Tinggi mata pengeraudi merupakan faktor utaraa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB III LANDASAN TEORI

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

ALINEMEN HORISONTAL. WILLY KRISWARDHANA Jurusan Teknik Sipil FT Unej. Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember

PENGARUH RANCANGAN PEREDAM SILAU TERHADAP JARAK PANDANGAN (Studi Kasus Tol CIPULARANG) Ni Luh Shinta Eka Setyarini 1

yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.

4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN BERDASARKAN METODE BINA MARGA MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNI UNIVERSITAS RIAU

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB II DASAR TEORI D3 TEKNIS SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Debi Oktaviani Nofita Milla Ana Farida

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

I Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman*

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP:

KRITERIA PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

BAB 4 JARAK PANDANG 4.1. Pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERENCANAAN RUAS JALAN RAYA YANG MENGHUBUNGKAN DISTRIT ERMERA DAN SUB-DISTRIT HATOLIA

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

STUDI KELAYAKAN GEOMETRI JALAN PADA RUAS JALAN SANGGAU - SEKADAU

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 METODOLOGI. a. Dimulai dengan tinjauan pustaka yang berguna sebagai bahan dari penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

ANALISIS ALINYEMEN HORIZONTAL PADA TIKUNGAN RING ROAD SELATAN KM. 6 TAMAN TIRTO KASIHAN, BANTUL, DIY. Oleh : BERTHOLOMEUS LELE SIGA NPM :

Solo. Reza Febriano, S.IP,ST,MT. Arie Irianto, ST,MT. Kepala Seksi Perencanaan Teknik. Staf Madya Divisi Pembangunan. Surabaya, November 2008

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

No Dokumen Revisi Ke: Dokumen Level: 3 PANDUAN Tanggal Berlaku: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data. Pengumpulan Data. 1. Kondisi Data Primer eksisting : jalan, meliputi :

BAB III METODE PENELITIAN

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

KARAKTERISTIK KENDARAAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Eng. Ibrahim Ali Abdi (deercali) 1

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Spesifikasi geometri teluk bus

Perencanaan Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui

TINJAUAN GEOMETRIK JALAN PADA RUAS JALAN AIRMADIDI-TONDANO MENGGUNAKAN ALAT BANTU GPS

EVALUASI GEOMETRIK JALAN BERKAITAN DENGAN TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS PADA JALAN RAYA SURABAYA BLITAR KM. 114 KM. 121 UJIAN TUGAS AKHIR Diajukan

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan. lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

RSNI-T-XX-2008 RSNI. Standar Nasional Indonesia. Standar geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol. ICS Badan Standarisasi Nasional BSN

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

EVALUASI JARAK PANDANG PADA ALINEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL PADA TIKUNGAN JALAN LUAR KOTA (STUDI KASUS SEI RAMPAH-TEBING TINGGI)

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ( Suryadarma H dan Susanto B., 1999 ) bahwa di dalam

Geometri Jalan Rel. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

DIMENSI KENDARAAN RENCANA YANG OPERASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

ALINEMEN VERTIKAL. PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA II - 1

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinggi Mata Pengemudi Tinggi mata pengeraudi merupakan faktor utaraa dalam penentuan jarak pandangan yang diperlukan guna merencanakan geometrik jalan yang aman. Tinggi mata pengemudi yang merupakan faktor penting dan sangat menentukan dalam penentuan jarak pandangan pada tahun terakhir ini banyak mengalami perubahan. Perubahan tinggi mata pengemudi, khususnya untuk jenis kendaraan penumpang, disebabkan adanya kecenderungan dari kendaraan penumpang ke arah yang lebih kecil, lebih rendah dan lebih aerodinamis (Farber, E.I., 1982). Dalam buku A Policy on Geometric Design of Highways and Streets (AASHTO) 1984, tinggi mata pengemudi ditentukan sebesar 3,5 ft (106,7 cm) untuk kriteria pengukuran jarak pandangan. Sedangkan untuk hal yang sama standar Bina Marga yang berdasarkan pada Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya no.13 tahun 1970 menetapkan tinggi mata pengemudi sebesar 125 cm (4,1 ft). Perancangan mobil penumpang semakin cenderung dibuat lebih kecil, lebih ringan dan lebih rendah

