PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE JINGSAW DISERTAI LEMBAR DISKUSI SISWA (LDS) TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS X SMAN 4 SIJUNJUNG ARTIKEL Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (STRATA 1) FITRIA EKA SARI NIM. 12010041 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2017
HALAMAN PERSETUJUAI\.I ARTIKEL i,excenuh penerhpan MoDEL pembtilajaran TrpE JIGSAW DISERTAI LEMBAR DISKUSI SISWA (LDS) TERHADAP HASIL BE]LAJAR KEI-AS X SMAN 4 SIJUNJIJNG Nama Nim Progran-r Institusi Fitria Eka Sari 12010041 Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Kegpruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Padang,, Maret 2017 Disetujui Oleh : Pembimbing I Pembimbing II Dra. Nursyahra, M.Si Ade De M. Pd Mengetahui, Ketua Prograrn Studi RinaWi
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DISERTAI LEMBAR DISKUSI SISWA (LDS)TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS X SMAN 4 SIJUNJUNG Fitria Eka Sari, Dra. Nursyahra, Ade Dewi Maharani Mahasiswa Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat fitriaekasari@gmail.com ABSTRACT This research was motivated by the lack of teaching materials in science learning-biology at SMAN 4 Sijunjung, centering on the learning process so that students are not active teachers and students learning difficulties independently causing the low value of the average IPA-Biology students. The low yield learning requires teachers to choose methods, models, strategies, and appropriate teaching materials, including by giving LDS teaching materials and tasks that exist in the LDS individual. This study aims to determine the effect of the application of learning models with sheet-type Jigsaw student discussion (LDS) to the learning outcomes in the cognitive, affective and psychomotor student grade X SMAN 4 Sijunjung. This type of research is experimental, with the study design Randomized Control Group Posttest Only Design. The study population was all students in grade X SMAN 4 Sijunjung registered in the first semester of the school year 2016/2017. Sampling using purposive random sampling by means of the draw. These results obtained experimental class X4 and X3, namely control. Instruments used in the affective domain is the observation sheet attitude, to the cognitive form of a written test sheet in the form of objective, for psychomotor form LDS observation sheet. Data analysis technique used is the t test. Results of research on the affective, cognitive and psychomotor. Based on the analysis of data at the level of 0.95% (α = 0.05) is obtained for the affective domain is thitung 0.06 and 1.69. Thus,, thitung <ttabel then the hypothesis is rejected. While on the cognitive results of data analysis at the level of 0.95% (α = 0.05) was found thitung 4.21 and 1.69 ttabel. Thus thitung> ttabel then the hypothesis is accepted. While on psychomotor 0.95% confidence analysis (α = 0.05) showed thitung 1.12 and 1.69. Thus,, thitung <ttabel then the hypothesis is rejected. It can be concluded that the application of learning models with sheet-type Jigsaw student discussion (LDS) can improve student learning outcomes in the cognitive domain and can not improve student learning outcomes in affective and psychomotor student grad X SMAN 4Sijunjung Keywords: Learning Outcomes Biology, LDS, Jigsaw PENDAHULUAN Biologi merupakan bagian dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan alam (IPA) di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sekolah sederajat. Biologi lebih menekankan pembelajaran dengan mengembangkan konsep dan keterampilan proses siswa. Pengembangan konsep dapat dilakukan dari membaca. Mata pelajaran ini menuntut siswa untuk rajin dan cermat membaca sekaligus memahami materi pelajarannya agar dapat mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di SMAN 4 Sijunjung pada bulan Mai 2016 diperoleh gambaran motivasi siswa untuk belajar tergolong rendah. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, belum terlihat kerja sama antar siswa dan keterampilan siswa dalam berkomunikasi masih belum terlaksana. Aktivitas siswa hanya diam dan tidak memanfaatkan kesempatan untuk bertanya kepada guru terkait materi yang tidak dipahami sewaktu guru memberikan kesempatan untuk bertanya. Aktivitas siswa ketika diberi soal latihan, siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikannya. Siswa juga malu bertanya dan kurang berani mengeluarkan pendapat ketika dalam menjawab latihan yang diberikan guru. Hasil wawancara yang penulis lakukan pada bulan Mai 2016 dengan guru biologi 1
