JURNAL ALIH FUNGSI PENGGUNAAN IRIGASI DI KENAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT OLEH : HENDRI SAPUTRA NIM. 11030145 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI STKIP PGRI SUMATERA BARAT 2015
TRANSFER FUNCTION USING OF IRRIGATION IN KOTO BARU SUB DISTRICK LUHAK NAN DUO DISTRICK WEST PASAMAN Hendri Saputra*, Bakaruddin**, Yuherman** *) Geography education student of STKIP PGRI West Sumatera **) Lecturer of geography education of STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACT This study aims to get the data in depth on Transfer Function Using Irrigation Koto Baru Sub Districk Luhan Nan Duo Districk West Pasaman. The research is a qualitative research informants are community leaders, farmers, people who use irrigation as a toilet, and people who have a business cages irrigation. Withdrawal informant purrposive sampling technique. collection techniques used in this research observation, interviews and documentation. The analysis technique used is the data reduction, decision making and verification. Based on the findings in the field and interviews, the results of this study are the following: factors that cause conversion of irrigation due to 1) Lack of agricultural land owned by the community in Kenagarian Koto Baru District of Luhak Nan Duo West Pasaman so dimanfaatka to venture fish cages that help the economy the community itself, 2) changes in wetland into dry land, in addition to the transfer function of irrigation communities that use irrigation as the MCK was disturbed and harmed because with the transfer function of irrigation became a place of business cages resulted in contamination of water which is dialiran irrigation, sedangan people who still have persawan also disturbed karan their cages dialiran result in smooth flow of irrigation water to the paddy them. While the use of irrigation after switching functions for the business community use cages and disposal of household waste.
ALIH FUNGSI PENGGUNAAN IRIGASI DI KANAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT Hendri Saputra*, Bakaruddin**, Yuherman** *) Mahasiswa Program Studi Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat **) Dosen Program Sudi Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data secara mendalam tentang Alih Fungsi Penggunaan Irigasi Di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat. Jenis penelitian ini adalah kualitatif, informan penelitian ini adalah tokoh masyarakat, petani, masyarakat yang menggunakan irigasi sebagai tempat MCK, dan masyarakat yang memiliki usaha keramba dialiran irigasi. Penarikan informan menggunakan teknik purrposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah reduksi data, pengambilan keputusan dan verifikasi. Berdasarkan hasil temuan dilapangan dan wawancara maka hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: faktor-faktor penyebab alih fungsi irigasi disebabkan 1) Kurangnya lahan pertanian yang dimiliki masyarakat di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat sehingga dimanfaatka untuk usaha keramba ikan yang membantu perekonomian masyrakat itu sendiri, 2) berubahnya lahan sawah menjadi lahan kering, selain itu dengan terjadinya alih fungsi irigasi masyarakat yang menggunakan irigasi sebagai tempat MCK merasa terganggu dan dirugikan karna dengan terjadinya alih fungsi irigasi menjadi tempat usaha keramba mengakibatkan tercemarnya air yang berada dialiran irigasi, sedangan masyarakat yang masih memiliki persawan juga merasa terganggu karan adanya keramba dialiran irigasi mengakibatkan tidak lancarnya aliran air kesawah mereka. Sedangkan penggunaan irigasi setelah beralih fungsi digunakan masyarakat untuk usaha keramba dan pembuangan limbah rumah tangga.
