BAB VI PENUTUP adalah pada tahun 2009 proporsi untuk belanja operasi sebesar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

BAB VI PENUTUP. Langsung Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BAB VI PENUTUP. 1. Dari analisis pertumbuhan belanja daerah untuk tahun 2012, 2013, dan

BAB VI PENUTUP. 1. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kupang Ditinjau Dari Aktivitas

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KABUPATEN SUMBAWA SKRIPSI

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

BAB I PENDAHULUAN. pada potensi daerah dengan sumber daya yang berbeda-beda. Oleh karena itu,

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Rp ,00 yang merupakan hasil dari biaya-biaya yang

BAB VI PENETUP. 1. Hasil Analisis Rasio PAD, PT, LLPYS terhadap Total Pendapatan Daerah. besar terhadap pendapatan daerah adalah Pendapatan Tarnsfer

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI APBD

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

Daftar Referensi. Halim, Abdul Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN.

BAB IV PENUTUP. dibandingkan dengan basis akrual penuh di BPKAD Kota Madiun tahun. ini dibuktikan dengan adanya paket Undang-Undang Keuangan yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI PENUTUP. anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Provinsi Nusa Tenggara. Timur Tahun Anggaran , dapat diambil kesimpulan sebagai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Rp ,- tahun 2005 meningkat menjadi Rp.

Jurnal Ekonomi Pembangunan

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN SKRIPSI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA TINGKAT KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB VI PENUTUP. 1. Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Kupang Ditinjau Dari Aktivitas Operasi

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

ANALISIS BELANJA DAN KINERJA PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR (TAHUN )

Perhitungan Perosentase Pajak Daerah. Tahun Anggaran

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. telah mengikuti aturan dalam permendagri tetapi telah terdapat modifikasi di

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

ANALISIS ALOKASI BELANJA LANGSUNG PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, Syukriy dan Halim, Abdul Pengaruh Dana Alokasi Umum

ANALISIS PEMETAAN KINERJA KEUANGAN KABUPATEN/KOTA PROPINSI JAMBI. Selamet Rahmadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Aswardi, Analisis Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Sebelum dan

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

ANALISIS PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB VI PENUTUP. kegiatan. Hal ini disebabkan oleh belum adanya regulasi-regulasi yang

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan otonomi. daerah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB1 PENDAHULUAN. Tahun-tahun awal pelaksanaan otonomi daerah merupakan masamasa. yang berat dan penuh tantangan bagi sebagian besar daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISA KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KOTA DEPOK WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RASIO EFEKTIVITAS, PAJAK DAERAH TERHADAP PAD, DAN KEMANDIRIAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PEMKOT YOGYAKARTA TA

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

DAFTAR PUSTAKA. Mahmudi Akuntansi Sektor Publik, UII Press, Yogyakarta. Mardiasmo Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI APBD

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

BAB V PENUTUP. Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK).

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, Rozali Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai suatu Alternatif. P.T Raja Grafindo.

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA JAMBI DI LIHAT DARI PERSPEKTIF AKUNTABILITAS

ANALISIS PERBANDINGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KERINCI DAN KOTA SUNGAI PENUH

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

2015 ANALISIS STRATEGI BIAYA PENGALOKASIAN BELANJA LANGSUNG PADA APBD PEMERINTAH DAERAH

Pengaruh Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Terhadap Belanja Modal

BAB I PENDAHULUAN. input yang ditetapkan. Untuk mengukur kinerja keuangan. Belanja Daerah. Di dalam Kepmendagri tersebut dalam pembagian struktur APBD

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

Analisis Perlakuan Akuntansi Konstruksi Pengerjaan Dalam Penyajian Laporan Keuangan pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Gorontalo