diperoleh informasi bahwa siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan hanya beberapa siswa yang berani mengeluarkan pendapat. Saat diadakan diskusi kelompok, hanya beberapa siswa yang mendominasi dalam kelompok, sedangkan siswa yang lain lebih banyak diam. Sebagian siswa kurang mau bertanya dan hanya sekedar mencontoh kepada temannya tanpa menanyakan bagaimana penyelesaiannya. Hasil wawancara dengan siswa diperoleh informasi bahwa biologi merupakan pelajaran yang sulit dan banyak tugasnya. Hal ini dapat terlihat pada nilai ulangan harian biologi siswa kelas X SMAN 4 Sijunjung semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 pada materi virus, dimana pesentase dari keseluruhan kelas yang tidak tuntas adalah 97,10% dengan rata-rata nilai kelas X 1 adalah 38,5; kelas X 2 adalah 36,1 dan kelas X 3 adalah 44,0. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa rata-rata hasil belajar biologi siswa masih di bawah KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk bidang studi biologi kelas X yang ditetapkan guru adalah 75. Dengan KKM yang telah ditetapkan maka terlihat penguasaan siswa pada materi virus masih rendah dan siswa sulit memahami materi tentang ciri-ciri virus, replikasi virus serta peranan virus dalam kehidupan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw. Model pembelajaran jigsaw ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi, bekerja sama dan berbagi informasi dalam kelompok. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasi kepada kelompok. Menurut Rusman (2014: 218-219) Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli, karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Adapun kelebihan model jigsaw menurut Istarani (2014: 28) adalah sebagai berikut: 1. Ketika kita ingin menenkankan pentingnya belajar kolektif. 2. Ketika kita ingin siswa menukar ide dan melihat bahwa mereka dapat belajar dari yang satu dengan yang lain dan saling membantu. 3. Ketika kita ingin mendorong dan mengembangkan kerjasama antara siswa dan membangun rasa hormat antara siswa yang pintar dengan yang lemah, khususnya dalam membagi kelas secara kultur. 4. Ketika kita ingin meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa. 5. Ketika ingin meningkatkan pemahaman siswa secara mendalam terhadap materi melalui eksplorasi. Lembar diskusi siswa (LDS) merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disertai LDS diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Penelitian tentang model jigsaw ini pernah dilakukan oleh Yassir (2014: 1) bahwa hasil belajar biologi siswa pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan adanya peningkatan hasil belajar yang di ajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dari pada pembelajaran konvisional. Berdasarkan uraian di atas penulis telah melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Disertai Lembar Diskusi Siswa (LDS) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Sijunjung 2016/2017 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 4 Sijunjung pada ranah afektif, kognitif, psikomotor dengan penerapan model pembelajaran tipe jigsaw disertai lembar diskusi siswa (LDS). METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September di kelas X siswa yang terdaftar pada semester ganjil di SMAN 4 Sijunjung tahun pelajaran 2016/2017. 2
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMAN 4 Sijunjung yang terdaftar pada tahun pelajaran 2016/ 2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive random Sampling sehingga diperoleh sampel kelas X. 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas X. 3 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah pada ranah afektif dalam bentuk lembar observasi sikap, pada ranah kognitif berupa tes tertulis dalam bentuk soal objektif sedangkan pada ranah psikomotor dalam bentuk lembar observasi (LDS). Teknik analisis data menggunakan uji-t dengann taraf 0,05. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas, yaitu pembelajaran biologi dengan menggunakan model Pembelajaran Jigsaw disertai LDS dan variabel terikat, yaitu hasil belajar siswa setelah penelitian berlangsung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomised Control Group posttest Only Design. Teknik analisis data terdiri atas uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. HASIL PENELITIAN 1. Ranah Afektif Data uji normalitas kelas eksperimen diperoleh bahwa L 0 = 0,08 dan L tabel = 0,190 berarti L 0 < L tabel dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa berdistribusi normal. Sedangkan data uji normalitas kelas kontrol diperoleh bahwa L 0 = 0,00 dan L tab bel = 0,19 berarti L 0 < L tabel bahwa hasil belajar siswa berdistribusi normal. Jadi hasil uji normalitas kedua kelas sampel berdistribusi normal. Kedua kelas sampel mempunyai varians homogen, hal ini terbukti dari hasil uji homogenitas dengan hasil uji F hitung = 1,73 dan F tabel = 2,48 berarti pada taraf 0,05 dengan dk 19,20 berarti F hitung < F tabel dengan demikian bahwa kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen, hasil inii dapat dilihat pada. Karena populasi berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen maka dilakukan uji t untuk melihat apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hasil uji hipotesis pada taraf nyata 0,05 didapat t tabel 1,69 sedangkan t hitung 0,06 berarti t hitung g< t tabel maka hasil hipotesis ditolak. 81,3 81,2 81,1 81 80,9 80,8 81,25 80,96 Eksperimen Kontrol rata-rata rata-rata nilai afektif nilai afektif Gambar 1. Diagram Nilai Rata-Rata Ranah Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil penelitian ranah afektif tentang cara observasi diamati oleh satu orang observer untuk melihat aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Seperti gambar dibawah ini merupakan nilai rataa rata penilaian afektif setiap indikator. 84 83 82 81 80 79 78 77 82,5 80,16 81,25 83,33 80,42 Eksperimen Kontrol 79,37 Bertang Category Category Saling Kerja CategoryIndik gung1 Meng 2 Sama 3 ator jawab hargai penil aian Gambar 2. Diagram Nilai Rata-Rata ke 3 Indikator Ranah Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 2. Ranah Kognitif Data uji normalitas kelas eksperimen diperoleh bahwa L 0 = 0,100 dan L tabel = 0,195 berarti L 0 < L tabel bahwa hasil belajar siswa berdistribusi normal Sedangkan data uji normalitas kelas kontrol diperoleh bahwa L 0 = 0,00dan L tabel = 0,20 berarti L 0 < L tabel bahwa hasil belajar siswa berdistribusi normal. Jadi hasil uji normalitas kedua kelas sampel berdistribusi normal. Kedua kelas sampel mempunyai varians homogen, hal ini terbukti dari hasil uji homogenitas dengan hasil uji F hitung = 1,05 dan F tabel = 2,60 berarti pada taraf 0,05 dengan dk 18,18 berarti F hitung < F tabel dengan demikian bahwa kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen.karena 3
populasi berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen maka dilakukan uji t untuk melihat apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hasil uji hipotesis pada taraf nyata 0,05 didapat t tabel 1,69 sedangkan t hitung 4,21 berarti t hitung > t tabel dengan demikian hipotesis diterima. Dimana terdapat pengaruh yang terhadap hasil belajar siswa pada ranah kognitif kelas X Semester I SMAN 4. Nilai Rata-Rata 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 79,14 62,38 rata-rata nilai kognitif Diagram. Nilai Rata Rata Kognitif Kelas Eksperimen Dan Kontrol 3. Ranah Psikomotor Pada ranah psikomotor kelas ekperimen dimana yang dinilai lembar diskusi siswa, yang dinilai pada lembar diskusi siswa yaitu isi dan kebersihan LDS dan pada kelas kontrol yang dinilai resume yaitu isi dan kebersihan resume. Dimana bisa dilihat rata rata per aspek pada gambar dibawah ini. 12 10 8 6 4 2 0 100 8,4 6,5 70 Category 1 Category 2 Isi Kebersihan Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol indikator penilaian Gambar 4. Diagram Penilaian Ranah Psikomotor Data uji normalitas kelas eksperimen diperoleh bahwa L 0 = - 0,03 dan L tabel = 0,19 berarti L 0 < L tabel bahwa hasil belajar siswa berdistribusi normal. Sedangkan data uji normalitas kelas kontrol diperoleh bahwa L 0 = -0,01 dan L tabel = 0,19 berarti L 0 < L tabel bahwa hasil belajar siswa berdistribusi normal, Jadi hasil uji normalitas kedua kelas sampel berdistribusi normal. Kedua kelas sampel mempunyai varians homogen, hal