua tetap tidak diindahkan, akan disampaikan peringatan ketiga dan selanjutnya jika tetap tidak diindahkan, KAN dapat membekukan/ mencabut akreditasi laboratorium. d. Jika pelanggaran bersifat pidana, kepada yang bersangkutan akan dikenakan sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 12 Keluhan, Perselisihan dan Banding 12.1 KAN memperhatikan, mencatat, menindaklanjuti, dan menyelesaikan semua keluhan dan perselisihan yang disampaikan secara tertulis atas pengoperasian sistem akreditasi laboratorium atau terhadap personel KAN, baik asesor, staf sekretariat maupun personel lainnya yang ditugaskan oleh KAN Laboratorium dapat mengajukan banding secara tertulis atas keputusan yang ditetapkan oleh KAN paling lambat 1 (satu) bulan sejak keputusan ditetapkan. Penyelesaian banding dilakukan sesuai dengan prosedur banding KAN KAN menyimpan semua rekaman banding, keluhan, dan perselisihan dan tindakan perbaikan yang berkaitan dengan akreditasi. DP.01.07; Januari dari 15

16 13 Pemberitahuan atas Perubahan Kriteria Akreditasi 13.1 Laboratorium akan mendapat pemberitahuan bila terjadi perubahan atas Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium dan kriteria akreditasi KAN Laboratorium akan diberi waktu yang cukup, untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi Laboratorium harus memberitahu secara tertulis kepada KAN atas rencana dan pelaksanaan perubahan yang berkaitan dengan pemenuhan persyaratan. 14 Penggantian Kerugian 14.1 KAN bertanggung jawab atas permintaan ganti rugi oleh pihak lain jika terbukti kesalahan dilakukan oleh KAN. Pengaturan lebih lanjut mengenai penggantian kerugian ini disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 15 Biaya Akreditasi 15.1 KAN mempunyai sumber daya keuangan yang berasal dari anggaran Pemerintah dan biaya akreditasi dari laboratorium KAN menetapkan dan mempublikasikan struktur biaya akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 16 Peraturan perundang-undangan Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium ini disusun dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. DP.01.07; Januari dari 15

17 LAMPIRAN Daftar Kebijakan dan Pedoman KAN Bidang Akreditasi Laboratorium No. Nama Dokumen Kode Status 1. Informasi KAN mengenai Struktur Biaya Akreditasi DP Januari 2002 (Revisi) 2. Informasi KAN mengenai Prosedur Akreditasi DP Januari 2004 (Revisi) 3. Persyaratan dan Ketentuan tentang Penandatanganan Sertifikat/Laporan kalibrasi/pengujian dari Laboratorium yang Diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional DP Januari 2004 (Revisi) 4. Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratorium DP Januari 2004 (Revisi) 5. 02/KEP/KAN/02/2004: Akreditasi Lembaga Sertifikasi, Laboratorium dan Lembaga Inspeksi DP Februari 2004 (Revisi) 6. Kebijakan KAN mengenai Penggunaan Logo KAN DP Januari SNI : Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi DP Juli SR 01 : Persyaratan Tambahan untuk Laboratorium Pengujian Mekanik DP Januari 2004 (Revisi) 9. SR 02 : Persyaratan Tambahan untuk Laboratorium Pengujian Kimia dan Pengujian Biologi DP Januari 2004 (Revisi) 10. SR 03 : Jaminan Mutu Peralatan yang Digunakan oleh Laboratorium Pengujian Kimia dan Pengujian Biologi DP Januari 2004 (Revisi) 11. SR 04 : Persyaratan Tambahan untuk Laboratorium Pengujian Kelistrikan DP Januari 2004 (Revisi) 12. SR 05 : Persyaratan Tambahan untuk Laboratorium Kalibrasi DP Januari 2004 (Revisi) 13. Kebijakan KAN mengenai Uji Profisiensi DP Januari 2004 (Revisi) 14. Kebijakan KAN mengenai Ketertelusuran Pengukuran DP Juni 2003 (Revisi) 15. Pedoman KAN mengenai Evaluasi dan Pernyataan Ketidakpastian Pengukuran DP Juni 2003 (Revisi) Kebijakan KAN Mengenai Transfer Status Akreditasi untuk Laboratorium Penguji/Kalibrasi dari Anggota Penandatangan MRA APLAC/ILAC ke Komite Akreditasi Nasional (KAN) Kebijakan KAN mengenai Interpretasi dan Pedoman dalam Estimasi Ketidakpastian Pengukuran untuk Laboratorium Pengujian DP Maret 2003 DP Maret Kebijakan KAN mengenai Klasifikasi Ketidaksesuaian DP Januari 2004 DP.01.07; Januari dari 15