. karena biaya bahan bakar yang tinggi. Perubahan lainnya bisa dipastikan akan tetap terjadi pada tahun mendatang. Guna menyesuaikan adanya perkembangan dan perubahan tersebut kita mengoreksi kembali standar perencanaan geometrik jalan raya yang telah ada (Oglesby, Clarkson H., dkk, 1993). 50 Ihwwi 127 lta» 40 102 C e! n I n h3 76 d e e s t e 20 r 51 s 0 0 6 0 61 62 63 64 65 66 67 6S 69 70 Year Gambar 2.1 : Tinggi mata pengemudi mobil penumpang nenurut standar Amerika Sumber : Trends of Vehicle Dimension and Performance Characteristic, Seger, E.E., et al, 1971 Kecenderungan dari tinggi mata pengemudi mobil penumpang menurut standar Amerika dari tahun 1960 sampai tahun 1970 seperti terlihat pada gambar 2.1, bahwa tinggi raata pengeraudi dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Penurunan tinggi raata pengemudi ini disebabkan kecenderungan dari mobil penumpang

yang mengalami perubahan ke arah yang lebih kecil, lebih rendah dan lebih aerodinamis, untuk mendapatkan mobil penumpang yang lebih ekonomis dalam hal kecepatan dan bahan bakar. Perubahan tinggi mata pengeraudi berpengaruh dalam perencanaan geometrik jalan, terutama pada perhitungan lengkung vertikal cembung. Informasi mengenai bermacam-macam ukuran kendaraan dan arah kecenderungan perubahan dari ukuran kendaraan tersebut diperlukan seorang sarjana transportasi untuk perencanaan geometrik jalan raya dan tempat parkir. Hal itu digunakan untuk merencanakan suatu konstruksi yang aman, ekonomis dan memudahkan dalam pengoperasian kendaraan dari hasil rancangan pada masa mendatang (Claffey, Paul J., 1965). 2.2 Geometrik Lengkung Vertikal Lengkung vertikal digunakan untuk mengadakan peralihan secara berangsur-angsur dari landai satu ke landai berikutnya. Lengkung vertikal menurut geometrik jalan raya terdiri dari dua jenis, yaitu lengkung vertikal cembung dan lengkung vertikal cekung. Lengkung vertikal disebut cembung apabila titik perpotongan antara kedua tangen berada di atas

perraukaan jalan, dan disebut cekung apabila titik perpotongan kedua tangen tersebut berada di bawah permukaan jalan yang bersangkutan. Pada urauranya, lengkung vertikal merupakan kurva transisi berbentuk parabola yang menghubungkan bagian tanjakan dan turunan pada bagian lain. Pada Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya no.13 tahun 1970 disebutkan bahwa pada setiap pergantian landai harus dibuat suatu lengkung vertikal yang memenuhi keamanan, kenyaraanan dan drainasi yang baik. Lengkung vertikal yang digunakan adalah parabola sederhana. Punggung suatu bukit dari lengkung vertikal cembung dalam teknik jalan raya disebut dengan puncak dari lengkung vertikal. Pada lengkung vertikal cembung, suatu kendaraan yang bergerak mendekati puncak dari lengkung vertikal raaka pandangan bebasnya akan terhalang oleh adanya puncak bukit tersebut. Hal itu dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini : Gambar 2.2 : Lengkung vertikal cembung Sumber ' Route Location and Design, Hickerson, Thomas F., 1964

10 Lengkung vertikal harus menghasilkan suatu keadaan yang araan, sesuai untuk setiap kendaraan dan nyaman saat dilalui. Penetapan mengenai besarnya jarak pandangan untuk setiap kecepatan rencana harus diberikan untuk keamanan operasi pada lengkung vertikal cembung. Lengkung vertikal sebaiknya dibuat sepanjang mungkin apabila kondisi memungkinkan, dan dalam keadaan apapun tidak boleh kurang dari panjang minimum yang telah ditetapkan (Oglesby, Clarkson H., dkk, 1993). Untuk menentukan lengkung vertikal di Indonesia sarapai saat ini mengacu pada buku Pedoman Perencanaan Geometrik Jalan Raya nomer 13 tahun 1970. Perencanaan pada lengkung vertikal cembung yang dipengaruhi tinggi mata pengemudi dan tinggi rintangan yang menghalangi penglihatan adalah didasarkan pada kebutuhan untuk dapat raenyediakan suatu jarak pandangan henti yang cukup bagi pengemudi kendaraan yaitu jarak pandangan yang diperlukan apabila seorang pengemudi melihat adanya penghalang di depannya yang membahayakan atau menghalangi laju kendaraannya dan raasih sempat menghentikan kendaraan untuk menghindari tabrakan dengan penghalang tersebut.