ini terbukti dari hasil uji homogenitas dengan hasil uji F hitung = 1,69 dan F tabel = 2,48 berarti pada taraf 0,05 dengan dk 19,20 berarti F hitung < F tabe el dengan demikian kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen. Karena populasi berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen maka dilakukan uji t untuk melihat apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hasil uji hipotesis pada taraf nyata 0,05 didapat t tabel 1,69 sedangkan t hitung 1,12 berarti t hitung < t tabel maka hasil hipotesis ditolak. PEMBAHASAN Hasil nilai rata-rateksperimen siswa yang mendapatkan nilai pada kelas yang tuntas pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor adalah 55%. Sedangkan pada kelas kontrol siswa yang mendapat nilai yang tuntas pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor adalah 4,77 % dapat dilihat pada Lampiran 32 dan 33. Dimana tingkat keberhasilannya masih kurang baik karena persentase ketuntasannya masih di bawah 60%. Hal ini sesuai dengann yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2014:107) bahwa tingkat keberhasilan belajar mengajar dikatakan kurang apabilaa bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa. 1. Afektif Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan tidak terdapat pengaruh penggunaan LDS pada materi virus pada ranah afektif. Hal ini disebabkan karena siswa kelas eksperimen hanya fokus mengerjakan hal-hal yang ada disekitar mereka. Hal ini terlihat dari hasil lembar penilaian observasi dimana ada 3 indikator yang dinilai yaitu bertanggung jawab, saling mengharagai dan kerja sama. Berdasarkan lembar penilaian obervasi pada indikator bertanggung jawab hanya sedikit siswa yang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran, karena siswa hanya ingin cepat selesai dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru dan siswa kurang teliti dalam mengerjakan tugas tersebut. Selanjutnya saling menghargai, dalam proses pembelajaran masih kurang terlihat saling menghargai siswa, siswa hanya sibuk dengan kegiatan mereka sendiri sehingga apa yang di sampaikan oleh teman dalam kelompok tidak 4
sempurna dipahami, serta kerja sama siswa juga berpengaruh terhadap nilai sikap siswa dimana pada kelas eksperimen hanya sedikit siswa yang bisa bekerja sama dalam kelompok mereka. Sehingga siswa masih kurang aktif dalam proses pembelajaran.yang menyebakan nilai kuis siswa juga berpengaruh dari sikap siswa, dimana hanya beberapa siswa yang mendapatkan nilai secara optimal. Seharusnya dalam proses pembelajaran siswa harus lebih aktif supaya dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Latisma (2011:192) ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi yang tinggi untuk tahu lebih banyak materi pelajaran, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap pendidik dan sebagainya. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen tidak jauh beda dibandingkan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen nilai rata-rata bertanggung jawab 82,5, saling menghargai 81,25 dan kerja sama 80,42. Sedangkan rata-rata persentase nilai afektif kelas eksperimen 81,25 dengan presentase 80%. Karena pada kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran jigsaw. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2014:107) bahwa dikatakan baik/maksimal apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% dikuasai oleh siswa. Nilai ranah afektif kelas kontrol kurang meningkat atau dibawah nilai kelas eksperimen.hal ini dilihat pada rata-rata indikator penilaian bertanggung jawab 80,16, saling menghargai 83,33 dan kerja sama 79,37. Sedangkan rata-rata kelas kontrol 80,96 dengan presentase 79,19%. Hal ini disebabkan karena pada kelas kontrol hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga rasa percaya diri siswa rendah terlihat dari sikap siswa, seperti hanya sedikit siswa yang berani bertanya kepada guru dan pada saat guru bertanya kepada siswa tentang materi pembelajaran hanya sedikat siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru dan siswa bingung dalam menjawab pertanyaan dari guru dikarenakan siswa tidak paham, siswa ribut serta suka mengganggu teman lain dalam proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar terganggu, akibatnya nilai siswa tidak optimal. Hal ini didukung oleh Kunandar (2013:100) menyatakan bahwa sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan.menurut Basuki dan Hariyanto (2014:184) menyatakan bahwa sasaran hasil belajar afektif adalah sikap, nilai, preferensi, konsep diri akademik, kontrol diri, pengembangan emosi, lingkungan kelas, minat, opini, motivasi, hubungan sosial, dan pengembangan moral. 