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004 DP.01.02 INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan,

Lebih terperinci

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 KAN 02 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI PENYELENGGARA UJI PROFISIENSI (PUP) Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala W anabakti,

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Terbitan Nomor: 4 Februari 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 Rev. 5 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung I BPPT, Lt. 14 Jl. MH Thamrin No. 8, Kebon Sirih,

Lebih terperinci

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM PERSYARATAN SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTIM MUTU () KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI PALEMBANG JL. PERINDUSTRIAN II

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar Kata Pengantar Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang atas izinnya revisi Pedoman Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), yaitu Pedoman KNAPPP

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 20 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung 1 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Lt. 14 Jl.

Lebih terperinci

Pedoman: PD Rev. 02

Pedoman: PD Rev. 02 Pedoman: PD-07-01.Rev. 02 PERSYARATAN DAN ATURAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 / SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 : 2004. INDAH KARYA REGISTER CERTIFICATION SERVICES I. UMUM 1.1

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG 1 PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN PENYEDIA JASA DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA F-BIPA 07.01.00.04 SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG Jl. Perindustrian II No. 12 Kec. Sukarami

Lebih terperinci

Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN

Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN Pedoman KAN KLASIFIKASI KETIDAKSESUAIAN 1. Pendahuluan Untuk mengharmonisasikan hasil asesmen laboratorium yang dilaksanakan oleh KAN, diperlukan Pedoman tentang Klasifikasi Ketidaksesuaian. Pedoman KAN

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KAN 01 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Terbitan Nomor: 4 Februari 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 04 rev.3 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Menara Thamrin Lt. 11 Jl. MH Thamrin Kav.3,

Lebih terperinci

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut: 1. Perjanjian Perjanjian ini dibuat pada tanggal ditandatangani, antara pihak (1) LS ICSM Indonesia sebagai lembaga sertifikasi, beralamat di Jalan Raya Lenteng Agung No. 11B, Jakarta Selatan 12610 dan

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 Nomor : 8/1 Edisi-Revisi : E-2 Tanggal : 01 Juni 2016 Hal : 1 dari 9 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi

Lebih terperinci

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT Kompleks Ruko Taman Tekno Boulevard, Blok A 20 Jl. Taman Tekno Widya, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA ... DENGAN LSPRO CHEMPACK. Nomor :... Nomor :...

SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA ... DENGAN LSPRO CHEMPACK. Nomor :... Nomor :... F 6.0-00-01-04/Rev.0 SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA... DENGAN LSPRO CHEMPACK Nomor :... Nomor :... Pada hari ini..., tanggal satu bulan... tahun..., kami yang bertanda tangan

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi Nasional - Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) dalam memberikan

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG KETENTUAN DAN TATA CARA SERTIFIKASI PRODUK Depok, 22 Juni 2016 Disahkan oleh, Nurhayati Syarief General Manager Edisi : A No. Revisi : 0 Halaman : 1

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK Jl. Sangkuriang No. 14 Bandung 40135 JAWA BARAT INDONESIA Telp. 022 2504088, 2510682, 2504828 Fax. 022 2502027 Website : www.b4t.go.id

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI B4T - QSC

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI B4T - QSC A. JASA SERTIFIKASI B4T QSC LINGKUP SERTIFIKASI B4T QSC Lingkup sertifikasi B4T QSC meliputi sertifikasi : 1. Sertifikasi sistem manajemen mutu ( ISO 9001:2008 ) 2. Sertifikasi sistem manajemen lingkungan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG PEMBINAAN SARANA TEKNIS DAN PENINGKATAN KAPASITAS KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP 2010 KATA PENGANTAR Perlindungan dan pengelolaan

Lebih terperinci

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 12/BNSP.214/XII/2013 Tentang PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Versi 0 Desember 2013 Lampiran :

