IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

dokumen-dokumen yang mirip
VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. hal ini adalah produk makanan dan minuman. Kepuasan merupakan suatu respon positif seseorang dimana hasil kinerja

BAB III METODE PENELITIAN. Martadinata No. 81, Malang. Adapun dasar dari pemilihan Bank Rakyat Indonesia

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE ANALISIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Sampel

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. Pelanggan PO Maju Lancar. Jumlah kuisioner yang disebarkan dihitung dengan Z E

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di CV. Duta Luwak Brother s Link Jln. Raden Intan Gg.

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI

BAB IV ANALISA DATA. ini data dari kuesioner) sudah valid dan reliabel. Validitas adalah ketepatan atau

IV. METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. dengan harapan penumpang. Kepuasan merupakan respon dari penumpang

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

Analisa Kepuasan Penumpang Angkutan Kota terhadap Sistem Pelayanan Angkutan Kota di Kota Sidoarjo ABSTRAK

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA JASA TERHADAP KINERJA PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO) (KRL COMMUTER LINE JAKARTA KOTA BOGOR)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM ( PDAM ) TIRTAULI PEMATANGSIANTAR

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. a) Hasil Kuesioner b) Hasil Wawancara c) Observasi (Pengamatan)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan penyedia barang/

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya. Waktu dilaksanakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA JASA TERHADAP PENERAPAN MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI PROFESIONAL RUKO DI KAWASAN BUSSINESS PARK KOTA GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat memenuhi tujuan yang akan dicapai.

IV. METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLODI PENELITIAN. mendalam pertanyaan terfokus pada apa sebenarnya, objek penelitian ini? Irawan

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE KAJIAN PELAYANAN KEPUASAN PELANGGAN

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PENGURUSAN PASPOR PADA KANTOR IMIGRASI KELAS I POLONIA DI KOTA MEDAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data B. Metode Analisis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

PERSEPSI PENUMPANG KERETA API TERHADAP TINGKAT PELAYANAN STASIUN TUGU YOGYAKARTA

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini sifatnya mandiri atau satu variabel dan hasil penelitian nantinya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan melalui tahap-tahap penelitian yang diatur secara

BAB III LANDASAN TEORI

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemitraan

Siti Patimah, Basuki Sigit Priyono, Witman Rasyid Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kebutuhan data penelitian. Adapun obyek yang. dijadikan penelitian adalah Kopma UNY core.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan salah satu perusahaan produsen benih padi terbesar di Indonesia dimana lokasi lahan penangkaran benih padi milik PT. SHS berada di Sukamandi, Kabupaten Subang. Selain itu, penelitian juga dilakukan di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) sebagai lokasi penelitian untuk petani non mitra. Perbedaan lokasi penelitian disebabkan karena petani penangkar benih non mitra kelas benih sebar yang berada di Kabupaten Subang, hanya berlokasi di daerah tersebut. Petani penangkar benih lainnya memproduksi benih yang berbeda kelas benihnya dengan PT. Sang Hyang Seri, yaitu kelas benih pokok atau kelas benih dasar. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2011. Pemilihan waktu penelitian pada bulan tersebut karena pada bulan tersebut telah memasuki masa panen. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian berdasarkan sumber data dan informasi terdiri atas data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan serta wawancara langsung dengan petani responden serta pihak PT. SHS menggunakan panduan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan metode wawancara terstruktur. Sedangkan data sekunder sebagai pendukung data-data primer diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Balai Pusat Statistika, Departemen Pertanian, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Kabupaten Subang, LSI IPB dan instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder juga diperoleh melalui beberapa literatur yang berasal dari buku, internet serta hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