A. PENDAHULUAN Irigasi merupakan komponen penting bagi kegiatan pertanian di Indonesia yang sebagian besar berada di wilayah pedesaan. Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian dengan makanan pokoknya beras, sagu, dan ubi hasil produksi pertanian. Kebijakan pemerintah dalam pembangunan sangat diperlukan untuk mendukung sektor tersebut antara lain tentang pengelolaan sistem irigasi di tingkat usaha tani telah ditetapkan dalam 2 (dua) landasan hukum yaitu UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. Kedua landasan hukum tersebut, ditekankan bahwa pengelolaan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air (P3A). Artinya, segala tanggung jawab pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di tingkat tersier menjadi tanggung jawab lembaga perkumpulan petani pemakai air. Jaringan irigasi yang diabaikan, menyebabkan prasarana yang sudah terbangun tidak dapat berfungsi sesuai yang direncanakan dan jaringan irigasi rusak sebelum waktunya bangunan sehingga diperlukan biaya rehabilitasi jaringan irigasi yang besar. Mengingat pentingnya sarana irigasi bagi pengembangan pertanian maka peranan pemerintah sangat diharapkan dalam rangka mendukung program penyediaan air khususnya dan revitalisasi pertanian pada umumnya. Berbeda halnya dengan irigasi yang terdapat di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat. Dahulunya irigasi ini dimanfaatkan untuk mengairi sawah-sawah dan untuk meningkatkan kualitas hasil panen sawah. Setelah beralih fungsinya lahan pertanian menjadi perkebunan sawit irigasi yang terdapat di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat, irigasi yang terdapat di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat juga beralih fungsi menjadi tempat keramba ikan milik warga di sekitar irigasi. Dengan adanya pengalih fungsi irigasi ini banyak sekali mengalami perubahan pemanfaatanya, air irigasi yang dulu bisa dimanfaatkan untuk MCK tetapi setelah peralihan fungsi ini air yang awalnya bersih sekarang sudah mulai tercemar karena adanya keramba milik masyarakat yang kurang peduli terhadap kebersihan dari aliran irigasi tersebut. Dengan adanya keramba di dalam aliran irigasi ini akan mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih, karena bermacam-macam bakteri yang ditimbulkan oleh keramba-keramba tersebut, dan juga bisa menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang masih menjadikan irigasi ini sebagai tempat mereka mandi, mencuci dan hal-hal lainnya. Kurangnya perhatian dari pemerintah di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat ini yang membuat masyarakat yang memanfaatkan irigasi ini sebagai tempat keramba kurang memperhatikan kebersihan irigasi ini. Dengan adanya keramba didalam aliran irigasi, masyarakat tidak bisa memenfaatkan air bersih yang ada dalam aliran irigasi ini, hal ini karena air ini telah tercemar akibat keberadaan keramba milik masyarakat itu sendiri. Dengan adanya hal ini lah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Alih Fungsi Penggunaan Irigasi Di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat. B. DASAR TEORI Menurut Kodoatie, dkk (2008:163) Pengembangan dan pengelolaan irigasi merupakan salah satu wujud dari
pengelolaan sumber daya air terpadu sesuai dengan amanat dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Menurut Widiatmaka. (2007: 78) Lahan untuk irigasi memerlukan syaratsyarat yang berbeda dengan lahan tantpa irigasi, sehingga perlu disusun kriteriakriteria khusus untuk tujuan ini. Di bawah ini dikemukakan kriteria-kriteria yang dikemukakan oleh Arsyad (1972), yang banyak digunakan dalam survei tanah untuk irigasi oleh institut pertanian bogor. Kesesuaian lahan untuk irigasi ( land clasification for irrigation) terutama bertujuan untuk menetapkan penggunaan tanah dan air secara tepat, meliputi perencanaan (design) sistem jaringan irigasi dan drainase, luas usaha tani, kebutuhan air untuk irigasi, dan untuk menentukan ongkos-ongkos pembayaran kembali kredit serta operasi dan pemelihara. Air merupakan substansi yang paling melimpah dipermukaan bumi, merupakan komponen utama bagi semua makhluk hidup, dan merupakan kekuatan utama yang secara konstan membentuk permukaan bumi. Air juga merupakan faktor penentu dalam pengaturan iklim di permukaan bumi untuk kebutuhan hidup manusia (Indarto, 2010: 3). Aplikasi hidrologi dapat dijumpai dalam hampir sebagian besar permasalahan air di dalam Daerah Aliran Sungai (DAS). Fungsi praktis dari hidrologi adalah untuk membantu menganalisis terhadap permasalahan yang ada dan memberikan kontribusi terhadap perencanaan dan manajemen sumber daya air (Chow, 1988 dalam Indarto, 2010: 4). Alih fungsi dapat diartikan sebagai perubahan fungsi. Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut konversi lahan adalah perubahan fungsi sebahagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. (Utomo,et al, 2009). Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini bermaksud untuk mencari informasi sebanyak mungkin melalui informasi dan pengamatan langsung di lapangan. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat. Alasan utama peneliti memilih lokasi penelitian di Kenagarian Koto Baru karena pada daerah ini masyarakat menggunakan serta memanfaatkan irigasi. Subjek penelitian adalah masyarakat yang berada di Kanagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian Moleong (dalam Ridwan 2010: 132). Dalam hal ini adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk keperluan informasi agar memberikan keterangan data yang diperlukan peneliti. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dan hasil temuan dilapangan, maka hasil tersebut dibahas lebeih lanjut dalam uraian ini. Pertama: Keadaan irigasi sekarang ini sudah jauh berbeda dibandingkan sebelum beralih fungasi, dahulu sebelum beralih fungsinya irigasi masyrakat dapat menggunakan irigasi sebagai tempat MCK tetapi setelah beralih fungsi masyarakat
enggan menggunakannya karena air yang ada dialiran irigasi telah tercemar disebabkan adanya keramba milik warga disekitar irigasi itu sendiri, namun walaupun demikian masyarakat masih ada yang menggunakan irigasi dikarenakan tidak adanya kamar mandi dirumah mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie (2008) pengembangan dan pengelolaan irigasi merupakan salah satu wujud dari pengelolaan sumber daya air terpadu sesuai dengan amanat dalam Undang- undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air. Faktor-faktor yang menebabkan terjadinya alih fungsi irigasi adalah kurangnya lahan pertanian milik masyrakat dan perubahan lahan basah menjadi lahan kering seperti kelapa sawit, jagung dll. Hal demikian yang menyebabkan terjadinya alih fungsi penggunaan irigasi menjadi tempat usaha keramba yang membantu perekonomian masyarak. Penyebab terjadinya alih fungsi irigasi dikarenakan telah berkurangnya lahan pertanian, sehinggan masyrakat membuat keramba di aliran irigasi yang mengakibatkan tercemarnya air karena kotoran dan makanan ikan yang ada dalam keramba masyarakat itu sendiri, namun masyarakat merasa dengan terjadinya alih fungsi irigasi dapat membantu perekonomian mereka dan memenuhi kebutuhan keluarga karna hasil dari usaha keramba sangat mnguntungkan bagi mereka. Penggunaan irigasi setelah beralih fungsi sekarang ini sudah berkurang dikarenakan kotor dan berbaunya air yang disebabkan adanya keramba disekitar aliran irigasi, tapi bagaimana pun juga masyarakat yang tidak memiliki kamar mandi dirumah mereka tetap menggunakan irigasi tersebut untuk kebutuhan hidup seperi mencuci pakaian, membersihkan piring dan juga mandi tanpa menghiraukan penyakit dari tercemarnya air yang berada diirigasi. Sebelum beralih fungsinya irigasi masyarakat menggunakan irigasi ini untuk kebutuhan sehari-hari sedangakn petani menggunakan irigasi untuk keperluan sawah yang menunjang hasil panen mereka, namun seiringnya waktu masyrakat menggunakan irigasi sebagai tempat usaha keramba yang mengakibatkan semakin kecil aliran air irigasi ke persawahan sehingga petani merasa terganggu dengan beralih fungsinya irigasi menjadi tempat keramba. Keramba yang dijadikan usaha setelah beralih fungsi irigasi karna keuntungannya yang besar dan cara kerjanya pun tidak terlalu sulit sehingga masyarakat tertarik menggunakan irigasi sebagai tempat usaha keramba yang membantu perekonomian mereka menjadi lebih baik, selain itu usaha yang bisa dilakukan pada irigasi itupun hanya bisa keramba ikan dan tidak ada usaha lain yang bisa menghasilkan selain keramba itu sendiri. Keadaan irigasi setelah beralih fungasi mengakibatkan tercemarnya air yang ada di aliran irigasi itu sendiri disebabkan usaha keramba ikan milik warga, sikap kurang memperhatiakan kebersiahn irigasi pun mulai luntur dari diri masyarakt melihat tidak terjaganya kebersihan dan pemanfaatan dari irigasi. Perilaku demikian sebenarnya harus dihilangan dari diri masyarakt karena hal demikian akan merugikan masyarakat itu sendiri. Kedua: Semenjak terjadinya pengalihan fungsi irigasi, yang dahulu digunakan masyarakat sekitar aliran irigasi sebagai tempat mandi dan mencuci serta menjadikan aliran irigasi sebagai sumber air untuk sawah mereka, namun saat sekarang irigasi telah berubah menjadi tempat usaha keramba milik warga yang menyebabkan banyak dampak bagi masyarakat yang menggunakan irigasi sebagai kebutuhan sehari- hari. Dari beberapa temuan dalam penelitian masyarakat sekarang sudah tidak