Lebih terperinci

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu DPLS 19 rev.0 Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu Issue Number : 000 Desember 2013 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

PROSES SERTIFIKASI 20/6/2012

PROSES SERTIFIKASI 20/6/2012 Disahkan oleh: Manajer Pelaksana Hal. 1 dari 7 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini merinci tahapan proses sertifikasi Sistem Manajemen Klien mencakup pemberian, pemeliharaan, perluasan, pengurangan, penagguhan,

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT QUALIS INDONESIA

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT QUALIS INDONESIA SURAT PERJANJIAN TENTANG SERTIFIKAT PRODUK... NO.:.../ SNI -... Pada hari ini...tanggal...bulan... tahun...kami yang bertanda tangan dibawah ini : 1... : bertindak untuk dan atas nama Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional PEDOMAN 501-2003 Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Personel Adopsi dari ISO/IEC 17024 : 2003 Komite Akreditasi Nasional 1 dari 14 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGALIHAN SPPT SNI. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

KEBIJAKAN PENGALIHAN SPPT SNI. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 16 KEBIJAKAN PENGALIHAN SPPT SNI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270 Indonesia

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 1.0 PENDAHULUAN PT. Ayamaru Sertifikasi menyusun Aturan Pelaksanaan ini untuk digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Pedoman KAN 403-2011. Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Komite Akreditasi Nasional Pedoman KAN 403-2011 Daftar isi Kata pengantar...ii

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 1.0 PENDAHULUAN PT. Ayamaru Sertifikasi menyusun Aturan Pelaksanaan ini untuk digunakan

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU DPLS 14 Rev. 0 SYARAT DAN ATURAN TAMBAHAN AKREDITASI LEMBAGA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4 Jl.

Lebih terperinci

LSSM BBLM PEDOMAN MUTU ATURAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU

LSSM BBLM PEDOMAN MUTU ATURAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU 1. Audit Tahap I, terkait dengan Tinjauan Manual Tindakan koreksi hasil Audit Tahap I, harus segera dilakukan oleh pemohon dalam batas waktu 2 (dua) bulan. Jika dalam batas waktu tersebut, pemohon belum

Lebih terperinci

PERSYARATAN TAMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI

PERSYARATAN TAMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI DPLS 12 Rev. 1 PERSYARATAN TAMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV,

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL (SNI ) Nama Laboratorium : Alamat

AUDIT INTERNAL (SNI ) Nama Laboratorium : Alamat AUDIT INTERNAL (SNI 19 17025) Nama Laboratorium Alamat Bagian 1 : Informasi Umum Beri tanda X pada kotak yang sesuai Keterangan (bila diperlukan) 1.1 Apakah laboratorium memiliki kegiatan lain selain pengujian

Lebih terperinci

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional BSN PEDOMAN 401-2000 Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Adopsi dari ISO/IEC Guide 65 : 1996 Prakata ISO (Organisasi Internasional untuk Standardisasi) dan IEC (Komisi

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN KLIEN DAN PENGGUNAAN TANDA SERTIFIKASI

HAK DAN KEWAJIBAN KLIEN DAN PENGGUNAAN TANDA SERTIFIKASI Hal. 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini menjelaskan hak dan kewajiban Klien yang telah memperoleh sertifikat kesesuaian sistem manajemen dari LSS-BBIA dan ketentuan yang berhubungan dengan penggunaan

Lebih terperinci

LAMP03-PM12 Ketentuan & Syarat Sertifikasi rev dari 5

LAMP03-PM12 Ketentuan & Syarat Sertifikasi rev dari 5 1. Pengantar Skema Aturan ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan dari Anggota Badan Akreditasi Nasional IAF di bawah Skema Sertifikasi Terakreditasi. PT. Global Certification Indonesia, selanjutnya

Lebih terperinci

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 800-2004 Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional KATA PENGANTAR Pedoman ini diperuntukkan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penerapan Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JENJANG KOMPETENSI OPERATOR 2018

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JENJANG KOMPETENSI OPERATOR 2018 X SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORASI GEOGRAFIS OPERATOR 1. Latar Belakang 1.1. Undang-undang Nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial mengamanatkan bahwa informasi

