TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman

VI.SISTEM PRODUKSI BENIH

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. dan tajam. bentuk daunnya menyirip, tersusun rozet pada ujung batang (Hartono,

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

I. PENDAHULUAN. dibangun di Tanah Itam Ulu Sumatera Utara. Pada tahun 1977 Pabrik. Oleokimia pertama dibangun di Tanggerang dan pola PIR pertama

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sektor agribisnis kelapa sawit (elais guineensis jacq) di Indonesia tercatat memiliki

III.Fisiologi Benih Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

TINJAUAN PUSTAKA. m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Afrika Barat.

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

HASIL PELAKSA AA KEGIATA MAGA G

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan penjualan produk atau jasa yang diproduksi.

I. PENDAHULUAN. Sektor Agribisnis Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia tercatat memiliki

MANAJEMEN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PADANG HALABAN PT SMART Tbk, SUMATERA UTARA

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani kelapa sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. Helmi Dkk

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa Sawit. Deskripsi Tumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LABORATORIUM BIAK SEL DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN BIOINDUSTRI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEMBAHASAN. Produksi Serbuk Sari. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Produksi Serbuk Sari. Progeni Nigeria Ghana Ekona Avros Dami Yangambi

TINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus, adapun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. melanococca. Kemudian digolongkan berdasarkan tebal tipisnya cangkang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum. Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani kelapa sawit adalah divisio Spermatophyta, dengan

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, Mei 2011

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak 1. Pemanfaatan dan penggunaan produk yang berba

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit dalam sistematika diklasifikasikan dalam Ordo

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

Transkripsi:

4 TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Menurut Pahan (2008) bahwa tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Family : Aracaceae (dahulu disebut Palmae) Subfamily : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : 1. E. guineensis Jacq 2. E. oleifera (H.B.K) Cortes 3. E. odora. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berkembangbiak secara generatif dengan menggunakan biji, tetapi tanaman ini juga bisa dikembangbiakkan dengan kultur jaringan. Risza (1994) menyatakan bahwa bunga jantan ataupun bunga betina keluar pada ketiak pelepah daun. Satu tandan bunga jantan terdiri dari ± 200 spikelet dan satu spikelet terdapat 700-1000 bunga jantan. Satu tandan bunga jantan dapat dihasilkan sekitar ± 50 g tepung sari. Di lain pihak, bunga betina dalam satu tandan juga dapat mencapai 200 spikelet. Tetapi dalam satu spikelet hanya terdapat ± 20 bunga betina, dan dalam satu tandan bunga betina terdapat ± 3000 bunga betina. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar dengan dasar tangkai daun utama menempel di sekeliling ujung batang dan membentuk pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5-9 m. Jumlah anak daun dari setiap pelepahnya mencapai 250-400 helai. Pembungaan kelapa sawit disebut monocious karena bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon.

5 Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang membutuhkan waktu ± 6 bulan. Pada bunga betina dalam satu tandan dewasa dapat dihasilkan sekitar 2000 buah. Buah kelapa sawit termasuk buah batu yang terdiri dari tiga bagian (Gambar 1), yaitu : 1. Lapisan luar (Epicarpium) disebut kulit luar. 2. Lapisan tengah (Mesocarpium) disebut daging buah, mengandung minyak sawit (CPO = Crude Palm Oil). 3. Lapisan dalam (Endocarpium) disebut inti, mengandung minyak inti (PKO = Palm Kernel Oil). Kernel Endocarpium Mesocarpium Eksocarpium Gambar 1. Bagian Buah Kelapa Sawit Dalam biji kelapa sawit (kernel) terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1. Kulit biji (Spermodermis) disebut cangkang (sheel). 2. Tali pusat (Funiculus). 3. Inti biji ( ucleus seminis). Diantara inti dan daging buah terdapat lapisan lempung (cangkang) yang keras. Di dalam inti inilah terdapat lembaga atau embrio yang merupakan calon tanaman baru (Risza, 1994). Lubis (1992) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit dewasa memiliki 8000 10 000 akar primer, yang panjangnya 15-20 m dari dasar batang dengan diameter 4-10 mm. Akar sekunder akan tumbuh setelah akar primer dengan panjang sekitar 150 cm berdiameter 2-4 mm, yang sebagian besar tumbuh mengarah kepermukaan tanah. Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium dan tidak bercabang. Pertumbuhan batang kelapa sawit tidak terbatas selama masa