4.3 Teknik Penentuan Sampel Pemilihan petani responden didasarkan pada petani yang bermitra serta petani yang tidak bermitra. Pengambilan contoh petani responden mitra dilakukan pada petani penangkar benih yang bermitra dengan PT. SHS. Responden yang diambil adalah petani penangkar benih yang menanam padi varietas Ciherang. Sedangkan pengambilan contoh petani responden yang tidak bermitra dilakukan pada petani penangkar benih di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Penarikan contoh dilakukan dengan dua metode, yaitu metode purposive untuk petani mitra serta Simple Random Sampling untuk petani non mitra, karena sifatnya yang homogen. Responden non mitra dipilih secara acak dengan cara diundi. Sedangkan penarikan sample dengan cara purposive pada petani mitra disebabkan karena adanya keterbatasan data mengenai jumlah penangkar benih di PT. SHS yang memproduksi varietas Ciherang pada musim tanam 2010-2011. Jumlah responden petani penangkar mitra dan non mitra sengaja diambil masingmasing sebanyak 30 orang petani. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data. Pada analisis pendapatan usahatani, analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani penangkaran benih padi baik pada petani mitra dan non mitra serta mengevaluasi jalannya kemitraan antara petani penangkar benih padi dengan PT Sang Hyang Seri. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan menggunakan metode IPA dan CSI serta menganalis tingkat pendapatan usahatani petani mitra bila dibandingkan dengan usahatani petani non mitra berdasarkan penerimaaan dan biaya usahatani. R/C rasio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani. Data yang diperoleh berasal dari kuisioner dan diolah menggunakan bantuan software komputer Microsoft Excel dan Minitab 14. Untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas digunakan SPSS 17,0. 51

4.4.1 Struktur Penerimaan dan Biaya Usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. = x Dimana : TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga jual produk y Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (a) biaya tetap (fixed cost) dan (b) biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi (output yang diperoleh). Sedangkan biaya tidak tetap (variable cost) didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dilakukan. Untuk menghitung biaya tetap dapat digunakan rumus sebagai berikut: FC = di mana: FC = biaya tetap = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap = harga input n = macam input Apabila besarnya biaya tetap tidak dapat dihitung dengan rumus karena tidak diketahui secara pasti jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap, maka sekaligus ditentukan nilainya. Rumus ini juga digunakan untuk menentukan biaya tidak tetap. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC). Dari pernyataan tersebut, rumus yang digunakan untuk menetukan total biaya adalah: TC = FC + VC Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya tidak tunai (diperhitungkan) (Hernanto, 1995). Biaya tunai dan biaya tidak tunai berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk ke dalam biaya tunai misalnya iuran irigasi dan pajak tanah. Sedangkan biaya variabel yang 52

termasuk biaya tunai adalah biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya tetap yang merupakan biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan adalah biaya penyusutan dan biaya untuk tenaga kerja keluarga. Sedangkan biaya variabel yang merupakan biaya diperhitungkan adalah sewa lahan. 4.4.2 Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani pada penelitian ini akan dibedakan menjadi dua. Pertama pendapatan atas seluruh biaya tunai (pendapatan tunai) dan pendapatan atas biaya total (pendapatan total). Biaya tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan petani dalam usahatani penangkaran benih padi. Sedangkan biaya total adalah biaya yang dikeluarkan petani dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Secara umum pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani pada periode tertentu. Secara matematis pendapatan usahatani ditulis sebagai berikut: Pendapatan Tunai = TR - BT Pendapatan Total = TR (BT+BD) di mana : TR = Penerimaan (Rp) BT = Biaya Tunai (Rp) BD = Biaya Diperhitungkan (Rp) 4.4.3 Analisis R/C Pada analisis usahatani, rasio yang digunakan untuk menganalisis keuntungan dari pendapatan usahatani adalah rasio R/C. Rasio R/C merupakan rasio perbandingan antara penerimaan dan biaya. Rasio R/C dibedakan menjadi dua, yaitu rasio R/C atas biaya tunai dan rasio R/C atas biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung 53

dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Secara matematis, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut: Rasio R/C atas biaya tunai = Rasio R/C atas biaya total = Di mana : TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya = BT + BD Suatu usahatani dinyatakan menguntungkan apabila rasio R/C lebih besar dari satu (rasio R/C > 1). Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya apabila rasio R/C kurang dari satu (rasio R/C < 1) maka usaha akan mengalami kerugian, karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan kurang dari satu rupiah. Jika rasio R/C sama dengan satu (rasio R/C = 1) berarti kegiatan tersebut berada pada kondisi keuntungan normal. Karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan sebesar satu rupiah. Tabel 10. Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio No Uraian Jumlah Harga per Satuan (Rp) A Total Penerimaan B Biaya tunai 1 Benih 2 Pupuk 3 Obat-obatan 4 Tenaga kerja luar keluarga 5... Total biaya tunai C Biaya yang diperhitungkan 1 Penyusutan 2 Tenaga kerja keluarga Total biaya yang diperhitungkan D Total biaya (B+C) E Pendapatan atas biaya tunai (A-B) F Pendapatan atas biaya total (A-D) G R/C atas biaya tunai (A/B) H R/C atas biaya total (A/D) Nilai (Rp) 54

4.4.4 Penilaian Tingkat Kepuasan 4.4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum dilakukan penelitian mengenai tingkat kepuasan petani mitra diadakan uji validitas dan reabilitas terhadap atribut-atribut yang akan digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menguji kuisioner yang akan digunakan agar terhindar dari kesalahan acak yang akan menurunkan keandalan pengukuran. Validitas berhubungan dengan kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur secara tepat apa yang harus diukur. Validitas dalam penelitian kuantitatif ditunjukkan oleh koefisien validitas. Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel yang ditanyakan dapat dipakai sebagai alat ukur (Rangkuti 2006). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17,0. Validitas suatu atribut dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel dengan judul Item Total Statistic. Menilai valid atau tidaknya suatu atribut dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation. Suatu variabel dinyatakan valid bila nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,3 dan dikatakan tidak valid bila nilai Corrected Item-Total Correlation < 0,3 (Nugroho 2005). Apabila dalam pengujian terdapat atribut yang tidak valid maka atribut tersebut dikeluarkan, kemudian proses analisis diulang untuk atribut yang valid saja. Sedangkan uji reliabilitas mempunyai pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach Alpha > 0,60 (Nugroho 2005). Atribut yang digunakan sebagai pre sampling pada kuisioner pertama berjumlah 18 atribut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data reliabel tetapi terdapat dua atribut yang tidak valid, karena memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation < 0,3, yaitu kemampuan pabrik menampung gabah hasil panen dan penyediaan lahan sewa. Kemudian dilakukan pengujian terhadap ke-16 variabel yang valid dan didapatkan hasil bahwa data telah valid dan reliabel. Ke-16 variabel dinyatakan valid karena memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,3 dan nilai cronbach Alpha > 0,60 yaitu 0,887. 55

Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1. Setelah atribut ke-16 dan atribut ke-17 dihilangkan pada uji validitas dan reliabilitas pertama, maka atribut ke-18 yaitu ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh inti menjadi atribut 16 pada uji validitas dan reliabilitas kedua. Selanjutnya keenam belas atribut tersebut digunakan dalam perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) serta Customer Satisfaction Index (CSI). Penentuan atribut dilakukan berdasarkan pelaksanaan kemitraan, perjanjian kontrak kerjasama serta teori service quality (servqual). Atribut yang digunakan pada pre sampling kuisioner pertama dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Atribut Pelayanan Kemitraan No Atribut Atribut Keandalan (reliability) 6 Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma 7 Pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma 12 Bantuan biaya panen 15 Harga beli hasil panen Ketanggapan (responsiveness) 1 Prosedur penerimaan mitra 8 Respon inti terhadap keluhan petani 9 Bantuan inti dalam menangulangi hama dan penyakit tanaman 13 Ketepatan waktu pemberian biaya panen 18 Ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh inti Jaminan (assurance) 10 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping Empati (emphaty) 11 Pendamping mudah ditemui dan dihubungi Berwujud (tangible) 2 Kualitas Benih Pokok 3 Harga benih pokok 4 Harga sarana produksi 5 Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi 14 Penyediaan sarana transportasi untuk panen 16* Kemampuan pabrik menampung gabah hasil panen 17* Penyediaan lahan sewa (*) Atribut yang dihilangkan 56