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI TENAGA PROFESIONAL DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI TENAGA PROFESIONAL DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI TENAGA PROFESIONAL DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S.) BAGIAN 143 SERTIFIKASI DAN PERSYARATAN PENGOPERASIAN BAGI PENYELENGGARA PELATIHAN PELAYANAN LALU LINTAS PENERBANGAN

Lebih terperinci

Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL)

Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL) DPLS 13 Rev. 0 Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL) Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti,

Lebih terperinci

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum Lampiran 1. Gap analisis standar Pedoman BSN 1001:1999 terhadap ISO 17021:2006 dan ISO 22003:2007. ISO/IEC 17021 : 2006 ISO/IEC 22003:2007 Pedoman BSN 1001-1999 5 Persyaratan Umum 5 Persyaratan Umum 5.1

Lebih terperinci

4.12 SYARAT DAN KONDISI YANG MENGATUR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

4.12 SYARAT DAN KONDISI YANG MENGATUR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 4.12 SRAT DAN KONDISI NG MENGATUR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU 1. Syarat dan Kondisi ini mengatur Skema Verifikasi Legalitas Kayu (selanjutnya disebut sebagai Skema ) yang diselenggarakan oleh TROPICAL RAINFOREST

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU LSPro-BBIA

PROSEDUR MUTU LSPro-BBIA Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini menguraikan tanggung jawab dan metode yang digunakan sehubungan dengan: Hak dan kewajiban pelanggan yang telah memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda

Lebih terperinci

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang No. 1510, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Alat Konversi BBG. Skema Sertifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI ALAT KONVERSI BAHAN

Lebih terperinci

PROSES SERTIFIKASI Hal. 1 dari 8

PROSES SERTIFIKASI Hal. 1 dari 8 PROSES SERTIFIKASI Hal. 1 dari 8 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini merinci tahapan proses sertifikasi Sistem Manajemen Klien mencakup pemberian, pemeliharaan, perluasan, pengurangan, penagguhan, pencabutan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL ASSOCIATE SISTEM PLAMBING & ADVANCED ASSOCIATE SISTEM PLAMBING

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL ASSOCIATE SISTEM PLAMBING & ADVANCED ASSOCIATE SISTEM PLAMBING Approved by RD Page 1 of 5 I. STANDAR ACUAN PT IAPMO Group Indonesia menggunakan beberapa acuan untuk mengembangkan menetapkan skema sertifikasi personel, di mana standar acuan tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PEDOMAN KAN 402-2007 PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN 401-2000 : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK" Komite Akreditasi Nasional Adopsi dari IAF-GD5-2006 Issue 2 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi Skema sertifikasi Kompetensi Manajer Energi merupakan skema sertifikasi yang dikembangkan

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (LSSMBTPH)

LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (LSSMBTPH) LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (LSSMBTPH) DASAR HUKUM PEMBENTUKAN : Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1100.1/Kpts/KP.150/ 10/1999 Tahun 1999 jo Nomor : 361/Kpts/

Lebih terperinci

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi Skema sertifikasi Kompetensi Auditor Energi merupakan skema sertifikasi yang dikembangkan

Lebih terperinci

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNISI PEMBESARAN UDANG

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNISI PEMBESARAN UDANG KOMPETENSI Disusun atas dasar permintaan otoritas kompeten bidang budidaya perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dan Lembaga Sertifikasi Profesi Akuakultur Indonesia untuk membangun, memelihara

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT & ADVANCED SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT & ADVANCED SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT Approved by RD Page 1 of 6 I. STANDAR ACUAN PT IAPMO Group Indonesia menggunakan beberapa acuan untuk mengembangkan menetapkan skema sertifikasi personel, di mana standar acuan tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK Lampiran 3.3. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2014 Tanggal : 14 Juli 2014 Tentang : Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Lebih terperinci

Meliputi penerimaan survailen, resertifikasi & perluasan lingkup audit.