6 hidupnya, tetapi menurut pertimbangan ekonomisnya berumur 25-35 tahun atau mencapai ketinggian 10-11 m. Tipe Tanaman Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan tebal tipisnya cangkang, yaitu dura, pisifera, dan tenera (Gambar 2). Gambar 2. Tipe Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tebal Tipisnya Cangkang 1. Tipe Dura Tipe ini memiliki ciri-ciri daging buah (mesokarp) tipis, cangkang (endokarp) tebal (2-8 mm), inti (endosperm) besar, dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah 35-60 % dengan rendemen minyak 17-18 %. 2. Tipe Pisifera Tipe ini memiliki ciri-ciri daging buahnya tebal, tidak mempunyai cangkang, tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Intinya kecil sekali bila dibandingkan dengan tipe dura ataupun tenera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya tinggi dan kandungan minyaknya tinggi. Bunga kelapa sawit tipe pisifera biasanya steril. Kelapa sawit tipe ini hanya dipakai sebagai "pohon bapak" dalam persilangan dengan tipe dura. 3. Tipe Tenera Tipe ini merupakan hasil persilangan antara tipe dura dan pisifera. Sifat tipe tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini mempunyai tebal cangkang 0.5-4 mm, mempunyai cincin serabut walaupun tidak

7 sebanyak seperti pisifera, sedangkan intinya kecil. Perbandingan daging buah terhadap buah 60-90 % dan rendemen 22-24 %. Lubis (1992) menyatakan bahwa tebal cangkang dan persen daging per buah merupakan faktor homozigot yang kuat diturunkan. Jika varietas-varietas dikawinkan maka akan terdapat pemisahan segregasi sebagai berikut : dura x dura 100 % dura dura x pisifera 100 % tenera dura x tenera 50 % dura + 50 % tenera tenera x pisifera 50 % tenera + 50 % pisifera tenera x tenera 25 % dura + 50 % tenera + 25 % pisifera Bahan tanaman kelapa sawit yang umum digunakan di perkebunan komersial merupakan benih hasil penyerbukan buatan antara pohon induk dura (D) dengan pisifera (P). Berkaitan dengan tingkat produktivitas minyak, kelapa sawit tipe tenera memiliki proporsi kandungan minyak di dalam mesokarp 30 % lebih tinggi dibandingkan dengan tipe dura. Hal ini dapat dipahami kerena persentase mesokarp per buah tipe tenera lebih tinggi dibandingkan dengan tipe dura, dan memiliki sifat heterosis (hybrid vigor) hasil persilangan dura x pisifera. Lain halnya dengan kelapa sawit tipe pisifera, meskipun persentase mesokarp per buahnya sangat tinggi, tetapi karena sebagian besar memiliki sifat mandul betina (female steril), kelapa sawit tipe ini tidak digunakan sebagai bahan tanaman. Selain benih, bahan tanaman kelapa sawit juga dapat diperoleh dari hasil perbanyakan secara vegetatif melalui metode kultur jaringan, dan dikenal sebagai klon kelapa sawit (PPKS, 2006). Pembungkusan Bunga Tandan bunga betina yang berada pada ketiak pelepah daun mulai muncul 1 bulan sebelum anthesis. Jenis kelamin baru dapat dilihat jelas ketika seludang telah pecah. Tandan bunga jantan biasanya lebih ramping dan memanjang sedang yang betina lebih pendek dan gemuk (Lubis, 1992). Pembungkusan dilakukan sebelum bunga kembang yaitu ujung spatha atau seludang masih tertutup atau sedikit pecah dan bunga dalam spatha masih putih dan bulat (Lubis, 1992). Bunga yang telah siap untuk dibungkus terlebih dahulu