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN KULON PROGO

1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas dan pembahasan tentang analisis keserasian Belanja Daerah (studi APBD) kabupaten Kupang tahun 2009-2012 dapat di ambil kesimpulan : Tingkat keserasian belanja daerah kabupaten Kupang tahun anggaran 2009 2012 adalah pada tahun 2009 proporsi untuk belanja operasi sebesar 93,5%, untuk belanja modal 5,5%, untuk belanja langsung 3,1%, dan untuk belanja tidak langsung sebesar 69%. Pada tahun 2010 proporsi untuk belanja operasi sebesar 75%, untuk belanja modal 24%, untuk belanja langsung 43%, dan untuk belanja tidak langsung sebesar 57%. Pada tahun 2011 proporsi untuk belanja operasi sebesar 83%, untuk belanja modal sebesar 16,5%, untuk belanja langsung 40% dan untuk belanja tidak langsung sebesar 60%. Pada tahun 2012 proporsi untuk belanja operasi sebesar 76,2%, untuk belanja modal 23%, untuk belanja langsung 43,6% dan untuk belanja tidak langsung sebesar 56%. Dari hasil analisis belanja operasi menunjukkan bahwa besarnya belanja operasi sudah cukup baik keserasiannya karena proporsinya di kisaran 60 90% dan memberi manfaat kepada masyarakat, untuk hasil analisis belanja modal, proporsinya relatif baik artinya benar-benar di gunakan untuk kesejahteraan masyarakat, untuk analisis belanja langsung menunjukkan bahwa dana belanja langsung untuk belanja modal pada tahun 2010 sangat

baik artinya benar-benar untuk kepentingan masyarakat, dan untuk analisis belanja tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar dana belanja tidak langsung di prioritaskan untuk kesejahteraan pegawai. Pada tahun 2009 sampai tahun 2012 penggunaan belanja daerah sudah sangat serasi dikarenakan belanja operasi lebih dominan dari belanja modal dan belanja tidak langsung juga lebih besar dari belanja langsung tapi dari analisis belanja tidak langsung dan belanja langsung terhadap total belanja daerah selama 4 (empat) periode (tahun 2009-2012) sebagian besar dana yang dimiliki pemerintah diprioritaskan untuk belanja tidak langsung sehingga analisis belanja langsung relatif kecil. Ini menunjukkan kurang baik pengelolan belanja karena dari total belanja lebih besar untuk belanja pegawai sehingga lebih di perhatikanlah untuk kepentingan masyarakat dan untuk belanja modal. Belanja operasi sudah sangat baik karena belanja operasi proporsinya di kisaran 60-90% dan untuk belanja modal di kisaran 5-20%. 1.2 Saran Sesuai hasil penelitian, penulis perlu memberikan saran kepada pemerintah kabupaten Kupang dalam hal melakukan pelayanan terhadap masyarakat terkait dengan porsi anggaran belanja maka di sarankan: Pemerintah kabupaten Kupang tetap mempertahankan keserasian belanja Daerah agar fungsi anggaran dapat berjalan dengan baik sementara itu untuk pemerintah kabupaten Kupang dalam upaya meningkatkan kinerjanya hendaknya tidak hanya berfokus dalam meningkatkan PAD saja tetapi sedapat mungkin perlu mengalokasikan belanja modal yang cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA Beatriks Lapia. 2008. Analisis Belanja Publik pada Dinas Pariwisata Kabupaten Belu. Skripsi Akuntansi. Brahmantio Isdijoso dan Tri Wibowo, 2002. Kebijakan desentralisasi fiskal, Penerbit Andi, Yogyakarta. Halim, Abdul, 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Bunga Rampai. (UPP) AMP YKPN. Yogjakarta. Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 3. Penerbit Selemba Empat. Jakarta. Mahmudi. 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogjakarta. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Anoli. Yogjakarta. Munir, 2004. Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta Mursyidi, 2008. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Penerbit PT Reflika Aditama, Bandung. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Republik Indonesia. PERMENDAGRI Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Penerbit Fokus Media. Bandung. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.