Meliputi penerimaan survailen, resertifikasi & perluasan lingkup audit. 1. Tujuan Prosedur ini digunakan sebagai acuan untuk mengatur aktivitas yang berkaitan dengan Survailen, Resertifikasi & Perluasan Lingkup PT Sertifikasi Mutu Indonesia. 2. Ruang lingkup Meliputi penerimaan

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk PSN 305-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi... i

Lebih terperinci

PERJANJIAN LISENSI PENGGUNAAN TANDA SNI No. : /ABI-Pro/X/2014

PERJANJIAN LISENSI PENGGUNAAN TANDA SNI No. : /ABI-Pro/X/2014 PERJANJIAN LISENSI PENGGUNAAN TANDA SNI No. : /ABI-Pro/X/2014 Agro-Based Industry Product Certification (ABI-Pro), beralamat di Jalan Juanda 11, yang selanjutnya disebut sebagai ABI-Pro, dengan ini memberikan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN & ADVANCED SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN & ADVANCED SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN Approved by RD Page 1 of 6 I. STANDAR ACUAN PT IAPMO Group Indonesia menggunakan beberapa acuan untuk mengembangkan menetapkan skema sertifikasi personel, di mana standar acuan tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

KODE PRAKTEK PANDI-DNP/ Versi 1.0. Dikeluarkan tanggal 1 Maret Pengelola Nama Domain Internet Indonesia

KODE PRAKTEK PANDI-DNP/ Versi 1.0. Dikeluarkan tanggal 1 Maret Pengelola Nama Domain Internet Indonesia KODE PRAKTEK PANDI-DNP/2012-003 Versi 1.0 Dikeluarkan tanggal 1 Maret 2012 Pengelola Nama Domain Internet Indonesia Gedung Arthaloka LT. 11 Jln. Jend. Sudirman Kav. 2 Jakarta Pusat 10220, Indonesia. www.pandi.or.id

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2 2017 LSP DOMPET DHUAFA SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2 Disusun berdasarkan SKKNI tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional

Lebih terperinci

2015, No Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4370); 4. Perat

2015, No Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4370); 4. Perat BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1923, 2015 BAPETEN. Labotarium. Dosimetri Eksterna. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LABORATORIUM DOSIMETRI EKSTERNA

Lebih terperinci

PT MUTUAGUNG LESTARI

PT MUTUAGUNG LESTARI 1. PENDAHULUAN LS PRO PT Mutuagung Lestari telah ditunjuk oleh Komite Akreditasi untuk melaksanakan audit sistem sertifikasi produk 2. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pelaksanaan sistem sertifikasi produk

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN, PERLUASAN, PENGURANGAN, PENANGGUHAN/PEMBEKUAN, DAN / ATAU PENCABUTAN/ PEMBATALAN SERTIFIKAT (SISTEM SMKP/ISO 22000)

PEMELIHARAAN, PERLUASAN, PENGURANGAN, PENANGGUHAN/PEMBEKUAN, DAN / ATAU PENCABUTAN/ PEMBATALAN SERTIFIKAT (SISTEM SMKP/ISO 22000) PEMELIHARAAN, PERLUASAN, PENGURANGAN, PENANGGUHAN/PEMBEKUAN, DAN / ATAU PENCABUTAN/ PEMBATALAN SERTIFIKAT (SISTEM SMKP/ISO 22000) 6.1 Pemeliharaan Sertifikat 6.1.1 Pemeliharaan Sertifikat meliputi kegiatan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SUPLAI AIR & ADVANCED SPESIALIS SUPLAI AIR

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SUPLAI AIR & ADVANCED SPESIALIS SUPLAI AIR Approved by RD Page 1 of 6 I. STANDAR ACUAN PT IAPMO Group Indonesia menggunakan beberapa acuan untuk mengembangkan menetapkan skema sertifikasi personel, di mana standar acuan tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN NOMOR: P.15/VI-BPPHH/2014 TENTANG MEKANISME PENETAPAN LEMBAGA VERIFIKASI

Lebih terperinci

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Departemen Keuangan RI Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Panitia Antar Departemen Penyusunan Rancangan Undang-undang Akuntan Publik Gedung A Lantai 7 Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710 Telepon:

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LABORATORIUM DOSIMETRI EKSTERNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LABORATORIUM DOSIMETRI EKSTERNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LABORATORIUM DOSIMETRI EKSTERNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI PSN 306-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI Badan Standardisasi Nasional PSN 306-2006 Daftar isi Daftar isi i Prakata