4.4.4.2 Metode Importance Performance Analysis (IPA) Metode IPA digunakan karena metode ini dapat memberikan penilaian terhadap kinerja setiap atribut yang telah ditentukan dengan cara mengukur tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya, serta menggolongkannya ke dalam skala prioritas tertentu. Tingkat kepentingan kualitas pelayanan adalah seberapa penting suatu atribut dalam kemitraan dinilai oleh konsumen, dalam hal ini adalah petani mitra. Pada metode IPA tingkat pelaksanaan atau pelayanan suatu perusahaan dinilai memuaskan apabila pelayanannya sesuai dengan harapan dari petani mitra. Tingkat kepentingan dan kepuasan petani diukur menggunakan skala likert dengan empat kategori sebagaimana terdapat pada Tabel 12. Tabel 12. Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kepuasan terhadap Kinerja Kategori Skor Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Sangat Penting Sangat Puas 4 Penting Puas 3 Tidak Penting Tidak Puas 2 Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Puas 1 Pengukuran tingkat kepuasan menggunakan skala dilakukan untuk mengurangi subjektifitas responden (Sumarwan 2004). Penggunaan empat skala pengukuran dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden memilih nilai tengah (cukup) dalam menilai atribut evaluasi kemitraan (Aritonang 2005). Analisis kesesuaian dilakukan dengan membandingkan antara skor total tingkat kinerja dengan skor total tingkat kepentingan. Nilai kepuasan petani mitra atas kinerja kemitraan dinyatakan dengan huruf X, sedangkan tingkat kepentingan (harapan) petani dinyatakan dengan huruf Y. Atribut kemitraan dikatakan telah sesuai dengan harapan petani apabila nilai kesesuai yang dihasilkan lebih besar atau sama dengan 100 persen. Sebaliknya, bila nilai kesesuai kurang dari 100 persen, maka atribut kemitraan dinyatakan belum sesuai dengan harapan petani mitra. Secara matematis analisis kesesuaian dirumuskan sebagai berikut: 57

Dimana: Tki = x 100% Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian tingkat kinerja/kepuasan petani mitra Yi = Skor penilaian kepentingan petani mitra Hasil perhitungan dinyatakan dalam diagram kartesius. Pada penggunaan diagram kartesius, sumbu mendatar (X) merupakan skor tingkat pelaksanaan kinerja/kepuasan, sedangkan sumbu tegak (Y) merupakan skor tingkat kepentingan/harapan. Rumusan matematis untuk setiap faktor tersebut adalah sebagai berikut: X = Y = n n Dimana: X = Skor rata-rata tingkat kinerja/kepuasan Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan n = Jumlah responden Diagram kartesius merupakan sebuah bagan yang dibagi menjadi empat bagian dan dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X,Y). Kedua titik tersebut diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: X = Y = k k Dimana : X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan seluruh atribut mutu pelayanan dari perusahaan Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan/harapan seluruh atribut mutu pelayanan k = Banyaknya atribut mutu pelayanan yang diberikan oleh perusahaan yang dapat mempengaruhi keputusan petani Kedua garis tersebut membagi diagram kartesius yang merupakan matriks IPA ke dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran IV. Diagram kartesius dijelaskan pada Gambar 11. 58