2. Kognitif Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan terlihat bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran tipe jigsaw disertai lembar diskusi siswa (LDS)terhadap hasil belajar pada ranah kognitif kelas X SMAN 4 Sijunjung. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan modelpembelajaran tipe jigsaw disertai lembar diskusi siswa (LDS),menurut Istarani (2014: 28) kelebihan model jigsawyaitu dapat meningkatkan pemahaman siswa secara mendalam terhadap materi melalui eksplorasi. Hal ini terlihat dari hasil skor perkembangan kuis pada setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama hanya 9 orang siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM, pertemuan kedua 5 orang siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM, dan pertemuan tiga yang mendapatkan nilai diats KKM hanya 16 dari 20 orang siswa. Dari hasil nilai setiap pertemuan yang diperoleh terjadi penurunan dan kenaikan nilai rata-rata pada aspek kognitif.berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada kelas eksperimen dengan presentase tuntas 68,42% sedangkan kelas kontrol dengan presentase tuntas 10,53%. Maka terlihat bahwa kelas ekperimen memiliki tingkat keberhasilan baik. Seperti yang dikemukakan Djamarah dan Zain (2010: 107) bahwa tingkat keberhasilan tersebut dikatakan baik/maksimal apabila bahan pembelajaran yang di ajarkan (60% s.d 75%) saja dikuasai siswa. Adanya media yang digunakan pada kelas eksperimen juga salah satu hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada kelas eksperimen. Hal ini terlihat saat guru membagikan media lembar diskusi siswa (LDS) kepada siswa siswa lebih termotivasi dan lebih merasa ingin tahu tentang LDS yang akan dikerjakan siswa, sebagaimana yang 5
dikemukakan oleh Sanjaya (2006:171) penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Hasil belajarsiswa pada kelas kontrol sangat di bawah nilai rata-rata kelas eksperimen. Hal ini disebabkan karena kontrol menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, dimana pada proses pembelajaran guru menjelaskan materi kemudian mencatat di papan tulis, proses pembelajaran guru juga melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan, tetapi hanya sedikit juga siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh oleh guru. Pada pembelajaran ini siswa cendrung pasif dan hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Hal ini terbukti pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, siswa bingung dengan apa yang harus dijawab sehingga hasil belajar di bawah KKM. Hal ini didukung oleh pendapat Majid (2013:197) metode ceramah juga memiliki beberapa kekurangan yaitu materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru, melalui ceramah sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan dan sering dianggap metode yang membosankan jika guru kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik. Sedangkan metode tanya jawab juga memiliki beberapa kelemahan yaitu punya peluang yang menyimpang dari pokok persoalan, kurang menarik bagi anak yang kurang aktif berfikir, dan dapat memojokkan kekurangan anak didik bila mereka tidak bisa menjawab. 3. Psikomotor Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak terdapat pengaruh penggunaan model jigsaw disertai (LDS) pada materi virus. Hal ini disebabkan karena siswa hanya ingin cepat selesai mengerjakan LDS sehingga siswa kurang teliti terhadap apa yang dibuat oleh siswa tersebut, dan pada LDS siswa masih terdapat coretcoretan, akibat siswa kurang berhati-hati dalam menulis isi dalam LDS dan siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Hal ini didukung oleh Aunurrahman (2010 : 180) siswa yang memiliki keinginan belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pembelajaran, mencatat, membuat resume, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Hasil belajar penilaian sikap dan pengetahuan juga berdampak pada hasil penilaian ketermpilan, penilaian kompetensi