8 dibersihkan dari seludang dan kotoran untuk menghindari adanya serangga yang tertinggal. Pembungkusan dilakukan untuk menjaga kemurnian benih. Pembungkusan dilakukan 10-15 hari sebelum bunga anthesis. Tandan bunga yang dibungkus diperiksa setelah 7 hari untuk mengetahui apakah bungkusannya tetap baik dan mengetahui kapan anthesisnya (Lubis, 1992). Penyerbukan Anthesis bunga ditandai dengan adanya bunga yang mekar pada spikelet dimana kepala putik berwarna putih-krem, sudah merekah dan memiliki cairan putih kekuningan. Penyerbukan dilakukan bila 60% dari bunga sudah anthesis, sedangkan sisanya 1-2 hari kemudian akan menyusul. Bunga yang anthesis 10 hari setelah dibungkus umumnya tidak diserbuk karena khawatir sebelum pembungkusan ada yang terbawa tepung sari (Lubis, 1992). Bungkus dibuka setelah 15 hari setelah penyerbukan. Bunga yang busuk, pembungkus yang berlubang tidak boleh diteruskan dimana label diambil dan tidak dipergunakan untuk bibit. Tandan yang digunakan hanya tandan bunga yang pembungkusnya baik saja. Tandan yang telah dibuka bungkusnya diberi label diantara spikelet sebagai identitas. Bunga yang baik belum tentu akan selamat sampai buah matang. Kegagalan dapat terjadi karena luka yang terjadi pada tangkai tandan (stalk) waktu pembungkusan, tepung sari yang dipakai daya tumbuhnya rendah, gangguan hama seperti tikus, tupai dan lain-lain (Lubis, 1992). Panen Tandan Benih Tandan sudah dapat dipanen sekitar 160-165 hari setelah penyerbukan. Kriteria panen yang dipakai adalah bila telah terdapat minimal satu buah telah lepas dari spikeletnya (brondolan). Apabila panen ditunggu lebih lama maka biji yang akan dipakai sebagai benih akan berkurang jumlahnya. Tandan yang akan dipanen dapat diperiksa dari buku penyerbukan sehingga petugas kebun dapat dengan cepat mengetahui mana tandan yang akan dipanen. Label yang terdapat pada tandan harus diperiksa kebenarannya dan perlu disesuaikan dengan buku penyerbukan. Tandan yang tidak memiliki label diafkir. Brondolan yang lepas

9 ketika tandan jatuh dikumpulkan dalam plastik diberi label kertas yang mencantumkan jumlahnya dan nomor penyerbuk. Brondolan tersebut dimasukkan ke dalam kantongan pembungkus tandan untuk dikirim ke kantor. Keberhasilan tandan sampai matang panen tergantung dari perlakuan yang diberikan, selain kemungkinan gangguan iklim atau hama. Kegagalan tandan dapat terjadi karena : - Tandan membusuk karena adanya pelukaan pada pangkal tangkai tandan sewaktu pembungkusan. - Tandan mengecil atau gagal karena kegagalan proses pembuahan, yang dapat disebabkan karena tepung sari yang dipakai sudah rendah viabilitasnya atau mati sewaktu penyerbukan dilakukan. - Waktu penyerbukan tidak sesuai, terlalu cepat atau terlambat. - Gangguan hama seperti, tupai, Tirathaba sp. atau penyakit Marasmius sp. (Lubis, 1993). Perbanyakan Kultur Jaringan Perbanyakan bahan tanaman kelapa sawit melalui kultur jaringan telah dirintis oleh Robechault, Smith, Jones, dan Stracky pada tahun 1970. Pada tahun 1974 Unilever telah berhasil menumbuhkan tanaman kelapa sawit dari kalus dan kemudian Robechault dan Martin pada tahun 1976 telah berhasil menumbuhkan tanaman kelapa sawit dari daun. Penemuan ini dianggap suatu revolusi dibidang perbanyakan tanaman kelapa sawit karena dianggap tidak mungkin kelapa sawit diperbanyak secara vegetatif. Dengan metode ini akan terbuka peluang menghasilkan tanaman haploid dari tepung sari melalui kultur tepung sari, penggabungan sel (fusi) dan tujuan lainnya yang sudah umum diketahui seperti: - Perbanyakan tanaman yang terkawal dan terpilih, seperti berproduksi baik, toleran terhadap penyakit, berbatang pendek, dan memiliki sifat sekunder tanaman lainnya yang baik. - Dapat memperbanyak pisifera yang infertile. - Dapat memperbanyak Elaeis melanococca yang selama ini daya kecambah bijinya kurang.