bisa lagi menggunakan air di aliran irigasi tersebut kecuali hanya untuk irigasi, dan para petani sudah mulai kesusahan mencari sumber air untuk mengairi sawah yang mereka miliki. Bahkan mereka mencari sumber air yang lain demi mengairi sawah mereka dan ada sebagian petani terpaksa mengalihkan fungsi sawah mereka menjadi ladang jagung dan ladang sawit. Beralih fungsi irigasi menjadi tempat keramba membuat masyarakat sekitar terganggu karena kurangnya perhatian pemilik keramba untuk menjaga kebersihan dari keramba tersebut. Pada umumnya aliran irigasi sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi karena masyarakat sekitar takut akan penyakit yang ditimbulkan oleh kotorankotoran sisa dari makanan ikan yang terbawa aliran air irigasi itu sendiri. Penggunaan irigasi setelah beralih fungsi digunakan masyarakat untuk usaha keramba demi meningkatkan perekonomian menjadi lebih baik, namun dengan demikian ada yang dirugiakan seperti masyarakat yang menggunakan irigasi sebagai tempat MCK sekarang merasa terganggu dengan adanya keramba dialiran irigasi tersebut yang menyebabkan tercemarnya air yang ada diirigasi, selain itu masyarakat yang menggunakan irigasi sebagai pertanian juga merasa hal yang sama. Keramba yang ada dialiran irigasi menimbulkan lebih banyak dampak negatif dari pada dampak positifnya. Penggunaan irigasi setelah beralih fungsi juga digunakan masyarakat untuk pembuang limbah rumah tangga dikarenakan tidak adanya lahan tempat pembuatan sepiteng disekitar rumah masyarakat sehingga masyarak menjadikan irigasi sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga yang menyebabkan bertambah tercemarnya air yang berada dialiran irigasi. Air merupakan substansi yang paling melimpah dipermukaan bumi, merupakan komponen utama bagi semua makhluk hidup, dan merupakan kekuatan utama yang secara konstan membentuk permukaan bumi. Air juga merupakan faktor penentu dalam pengaturan iklim di permukaan bumi untuk kebutuhan hidup manusia (Indarto, 2010 ). Ketiga: Dampak dari penggunaan irigasi banyak dirasakan petani dan masyarakt yang mnggunakan irigasi sebagai tempat MCK, Dengan terjadinya alih fungsi irigasi masyrakat yang menggunakan irigasi sebagai tempat MCK merasa terganggu dengan adanya keramba disekitar aliran irigasi yang mengakibatkan pencemaran pada air yang mengalir di irigasi tersebut, selain itu masyarakat yang menggunakan irigasi sebagai usaha pertanian merasa terganggu dengan adanya keramba di aliran irigasi karna pemilik keramba menghambat aliran irigasi kepersawahan masyarat, dengan demikian mempengaruhi hasil panen petani dan mengakibatkan terjadinya pengalih fungsian lahan basah menjadi lahan kering. Lebih banyak dampak negatif yang ditimbulkan akibat alih fungsi penggunaan irigasi dari pada dampak positifnya, dampak negatif dirasakan oleh petani dan masyrakat yang menggunakan irigasi sebagai tempat MCK, sedangkan dampak positif hanya dirasakan pemilik usaha keramba saja karna dengan usaha keramba trsebut bisa membantu perekonomian meraka menjadi lebih baik, namun dengan demikian diharapkan kepada pemerintah daerah dapat mengondisikan irigasi di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat bisa menjadi lebih baiak dan bisa dimanfaatkan segala pihak dalam penggunaan irigasi. E. SIMPULAN 1. Faktor-faktor penyebab alih fungsi penggunaan irigasi di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat karena
kurangnya lahan pertanian sehingga masyarakat memanfaatkan irigasi sebagai tempat usaha keramba. 2. Penggunaan irigasi setelah beralih fungsi di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat bayak digunakan masyarakat untuk usaha keramba yang membantu perekonomian. 3. Dampak penggunaan irigasi setelah beralih fungsi di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat beralih fungsinya lahan basah menjadi lahan kering, turunnya hasil panen petani akibat alih fungsi irigasi, berkurangnya masyarakat menggunakan irigasi sebagai tempat MCK. DAFTAR PUSTAKA Achmad, Mahmud. 2011. Hidrologi Teknik. Makasar. Universitas Hasanuddin. Asdak, 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yoyakarta: Gadjah Mada Universiti Press. Kantor Walinagari Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat. 2015. Peraturan Pemerintah No 20. 2006, Subtansi-subtansi Yang Perlu Diperhatikan Dalam Irigasi Pramudya, Sunu. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan 15014001. Jakarta: Gramedia Robert dkk.2008.pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yoyakarta: C.V Andi. Siswanto. 2006. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Surabaya: UPN Press. Undang-Undang No. 7. 2004, Sumber Daya Air.