keterampilan melihat hasil kerjasama siswa dalam kelompok selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian keterampilan pada kelas eksperimen dan kontrol mencakup 2 rubrik yaitu isi dan kebersihan. Pada kelas eksperimen yang dinilai adalah LDS dimana LDS merupakan media pembelajaran yang akan dikerjakan oleh siswa. Dimana dilihat isi pada (LDS) dan kebersihan pada (LDS), sedangkan pada kelas kontrol dilihat isi resemu dan kebersihan resume. Berdasarkan (Permendikbud 2015 : 23) nilai akhir pada ranah keterampilan di ambil dari nilai capaian optimal ( nilai tertinggi yang di capai ). Dari ke dua indikator tersebut terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kontrol. Dimana pada penilaian indikator isi memiliki nilai rata rata 100, mereka sudah membuat tugas sesuai dengan soal yang ada pada LDS yang di tugaskan. Untuk indikator kebersihan memiliki rata rata 6,50 dimana kebersihan pada LDS siswa masih ada coretan coretan pada LDS dan tulisan masih ada yang tidak jelas. Sedangkan persentase 85%. Seperti yang dikemukakan Djamarah dan Zain (2010: 107) bahwa tingkat keberhasilan tersebut dikatakan baik/maksimal apabila bahan pembelajaran yang di ajarkan (60% s.d 75%) saja dikuasa i siswa. Sedangkan pada kelas kontrol indikator isi pada resume memiliki rata rata 8,43 dimana isi pada resume siswa masih ada yang kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran,dan rata-rata kebersihan 7,0, mereka telah membuat resume namun masih ada coretan dan tulisan masih ada yang kurang jelas. Persentase 85,71%.Seperti yang dikemukakan Djamarah dan Zain (2010: 107) bahwa tingkat keberhasilan tersebut dikatakan baik/maksimal apabila bahan pembelajaran yang di ajarkan (60% s.d 75%) saja dikuasai siswa. Dari analisis data yang diperoleh siswa yang memiliki tes akhir yang lebih tinggi pada umumnya memiliki nilai efektif dan psikomotor yang baik pula begitu sebaliknya. Karena sikap dan keterampilan dan pengetahuan saling mempengaruhi satu sama lainya. Kendala yang peneliti hadapi yaitu siswa selalu ribut dan mengganggu temannya waktu belajar terutama pada kelas kontrol, sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam 6
mengelola kelas. Hal ini karena banyaknya siswa yang bermain main dalam di berikan tugas dan sebagian besar siswa hanya menghandalkan yang pintar dalam tugas. Hal ini didukung oleh Aunurrahman (2010 : 180) siswa yang memiliki keinginan belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pembelajaran, mencatat, membuat resume, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan. 1. Tidak dapat meningkatkan hasil belajarbiologi siswa pada ranah afektif melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disertai lembar diskusi siswa (LDS) siswa kelas X. 2. Dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada ranah kognitif melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disertai lembar diskusi siswa (LDS) siswa kelas X. 3. Tidak dapat meningkatkan hasil biologi belajar siswa pada ranah psikomotor melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disertai lembar diskusi siswa (LDS) siswa kelas X. Majid, A., dan Aep, S. F. (2014). Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar.Bandung: Interes Media. Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sanjaya, W. (2012). Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Yassir, M. 2014. Model Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Pada Materi Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan di MTsN Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Universitas Syiah Kuala. SARAN Hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengemukakan saran yang sekiranya dapat memberikan masukan guna peningkatan hasil belajar biologi yaitu diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meningkatkan hasil belajar siswadengan menggunakan model jigsaw pada ranah afektif dengan menggunakan obsever dan psikomotor dengan lembar diskusi. siswa (LDS). DAFTAR KEPUSTAKAAN Basuki, I., dan Hariyanto. 2014.Asesmen Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya. Djamarah, dan Zain. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada. Kunandar. 2013. Penilaian autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Raja Grafindo Persada. Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Press. 7