10 Perbanyakan kelapa sawit melalui kultur jaringan mampu meningkatkan produksi mencapai 25-30%, mengingat variasi produksi antar tanaman cukup tinggi yang dapat mencapai antara 60-100% dari produksi rata-rata. Produk komersil 5-6 ton minyak seperti sekarang akan dapat ditingkatkan menjadi 7-9 ton per/ha/tahun. Hal ini didasarkan bahwa tanaman yang dipilih untuk eksplan adalah tanaman tenera yang terbaik dari kebun penguji yang secara individual berproduksi 9-11 ton minyak/ ha. Pada kebun penguji di Marihat tidak jarang ditemukan produksi per pohon/ tahun yang mencapai 320 kg tandan segar. Di Indonesia, Pusat Penelitian Marihat telah merintis Laboratorium Kultur Jaringan sejak tahun 1980 dan pada tahun 1985 telah berdiri dengan memanfaatkan ORSTOM/ IRHO. Produksi perdana tanaman kelapa sawit melalui kultur jaringan dimulai pada tahun 1986 dan telah ditanam di lapangan pada tahun 1987 di beberapa lokasi seperti Sumatera Utara, Aceh, Riau, Bengkulu, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat dan lain-lain. Lubis (1992) menyatakan bahwa hasil uji coba yang telah memasuki tahun produksi kedua dari penanaman perdana menunjukkan hasil sebagai berikut : - Masa belum menghasilkan dapat lebih cepat yaitu 24 bulan dibandingkan dengan tanaman konvensional 30-32 bulan. - Jumlah tandan lebih banyak 25-30%. - Berat tandan lebih tinggi 20-30%. - Pertumbuhan tanaman lebih seragam. - Pembungaan normal, dan sex ratio pada beberapa klon dapat mencapai 90%. - Pada awal pembungaan menghasilkan bunga jantan dan andromorphic, sedang tanaman biasa menghasilkan bunga yang sama dan bunga betina. - Pada umur 22 bulan baik klon maupun tanaman asal biji memiliki sex ratio sama yaitu 75.8% dan 76.4%, tetapi pada klon masih dijumpai andromorphic. - Pada umur 30 bulan umur sex ratio dapat mencapai 100% sedang tanaman asal biji 81.3% tidak ada dijumpai lagi bunga abnormal. - Pada beberapa percobaan lainnya juga dijumpai hal yang sama dan belum pernah dijumpai bunga mantel.

11 Sumber Eksplan Pada kelapa sawit eksplan dapat berasal dari daun muda, ujung akar dan bunga (inflorescence). Sumber eksplan ini masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Eksplan dari daun muda mempunyai keunggulan yaitu dapat diperoleh dalam jumlah banyak (2000 s/d 3000 eksplan per ortet), eksplan relatif steril karena masih terbungkus oleh pelepah daun. Kelemahannya adalah merusak ortet dan pemulihannya membutuhkan waktu lama yaitu: 1.5-2 tahun. Eksplan dari bunga keunggulannya tidak terlalu merusak ortet, permukaannya steril karena masih terbungkus pelepah bunga. Kelemahan eksplan dari bunga adalah jumlah eksplan yang diperoleh sedikit (200 s/d 300 eksplan per tandan) dan induksi kalus membutuhkan waktu lama (1 tahun). Eksplan ujung akar keunggulannya tidak merusak ortet. Kelemahan eksplan ujung akar adalah kontaminasi mencapai 90-95% dan ada kemungkinan keliru dengan ortet yang terpilih karena akar tanaman simpang siur di dalam tanah (Ginting dan Fatmawati, 2003). Metode Kultur Jaringan Teknik yang digunakan PPKS dalam pengadaan bahan tanaman secara kultur jaringan adalah melalui embriogenesis somatik tidak langsung mengikuti prosedur CIRAD-CP Perancis (Lubis, 1992). Embrio somatik diperoleh dari jaringan (daun) yang susunannya seperti embrio yang berasal dari kalus. Dengan cara ini akan dihasilkan klon yang bersifat sama dengan tetuanya (true-to-type). Tahapan metode kultur jaringan tanaman kelapa sawit melalui embriogenesis somatik (tidak langsung) disajikan pada Tabel 1.

12 Tabel 1. Tahapan Metode Kultur Jaringan Tanaman Kelapa Sawit Fenomena Tahapan Waktu (bulan) Pembentukan Kalus Sumber jaringan (daun muda) Kallogenesis (induksi kalus) Embriogenesis (embrioid) - 3 1-4 Perbanyakan Multiplikasi (perbanyakan embrioid) Pembentukan daun Pembentukan akar (rhizogenesis) 2 4 2 2 Adaptasi Planlet Penyesuaian di luar (hardening) Pembibitan (prenursery) - 1 2