Tingkat Kepentingan Y Kuadran I Prioritas Utama Kuadran II Pertahankan Prestasi Y Kuadran III Prioritas Rendah Kuadran IV Berlebihan X X Tingkat Kepuasan Gambar 11. Diagram Kartesius Metode Importance Performance Analysis Sumber : Supranto (2006) Keterangan: Kuadran I Kuadran II : Kuadran I yang merupakan Kuadran Prioritas Utama menunjukkan atribut-atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan petani, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai yang diharapkan petani, sehingga petani tidak puas. Kinerja atribut-atribut yang masuk ke dalam kuadran ini harus ditingkatkan oleh perusahaan dengan melakukan perbaikan secara terus-menerus. : Kuadran II yang merupakan Kuadran Pertahankan Prestasi menunjukkan atribut-atribut yang dianggap penting oleh petani dan telah dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga sangat memuaskan petani. Kinerja atributatribut yang terdapat dalam kuadran ini harus dipertahankan. 59

Kuadran III : Kuadran III yang merupakan Kuadran Prioritas Rendah menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh petani dan pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Peningkatan kinerja atribut dalam kuadran ini perlu dipertimbangkan lagi karena manfaat yang diperoleh sangat kecil. Kuadran IV : Kuadran IV yang merupakan Kuadran Berlebihan menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh petani namun pelaksanaannya oleh perusahaan dirasa berlebihan. Atribut-atribut dalam kuadran ini dapat dikurangi pelaksanaannya untuk menghemat biaya. 4.4.4.3 Metode Customer Satisfaction Index (CSI) Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk menetukan tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh berdasarkan atribut-atribut kualitas jasa yang diukur. Atribut-atribut yang diukur berbeda-beda untuk masing-masing industri, bahkan untuk masing-masing perusahaan. Menurut Aritonang (2005) terdapat empat langkah dalam perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI), yaitu: 1. Menentukan Mean Important Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score (MSS). Nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja tiap anggota: MIS = dan MSS = n n Dimana: n = jumlah responden Yi Xi = Nilai kepentingan atribut ke- i = Nilai kinerja atribut ke- i 60

2. Membuat Weight Factors (WF) Bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut. = Dimana: p = Jumlah atribut kepentingan i = Atribut ke- i 3. Membuat Weight Scor (WS) Bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor (WF) dengan ratarata tingkat kepuasan (Mean Satisfaction Score = MSS) = x Dimana: i = Atribut aspek kemampuan kelompok ke- i 4. Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI) CSI = x 100 % 5 Pada umumnya bilai nilai CSI di atas 50 persen dapat dikatakan bahwa konsumen sudah merasa puas sebaliknya bila nilai di bawah 50 persen konsumen belum dikatakan puas. Skala kepuasan konsumen yang dipakai dalam penelitian ini dibagi ke dalam lima kriteria dari tidak puas sampai dengan sangat puas. Kriteria ini mengikuti modifikasi kriteria yang dilakukan oleh PT. Sucofindo dalam melakukan survei kepuasan pelanggan, sepert dijabarkan dalam Tabel 13. 61

Tabel 13. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) Nilai CSI Kriteria CSI 0,81-1,00 Sangat Puas 0,66-0,80 Puas 0,51-0,65 Cukup Puas 0,35-0,50 Kurang Puas 0,00-0,34 Tidak Puas Sumber: Ihsani (2005) dalam Lestari (2009) 4.5 Definisi Operasional Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Petani Penangkar Benih Padi adalah petani yang menghasilkan benih padi sebagai komoditi produksinya. 2. Petani Penangkar Benih Mitra adalah petani penangkar benih yang menjalin kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri dan terikat kontrak. 3. Petani penangkar benih non mitra adalah petani penangkar benih yang berada di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, yang merupakan petani mandiri. Petani ini tidak terikat kontrak dengan PT. Sang Hyang Seri. 4. Harga beli hasil panen adalah harga beli yang dibayarkan PT. Sang Hyang Seri kepada petani, sesuai dengan kadar air serta kotoran yang terkandung pada hasil panen. 62