11 2.4 Jarak Pandangan Jarak pandangan merupakan panjang bagian jalan di muka pengemudi yang selalu kelihatan dari tempat kedudukan pengemudi.keamanan dan kenyamanan pengeraudi kendaraan untuk dapat melihat dengan jelas dan menyadari situasinya pada saat mengemudi tergantung jarak yang dapat dilihat dari tempat kedudukannya. Perencanaan jalan secara keseluruhan harus dibuat sedemikian rupa sehingga pengemudi mempunyai jarak pandangan yang cukup jauh, sehingga dapat menghindari tabrakan dengan suatu obyek yang menghalanginya secara tiba-tiba (Morlok, Edward K., 1991). Kriteria yang dipakai untuk pengukuran jarak pandangan ini tergantung pada tinggi mata pengemudi di atas permukaan jalan dan tinggi penghalang yang ada pada lintasan yang bisa membahayakan jalannya kendaraan. Mengenai cara pengukuran jarak pandangan pada suatu lengkung vertikal cembung diperlihatkan pada gambar 2.3, sebagai berikut :

12 Jarak pandangan henti - Obyek tetap *etinggi 6 in. (0,15 m) 3.50-ft (1.07-m) ketinggian mata Gambar 2.3 : Prosedur pengukuran jarak pandangan pada lengkung vertikal cembung Sumber : Teknik Jalan Raya, Oglesby, Clarkson H, dkk, 1993 Jalan raya yang didesain harus dapat dilewati dengan baik oleh mobil penumpang raaupun truk. Untuk itulah standar yang ditetapkan harus dapat memenuhi kebutuhan keduanya. Yang khas dari mobil penumpang adalah berhubungan dengan tinggi mata pengemudi dan perilaku pada kecepatan yang tinggi, sedang pada truk adalah kemarapuan untuk melalui suatu jenis tanjakan. Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada perencanaan alinemen vertikal raaupun alineraen horisontal (Oglesby, Clarkson H., 1993). Jarak pandangan minimum yang digunakan dalam perencanaan jalan raya harus sedemikian panjang sehingga meraungkinkan kendaraan yang raelaju dengan kecepatan rencana atau lebih raasih dapat berhenti sebelum raencapai terapat kedudukan rintangan. Untuk maksud perhitungan jarak pandangan henti, tinggi mata pengemudi diambil 125 cm dan tinggi penghalang 10 cm.

13 Guna memberikan keamanan pada pengemudi kendaraan, maka pada setiap panjang jalan harus dipenuhi paling sedikit jarak pandangan sepanjang jarak pandangan henti minimum (Silvia Sukirraan, 1994). 2.4 Kecepatan Kecepatan merupakan suatu besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh kendaraan dibagi waktu tempuh, yang menggambarkan suatu nilai gerak dari kendaraan. Kecepatan kendaraan yang dipergunakan pengemudi tergantung dari antara lain : 1. Sifat fisik jalan 2. Keadaan cuaca 3. Adanya kendaraan lain 4. Pembatasan kecepatan Pada umumnya kecepatan yang dipilih oleh pengeraudi lebih rendah dari kemampuan kecepatan kendaraan. Kemampuan kecepatan kendaraan biasanya lebih tinggi dari kecepatan yang dianggap lebih aman. Kecepatan yang aman dapat diukur berdasarkan kemampuan pengeraudi untuk menyadari dan mengatasi situasi tang dapat raenirabulkan kecelakaan.

14 Dalam perencanaan suatu jalan perlu ditetapkan suatu kecepatan rencana untuk menyeragamkan elemeneleraen geometrik, terutama pada alinyemen horisontal dan vertikal, di sepanjang ruas jalan yang direncanakan. Besarnya kecepatan rencana ini diharapkan bisa sesuai dengan keinginan yang ada pada setiap pengemudi dalam menjalankan kendaraannya pada kondisi yang ada. Hampir semua rencana bagian jalan dipengaruhi oleh kecepataan rencana, seperti tikungan horisontal, kemiringan melintang di tikungan, jarak pandangan dan lain-lain. Oleh karena itu pemilihan kecepatan rencana sangat raempengaruhi keadaan seluruh bagian jalan dan biaya untuk pelaksanaan jalan tersebut (Silvia Sukirraan, 1994). AASHTO menyarankan agar kecepatan rencana ditetapkan pada tingkat yang terbesar yang masih mungkin memenuhi tuntutan pengemudi pada saat ini maupun pada waktu yang akan datang selama umur rencana jalan (Oglesby, Clarkson H., dkk, 1993). Sering terjadi pengemudi cenderung menggunakan kecepatan yang bervariasi dalam menghadapi situasi elemen geometrik yang berbeda-beda yang biasanya direncanakan sendiri dan disesuaikan dengan keadaan

15 topografi setempat. Hal ini menyebabkan tidak konsistennya penggunaan kecepatan rencana di sepanjang ruas jalan tersebut. Perubahan kecepatan rencana secara mendadak pada sebuah jalan raya harus dihindari, terutama pada jalan untuk kecepatan tinggi (Oglesby, Clarkson H., dkk, 1993).