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU ABI-Pro

PROSEDUR MUTU ABI-Pro 1. RUANG LINGKUP Prosedur ini menguraikan tanggung jawab dan metode yang digunakan sehubungan dengan : Hak dan kewajiban pelanggan yang telah memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI)

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0027 TAHUN 2005 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0027 TAHUN 2005 TENTANG MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0027 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBUBUHAN TANDA SNI DAN TANDA KESELAMATAN Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 24 ayat

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA 1. DEFINISI 1.1. MUTU CERTIFICATION INTERNATIONAL (PT. MUTUAGUNG LESTARI) Adalah perusahaan jasa sertifikasi, beralamat di Jalan Raya Bogor Km. 33.5 Nomor

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MANADO (LSPro BARISTAND INDUSTRI MANADO)

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MANADO (LSPro BARISTAND INDUSTRI MANADO) LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MANADO (LSPro BARISTAND INDUSTRI MANADO) {xtypo_dropcap}l{/xtypo_dropcap}spro Baristand Industri Manado adalah Lembaga Sertifikasi yang

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) 2016 LSP ENERGI TERBARUKAN SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE Skema Sertifikasi Teknisi Pemasangan PLTS Tipe PJU dikembangkan oleh Komite Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional Komite Akreditasi PEDOMAN 12-2004 Penggunaan Logo Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk digunakan oleh Lembaga Sertifikasi, Lembaga Inspeksi dan Laboratorium yang telah diakreditasi oleh KAN Komite Akreditasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laboratorium Pengujian Mutu Menurut ISO/IEC Guide 2 1986 laboratorium adalah instansi/lembaga yang melaksanakan kalibrasi dan atau pengujian. Sementara Pengujian adalah kegiatan

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Halaman : 1 dari 5 1.0 Tujuan Sebagai petunjuk pelaksanaan proses penambahan, pengurangan, penangguhan dan pembatalan ruang lingkup sertifikat. 2.0 Ruang Lingkup Mencakup tanggung jawab dan metode yang

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Halaman : 1 dari 7 1.0 Tujuan Sebagai petunjuk pelaksanaan proses Sertifikasi Produk. 2.0 Ruang Lingkup Mencakup tata cara proses sertifikasi produk secara rinci, surveilen, resertifikasi dan perubahan

Lebih terperinci

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

Penerapan Skema Sertifikasi Produk Penerapan Skema Sertifikasi Produk Barang Rumah Tangga Lainnya dan Peralatan Komersiel (21.06) Daftar isi 1 Ruang lingkup 2 Acuan Normatif 3 Sistem sertifikasi 4 Definisi 5 Proses sertifikasi 6 Persyaratan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU LABORATORIUM PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 157). 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 51/PRT/M/2015 tentang Tata Cara Pemilihan Pengurus,

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM.

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM. an Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 157); 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI HOTEL..

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI HOTEL.. ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI HOTEL.. 1. PENDAHULUAN 1.1. LSUP PT. ENHAII MANDIRI 186 mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor akreditasi LSUP-015-IDN; 1.2. LSUP PT. ENHAII

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI DIREKTUR TINGKAT 1 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

SKEMA SERTIFIKASI DIREKTUR TINGKAT 1 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 2017 SKEMA SERTIFIKASI DIREKTUR TINGKAT 1 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Ditetapkan tanggal: 01 Juni 2017 Disahkan tanggal: 01 Juni 2017 Oleh: Oleh: Joko Suyanto Ketua Dewan Sertifikasi I Nyoman Yudiarsa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENGGUNAAN LISENSI, SERTIFIKAT PRODUK, DAN TANDA KESESUAIAN Nomor :.../PL/SDPPI/2016

PERJANJIAN PENGGUNAAN LISENSI, SERTIFIKAT PRODUK, DAN TANDA KESESUAIAN Nomor :.../PL/SDPPI/2016 FR-08/A1 PERJANJIAN PENGGUNAAN LISENSI, SERTIFIKAT PRODUK, DAN TANDA KESESUAIAN Nomor :.../PL/SDPPI/2016 Pada hari ini..., tanggal... bulan... tahun..., kami yang bertanda tangan di bawah ini: I. Nama

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pedoman ini diterbitkan oleh Sekretariat KNAPPP Alamat:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PERSYARATAN DAN MEKANISME SERTIFIKASI HAK ASASI MANUSIA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci