ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5"

Transkripsi

1 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 Pada bab ini akan diuraikan analisis data dari hasil survei primer dan sekunder yang dilakukan pada Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan pada beberapa lokasi di Pulau Jawa. Analisis yang dilakukan berupa identifikasi karakteristik kecelakaan yang terjadi pada masing-masing lokasi sehingga dapat diusulkan teknik penanganan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan. A. JALUR LINTAS SELATAN Lokasi daerah rawan kecelakaan yang dianalisis pada Jalur Lintas Selatan ini meliputi lokasi daerah rawan kecelakaan di Ngawi, Purwokerto, dan Nagreg, Jawa Barat. 1. Ngawi Analisis data kecelakaan di Kabupaten Ngawi dibatasi pada ruas Jalan Nasional yang melewati Kabupaten Ngawi, yaitu Ruas Jalan Solo-Mantingan dan Ruas Jalan Ngawi-Caruban. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan 5-15-

2 sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. Selanjutnya akan dilihat analisis karakteristik kecelakaan di masingmasing lokasi yang berpotensi sebagai daerah rawan kecelakaan berdasarkan nilai daerah rawan kecelakaan tertinggi yang ditunjukkan tabel pada bab sebelumnya. Lokasi dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu: a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) Lokasi kecelakaan di Kecamatan Widodaren merupakan lokasi jenis lokasi 1 adalah, tepatnya di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat padatabel 5.1. Tabel 5.1. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Ngawi- Mantingan KM Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun

3 Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-depan. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan daerah rawan kecelakaan. Di dalam analisis tersebut, jumlah kecelakaan diasumsikan menjadi nilai peluang dan fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Jenis Tabrakan berdasarkan jenis tabrakan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) Tidak Berbahaya Samping-samping Cukup Berbahaya Depan-samping Tidak Berbahaya Depan-belakang Cukup Berbahaya Depan-depan Berbahaya Kecelakaan beruntun Tidak Berbahaya Usulan penanganan hanya dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu mendapat usulan penanganan adalah tipe tabrak depan-depan. 3

4 Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Raya Kondisi Permukaan Jalan Ngawi-Mantingan KM Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering Genangan Air Basah Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi permukaan dapat dilihat pada Tabel Tabel Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Kondisi Permukaan Jalan berdasarkan kondisi permukaan jalan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Dampak Fatalitas Resiko Kategori Kering Berbahaya Genangan air Tidak Berbahaya Basah Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi permukaan jalan pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi permukaan jalan yang kering. 4

5 Untuk mengetahui apakah karakteristik kondisi cuaca terkait dengan terjadinya kecelakaan maka dianalisis hubungan antara jumlah terjadinya kecelakaan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan pada berbagai kondisi cuaca sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Karakteristik kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Kondisi Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal Berkabut Hujan gerimis Hujan lebat Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca terjadinya kecelakaan dapat dilihat pada Tabel Tabel Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM berdasarkan kondisi cuaca Kondisi Permukaan Jalan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Dampak Fatalitas resiko Kategori Normal Berbahaya Berkabut Tidak Berbahaya Hujan gerimis Tidak Berbahaya Hujan lebat Tidak Berbahaya 5

6 Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi cuaca pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi cuaca normal. Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah/normal dan pada pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Karakteristik kecelakaan berdasarkan moda kendaraan yang digunakan di Jalan Raya Ngawi- Mantingan KM Fatalitas Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan MD LB LR Sepeda motor Mobil Truk Bus Pejalan kaki Sepeda Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.8 6

7 Tabel 5.8. Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Moda Kendaraan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor Berbahaya Mobil Cukup Berbahaya Truk Cukup Berbahaya Bus Cukup Berbahaya Pejalan Kaki Berbahaya Sepeda Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan penanganan berdasarkan moda kendaraan yang terlibat maka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor dan pejalan kaki yang perlu diprioritaskan dalam penanganannya. Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Jalan naik turun dan banyak tikungan, 3) Lebar jalan untuk 2 arah sebesar 7,7 meter, 4) Bahu jalan 0,5 1 meter, tidak diperkeras, terdapat perbedaan level yang cukup besar dengan badan jalan (>15cm), 5) Lahan di sekitarnya berupa hutan sehingga hambatan samping minimal, 7

8 6) Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang, 7) Kondisi marka tengah sudah memudar dan tidak ada marka tepi, 8) Tidak ditemukan rambu lalu lintas. Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±60 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±70 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±70 km/jam. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan sebagai berikut ini. Kecelakaan yang terjadi sering melibatkan kendaraan berat, hal ini dikarenakan kendaraan berat merupakan kendaraan yang mendominasi di jalur ini. Kendaraan berat ini memiliki kecepatan yang relatif lebih rendah daripada jenis kendaraan lainnya. Hal ini dapat memicu ketidaksabaran dari pengguna jalan lainnya untuk menyiap. Akan tetapi karena lebar jalan di ruas ini yang relatif sempit dan tidak adanya pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya. Kondisi alinyemen horisontal dan vertikal ruas jalan ini yang naik turun dan relatif banyak tikungan, menyebabkan jarak pandang pengemudi untuk menyiap juga terbatas, didukung pula terbatasnya ketersedian rambu dan marka yang dapat memberikan informasi maupun peringatan 8

9 kepada pengemudi mengenai kondisi jalan. Akibatnya jenis kecelakaan tipe tabrak depan (head-on crash) dapat terjadi. Analisis selanjutnya, kondisi bahu jalan yang memiliki gap yang cukup besar dengan badan jalan menyebabkan kendaraan yang disiap dapat tergelincir ke bahu jalan dan susah untuk kembali ke badan jalan. Tidak adanya marka tepi juga mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan. Kondisi jalan yang bergelombang mengakibatkan penguasaan/kontrol pengemudi terhadap setir maupun jalannya kendaraan berkurang, sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga berkurang. Adanya pejalan kaki yang terlibat dalam kecelakaan, disebabkan tidak tersedianya fasilitas untuk pejalan kaki. Hal ini dimungkinkan, karena jalan ini merupakan jalan antar kota dengan kecepatan tinggi dan akses untuk pejalan kaki dibatasi. Kondisi lahan sekitar yang berupa hutan dan jarang perumahan penduduk menyebabkan kemunculan seorang pejalan kaki merupakan suatu hal mendadak. Apabila dilihat dari uraian kondisi sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa apabila kendaraan sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan kondisi jalan yang bergelombang serta naik turun menyebabkan kemunculan obyek, dalam hal ini pejalan kaki yang mendadak bisa mengakibatkan pengemudi/pengendara kendaraan kesulitan untuk menghentikan kendaraannya. 9

10 Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.9. Tabel 5.9. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 1. Kondisi alinyemen horizontal dan vertikal yang tidak sesuai dengan dimensi mayoritas kendaraan yang melintas (kendaraan berat dan sepeda motor) 2. Kondisi median (marka 2 garis sejajar utuh) yang tidak sesuai standar dan tidak ada marka tepi 3. Perbedaan elevasi bahu dengan badan jalan yang tidak memenuhi standar Pengemudi sulit mengarahkan kendaraannya atau dapat keluar dari jalur Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkinkan terjadinya kecelakaan lalu lintas Membahayakan pengemudi yang keluar jalur kemudian tidak dapat kembali ke badan jalan. 65,7% Berbahaya 50% Berbahaya 100% Sangat Berbahaya 4. Tidak adanya rambu Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan atau sebagainya. 100% Sangat Berbahaya 6. Tidak adanya penerangan pada jalan Pengemudi tidak dapat melihat keadaan jalan dan kondisi lingkungan sekitar. 100% Sangat Berbahaya

11 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 7. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang 8. Adanya tikungan, dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Pengemudi susah mengendalikan kendaraandan pergerakannya Pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraan dengan baik di tikungan dan jarak pandang terbatas 80% Sangat Berbahaya 100% Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang muncul adalah Sangat Berbahaya dan Berbahaya. Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti yang tertera pada Tabel 5.10 Tabel Usulan penanganan berdasarkan hasil analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM No Uraian Permasalahan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang

12 No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depandepan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran jalur. f. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). b. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan sehingga dapat meningkatkan jarak pandang. c. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. 2 Kecelakaan yang mengakibatkan kendaraan keluar dari badan jalan, terutama sepeda motor dan kendaraan berat. 3 Tidak adanya penerangan jalan. 4 Kondisi permukaan perkerasan jalan bergelombang a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan. a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran lajur. Pemasangan mata kucing pada seluruh daerah blackspot. Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI). a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. b. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. Pemasangan lampu penerangan jalan. Melakukan perbaikan secara struktural pada perkerasan jalan. 5 Adanya tikungan dengan a. Pemasangan rambu peringatan a. Pemasangan kancing a. Re-alinyemen horisontal jalan

13 No Uraian Permasalahan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). 6 Adanya korban pejalan kaki Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek adanya tikungan sebelum memasuki tikungan. b. Pemasangan batas kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. a. Pemasangan rambu peringatan adanya pejalan kaki yang melintas. b. Pemasangan rambu batas kecepatan maksimum pada daerah yang banyak pejalan kaki. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah jalan/mata kucing pada as jalan. a. Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). b. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan sehingga dapat meningkatkan jarak pandang. c. Pemasangan dynamic curve warning system. a. Penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki (menyusuri jalan dan menyeberang) (lajur khusus pejalan kaki, penyeberangan tidak sebidang). b. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). c. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan. Usulan penanganan pada Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.1, Gambar 5.2, dan Gambar

14 DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 Gambar 5.1. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Gambar 5.2. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM

15 Gambar 5.3. Detail 2 dan detail 3 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Usulan penanganan pada Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.4, Gambar 5.5, Gambar 5. 6, dan Gambar

16 Gambar 5.4. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips pada as jalan Gambar 5.5. Usulan perataan bahu dengan menimbun tanah dan pemasangan mata kucing Gambar Pembuatan median jalan

17 Gambar 5.7. Perbaikan kemiringan dan pengerasan bahu jalan Gambar Pemasangan guardrail

18 Usulan penanganan untuk jangka panjang pada Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM ditunjukkan pada Gambar 5.9, Gambar 5.10, Gambar 5.11, dan Gambar Gambar 5.9. Pelebaran jalan menjadi 4 lajur Gambar Usulan pemasangan dynamic curve warning system

19 Gambar Usulan pemasangan lampu jalan Gambar Re-alinyemen jalan

20 Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan menimbun tanah Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan memperkeras daerah bahu Perkiraan Biaya Rp /km Rp /m 3 Rp /buah Rp /km Rp /m

21 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp /m 3 Pembuatan lampu penerangan jalan Rp /buah Re-alinyemen horisontal/vertikal Rp /m 3 Pemasangan dynamic curve warning system Rp /sistem b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot). 1) Padas (Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13) Lokasi kecelakaan di Kecamatan Padas merupakan lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot), tepatnya di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Ngawi- Caruban KM Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun

22 Dari data Tabel 5.14 dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak samping-samping dan depan samping. Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis tabrakan dapat dilihat pada Tabel Tabel Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM berdasarkan jenis tabrakan Jenis Tabrakan peluang Jalan Raya Ngawi-Caruban KM dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) Tidak Berbahaya Samping-samping Cukup Berbahaya Depan-samping Cukup Berbahaya Depan-belakang Tidak Berbahaya Depan-depan Cukup Berbahaya Kecelakaan beruntun Cukup Berbahaya Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Cukup Berbahaya karena daerah ini baru berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang mendapat prioritas penanganan adalah tipe tabrak depan-depan, depan-samping, samping-samping, dan kecelakaan beruntun

23 Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Jalan relatif lurus dan datar dengan beberapa tikungan, 3) Lebar jalan untuk 2 arah sebesar 7,7 meter, 4) Bahu jalan 0,5 1 meter, tidak diperkeras, terdapat perbedaan level yang cukup besar dengan badan jalan, 5) Lahan di sekitarnya berupa pemukiman dan perdagangan (semi urban), terdapat hambatan samping berupa parkir dan kendaraan keluar masuk jalan akses, terdapat simpang dengan jalan akses, 6) Kondisi permukaan perkerasan relatif baik dengan beberapa tempat yang bergelombang atau berlubang, 7) Kondisi marka tengah baik, tidak ada marka tepi, 8) Tidak ditemukan rambu lalu lintas maupun fasilitas lalu lintas pemberi peringatan lainnya. 9) Terdapat persimpangan yang membahayakan pengemudi. Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±60 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±70 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±70 km/jam. Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan sepeda motor, mengingat daerah ini melewati daerah semi urban sehingga banyak sepeda motor yang melintas untuk

24 melakukan perjalanan jarak pendek, termasuk keluar masuk dan menyeberang dari jalan akses. Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi urban ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan maupun menyeberang jalan juga cukup banyak. Kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki menyeberang tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas menerus atau tertabrak kendaraan yang keluar dari badan jalan akibat lebar jalan yang sempit, sehingga kadang memaksa kendaraan untuk keluar ke bahu jalan karena kondisi menyiap yang tidak aman. Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dan tidak adanya pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya. Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan adanya simpang, untuk berhati-hati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas di daerah semi urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi semi urban ini. Kondisi jalan juga relatif datar dan lurus sehingga pengemudi cenderung memacu kecepatan pada ruas ini. Adanya beberapa tikungan setelah bagian lurus tanpa informasi sebelumnya

25 menjadikan pengemudi dengan kendaraan berkecepatan tinggi kesulitan untuk mengendalikan kendaraan. Analisis selanjutnya, kondisi bahu jalan yang memiliki gap yang cukup besar dengan badan jalan menyebabkan kendaraan yang disiap dapat tergelincir ke bahu jalan dan susah untuk kembali ke badan jalan. Tidak adanya marka tepi juga mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan, terutama pada malam hari, karena penerangan jalan yang kurang. Kondisi jalan yang bergelombang dan lubang di beberapa tempat mengakibatkan penguasaan/kontrol pengemudi terhadap setir maupun jalannya kendaraan berkurang, sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga berkurang. Selain itu juga akibat usaha untuk menghindari lubang sehingga tertabrak kendaraan baik yang searah, dari belakang maupun dari depan. Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktorfaktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel

26 Tabel Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 1. Kondisi alinyemen horizontal dan vertikal yang tidak sesuai dengan dimensi mayoritas kendaraan yang melintas (kendaraan berat dan sepeda motor) Pengemudi sulit mengarahkan kendaraanny a atau dapat keluar dari jalur 65,7% Berbahaya 2. Kondisi median (marka 2 garis sejajar utuh) yang tidak sesuai standar dan tidak ada marka tepi Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkink an terjadinya kecelakaan lalu lintas 50% Berbahaya 3. Perbedaan elevasi bahu dengan badan jalan yang tidak memenuhi standar Membahayak an pengemudi yang keluar jalur kemudian tidak dapat kembali ke badan jalan. 100% Sangat Berbahaya 4. Tidak adanya rambu Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan atau sebagainya. 100% Sangat Berbahaya

27 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 6. Tidak adanya penerangan jalan yang memadai Pengemudi tidak dapat melihat keadaan jalan dan kondisi lingkungan sekitar. 100% Sangat Berbahaya 7. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang Pengemudi susah mengendalik an kendaraanda n pergerakanny a 80% Sangat Berbahaya 8. Adanya tikungan, simpang, dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Pengemudi tidak dapat mengendalik an kendaraan dengan baik karena harus menurunkan kecepatan dengan tibatiba dan jarak pandang terbatas 100% Sangat Berbahaya Usulan penanganan hanya dilakukan pada kondisi dengan kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang muncul adalah Berbahaya. Usulan penanganan tersebut tercantum pada

28 Tabel Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM No Uraian Permasalahan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depandepan, depansamping, sampingsamping, dan beruntun. 2 Kecelakaan yang mengakibatkan kendaraan keluar dari a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan adanya simpang dan batas kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). d. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). e. Pengendalian parkir di area sekitar simpang sehingga meningkatkan jarak pandang di simpang. a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran jalur. f. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. g. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. h. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. b. Pemasangan lampu APILL. a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m

29 No Uraian Permasalahan badan jalan, terutama sepeda motor dan kendaraan berat. 3 Tidak adanya penerangan jalan. 4 Kondisi permukaan perkerasan jalan bergelombang 5 Adanya simpang dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. c. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. d. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah pada bahu jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran lajur. Pemasangan mata kucing pada seluruh daerah blackspot. Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI). a. Pemasangan rambu a. Pemasangan peringatan adanya kancing tikungan/simpang jalan/mata kucing sebelum memasuki pada as jalan. tikungan/simpang. b. Pembuatan lajur b. Pemasangan batas khusus belok kecepatan kanan/pulau lalu maksimum sebelum lintas. memasuki tikungan c. Re-alinyemen (diusulkan batas simpang kecepatan (memperbaiki maksimum sebesar radius simpang 40 km/jam). dan jarak c. Pemasangan rambu pandang di chevron (CAM). simpang). d. Pemasangan patok pengarah. e. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. f. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). g. Pengendalian parkir di area sekitar Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang b. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. Pemasangan lampu penerangan jalan. Melakukan perbaikan secara struktural pada perkerasan jalan. a. Pemasangan lampu APILL. b. Pemasangan dynamic curve warning system. c. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri

30 No Uraian Permasalahan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang 6 Adanya korban pejalan kaki simpang. a. Pemasangan rambu peringatan adanya pejalan kaki yang melintas. b. Pemasangan rambu batas kecepatan maksimum pada daerah yang banyak pejalan kaki. a. Pembuatan median. a. Penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki (menyusuri jalan dan menyeberang) (lajur khusus pejalan kaki, penyeberangan tidak sebidang). b. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). c. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Ngawi-Caruban KM untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.13, Gambar 5.14, Gambar 5.15, dan Gambar DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL

31 Gambar Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM Gambar Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM

32 Gambar Detail 2 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM Gambar Detail 3 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM

33 Gambar Contoh kondisi sebelum dan sesudah pemasangan rambu chevron pada suatu tikungan Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Ngawi-Caruban KM untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.18, Gambar 5.19, Gambar 5. 20, dan Gambar Gambar Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips

34 Gambar Usulan perataan bahu dengan menimbun tanah dan pemasangan mata kucing Gambar Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas

35 Gambar 5.21.Usulan pembuatan bahu yang diperkeras Gambar Re-alinyemen simpang Gambar Pemasangan median dengan reflector post Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Ngawi-Caruban KM untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.24, Gambar 5. 25, dan Gambar

36 Gambar Pelebaran jalan menjadi 4 lajur Gambar Usulan pemasangan dynamic curve warning system

37 Gambar Usulan pemasangan lampu jalan Gambar Pemasangan APILL dan lajur khusus sepeda motor Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu

38 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu Rp /km jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan Rp /m 3 menimbun tanah Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp /buah Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp /km Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan Rp /m 3 memperkeras daerah bahu Re-alinyemen simpang Rp / m3 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp /m 3 Pembuatan lampu penerangan jalan Rp /buah Re-alinyemen horizontal/vertikal Rp /m 3 Pemasangan dynamic curve warning system Rp /sistem Pemasangan APILL Rp /sistem

39 2) Mantingan Lokasi kecelakaan di Kecamatan Mantingan merupakan lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot), tepatnya di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Ngawi- Mantingan KM Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun Dari data Tabel 5.21dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa tipe tabrakan dengan nilai fatalistas tertinggi terdapat pada tipe tabrakan depan-samping. Tabel Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Jenis Tabrakan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) Tidak Berbahaya Samping-samping Cukup Berbahaya Depan-samping Cukup Berbahaya Depan-belakang Tidak Berbahaya

40 Depan-depan Cukup Berbahaya Kecelakaan beruntun Tidak Berbahaya Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Cukup Berbahaya karena daerah ini baru berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang mendapat prioritas penanganan adalah tipe tabrak depan-samping, depan-depan, dan samping-samping. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakter kondisi jalan di Jalan Raya Ngawi- Mantingan KM Fatalitas Kondisi Jalan Jumlah Kecelakaan MD LB LR Kering Genangan Air Basah Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi permukaan dapat dilihat pada Tabel Tabel Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM berdasarkan kondisi permukaan jalan Kondisi Permukaan Jalan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Dampak Fatalitas Resiko Kategori

41 Kondisi Permukaan Jalan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Dampak Fatalitas Resiko Kategori Kering Berbahaya Genangan air Tidak Berbahaya Basah Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi permukaan jalan pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi permukaan jalan yang kering. Untuk mengetahui apakah karakteristik kondisi cuaca terkait dengan terjadinya kecelakaan maka dianalisis hubungan antara jumlah terjadinya kecelakaan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan pada berbagai kondisi cuaca sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kecelakaan berdasarkan kondisi Kondisi Cuaca cuaca di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal Berkabut Hujan Gerimis Hujan lebat

42 Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca terjadinya kecelakaan dapat dilihat pada Tabel Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di Kondisi Permukaan Jalan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM berdasarkan kondisi cuaca Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Dampak Fatalitas resiko Kategori Normal Berbahaya Berkabut Cukup Berbahaya Hujan gerimis Tidak Berbahaya Hujan lebat Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi cuaca pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi cuaca normal. Tabel Karakteristik kecelakaan berdasarkan moda Moda Kendaraan kendaraan yang digunakan dijalan Raya Ngawi- Mantingan KM Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor Mobil Truk Bus Pejalan Kaki Sepeda

43 Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dapat dilihat pada Tabel Tabel Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di Jenis Tabrakan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor Berbahaya Mobil Cukup Berbahaya Truk Tidak Berbahaya Bus Cukup Berbahaya Pejalan Kaki Tidak Berbahaya Sepeda Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Jalan naik turun dan banyak tikungan, 3) Lebar untuk 2 arah sebesar 6,8 meter, 4) Bahu jalan ±1 meter, tidak diperkeras, terdapat perbedaan level yang cukup besar dengan badan jalan,

44 5) Lahan di sekitarnya berupa hutan sehingga hambatan samping minimal akan tetapi batang pohon yang menjorok ke jalan menghalangi jarak pandang, 6) Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang dan terjadi kerusakan alur, 7) Kondisi marka tengah masih baik akan tetapi tidak ada marka tepi, 8) Tidak ditemukan rambu lalu lintas, 9) Penerangan jalan tidak ada. Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±50 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±60 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±80 km/jam. Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini terdiri dari 25% kendaraan berat, 29% kendaraan ringan, dan 32% sepeda motor. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan sebagai berikut ini. Kecelakaan yang terjadi sering melibatkan sepeda motor, hal ini dikarenakan sepeda motor merupakan kendaraan yang mendominasi di jalur ini. Kecepatan sepeda motor juga relatif lebih tinggi daripada jenis kendaraan lainnya. Kondisi

45 geometrik yang banyak tikungan dan naik turun menyebabkan resiko sepeda motor lebih tinggi daripada jenis kendaraan lainnya. Selain sepeda motor, kendaraan berat juga sering terlibat dalam kecelakaan. Hal ini dikarenakan kendaraan berat ini memiliki kecepatan yang relatif lebih rendah daripada jenis kendaraan lainnya. Kecepatan yang rendah ini dapat memicu ketidaksabaran dari pengguna jalan lainnya untuk menyiap. Akan tetapi karena lebar jalan di ruas ini yang relatif sempit dan tidak adanya pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya. Kondisi alinyemen horisontal dan vertikal ruas jalan ini yang naik turun dan relatif banyak tikungan, menyebabkan jarak pandang pengemudi yang menyiap juga terbatas, didukung pula terbatasnya ketersedian rambu dan marka yang dapat memberikan informasi maupun peringatan kepada pengemudi mengenai kondisi jalan. Analisis selanjutnya, kondisi bahu jalan yang memiliki gap yang cukup besar dengan badan jalan menyebabkan kendaraan yang disiap dapat tergelincir ke bahu jalan dan susah untuk kembali ke badan jalan. Tidak adanya marka tepi juga mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan. Kondisi jalan yang bergelombang mengakibatkan penguasaan/45ertica pengemudi terhadap setir maupun jalannya

46 kendaraan berkurang, sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga berkurang. Adanya pejalan kaki yang terlibat dalam kecelakaan, disebabkan tidak tersedianya fasilitas untuk pejalan kaki. Hal ini dimungkinkan, karena jalan ini merupakan jalan antar kota dengan kecepatan tinggi dan akses untuk pejalan kaki dibatasi. Kondisi lahan sekitar yang berupa hutan dan jarang perumahan penduduk menyebabkan kemunculan seorang pejalan kaki merupakan suatu hal mendadak.apabila dilihat dari uraian kondisi sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa apabila kendaraan sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan kondisi jalan yang bergelombang serta naik turun menyebabkan kemunculan obyek, dalam hal ini pejalan kaki yang mendadak bisa mengakibatkan pengemudi/pengendara kendaraan kesulitan untuk menghentikan kendaraannya. Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari.pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM ditunjukkan pada Tabel

47 Tabel Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori 1. Kondisi alinyemen horizontal dan 47ertical yang tidak sesuai dengan dimensi mayoritas kendaraan yang melintas(kendaraan berat) 2. Kondisi median (marka 2 garis sejajar utuh) yang tidak sesuai standardan tidak ada marka tepi 3. Perbedaan elevasi bahu dengan badan jalan yang tidak memenuhi standar Pengemudi sulit mengarahkan kendaraannya atau dapat keluar dari jalur Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkinkan terjadinya kecelakaan lalu lintas Membahayakan pengemudi yang keluar jalur kemudian tidak dapat kembali ke badan jalan. 65,7% Berbahaya 50% Berbahaya 100% Sangat Berbahaya 4. Tidak adanya rambu Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan atau sebagainya. 100% Sangat Berbahaya 6. Tidak adanya penerangan jalan 7. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang 8. Adanya tikungan dan tidak adanya marka serta rambu yang memadai Pengemudi tidak dapat melihat keadaan jalan dan kondisi lingkungan sekitar. Pengemudi susah mengendalikan kendaraandan pergerakannya Pembuatan rambu dan marka yang sesuai standar pada daerah 100% Sangat Berbahaya 70% Sangat Berbahaya 100% Berbahaya

48 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori tikungan Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang muncul adalah Berbahaya. Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti yang tertera pada Tabel Tabel Usulan penanganan berdasarkan hasil analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depansamping, depansamping, dan samping-samping. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran jalur. f. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Re-alinyemen horizontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). b. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan sehingga dapat meningkatkan jarak pandang. c. Penambahan lajur/duplikasi

49 No Uraian Permasalahan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. 2 Kecelakaan yang mengakibatkan kendaraan keluar dari badan jalan, terutama sepeda motor dan kendaraan berat. 3 Tidak adanya penerangan jalan. 4 Kondisi permukaan perkerasan jalan bergelombang a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan. a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudinal rumble strips pada bahu jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran lajur. Pemasangan mata kucing pada seluruh daerah blackspot. Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI). a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. b. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. Pemasangan lampu penerangan jalan. Melakukan perbaikan secara struktural pada perkerasan jalan

50 No Uraian Permasalahan 5 Adanya tikungan dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan sebelum memasuki tikungan. b. Pemasangan batas kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). b. Re-alinyemen vertical dengan melandaikan tanjakan dan turunan sehingga dapat meningkatkan jarak pandang. c. Pemasangan dynamic curve warning system. 6 Adanya korban pejalan kaki a. Pemasangan rambu peringatan adanya pejalan kaki yang melintas. b. Pemasangan rambu batas kecepatan maksimum pada daerah yang banyak pejalan kaki. Pembuatan median. a. Penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki (menyusuri jalan dan menyeberang) (lajur khusus pejalan kaki, penyeberangan tidak sebidang). b. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). c. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan

51 Usulan penanganan pada Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.28, Gambar 5.29, dan Gambar DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 Gambar Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Gambar Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM

52 Gambar Detail 2 dan detail 3 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi- Mantingan KM Usulan penanganan pada daerah Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5. 31, Gambar 5. 32, Gambar 5. 33, Gambar 5. 34, dan Gambar

53 Gambar Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips Gambar Usulan perataan bahu dengan menimbun tanah dan pemasangan mata kucing Gambar Pembuatan median jalan

54 Gambar Perbaikan kemiringan dan pengerasan bahu jalan Gambar Pemasangan guardrail

55 Usulan penanganan untuk jangka panjang pada daerah Widodaren ditunjukkan pada Gambar 5.36, Gambar 5.37, Gambar 5.38, Gambar 5.39, Gambar 5.40, dan Gambar Gambar Usulan pembuatan median jalan serta pelebaran jalan menjadi 4 lajur Gambar Usulan pembuatan bahu yang diperkeras

56 Gambar Usulan pemasangan lampu jalan Gambar Usulan pemasangan dynamic curve warning system

57 Gambar Usulan pemasangan lampu jalan Gambar Re-alinyemen jalan

58 Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan menimbun tanah Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan memperkeras daerah bahu Perkiraan Biaya Rp /km Rp /m 3 Rp /buah Rp /km Rp /m 3 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp /m 3 Pembuatan lampu penerangan jalan Rp /buah Re-alinyemen 58ertical58l/vertikal Rp /m 3 Pemasangan dynamic curve warning system Rp /sistem

59 2. Purwokerto Analisis data kecelakaan di Kabupaten Purwokerto dilakukan pada daerah jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) Lokasi kecelakaan di Kecamatan Kemrajen merupakan daerah rawan kecelakaan, tepatnya terletak pada ruas Jalan Raya Buntu Kemranjen. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Buntu Kemranjen Jalan Raya Buntu Kemranjen Jenis Tabrakan MD LB LR Jumlah Laka Depan-Depan Depan-Belakang Depan-Samping Samping-Samping Tunggal Tabrak Pejalan Kaki

60 Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel Tabel Analisis resiko berdasarkan tipe tabrakan di Jalan Jenis Tabrakan Raya Buntu Kemranjen Peluang Jalan Raya Buntu Kemranjen Dampak Fatalitas Resiko Kategori Depan-Depan Cukup Berbahaya Depan-Belakang Berbahaya Depan-Samping Cukup Berbahaya Samping-Samping Tidak Berbahaya Tunggal Cukup Berbahaya Tabrak Pejalan Kaki Cukup Berbahaya Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang mendapat prioritas penanganan adalah tipe tabrak depan-belakang. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai

61 kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel Tabel Jenis kendaraan yang terlibat di Jalan Raya Buntu- Kemranjen Kendaraan Yang Terlibat Jalan Raya Buntu Kemranjen MD LB LR Jumlah kendaraan Truk Bus Mobil Sepeda Motor Kendaraan tak bermotor Pejalan Kaki Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dapat dilihat pada Tabel Tabel Analisis tingkat kepentingan berdasarkan kendaraan yang terlibat di Jalan Raya Buntu Kemranjen Jenis Tabrakan Peluang Jalan Raya Buntu Kemranjen Dampak Fatalitas Resiko Kategori Truk Cukup Berbahaya Bus Cukup Berbahaya Mobil Berbahaya Sepeda Motor Berbahaya Kendaraan Tak bermotor Cukup Berbahaya Pejalan Kaki Cukup Berbahaya

62 Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka jenis kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah mobil dan sepeda motor. Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik jalan62 untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Buntu Kemranjen ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan flexible pavement, 3) Jalan banyak tikungan, 4) Lebar lajur tengah 3,5 meter dan lajur tepi 1,2 meter, 5) Bahu jalan 2,5 meter pada utara jalan dan 2,3 meter pada selatan jalan, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan namun kemiringan yang belum memenuhi standar dapat terlihat dari dokumentasi yang menunjukkan genangan pada bahu jalan, 6) Lahan di sekitarnya berupa pemukiman dan perdagangan (semi urban), terdapat hambatan samping berupa kendaraan keluar masuk jalan akses, 7) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi sangat baik dan jelas, 8) Pengecatan median (2 garis sejajar utuh) yang tidak sesuai standar, 9) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas,

63 10) Tidak adanya penerangan pada jalan, 11) Kondisi permukaan perkerasan baik. Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±40 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±50 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±50 km/jam. Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini didominasi oleh kendaraan ringan. Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan kendaraan jenis sepeda motor, mengingat daerah ini melewati daerah semi urban sehingga banyak sepeda motor yang melintas untuk melakukan perjalanan jarak pendek, termasuk keluar masuk dan menyeberang dari jalan akses. Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling sering terlibat kecelakaan, hal ini dikarenakan jenis moda sepeda motor merupakan moda yang mudah terlibat kecelakaan mengingat strukturnya yang kurang stabil. Adanya jalur sepeda motor (jalur tepi dengan lebar 1,2 meter), akan tetapi kurang jelas informasi mengenai penggunaanya juga memiliki kontribusi terhadap kecelakaan. Sepeda motor cenderung bercampur dengan kendaraan lainnya atau kendaraan jenis lain akan menggunakan jalur yang disediakan untuk sepeda motor. Pada daerah ini kendaraan yang juga sering terlibat kecelakaan adalah jenis mobil yang merupakan kendaraan ringan, hal ini dikarenakan volume kendaraan ini paling banyak

64 Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi urban ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan maupun menyeberang jalan juga cukup banyak. Kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki menyeberang tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas menerus atau tertabrak kendaraan yang keluar dari badan jalan akibat lebar jalan yang sempit, sehingga kadang memaksa kendaraan untuk keluar ke bahu jalan karena kondisi menyiap yang tidak aman. Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dan tidak adanya pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya. Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan adanya tikungan atau simpang, untuk berhati-hati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas di daerah semi urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi semi urban ini. Kondisi jalan juga relatif datar dan lurus sehingga pengemudi cenderung memacu kecepatan pada ruas ini. Adanya beberapa tikungan setelah bagian lurus tanpa informasi sebelumnya menjadikan pengemudi dengan kendaraan berkecepatan tinggi kesulitan untuk mengendalikan kendaraan. Jenis kecelakaan tabrak depan-belakang terjadi disebabkan oleh kurang awasnya pengemudi dengan lingkungan sekitar. Hal ini

65 disebabkan oleh kondisi kendaraan yang tidak baik (rem blong) maupun kecepatan yang terlalu tinggi sehingga kesulitan untuk melakukan pengereman apabila ada kondisi berbahaya yang mendadak. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan seperti yang ditunjukkan pada Tabel Tabel Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Buntu-Kemranjen No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 1. Tidak jelasnya peruntukkan lajur kendaraan 2. Kondisi median (marka 2 garis sejajar utuh) yang tidak sesuai standar dan tidak ada marka tepi Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor dan mobil Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkinkan terjadinya kecelakaan lalu lintas 65,7% Berbahaya 50% Berbahaya 3. Tidak adanya rambu Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan atau sebagainya. 100% Sangat Berbahaya 4. Adanya tikungan, simpang, dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang Terjadinya kecelakaan tabrak depan-belakang. Pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraan dengan baik 100% Sangat Berbahaya

66 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori (marka serta rambu yang tidak memadai). karena harus menurunkan kecepatan dengan tiba-tiba dan jarak pandang terbatas. Terjadinya kecelakaan tabrak depan-belakang. 5. Pothole ф>25cm, d>10cm Pengemudi masuk lubang dan membahayakan pergerakannya 10% Cukup Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel Tabel Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Buntu Kemranjen No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depanbelakang. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang dan batas Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. c. Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. b. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri

67 No Uraian Permasalahan 2 Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor. 3 Tidak adanya penerangan jalan. 4 Adanya simpang dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. d. Pembuatan lajur khusus sepeda motor dengan marka yang jelas dan pemasangan rambu lajur khusus sepeda motor a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). a. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang sebelum memasuki tikungan/simpang. b. Pemasangan batas Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah d. Pelebaran jalur. e. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. f. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. g. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran lajur. Pemasangan mata kucing pada seluruh daerah blackspot. a. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. b. Pembuatan lajur khusus belok Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. b. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. Pemasangan lampu penerangan jalan. a. Pemasangan lampu APILL. b. Pemasangan dynamic curve warning system. c. Pembatasan akses

68 No Uraian Permasalahan (marka serta rambu yang tidak memadai). 5 Adanya korban pejalan kaki Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. e. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. f. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). g. Pengendalian akses di area sekitar simpang. a. Pemasangan rambu peringatan adanya pejalan kaki yang melintas. b. Pemasangan rambu batas kecepatan maksimum pada daerah yang banyak pejalan kaki. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah kanan/pulau lalu lintas. c. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang yang masuk ke jalan arteri. a. Penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki (menyusuri jalan dan menyeberang) (lajur khusus pejalan kaki, penyeberangan tidak sebidang). b. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). c. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan

69 Usulan penanganan pada Jalan Raya Buntu-Kemrajen untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.42, Gambar 5.43, Gambar 5.44, dan Gambar DETAIL 1 DETAIL 2 DETAIL 3 DETAIL 5 DETAIL 4 Gambar Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kemrajen Gambar Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kemrajen

70 Gambar Detail 2 dan detail 3 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kemrajen

71 Gambar Detail 4 dan detail 5 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kemrajen Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Buntu-Kemranjen untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.46, Gambar 5.47, Gambar 5. 48, Gambar 5.49, Gambar 5. 50, dan Gambar

72 Gambar Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips Gambar Pemasangan mata kucing

73 Gambar Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas

74 Gambar Pembuatan bahu yang diperkeras Gambar Re-alinyemen simpang Gambar Pemasangan median dengan reflector post

75 Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Buntu-Kemranjen untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.52, Gambar 5. 53, dan Gambar Gambar Pelebaran jalan menjadi 4 lajur

76 Gambar Usulan pemasangan dynamic curve warning system Gambar Pemasangan APILL dan lajur khusus sepeda motor Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Buntu-Kemranjen. Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Buntu-Kemranjen Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Buntu-Kemranjen Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Perkiraan Biaya Rp /km

77 Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Menengah Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp /buah Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan memperkeras Rp /m 3 daerah bahu Re-alinyemen simpang Rp / m 3 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Buntu-Kemranjen Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp /m 3 Re-alinyemen horizontal/vertikal Rp /m 3 Pemasangan dynamic curve warning system Rp /sistem Pemasangan APILL Rp /sistem Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp /m 3 b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot) Lokasi kecelakaan di Kecamatan Sumpiuh merupakan lokasi jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan, tepatnya terletak pada ruas Jalan Raya Sumpiuh. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Jenis kecelakaan yang terjadi di Jalan Raya Sumpiuh Jalan Raya Sumpiuh Jenis Tabrakan MD LB LR Jumlah Kecelakaan Depan-Depan Depan-Belakang Depan-Samping Samping-Samping Tunggal Tabrak Pejalan Kaki

78 Dari data Tabel 5.43 dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa tipe tabrakan yang paling dominan adalah tabrakan depanbelakang. Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis tabrakan dapat dilihat pada Tabel Tabel Analisis resiko di Jalan Raya Sumpiuh berdasarkan jenis tabrakan Jalan Raya Sumpiuh Jenis Tabrakan peluang dampak Fatalitas Resiko Kategori Depan-Depan Cukup Berbahaya Depan-Belakang Berbahaya Depan-Samping Tidak Berbahaya Samping-Samping Tidak Berbahaya Tunggal Tidak Berbahaya Tabrak Pejalan Kaki Tidak Berbahaya Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang mendapat prioritas penanganan adalah tipe tabrak depan-belakang. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai

79 kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel Tabel Jenis kendaraan yang sering mengalami kecelakaan di Jalan Raya Sumpiuh Kendaraan Yang Terlibat Jalan Raya Sumpiuh MD LB LR Jumlah Laka Truk Bus Mobil Sepeda Motor Kendaraan Tak bermotor Pejalan Kaki Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dapat dilihat pada Tabel Tabel Analisis resiko berdasarkan kendaraan yang terlibat di Jalan Raya Sumpiuh Jalan Raya Sumpiuh Jenis Tabrakan Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Truk Tidak Berbahaya Bus Cukup Berbahaya

80 Mobil Cukup Berbahaya Sepeda Motor Berbahaya Kendaraan Tak Tidak Berbahaya bermotor Pejalan Kaki Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan penanganan berdasarkan moda kendaraan yang terlibat maka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor yang perlu diprioritaskan dalam penanganannya. Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di Jalan Raya Sumpiuh ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Persimpangan tidak bersinyal 3) Perkerasan merupakan fleksibel pavement, 4) Lebar lajur jalan utama 13,5 meter, 5) Bahu jalan 2 meter pada utara jalan dan 2 meter pada selatan jalan, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 6) Kondisi cat marka tengah baik dan marka tepi tidak jelas, 7) Tidak terdapat rambu peringatan dan rambu larangan, 8) Lampu jalan berfungsi dengan baik, 9) Hambatan samping tinggi akibat aktifitas parkir pada persimpangan, 10) Volume lalu lintas pada persimpangan tinggi, 11) Volume pejalan kaki yang tinggi, 12) Kondisi permukaan perkerasan baik

81 Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV), kendaraan ringan (LV), dan untuk sepeda motor sebesar ±50 km/jam. Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini didominasi oleh kendaraan ringan. Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan sepeda motor, mengingat daerah ini melewati daerah semi urban sehingga banyak sepeda motor yang melintas untuk melakukan perjalanan jarak pendek, termasuk keluar masuk dan menyeberang dari jalan akses. Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi urban ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan maupun menyeberang jalan juga cukup banyak. Kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki menyeberang tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas menerus. Parkir di badan jalan serta banyaknya akses yang masuk ke jalan utama juga merupakan penyebab kondisi lalu lintas tercampur antara lalu lintas menerus dengan kecepatan tinggi dan lalu lintas lokal. Lebar jalan di ruas ini juga cukup lebar dan tidak adanya pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya. Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan adanya simpang, untuk berhati-hati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas di daerah semi urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi

82 kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi semi urban ini. Kondisi jalan juga relatif datar dan lurus sehingga pengemudi cenderung memacu kecepatan pada ruas ini. Adanya beberapa tikungan setelah bagian lurus tanpa informasi sebelumnya menjadikan pengemudi dengan kendaraan berkecepatan tinggi kesulitan untuk mengendalikan kendaraan. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel Tabel Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Sumpiuh No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 1. Persimpangan tidak bersinyal padahal volume lalulintas tinggi Meningkatnya kecelakaan pada daerah persimpangan 100% Sangat Berbahaya 2. Marka tepi yang tidak jelas 3. Adanya tikungan, simpang, dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). 4. Tidak terlindungnya pejalan kaki Pengemudi keluar jalur Kendaraan dengan kecepatan tinggi susah untuk mengurangi kecepatan ketika ada kendaraan atau pejalan kaki yang melintas Pejalan kaki tertabrak oleh pengendara 100% Sangat Berbahaya 100% Sangat Berbahaya 50% Berbahaya

83 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 5. Hambatan samping tinggi akibat aktifitas parkir pada persimpangan 6. Terdapatnya tugu pada salah satu lengan persimpangan 7 Saluran drainasi yang terbuka di dalam ruang manfaat jalan Pergerakan pengguna jalan menjadi sulit dan memmbahayakan Pergerakan pengguna jalan menjadi sulit dan membahayakan Memperparah dampak apabila kecelakaan terjadi 80% Sangat Berbahaya 100% Sangat Berbahaya 100% Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel Tabel Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Sumpiuh No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depanbelakang. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. c. Pembuatan Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang c. Pembuatan jalur khusus sepeda motor. d. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri

84 No Uraian Permasalahan 2 Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor. 3 Adanya simpang dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek dan batas kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. d. Pembuatan lajur khusus sepeda motor dengan marka yang jelas dan pemasangan rambu lajur khusus sepeda motor a. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang sebelum memasuki tikungan/simpang. b. Pemasangan batas kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah median. d. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. e. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. f. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. b. Pengerasan bahu jalan. c. Pembuatan median. a. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. b. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. c. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. a. Pemasangan lampu APILL. b. Pemasangan dynamic curve warning system. c. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri

85 No Uraian Permasalahan 5 Adanya korban pejalan kaki 6 Adanya roadside hazard (saluran drainasi terbuka, tugu, kendaraan parkir) Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. e. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. f. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). g. Pengendalian parkir di sekitar simpang. h. Pengendalian akses di area sekitar simpang. a. Pemasangan rambu peringatan adanya pejalan kaki yang melintas. b. Pemasangan rambu batas kecepatan maksimum pada daerah yang banyak pejalan kaki. Menghilangkan roadside hazard (memindahkan tugu, menutup saluran drainasi) Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki (menyusuri jalan dan menyeberang) (lajur khusus pejalan kaki, penyeberangan tidak sebidang). Usulan penanganan pada Jalan Raya Sumpiuh ditunjukkan pada Gambar 5. 55,Gambar 5. 56, dan Gambar

86 DETAIL 1 DETAIL 2 DETAIL 3 Gambar Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Sumpiuh Gambar Detail 1dan detail 2 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Sumpiuh

87 Gambar Detail 3 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Sumpiuh Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Sumpiuh untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.58, Gambar 5.59, Gambar 5. 60, Gambar 5.61, Gambar 5. 62, dan Gambar Gambar Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips

88 Gambar Pemasangan mata kucing Gambar Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas

89 Gambar Pembuatan bahu yang diperkeras Gambar Re-alinyemen simpang Gambar Pemasangan median dengan reflector post

90 Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Sumpiuh untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar dan Gambar Gambar Usulan pemasangan dynamic curve warning system

91 Gambar Pemasangan APILL dan lajur khusus sepeda motor Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Sumpiuh. Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Sumpiuh Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Sumpiuh Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu Rp /km jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp /buah Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan Rp /m 3 memperkeras daerah bahu Re-alinyemen simpang Rp / m 3 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Sumpiuh Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pemasangan dynamic curve warning system Rp /sistem Pemasangan APILL Rp /sistem Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp /m

92 3. Nagreg Analisis data kecelakaan di Kabupaten Nagreg dilakukan pada daerah jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) Jalan Raya Nagreg KM Lokasi kecelakaan di Jalan Raya Nagreg KM merupakan jalan nasional. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Nagreg km Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun

93 Dari Tabel dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-belakang. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel berikut. Tabel Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di Jalan Raya Nagreg KM Jalan Raya Nagreg KM Jenis Tabrakan Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) Cukup Berbahaya Samping-samping Cukup Berbahaya Depan-samping Cukup Berbahaya Depan-belakang Berbahaya Depan-depan Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu

94 mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak depan-belakang. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Raya Kondisi Jalan Nagreg KM Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering Genangan Air Basah Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi permukaan dapat dilihat pada Tabel Tabel Analisis resiko di Jalan Raya Nagreg KM Kondisi Permukaan Jalan berdasarkan kondisi permukaan jalan Peluang Jalan Raya Nagreg KM Dampak Fatalitas Resiko Kategori Kering Sangat Berbahaya Genangan air Tidak Berbahaya Basah Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi permukaan jalan pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi permukaan jalan yang kering

95 Untuk mengetahui apakah karakteristik kondisi cuaca terkait dengan terjadinya kecelakaan maka dianalisis hubungan antara jumlah terjadinya kecelakaan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan pada berbagai kondisi cuaca sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca Cuaca di Jalan Raya Nagreg KM Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal Berkabut Hujan gerimis Hujan lebat Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca terjadinya kecelakaan dapat dilihat pada Tabel Tabel Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di Kondisi Permukaan Jalan Jalan Raya Nagreg KM berdasarkan kondisi cuaca Peluang Jalan Raya Nagreg KM Dampak Fatalitas Resiko Kategori Normal Sangat Berbahaya Berkabut Tidak Berbahaya Hujan gerimis Tidak Berbahaya Hujan lebat Tidak Berbahaya

96 Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi cuaca pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi cuaca normal. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.58 berikut. Tabel Karakteristik kecelakaan berdasarkan moda kendaraan yang digunakan di Jalan Raya Nagreg KM Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor Mobil Truk Bus Pejalan Kaki Sepeda Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.59 berikut

97 Tabel Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di Jalan Raya Nagreg KM Jenis Tabrakan Peluang Jalan Raya Nagreg KM Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor Sangat Berbahaya Mobil Cukup Berbahaya Truk Berbahaya Bus Cukup Berbahaya Pejalan Kaki Cukup Berbahaya Sepeda Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan penanganan berdasarkan moda kendaraan yang terlibat maka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor dan truk yang perlu diprioritaskan dalam penanganannya. Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di Jalan Raya Nagreg KM ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan flexible pavement, 3) Lebar lajur 3meter, 4) Bahu jalan 1 meter dan, diperkeras, sejajar dengan badan jalan,

98 5) Kondisi cat marka as jalan baik, marka tengah dan marka tepi tidak jelas, 6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Tidak adanya penerangan pada jalan (lampu jalan rusak), 8) Adanya tanjakan/turunan pada ujung jalan. Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±35 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±35 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±40 km/jam. Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini didominasi oleh kendaraan ringan. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel sebagai berikut. Tabel Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Nagreg KM No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori 1. Tercampurnya kendaraan berat dengan sepeda motor Kecelakaan yang melibatkan kendaraan berat dan sepeda motor. 100% Sangat Berbahaya 2. Tidak adanya rambu Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan 100% Sangat Berbahaya

99 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori atau sebagainya. 3. Tidak adanya penerangan pada jalan 4. Tanjakan yang dilalui oleh kendaraan berat cukup panjang Pengemudi tidak dapat melihat keadaan jalan dan kondisi lingkungan sekitar. Kendaraan berat berjalan pelan sehingga membahayakan pengemudi di belakangnnya dan dapat menyebabkan kecelakaan depanbelakang 100% Sangat Berbahaya 100% Sangat Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Tabel Usulan penanganan berdasarkan analisis resiko di Jalan Raya Nagreg KM No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depanbelakang. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang dan batas Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. c. Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Pembuatan jalur khusus sepeda motor. b. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri

100 No Uraian Permasalahan 2 Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor. 3 Adanya daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. d. Pembuatan lajur khusus sepeda motor dengan marka yang jelas dan pemasangan rambu lajur khusus sepeda motor Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah d. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. e. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. b. Pembuatan median. a. Pembuatan a. Pemasangan papan kancing pengumuman jalan/mata kucing daerah rawan pada as jalan. kecelakaan dan b. Pembuatan lajur hati hati untuk khusus belok meningkatkan kanan/pulau lalu kewaspadaan. lintas. b. Pemasangan batas kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Pembuatan lajur khusus sepeda motor. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri

101 No Uraian Permasalahan 4 Penerangan jalan yang kurang 5 Tanjakan yang terlalu panjang terutama bagi kendaraan berat Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek e. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. f. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). Pengecatan marka yang bersifat reflektif Pemasangan rambu peringatan dan informasi tanjakan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudinal rumble strips pada bahu jalan. c. Pemasangan median denga reflector post. Pembuatan lajur pendakian Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Pemasangan lampu penerangan jalan. Re-alinyemen vertikal Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Nagreg KM untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar dan Gambar

102 Gambar Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Nagreg KM

103 Gambar Detail usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Nagreg Km Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Nagreg KM untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5. 68, Gambar 5.69, Gambar 5. 70, dan Gambar Gambar Usulan pembuatan continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan dan centerline Rumble Strips/Stripes jalan

104 Gambar Pemasangan mata kucing Gambar Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas

105 Gambar Pemasangan median dengan reflector post Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Nagreg KM untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar dan Gambar Gambar Usulan perubahan alinyemen vertikal

106 Gambar Usulan pemasangan lampu jalan Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Nagreg KM Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Nagreg KM Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Nagreg KM Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Perkiraan Biaya Rp /km Rp /buah Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Nagreg KM Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Perkiraan Biaya Pembuatan lampu penerangan jalan Rp /buah Re-alinyemen horizontal/vertikal Rp /m

107 B. JALUR LINTAS UTARA 1. Indramayu Analisis data kecelakaan di Kabupaten Indramayu dilakukan pada daerah jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu, dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. Selanjutnya akan dilihat analisis karakteristik kecelakaan di masingmasing lokasi yang berpotensi sebagai daerah rawan kecelakaan berdasarkan nilai daerah rawan kecelakaan tertinggi yang ditunjukkan tabel pada bab sebelumnya. Lokasi dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu: a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) 1) Eretan Kulon, Kandanghaur KM Lokasi kecelakaan di ruas Jalan Raya Pantura Eretan, Kandanghaur KM terletak di daerah Indramayu. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.65.berikut ini

108 Tabel Karakteristik tipe tabrakan di Eretan Kulon, Tipe Tabrakan Kandanghaur KM Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun Dari Tabel 5.65 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-samping. Untuk mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, di mana jumlah kecelakaan dikonversikan menjadi nilai peluang, dan fatalitas dari korban kecelakaan dikonversikan menjadi nilai dampak, seperti tertera pada Tabel

109 Tabel Analisis resiko di Eretan Kulon, Kandanghaur Jenis Tabrakan KM Jalan Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) Tidak Berbahaya Samping-samping Tidak Berbahaya Depan-samping Cukup Berbahaya Depan-belakang Tidak Berbahaya Depan-depan Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat tipe kecelakaan yang termasuk katergori berbahaya dan sangat berbahaya pada daerah Eretan Kulon. Hanya terdapat kategori cukup berbahaya dengan jenis tabrakan depan-samping. Oleh karena itu, belum diperlukan penanganan/usulan baru untuk tindak lebih lanjut terhadap kondisi permasalahan di Jalan Raya Eretan Kulon. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi saat terjadi kecelakaan dapat dilihat pada Tabel

110 Tabel Karakteristik kondisi jalan di Jalan Raya Eretan Kondisi Jalan Kulon, Kandanghaur KM Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering Genangan Air Basah Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal Berkabut Hujan Gerimis Hujan lebat

111 Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.69 Tabel Jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan di Jalan Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor Mobil Truk Bus Pejalan Kaki Sepeda Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel berikut

112 Tabel Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan berdasarkan moda kendaraan di Jalan Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM Jalan Raya Eretan Kulon Moda kendaraan Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor Berbahaya Mobil Berbahaya Truk Cukup Berbahaya Bus Tidak Berbahaya Pejalan Kaki Tidak Berbahaya Sepeda Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor dan mobil. Kondisi geometrik di Jalan Raya Pantura Eretan ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan flexibel pavement (arah barat) dan rigid pavement (arah timur), 3) Lebar lajur 3,5 meter, 4) Bahu jalan 2,5 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 5) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi tidak jelas,

113 6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Kondisi permukaan perkerasan rigid mengalami keretakan. 8) Terdapat Bukaan (U-Turn) yang tidak memiliki rambu serta tidak terlindung Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.71sebagai berikut. Tabel Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan di Eretan Kulon, Kandanghaur KM No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori 1. Marka tepi yang tidak jelas 2. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan kecelakaan 3. Tidak adanya rambu putar balik pada bukaan dan perlindungan terhadapa kendaraan yang akan berputar arah 4. Adanya retak pada rigid pavement Pengemudi keluar jalur Kecepatan tinggi yang memperbesar dampak keprahan pelaku kecelakaan Pengemudi tertabrak dari belakang Pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraannya 50% Berbahaya 100% Sangat Berbahaya 100% Sangat Berbahaya 10% Cukup Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di

114 atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya. Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti yang tertera padatabel Tabel Usulan penanganan berdasarkan uraian permasalahan di Jalan Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM No Uraian Permasalahan 1 Tidak adanya marka tepi dan marka tengah sehingga menyebabkan pengemudi sepeda motor yang lebih rentan keluar dari jalur. 2. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 3. Tidak adanya rambu putar balik pada bukaan dan perlindungan terhadapa kendaraan yang akan berputar arah Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Melakukan pengecatan marka tepi dan marka tengah yang sesuai standar Pemasangan rambu batas kecepatan dan pemasangan rambu hati hati serta papan pengumuman daerah rawan kecelakaan untuk menigkatkan kewaspadaaan. Pemasangan rambu putar balik dan pembuatan bukaan terlindung Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudi nal rumble strips pada bahu jalan.. a. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. b. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Pembuatan lajur khusus sepeda motor

115 Usulan penanganan pada daerah Eretan Kulon ditunjukkan pada Gambar 5.74, Gambar 5.75, dan Gambar 5.76 sebagai berikut. DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 Gambar Usulan penganan daerah rawan kecelakaan Eretan Kulon Gambar Detail 1 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Eretan Kulon Gambar Detail 2 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Eretan Kulon

116 Gambar Detail 3 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Eretan Kulon Usulan penanganan pada daerah Eretan Kulon untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.78, Gambar 5.79, Gambar 5. 80, Gambar sebagai berikut. Gambar Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan

117 Gambar 5.79.Usulan pemasangan mata kucing Gambar Pembuatan pulau lalu lintas Gambar Pemasangan median dengan reflector post

118 Usulan penanganan pada daerah Eretan Kulon untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar Gambar Lajur khusus sepeda motor Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Eretan Kulon. Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Eretan Kulon Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Pemasangan marka tikungan dan rambu pengarah. Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Eretan Kulon Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan. Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Perkiraan Biaya Rp /km Rp /buah

119 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Eretan Kulon Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp /m 3 b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot). 1) Larangan, Lohbener KM Lokasi kecelakaan di Jalan Lohbener KM merupakan jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential black spot), tepatnya di Jalan Raya Larangan. Tabel Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Tipe Tabrakan Larangan, Lohbener KM Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun Dari Tabel 5.76 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depansamping

120 Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan. Di dalam analisis tersebut, jumlah kecelakaan diasumsikan menjadi nilai peluang dan fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.77 Tabel Analisis resiko tingkat kepengtingan penanganan di Eretan Kulon, Kandanghaur KM Larangan Jenis Tabrakan peluang dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) Tidak Berbahaya Samping-samping Cukup Berbahaya Depan-samping Cukup Berbahaya Depan-belakang Tidak Berbahaya Depan-depan Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas.berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat tipe kecelakaan yang termasuk katergori berbahaya dan sangat berbahaya pada daerah Larangan. Hanya terdapat kategori cukup berbahaya dengan jenis tabrakan samping-samping dan depan-samping.oleh karena itu, belum diperlukan

121 penanganan/usulan baru untuk tindak lebih lanjut terhadap kondisi permasalahan di Jalan Raya Larangan. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi saat terjadi kecelakaan dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kondisi jalan di Jalan Raya Larangan Kondisi Jalan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering Genangan Air Basah Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel

122 Tabel Karakter kondisi cuaca di Jalan Raya Larangan, Lohbener KM Fatalitas Cuaca Jumlah Kecelakaan MD LB LR Normal Berkabut Hujan Gerimis Hujan lebat Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari.pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel Tabel Jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan di Moda Kendaraan Jalan Raya Larangan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor Mobil Truk Bus Pejalan Kaki Sepeda

123 Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel Tabel Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di Jalan Raya Larangan, Lohbener KM Jalan Raya Larangan Moda kendaraan Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor Berbahaya Mobil Cukup Berbahaya Truk Cukup Berbahaya Bus Tidak Berbahaya Pejalan Kaki Cukup Berbahaya Sepeda Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Kondisi geometrik di Jalan Raya Larangan ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan flexibel pavement

124 3) Lebar lajur 3,5 meter, 4) Bahu jalan 2 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 5) Kondisi cat marka tengah dan marka baik dan jelas, 6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Terdapat bukaan (U-Turn) yang tidak memiliki rambu serta tidak terlindung. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel sebagai berikut. Tabel Uraian permasalahan dan kategori resiko di Jalan Raya Larangan No Uraian Permasalahan 1. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan kecelakaan 2. Tidak adanya rambu putar balik pada bukaan dan perlindungan terhadapa kendaraan yang akan berputar arah Dampak Permasalahan Kecepatan tinggi yang memperbesar dampak keprahan pelaku kecelakaan Pengemudi tertabrak dari belakang Devia si peluang dampak Resiko Kategori 100% Sangat Berbahaya 100% Sangat Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Berdasarkan hasil analisis penyebab

125 kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti yang tertera pada Tabel Tabel Usulan penanganan berdasarkan analisis resiko di Jalan Raya Larangan, Lohbener KM No Uraian Permasalahan 1 Tidak adanya marka tepi dan marka tengah sehingga menyebabkan pengemudi sepeda motor yang lebih rentan keluar dari jalur. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Melakukan pengecatan marka tepi dan marka tengah yang sesuai standar Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah b. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. c. Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang b. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. c. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. 2. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 3. Tidak adanya rambu putar balik pada bukaan dan perlindungan terhadapa kendaraan yang akan berputar arah Pemasangan rambu batas kecepatan dan pemasangan rambu hati hati serta papan pengumuman daerah rawan kecelakaan untuk menigkatkan kewaspadaaan. Pemasangan rambu putar balik dan pembuatan bukaan terlindung c. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. d. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas

126 Usulan Penaganan pada daerah Larangan ditunjukkan pada Gambar 5.83, Gambar 5.84, Gambar 5.85, dan Gambar 5.86 sebagai berikut. DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 Gambar Usulan penganan daerah rawan kecelakaan Larangan Gambar Detail 1 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Larangan

127 Gambar Detail 2 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Larangan Gambar Detail 3 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Larangan Usulan penanganan pada daerah Larangan untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.87, Gambar 5.88, Gambar 5.89, Gambar 5.90 sebagai berikut

128 Gambar Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan Gambar 5.88.Usulan pemasangan mata kucing Gambar Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas

129 Gambar Pemasangan median dengan reflector post Usulan penanganan pada daerah Larangan untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.91dan Gambar Gambar Usulan pemasangan lampu jalan Gambar Lajur khusus sepeda motor

130 Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Larangan. Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Larangan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Pemasangan marka tikungan dan rambu pengarah. Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Larangan Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan Pemasangan reflector post pada seluruh daerah blackspot Perkiraan Biaya Rp /km Rp /buah Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Larangan Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pembuatan lampu penerang jalan Rp /buah Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp /m 3 2) Jalan Widasari, Bangkaloa Lokasi kecelakaan di daerah Bangkaloa merupakan lokasi jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential black spot), tepatnya di Jalan Widasari. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel

131 Tabel Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Widasari, Tipe Tabrakan Bangkaloa Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LK Sendiri (lepas kendali) Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan kecelakaan beruntun Dari data Tabel dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak samping-samping dan depan-belakang. Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis tabrakan dapat dilihat pada Tabel Tabel Analisis resiko di Jalan Widasari Jenis Tabrakan Peluang Dampak Fatalitas Widasari Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) Tidak Berbahaya Samping-samping Cukup Berbahaya Depan-samping Cukup Berbahaya Depan-belakang Cukup Berbahaya Depan-depan Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun Tidak Berbahaya

132 Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, tidak perlu dilakukan penanganan pada Jalan Widasari karena hanya didapati tipe kecelakaan dengan kategori cukup berbahaya untuk tipe tabrakan samping-samping, depan-samping, dan depandepan. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.89 Tabel Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Kondisi Jalan Widasari, Bangkaloa Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering Genangan Air Basah Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan

133 sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Widasari, Bangkaloa Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal Berkabut Hujan Gerimis Hujan lebat Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari.pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel Tabel Jenis moda kendaraan yang mengalami kecelakaan di Jalan Widasari, Bangkaloa Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor Mobil Truk Bus Pejalan Kaki Sepeda

134 Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.92 Tabel Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di Jalan Widasari Jalan Widasari Moda kendaraan peluang dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor Berbahaya Mobil Cukup Berbahaya Truk Cukup Berbahaya Bus Cukup Berbahaya Pejalan Kaki Tidak Berbahaya Sepeda Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Kondisi geometrik di Jalan Widasari ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan Fleksibel pavement

135 3) Lebar lajur 3,5 meter, 4) Bahu jalan 3 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 5) Kondisi cat marka tengah dan marka baik dan jelas, 6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Terdapat Pertigaan serong yang berdekatan dengan tikungan yang sangat membahayakan 8) Lampu APILL yang tidak menyala atau rusak Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.93 sebagai berikut. Tabel Uraian permasalahan dan kategori resiko di Jalan raya Widasari No Uraian Permasalahan 1. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 2. Tidak adanya rambu tikungan dan rambu penunjuk arah 3. Lampu APILL yang tidak menyala atau rusak Dampak Permasalahan Kecepatan tinggi yang memperbesar dampak keparahan pelaku kecelakaan Pengemudi kehilangan kendali Terjadi kecelakaan pada persimpangan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori 100% Sangat Berbahaya 100% Sangat Berbahaya 100% Sangat Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Berdasarkan hasil analisis penyebab

136 kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti yang tertera pada Tabel Tabel Usulan penanganan berdasarkan uraian permasalahan di Jalan Widasari, Bangkaloa No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depandepan, depansamping, sampingsamping, dan beruntun. 2. Adanya simpang dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan adanya simpang dan batas kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). d. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). a. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang sebelum Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. b. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). a. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. b. Re-alinyemen Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Pemasangan lampu APILL. a. Pemasangan lampu APILL. b. Pemasangan dynamic curve warning

137 No Uraian Permasalahan (marka serta rambu yang tidak memadai). Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek memasuki tikungan/simpang. b. Pemasangan batas kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. e. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. f. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang system. c. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri. Usulan penanganan pada daerah Bangkaloa ditunjukkan pada Gambar 5.93, Gambar 5.94, Gambar 5.95, Gambar 5.96, Gambar 5.97, dan Gambar 5.98 sebagai berikut. DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 DETAIL

138 Gambar Usulan penganan daerah rawan kecelakaan Bangkaloa Gambar Detail 1 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Bangkaloa Gambar Detail 2 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Bangkaloa

139 Gambar Detail 3 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Bangkaloa Gambar Detail 4 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Bangkaloa

140 Gambar Contoh kondisi sebelum dan sesudah pemasangan rambu chevron pada suatu tikungan Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Widasari untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.99, Gambar , Gambar , dan Gambar Gambar Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan

141 Gambar Pembuatan pulau lalu lintas Gambar Re-alinyemen simpang Gambar Pemasangan median dengan reflector post

142 Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Widasari untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar dan Gambar Gambar Usulan pemasangan dynamic curve warning system Gambar Pemasangan APILL dan lajur khusus sepeda motor

143 Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Widasari, Bangkaloa. Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Widasari, Bangkaloa Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Pemasangan marka tikungan dan rambu pengarah. Perkiraan Biaya Rp /rambu Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Widasari, Bangkaloa Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan. Pemasangan reflector post pada seluruh daerah blackspot Re-alinyemen simpang Perkiraan Biaya Rp /km Rp /buah Rp / m3 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Widasari, Bangkaloa Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Pemasangan dynamic curve warning system Pemasangan APILL Perkiraan Biaya Rp /sistem Rp /sistem

144 2. Semarang Analisis data kecelakaan di Kota Semarang dibatasi pada ruas Jalan Nasional yang melewati Kota Semarang, yaitu Ruas Jalan Kendal- Semarang dan Ruas Jalan Semarang-Surabaya. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. Selanjutnya akan dilihat analisis karakteristik kecelakaan di masingmasing lokasi yang berpotensi sebagai daerah rawan kecelakaan berdasarkan nilai daerah rawan kecelakaan tertinggi yang ditunjukkan tabel pada bab sebelumnya. Lokasi dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu: a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) Lokasi kecelakaan di daerah Kaligawe merupakan lokasi jenis lokasi 1 adalah, tepatnya di Jalan Raya Semarang - Surabaya KM 4,5. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Semarang- Tipe Tabrakan Surabaya KM 4,5 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali)

145 Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun Dari data Tabel 5.98 dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depandepan. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.99 berikut. Tabel Analisis resiko di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe Jenis Tabrakan peluang dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun Tidak Berbahaya Tidak Berbahaya Cukup Berbahaya Tidak Berbahaya Cukup Berbahaya Tidak Berbahaya

146 Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakanyang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak depan-depan. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yangterjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Kondisi Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering Genangan Air Basah Perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Tabel Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya Kondisi Cuaca Semarang-Surabaya KM 4,5 (Kaligawe) Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal Berkabut Hujan Gerimis

147 Kondisi Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Hujan lebat Untuk kondisi normal merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Tabel Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya Moda Kendaraan Semarang-Surabaya KM 4,5 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor Mobil Truk Bus Pejalan Kaki Sepeda Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada berikut

148 Tabel Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 (Kaligawe) Kaligawe Jenis Tabrakan Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor Berbahaya Mobil Cukup Berbahaya Truk Cukup Berbahaya Bus Berbahaya Pejalan Kaki Berbahaya Sepeda Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Kondisi geometrik di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah terbagi dengan median, 2) Lingkungan sekitar merupakan daerah komersil (pabrik dan perguruan tinggi), 3) Lebar untuk 2 arah sebesar 8 meter, 4) Bahu jalan 1 meter, diperkeras, terdapat perbedaan level yang cukup besar dengan badan jalan, 5) Kondisi permukaan perkerasan bagus, 6) Kondisi marka tengah dan marka tepi masih bagus,

149 Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±65 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±80 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±70 km/jam.karena kecepatan merupakan fungsi dari kecelakaan, maka pada daerah rawan kecelakaan perlu ada pembatasan kecepatan yang nilainya berada di bawah dari kecepatan diatas yaitu menjadi sebesar 40 km/jam. Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini didominasi oleh kendaraan berat. Kendaraan berat ini biasanya berjalan dengan kecepatan yang rendah sehingga menyebabkan kendaraan di belakangnya, khusunya sepeda motor, akan melakukan pergerakan mendahului tidak aman. Hal ini diyakini mengapa kendaraan bermotor lebih banyak mengalami kecelakaan dan tipe tabrakan yang dominan terjadi adalah tipe tabrak depan-depan Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada sebagai berikut. Tabel Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 (Kaligawe)

150 No Uraian Permasala han Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori 1. Tidak adanya rambu 2. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelomba ng Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan atau sebagainya. Pengemudi susah mengendalikan kendaraandan pergerakannya 100% Sangat Berbahay a 10% Cukup Berbahay a Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Tabel Usulan penanganan berdasarkan uraian permasalahan di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 No Uraian Permasalahan 1. Pengemudi tidak berkonsentrasi, termasuk karena penumpang dan penggunaan telpon genggam 2. Banyaknya penyeberang jalan dari jalur lambat ke Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan Pembuatan ramburambu lalu lintas Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan. Pembuatan lajur khusus belok - Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Pembuatan fasilitas khusus

151 No Uraian Permasalahan jalur cepat 1 Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah kanan/pulau lalu lintas.- Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang untuk pejalan kaki Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) 2 Tidak adanya ramburambu untuk pengendara dari jalur lambat ke jalur cepat atau untuk memutar arah Pemasangan ramburambu tanda hatihati atau batas kecepatan maksimumc Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. - Usulan penanganan pada daerah Kaligawe untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.105, Gambar 5.106, dan Gambar sebagai berikut. Gambar Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan jalan raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe

152 Gambar Detail usulan penanganan daerah rawan kecelakaan jalan raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe Gambar Detail usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe

153 Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.108, Gambar 5.109, dan Gambar Gambar Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan Gambar Pembuatan pulau lalu lintas

154 Gambar Pemasangan median dengan reflector post Usulan penanganan pada daerah Kaligawe untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar sebagai berikut. Gambar Usulan pemerataan jalan yang bergelombang Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Pemasangan marka tikungan dan rambu pengarah. jangka pendek di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 (Kaligawe) Rp /rambu Rp / km Rp /rambu Perkiraan Biaya

155 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Semarang- Surabaya KM 4,5 (Kaligawe) Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan. Pemasangan reflector post pada seluruh daerah blackspot Perkiraan Biaya Rp /km Rp /buah Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 (Kaligawe) Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp /buah b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot). 1) Jalan Siliwangi Lokasi kecelakaan di Jalan Siliwangi merupakan jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot), tepatnya di Simpang Siliwangi. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel

156 Tabel Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Siliwangi Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun Dari data Tabel dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak samping-samping, depan samping dan depan-depan. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel

157 Tabel Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan Jenis Tabrakan di Jalan Siliwangi Semarang peluang Jalan Siliwangi Semarang dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) Tidak Berbahaya Samping-samping Cukup Berbahaya Depan-samping Cukup Berbahaya Depan-belakang Tidak Berbahaya Depan-depan Berbahaya Kecelakaan beruntun Cukup Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrakan depan-depan. Kondisi geometrik di Jalan Siliwangi ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah terbagi, 2) Jalan relatif lurus dan datar, 3) Lebar untuk 2 arah sebesar 7 meter, 4) Bahu jalan 0,5 1 meter, tidak diperkeras, 5) Lahan di sekitarnya berupa perdagangan (semi urban), terdapat hambatan samping berupa parkir dan kendaraan keluar masuk jalan akses, terdapat simpang dengan jalan akses, 6) Kondisi permukaan perkerasan relatif baik dengan beberapa tempat yang bergelombang atau berlubang,

158 7) Kondisi median,marka tengah baik, tidak ada marka tepi, 8) Terdapat persimpangan dengan rambu-rambu lalu lintas Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±55 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±65 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±60 km/jam.karena kecelakaan merupakan fungsi dari kecepatan, maka pada daerah rawan kecelakaan perlu ada pembatasan kecepatan yang nilainya berada di bawah dari kecepatan diatas yaitu menjadi sebesar 40 km/jam. Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dengan pembatas jalan/median. Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan adanya simpang, untuk berhati-hati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas di daerah urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi urban ini. Analisis selanjutnya tidak adanya marka tepi juga mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan, terutama pada malam hari, karena penerangan jalan yang kurang. Kondisi jalan yang bergelombang dan lubang di beberapa tempat mengakibatkan penguasaan/kontrol pengemudi terhadap setir maupun jalannya kendaraan berkurang,

159 sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga berkurang. Selain itu juga akibat usaha untuk menghindari lubang sehingga tertabrak kendaraan baik yang searah, dari belakang maupun dari depan. Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari.pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktorfaktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel Tabel Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Siliwangi No Uraian Permasalahan 1. Marka tepi yang tidak ada 2. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang 3. Tidak ada fasilitas untuk pejalan kaki Dampak Permasalahan Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkinka n terjadinya kecelakaan lalu lintas Pengemudi susah mengendalika n kendaraan dan pergerakanny a Pejalan kaki menyusur dan menyeberang jalan tanpa Deviasi 100 % Peluang Dampak Resiko Kategori Sangat Berbahaya 10% Cukup Berbahaya 100 % Sangat Berbahaya

160 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori perlindungan Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel berikut. Tabel Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Siliwangi No Uraian Permasalahan 1 Marka tepi yang tidak ada 2 Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang 3 Kurang adanya rambu-rambu lalu-lintas Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecetan kembali marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan. Penambahan ramburambu lalu-lintas sesuai dengan kondisi jalan Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. Re-alinyemen simpang- - Usulan Penanganan Teknis Jangka panjang - Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Pembuatan fasilitas khusus untuk pejalan kaki Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Siliwangi untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.112, Gambar dan Gambar

161 Gambar Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan jalan Siliwangi Gambar Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan jalan Siliwangi

162 Gambar Detail 2 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan jalan Siliwangi Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Siliwangi untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.115, Gambar 5.116, dan Gambar Gambar Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan

163 Gambar Pembuatan pulau lalu lintas Gambar Re-alinyemen simpang Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Siliwangi untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar Gambar Usulan untuk melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI)

164 Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Siliwangi. Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Siliwangi Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan kembali median menjadi 2 garis sejajar utuh dengan lebar garis 0,12 m dengan jarak 0,1 m dan marka tepi yang sesuai standar Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Siliwangi Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada Rp /km bahu jalan. Pembuatan pulau lalu lintas. Rp /m 3 Re-alinyemen simpang Rp / m 3 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Siliwangi Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp / m 3 2) Jalan Raya Semarang Kendal (Depan Terminal Mangkang) Lokasi kecelakaan di Jalan Raya Semarang Kendal ini merupakan jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan

165 kecelakaan (potential blackspot), tepatnya di depan terminal Mangkang. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Tipe Tabrakan Semarang Kendal (Depan Terminal Mangkang) Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun Dari data Tabel dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan belakang, depan samping dan kecelakaan beruntun. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel Tabel Analisis resiko di Jalan raya Semarang-Kendal

166 Jenis Tabrakan Peluang Jalan Siliwangi Semarang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) Tidak Berbahaya Samping-samping Tidak Berbahaya Depan-samping Cukup Berbahaya Depan-belakang Berbahaya Depan-depan Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun Cukup Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas.berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak depan-belakang. Kondisi geometrik di Jalan raya Semarang-Kendal ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah terbagi, 2) Jalan relatif lurus dan datar, 3) Lebar untuk 2 arah sebesar 7,70 meter, 4) Bahu jalan 0,5 1 meter, tidak diperkeras, 5) Lahan di sekitarnya berupa perdagangan (semi urban), terdapat hambatan samping berupa parkir dan kendaraan keluar masuk jalan akses. 6) Kondisi permukaan perkerasan relatif baik dengan beberapa tempat yang bergelombang atau berlubang,

167 7) Kondisi median,marka tengah sudah tidak terlihat lagi, tidak ada marka tepi, Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±55 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±60 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±55 km/jam.karena kecelakaan merupakan fungsi dari kecepatan, maka pada daerah rawan kecelakaan perlu ada pembatasan kecepatan yang nilainya berada di bawah dari kecepatan diatas yaitu menjadi sebesar 40 km/jam. Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan sepeda motor, mengingat daerah ini melewati daerah semi urban sehingga banyak sepeda motor yang melintas untuk melakukan perjalanan jarak pendek, termasuk keluar masuk dan menyeberang dari jalan akses. Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi urban ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan maupun menyeberang jalan juga cukup banyak.kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki menyeberang tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas menerus atau tertabrak kendaraan yang keluar dari badan jalan akibat lebar jalan yang sempit, sehingga kadang memaksa kendaraan untuk keluar ke bahu jalan karena kondisi menyiap yang tidak aman

168 Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dengan pembatas jalan/median. Kurangnya rambu, seperti rambu untuk berhatihati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas di daerah semi urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi semi urban ini. Analisis selanjutnya tidak adanya marka tepi juga mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan, terutama pada malam hari, karena penerangan jalan yang kurang. Kondisi jalan yang bergelombang dan lubang di beberapa tempat mengakibatkan penguasaan/kontrol pengemudi terhadap setir maupun jalannya kendaraan berkurang, sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga berkurang. Selain itu juga akibat usaha untuk menghindari lubang sehingga tertabrak kendaraan baik yang searah, dari belakang maupun dari depan. Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor

169 faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel Tabel Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Siliwangi No Uraian Permasalahan 1. Marka tepi yang tidak ada 2. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang Dampak Permasalahan Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkinka n terjadinya kecelakaan lalu lintas Pengemudi susah mengendalika n kendaraan dan pergerakanny a Deviasi Peluang Dampak Analisis Resiko Kategori 100% Sangat Berbahaya 10% Cukup Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel berikut. Tabel Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan raya Semarang-Kendal

170 No Uraian Permasalahan 1 Marka tepi yang tidak ada 2 Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang 3 Kurang adanya rambu-rambu lalu-lintas Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecetan kembali marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan.- Penambahan rambu-rambu lalulintas sesuai dengan kondisi jalan Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka panjang Pembuatan - Continuous Shoulder Rumble Strips - Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. Re-alinyemen simpang- Pembuatan fasilitas khusus untuk pejalan kaki Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Semarang-Kendal untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar dan Gambar Gambar Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Semarang-Kendal

171 Gambar Detail usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Semarang-Kendal Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Semarang-Kendal untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.121, Gambar 5.122, dan Gambar Gambar Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan

172 Gambar Pembuatan pulau lalu lintas Gambar Re-alinyemen simpang Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Semarang-Kendal untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar

173 Gambar Usulan untuk melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Semarang-Kendal. Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Semarang-Kendal Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan kembali median menjadi 2 garis sejajar utuh dengan lebar garis 0,12 m dengan jarak 0,1 m dan marka tepi yang sesuai standar Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Semarang- Kendal Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada Rp /km bahu jalan. Pembuatan pulau lalu lintas. Rp /m 3 Re-alinyemen simpang Rp / m 3 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Semarang-Kendal

174 Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp / m 3 3. Surabaya Analisis data kecelakaan di Kotamadya Surabaya dilakukan pada jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. Daerah rawan kecelakaan lalu lintas pada Jalan Nasional di Kotamadya Surabaya terdapat pada daerah Jalan Raya Surabaya- Gresik, ruas Kalianak dan ruas Gereges. a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) Jalan Raya Surabaya-Gresik (Ruas Kalianak) Lokasi kecelakaan di Ruas Kalianak merupakan lokasi potential black spot tepatnya di Jalan Raya Surabaya-Gresik. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Surabaya-Gresik Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR

175 Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun Dari Tabel dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-samping. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan.di dalam analisis tersebut, jumlah kecelakaan diasumsikan menjadi nilai peluang dan fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel Tabel Analisis resiko di Jalan Raya Surabaya-Gresik Jenis Tabrakan (Ruas Kalianak) Peluang Dampak Fatalitas Kalianak Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) Tidak Berbahaya Samping-samping Tidak Berbahaya Depan-samping Berbahaya Depan-belakang Tidak Berbahaya Depan-depan Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun Tidak Berbahaya

176 Usulan prioritas penanganan hanya dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak depan-samping. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Kondisi Jalan Raya Surabaya-Gresik (Ruas Kalianak) Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering Genangan Air Basah Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel

177 Tabel Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya Cuaca Surabaya-Gresik (Ruas Kalianak) Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal Berkabut Hujan Gerimis Hujan lebat Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari.pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel Tabel Jenis moda kendaraan yang mengalami kecelakaan Moda Kendaraan di Ruas Jalan Kalianak Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor Mobil Truk Bus Pejalan Kaki Sepeda Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan

178 kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel Tabel Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan Moda kendaraan berdasarkan moda kendaraan di Jalan Surabaya- Gresik (Ruas Kalianak) peluang dampak Fatalitas Kalianak Resiko Kategori Sepeda Motor Berbahaya Mobil Tidak Berbahaya Truk Cukup Berbahaya Bus Cukup Berbahaya Pejalan Kaki Tidak Berbahaya Sepeda Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Kondisi geometrik di Jalan Raya Surabaya Gresik (Ruas Kalianak) ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi dan 2 lajur 2 arah tidak terbagi pada penyempitan, 2) Perkerasan merupakan fleksibel pavement,

179 3) Lebar lajur 3,5 meter, 4) Bahu jalan 2 dan 3 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 5) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi tidak jelas, 6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Terdapat penyempitan jalan dan petigaan yang berdekatan (akses masuk SPBU). Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel sebagai berikut. Tabel Uraian permasalahan dan kategori resiko di Jalan raya Kalianak No Uraian Permasalahan 1. Marka tepi dan marka tengah yang tidak jelas 2. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 3. Tidak adanya rambu penyempitan dan pertigaaan serta informasi adanya SPBU 4. Marka yang tidak jelas Dampak Permasalahan Pengemudi keluar jalur Kecepatan tinggi yang memperbesar dampak keprahan pelaku kecelakaan Pengemudi keluar jalur dan membahayakan serta tidak mengetahui adanya pertigaaan Pengemudi keluar jalur Deviasi peluang dampak Peluang * dampak Kategori 70% Sangat Berbahay a 100% Sangat Berbahay a 100% Sangat Berbahay a 90% Sangat Berbahay a

180 Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel berikut. Tabel Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Kalianak No Uraian Permasalahan 1 Marka tepi dan tengah yang tidak ada 2 Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 3 Tidak adanya rambu penyempitan dan pertigaaan serta informasi adanya SPBU 4 Penerangan malam hari yang kurang Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecetan kembali marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu batas kecepatan dan pemasangan rambu hati hati serta papan pengumuman daerah rawan kecelakaan untuk menigkatkan kewaspadaaan. Pemasangan rambu penyempitan jalan dan pertigaan ganda dengan jarak 100 m dan 200 m dari pertigaan a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips b. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. c. Pembuatan median a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Pembuatan median - Usulan Penanganan Teknis Jangka panjang Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. - Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m (Pelebaran jalan untuk menghilangkan penyempitan) Pemasangan mata kucing pada seluruh daerah blackspot. Pemasangan lampu jalan

181 No Uraian Permasalahan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka panjang Usulan penanganan pada daerah Ruas Kalianak ditunjukkan pada Gambar 5.125, Gambar 5.125, Gambar 5.125, dan Gambar sebagai berikut. DETAIL 1 DETAIL 2 DETAIL 3 DETAIL 4 Gambar Usulan penganan daerah rawan kecelakaan Kalianak Gambar Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kalianak

182 Gambar Detail 2 dan Detail 3 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kalianak Gambar Detail 4 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kalianak Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Ruas Kalianak untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.129, Gambar 5.130, dan Gambar

183 Gambar Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips Gambar Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas

184 Gambar Pemasangan median dengan reflector post Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Siliwangi untuk jangka panjang ditunjukkan pada. Gambar 5.132, Gambar dan Gambar Gambar Usulan untuk memperbaiki penyempitan jalan Gambar Usulan pemasangan lampu jalan

185 Gambar Pelebaran jalan menjadi 4 lajur Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Ruas Kalianak. Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Ruas Kalianak Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Ruas Kalianak Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Pemasangan reflector post pada seluruh daerah blackspot Perkiraan Biaya Rp /km Rp /buah

186 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Ruas Kalianak Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp /m 3 Pembuatan lampu penerangan jalan Rp /buah b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (potential blackspot) Simpang Duduk Sampeyan Lokasi kecelakaan terdapat di Jalan Raya Gresik tepatnya di Simpang Duduk Sampeyan. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik tipe tabrakan di Simpang Duduk Tipe Tabrakan Sampeyan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) Samping-samping Depan-samping Depan-belakang Depan-depan Kecelakaan beruntun Dari Tabel dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-samping

187 Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan. Di dalam analisis tersebut, jumlah kecelakaan diasumsikan menjadi nilai peluang dan fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel Tabel Analisis resiko di Simpang Duduk Sampeyan Jenis Tabrakan peluang dampak Fatalitas Duduk Sampeyan Peluang * Dampak Kategori Sendiri (lepas kendali) Tidak Berbahaya Samping-samping Tidak Berbahaya Depan-samping Cukup Berbahaya Depan-belakang Tidak Berbahaya Depan-depan Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun Tidak Berbahaya Usulan prioritas penanganan hanya dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis, hanya terdapat kategori kecelakaan cukup berbahaya dengan tipe kecelakaan depan-samping. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kondisi permukaan jalan di Simpang Duduk Sampeyan

188 Kondisi Jalan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering Genangan Air Basah Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel Tabel Karakteristik kondisi cuaca uraian permasalahan Cuaca di Simpang Duduk Sampeyan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal Berkabut Hujan Gerimis Hujan lebat Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi

189 Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel Tabel Jenis moda kendaraan yang mengalami kecelakaan Moda Kendaraan di Simpang Duduk Sampeyan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor Mobil Truk Bus Pejalan Kaki Sepeda Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel Tabel Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan berdasarkan moda kendaraan di Simpang Duduk Sampeyan Moda kendaraan Simpang Duduk Sampeyan

190 peluang dampak Fatalitas Peluang * Dampak Kategori Sepeda Motor Berbahaya Mobil Cukup Berbahaya Truk Cukup Berbahaya Bus Cukup Berbahaya Pejalan Kaki Tidak Berbahaya Sepeda Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Kondisi geometrik di Simpang Duduk Sampeyan ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan Fleksibel pavement, 3) Lebar lajur 3,5 meter, 4) Bahu jalan 2 dan 3 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 5) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi tidak jelas, 6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Terdapat perempatan dengan volume lalu lintas tinggi

191 Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel sebagai berikut. Tabel Uraian permasalahan dan kategori resiko di Simpang Duduk Sampeyan No Uraian Permasalahan 1. Marka tepi dan marka tengah yang tidak jelas 2. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan dan rambu hati-hati pada daerah rawan 3. Tidak adanya rambu perempatan serta marka dan rambu stop pada lengan sekunder 4. Marka yang tidak jelas 5. Penerangan malam hari yang kurang 6. Tidak ada fasilitas pejalan kaki Dampak Permasalahan Pengemudi keluar jalur Kecepatan tinggi yang memperbesar dampak keprahan pelaku kecelakaan Pengemudi keluar jalur dan membahayakan serta tidak mengetahui adanya perempatan Pengemudi keluar jalur Keterbatasan jarak pandang pada malam hari Keselamatan pejalan kaki tidak terjamin baik ketika berjalan maupun menyeberang jalan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 70% Sangat Berbahaya 100% Sangat Berbahaya 100% Sangat Berbahaya 90% Sangat Berbahaya 100% Berbahaya 100% Sangat Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Berdasarkan

192 hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel berikut. Tabel Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan No Uraian Permasalahan 1 Lajur yang relative sempit dengan marka tepi dan tengah yang tidak ada 2 Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 3 Tidak adanya rambu perempatan serta marka dan rambu stop pada lengan sekunder 4 Penerangan malam hari yang kurang 5 Tidak ada fasilitas untuk pejalan kaki kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecetan kembali marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu batas kecepatan dan pemasangan rambu hati hati serta papan pengumuman daerah rawan kecelakaan untuk menigkatkan kewaspadaaan. Pemasangan rambu perempatan dengan jarak 200 m dari perempatan serta marka dan rambu stop pada lengan sekunder Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips Pembuatan median Usulan Penanganan Teknis Jangka panjang Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. - Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m.- - Pemasangan APILL - - Pemasangan lampu jalan - Pembuatan fasilitas penyeberangan jalan Pembuatan jalur pejalan kaki/ Usulan penanganan pada daerah Simpang Duduk Sampeyan ditunjukkan pada Gambar 5.135, Gambar 5.136, Gambar 5.137, dan Gambar sebagai berikut

193 DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 Gambar Usulan penganan daerah rawan kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan Gambar Detail 1 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan

194 Gambar Detail 2 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan Gambar Detail 3 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan

195 Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Simpang Duduk Sampeyan untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar Gambar Usulan pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan dan Centerline Rumble Strips/Stripes jalan Gambar Usulan pembuatan median jalan Gambar Pembuatan fasilitas penyeberangan jalan

196 Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Simpang Duduk Sampeyan untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar dan Gambar Gambar Pelebaran jalan menjadi 4 lajur Gambar Usulan pemasangan lampu jalan

197 Gambar Pemasangan APILL dan jalur pejalan kaki Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Ruas Kalianak. Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Simpang Duduk Sampeyan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan kembali median menjadi 2 garis sejajar utuh dengan lebar garis 0,12 m dengan jarak 0,1 m dan marka tepi yang sesuai standar Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Perkiraan Biaya Rp / meter Rp /rambu Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Simpang Duduk Sampeyan Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan dan pada Centerline Rumble Strips/Stripes jalan. Pembuatan fasilitas penyeberangan pejalan kaki Pembuatan median jalan Perkiraan Biaya Rp /km Rp /set Rp /m3 Tabel Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Simpang Duduk Sampeyan

198 Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Perbaikan penyempitan jalan dengan cara pelebaran jalan Rp /m 3 dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Pembuatan lampu penerang jalan Rp /buah Pembuatan jalur pejalan kaki Rp /m 3 Pemasangan APILL Rp C. BENCHMARKING PENURUNAN ANGKA DAN RESIKO KECELAKAAN Intelligent Transport System (ITS) adalah salah satu system yang saat ini digunakan di beberapa negara maju di dunia untuk menurunkan angka dan resiko kecelakaan. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapannya. 1. Manajemen Informasi Cuaca (Road Weather Management) Kondisi cuaca buruk berdampak besar pada keselamatan di ruas jalan dan simpang. Cuaca mempengaruhi perilaku pengemudi, performa kendaraan, gesekan trotoar, dan infrastruktur jalan. Peristiwa kondisi cuaca beserta dampaknya di jalan dapat dipandang sebagai prediksi, insiden yang tidak berulang yang mempengaruhi keamanan, mobilitas dan produktivitas pelaku perjalanan. Kondisi cuaca dapat mempengaruhi keselamatan jalan melalui peningkatan risiko kecelakaan, serta bahaya-bahaya lain yang berkaitan dengan cuaca. Peningkatan dampak buruk dari cuaca dapat dilakukan dengan mengurangi volume lalu lintas dan kecepatan yang lewat di ruas jalan, meningkatkan variasi kecepatan, yaitu ukuran keseragaman kecepatan, dan penurunan kapasitas jalan, yaitu tingkat

199 maksimum di mana kendaraan dapat melakukan perjalanan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi cuaca selain akan menurunkan produktivitas perjalanan, juga akan meningkatkan biaya operasi dan biaya pemeliharaan jalan. Di beberapa negara maju, untuk menekan dampak negatif terhadap cuaca, khususnya yang terkait dengan peningkatan keselamatan pengguna jalan, dilakukan suatu manajemen informasi cuaca (road weather management) sedemikian sehingga apabila terjadi cuaca yang cukup ekstrim (misalnya hujan yang sangat lebat, angin puting beliung, dan lain-lain), maka dampak cuaca tersebut terhadap kecelakaan bisa diminimalisir. Gambar berikut menunjukkan proses dari road weather management yang dilakukan oleh negaranegara maju

200 Gambar Road Weather Management untuk Menurunkan Resiko Kecelakaan

201 2. Sistem Komunikasi Antar Kendaraan (Vehicle-to-Vehicle Communications for Safety) Sistem Komunikasi antarkendaraan bermotor, merupakan sebuah teknologi di mana antarkendaraan akan saling berkomunikasi, menyediakan informasi antar satu sama lain seperti peringatan keamanan dan informasi lalu lintas. Sebagai pendekatan kooperatif, sistem komunikasi kendaraan dapat lebih efektif untuk menghindari kecelakaan dan kemacetan lalu lintas. Secara singkat, prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan menggangap dua node yaitu (1) kendaraan (2) stasiun yang diletakkan di pinggir jalan, yang dihubungkan dengan perangkat Dedicated Short Range Communications (DSRC), yang kemudian saling berkomunikasi untuk mencapai sebuah tujuan keselamatan dan produktivitas melalui sebbuah sistem yang mengintegrasikan komunikasi antara kendaraan dan stasiun tersebut (fixed node) sebagaimana yang dijelaskan pada Gambar berikut

202 Gambar Sistem Kerja pada Vehicle-to-Vehicle Communications for Safety 5-

203 3. Vehicle Infrastructure Integration (VIM) Vehicle infrastucture Integration (VIM) merupakan aplikasi serangkaian teknologi yang secara langsung menghubungkan kendaraan dengan jalan dan lingkungannya. Prinsip kerja utama dari VIM ini adalah untuk menyediakan link komunikasi antara kendaraan dan infrastruktur pinggir jalan (melalui Roadside Equipment) dengan suatu link khusus, di mana sistemnya hampir sama dengan sistem Komunikasi antarkendaraan. Beberapa contoh aplikasi VIM yang saat ini banyak digunakan antara lain: a. Peringatan terhadap pengemudi tentang kondisi tidak aman atau tabrakan b. Peringatan terhadap pengemudi jika kecepatannya terlalu tinggi c. Informasi kepada pengemudi mengenai kemacetan, kondisi cuaca yang real-time dan insidentil d. Informasi kepada pengemudi tentang kapasitas jalan terkait dengan real time management, sampai pemberian saran untuk ruas-ruas jalan yang harus dilewati pengendara Gambar berikut menjelaskan contoh penggunaan VIM untuk meningkatkan keselamatan di jalan raya 5-

204 Gambar Aplikasi VIM untuk informasi adanya kecelakaan, penyeberang jalan, dan kendaraan yang pindah lajur secara mendadak 5-

205 4. Point to point Speed Enforcement (P2SE) Point-to-Point Speed Enforcement bekerja dengan mengukur jumlah waktu yang dibutuhkan kendaraan berat untuk berkendara antara dua titik dan kemudian menghitung rata-rata kecepatan kendaraan. Jika kecepatan rata-rata kendaraan adalah lebih tinggi dari batas kecepatan untuk panjang jalan tertentu, maka si pengendara akan diberi pesan untuk mengurangi kecepatannya. Semua panjang penegakan Point-to-Point Speed Enforcement disertifikasi untuk memastikan keakuratan perhitungan kecepatan rata-rata. Jarak yang digunakan ketika menghitung kecepatan rata-rata kendaraan di seluruh panjang jalan penegakan Point-to-Point Speed Enforcement akan menjadi jarak praktis yang terpendek yang menjamin bahwa tidak ada kemungkinan bahwa kecepatan pengemudi dapat melebihi kecepatan yang sudah ditentukan. Penegakan Point-to-Point Speed Enforcement digunakan pada daerah dengan kecepatan tinggi yang tidak ditopang oleh kelayakan alinyemen vertikal dan horisontal. Dampak penegakan Point-to-Point Speed Enforcement di luar negeri telah menunjukkan bahwa telah terjadi pengurangan sebesar 50 persen pada kecelakaan fatal dan serius. Point-to-Point Speed Enforcement hanya menargetkan untuk kendaraan berat karena jikalau kendaraan tersebut terlibat dalam kecelakaan akibat kecepatannya yang tinggi, maka korban kecelakaan kemungkinan besar adalah fatal atau meninggal dunia. Gambar menunjukkan aplikasi sistem Point-to-Point Speed Enforcement untuk kendaraan berat. 5-

206 Gambar Contoh Penerapan Point to point Speed Enforcement untuk Kendaraan Berat Dari beberapa contoh penerapan teknologi untuk mengurangi angka kecelakaan dan tingkat resiko kecelakaan di atas, Tabel mencoba merangkum teknologi-teknologi di negara maju yang dapat diaplikasikan di wilayah studi sepanjang jalur pantai utara dan jalur pantai selatan

A. PENDAHULUAN. Executive Summary

A. PENDAHULUAN. Executive Summary A. PENDAHULUAN Untuk kapasitas pelayanannya diperlukan penelitian untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi selama masa layanan. Sebagai indikator terkuat ketika penurunan pelayanan jalan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15 LAMPIRAN A HASIL CHECKLIS LANJUAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMAAN JALAN OGAKARA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15 79 80 abel 1 Kondisi Umum 1 1.1 Kelas / Fungsi Jalan 1.2 Median/Separator Kondisi Umum a ()/

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Daerah Rawan Kecelakaan Daerah rawan kecelakaan yang terdapat pada ruas Jogja-Solo

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, 18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai 19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah juga yang sering terjadi di Jalan Tanjakan

Lebih terperinci

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012 BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, 30-31 Mei 2012 Pengemudi dan pengendara menangkap 90% informasi melalui mata mereka! Engineer harus menyampaikan informasi berguna melalui rambu-rambu dan garis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah yang juga sering terjadi di Jalan Wonosari,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

Kecelakaan Lalu Lintas Indonesia

Kecelakaan Lalu Lintas Indonesia Manajemen Keselamatan Lalu Lintas Mata Kuliah Manajemen Lalulintas Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM Kecelakaan Lalu Lintas Indonesia Jumlah kecelakaan > 67.000 kecelakaan (2010) Jumlah korban

Lebih terperinci

Penempatan marka jalan

Penempatan marka jalan Penempatan marka jalan 1 Ruang lingkup Tata cara perencanaan marka jalan ini mengatur pengelompokan marka jalan menurut fungsinya, bentuk dan ukuran, penggunaan serta penempatannya. Tata cara perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas, yang merupakan penjabaran UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Evaluasi teknis adalah mengevaluasi rute dari suatu ruas jalan secara umum meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia

Lebih terperinci

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Index Kecelakaan 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 12/8/2014 Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kesebelas

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG Memperhatikan penampang melintang jalan sebagaimana Bab I (gambar 1.6 dan gambar 1.7), maka akan tampak bagian-bagian jalan yang lazim disebut sebagai komponen penampang

Lebih terperinci

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan BAB V MEDIAN JALAN 5.1 Macam-macam Median Jalan 1. Pemisah adalah suatu jalur bagian jalan yang memisahkan jalur lalulintas. Tergantung pada fungsinya, terdapat dua jenis Pemisah yaitu Pemisah Tengah dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : A. Karakteristik kecelakaan berdasarkan beberapa klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya BAB II TIXJAUAX PUSTAKA 2.1 Umum Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya mempunyai corak lalu lintas yang masih tercampur {mixed traffic) dengan semua jenis kendaraan yang lewattanpa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Istilah Jalan 1. Jalan Luar Kota Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk perkerasan),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Kecelakaan 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan Data dari Kepolisian Resort Sleman, terhitung dari tahun 2014 sampai dengan 2016 pada ruas

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR A.1. A.1.1. A.1.1.1. Lajur Lalu-lintas A.1.1.2. Bahu A.1.1.3. Median A.1.1.4. Selokan Samping UJI FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK Potongan melintang badan jalan Lebar lajur Fungsi jalan Jumlah lajur Arus Lalu-lintas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Kecelakaan Lalu Lintas Pertumbuhan penduduk, kenaikan pendapatan masyarakat, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, pemekaran kota, dan peningkatan aktivitas sosial ekonomi sangat

Lebih terperinci

Persyaratan Teknis jalan

Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan adalah: ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan dapat berfungsi secara optimal memenuhi standar pelayanan minimal jalan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geometrik Jalan Antar Kota Dalam Buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997 ini merupakan salah satu konsep dasar yang dihasilkan oleh Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Fungsi Ruas Jalan Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya atau daerah milik Jalan (right of way). Pengertian Jalan meliputi badan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI A. Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan 1. Klasifikasi Fungsional Untuk dapat mewujudkan peranan penting jalan sesuai Undang Undang No. 22/2009 tentang lalu lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi,

Lebih terperinci

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta )

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta ) ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta ) Beni Thobir Ahmad Chusaini Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Surakarta Jl. Raya Palur KM 05 Surakarta

Lebih terperinci

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA TUGAS AKHIR Program S1 Oleh I DEWA AYU SRI EKA YADNYANI ( 0219151052 ) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK 2009 PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk mencapai tujuan yang diinginkan perlu disusun suatu tahapan - tahapan dalam suatu penelitian (metodologi). Tahapan pelaksanaan yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar Penampang melintang merupakan bentuk tipikal Potongan jalan yang menggambarkan ukuran bagian bagian jalan seperti perkerasan jalan, bahu jalan dan bagian-bagian lainnya. BAGIAN-BAGIAN DARI PENAMPANG MELINTANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga BAB IV Bab IV Analisis Data ANALISIS DATA 4.1 Data Simpang Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga kaki RC Veteran yang telah dilakukan pada kedua simpang pada jam sibuk dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Perkotaan Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang

Lebih terperinci

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Jalan tol sebagai jalan bebas hambatan memberikan perbedaan yang nyata dibandingkan jalan biasa. Akses terbatas dengan persilangan tak sebidang, kecepatan rata rata

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 4 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 UMUM Studi pustaka memuat uraian tentang informasi yang relevan dengan masalah yang dibahas. Informasi ini dapat diperoleh dari buku-buku, laporan penelitian, karangan ilmiah,

Lebih terperinci

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY KM SBY 118)

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY KM SBY 118) INSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY 82+650-KM SBY 118) Rossy Marcianus Reggar Akhmad Hasanuddin Dwi Nurtanto Program Studi S-1 Teknik Sipil Jurusan

Lebih terperinci

Rekayasa Lalu Lintas

Rekayasa Lalu Lintas PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN Persimpangan merupakan pertemuan dari ruas-ruas jalan yang fungsinya utk melakukan perubahan arah arus lalu lintas. Persimpangan dapat bervariasi dari persimpangan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang 67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil pengelolaan data dan analisis kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang antara Km 4 sampai dengan Km 17, dapat disimpulkan bahwa : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi yanag paling banyak dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari. Jalan raya berfungsi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 147 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian Analisis Kelaikan Fungsi Jalan Secara Teknis dengan Metode Kuantitatif dimaksudkan untuk menilai fungsi suatu ruas jalan ditinjau dari segi teknis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kecelakaan Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang jarang dan tidak tentu kapan terjadi dan bersifat multi faktor yang selalu didahului oleh situasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang Penentuan fasilitas penyeberangan tidak sebidang harus sesuai kondisi lalu lintas jalan yang ditinjau. Berikut metode penentuan

Lebih terperinci

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Operasional dan Perencanaan Jalan Luar Kota Analisis operasional merupakan analisis pelayanan suatu segmen jalan akibat kebutuhan lalu-lintas sekarang atau yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persyaratan Teknis Jalan Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2011), persyaratan teknis jalan adalah ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan) Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM Pendahuluan Yang termasuk pejalan kaki : 1. Pejalan kaki itu sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Faktor Faktor Keselamatan Unsur-unsur pembentuk sistem keselamatan terdiri dari komponen liveware (L) yakni manusia, kemudian hardware (H) yakni kendaraan (vehicle) dan jalan,

Lebih terperinci

Spesifikasi geometri teluk bus

Spesifikasi geometri teluk bus Standar Nasional Indonesia Spesifikasi geometri teluk bus ICS : 93.080.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI ABASTRAK... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di Jalan Kalimantan Kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Muara Bangkahulu Kota bengkulu. Data kecelakaan dan data lokasi yang paling rawan

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < < SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN LHRT (SMP/H ari) PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER JALAN BEBAS HAMBATAN Medan Datar < 156.000 < 117.000 Medan Bukit < 153.000

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Analisis lalu lintas merupakan penentuan kinerja segmen jalan akibat kebutuhan lalu-lintas yang ada. Menurut Oglesby dan Hicks (1988) bahwa kecepatan mobil penumpang tidak

Lebih terperinci

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Lokasi yang dipilih untuk dilakukan penelitian tentang daerah rawan kecelakaan ini yaitu ruas jalan tol Jakarta Cikampek. Lokasi ini dipilih

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA Restu RiaRestiana 1), Teddy Ariyadi 2), Siti Mayuni 2) Abstrak Pada pertemuan dua jalan arteri primer diharapkan tidak terjadi hambatan arus lalu lintas, dimana kendaraan dapat bergerak bebas. Jalan Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik BAB II TNJAUAN PUSTAKA 2.1 Geometrik Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik untuk jalan berbagai tipe akan mempunyai kinerja berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan merupakan salah satu instrument prasarana penghubung dari daerah yang satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun 2009 Jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inspeksi Keselamatan Jalan Inspeksi keselamatan jalan menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (2016) merupakan pemeriksaan sistematis terhadap jalan atau segmen jalan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang Menurut MKJI (1997), kendaraan bermotor di jalan perkotaan dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV), dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Simpang Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), simpang adalah tempat berbelok atau bercabang dari yang lurus. Persimpangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang memperlihatkan bagian bagian jalan. Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus

Lebih terperinci

KATA HANTAR ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA AREA BLACK SPOT DI. RUAS JALAN YOGYA-MAGELANG ANTARA KM 4-KM 17 yang disusun

KATA HANTAR ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA AREA BLACK SPOT DI. RUAS JALAN YOGYA-MAGELANG ANTARA KM 4-KM 17 yang disusun KATA HANTAR Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat, pertolongan, penyertaan dan perlindungan-nya selama penulisan tugas akhir ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Lalu Lintas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Klasifikasi Fungsi Jalan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang jalan, klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Data Satlantas Polwiltabes Semarang menunjukkan kecelakaan yang terjadi pada jalan non tol di Kota Semarang dalam kurun waktu 2001 2005 cenderung menurun dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010). BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Umum U-Turn Secara harfiah gerakan u-turn adalah suatu putaran di dalam suatu sarana (angkut/kendaraan) yang dilaksanakan dengan cara mengemudi setengah lingkaran

Lebih terperinci

Konsep Zona. Menciptakan Lokasi Pekerjaan Jalan yang lebih Berkeselamatan. Mataram, Januari 2012

Konsep Zona. Menciptakan Lokasi Pekerjaan Jalan yang lebih Berkeselamatan. Mataram, Januari 2012 Konsep Zona Menciptakan Lokasi Pekerjaan Jalan yang lebih Berkeselamatan Mataram, 30-31 Januari 2012 LINGKUP BAGIAN A Mengenal Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan BAGIAN B Konsep Zona BAGIAN C Perangkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan kapasitas terganggu pada semua arah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan kapasitas terganggu pada semua arah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bundaran Pada umumnya bundaran dengan pengaturan hak jalan (prioritas dari kiri) digunakan di daerah perkotaan dan pedalaman bagi persimpangan antara jalan dengan arus lalu

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perlintasan Sebidang Jalan Tata Bumi Selatan ialah jalan kelas III, dengan fungsi jalan lokal sekunder yang menghubungkan antara kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur E69 Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur Muhammad Bergas Wicaksono, Istiar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan untuk perencanaan fasilitas pengendali kecepatan lalu lintas di jalan kecuali jalan bebas hambatan.

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. Variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat perilaku safety

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KENDARAAN

KARAKTERISTIK KENDARAAN 1 KARAKTERISTIK KENDARAAN Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. Materi Kuliah PPI MSTT PENDAHULUAN 2 Kriteria untuk desain geometrik jalan dan tebal perkerasan didasarkan pada: 1. Karakteristik statis

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kecepatan BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Survei Kecepatan Sesaat (Spot Speed) Dari hasil pengambilan data primer selama dua hari yaitu pada hari Sabtu dan Minggu tepatnya pada tanggal 17

Lebih terperinci

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2014 KEMENHUB. Jalan. Marka. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 37 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 TAHAPAN PENELITIAN Penelitian ini di bagi menjadi 2 tahap: 1. Pengukuran kondisi geometri pada ruas jalan Ring Road Selatan Yogyakarta Km. 36,7-37,4 untuk mengkorfirmasi

Lebih terperinci

UPAYA PENANGANAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN RUAS JEMBATAN CIKUNDUL JALAN RAYA PUNCAK JAWA BARAT

UPAYA PENANGANAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN RUAS JEMBATAN CIKUNDUL JALAN RAYA PUNCAK JAWA BARAT UPAYA PENANGANAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN RUAS JEMBATAN CIKUNDUL JALAN RAYA PUNCAK JAWA BARAT Dwi Prasetyanto Sudiatmono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V.1 TINJAUAN UMUM Dalam Bab ini, akan dievaluasi tanah dasar, lalu lintas, struktur perkerasan, dan bangunan pelengkap yang ada di sepanjang ruas jalan Semarang-Godong. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

Sastriawan Pratama 1), Siti Mayuni 2), Said 2)

Sastriawan Pratama 1), Siti Mayuni 2), Said 2) IDENTIFIKASI LOKASI RAWAN KECELAKAAN DAN KARAKTERISTIK KECELAKAAN DI KOTA PONTIANAK Sastriawan Pratama 1), Siti Mayuni 2), Said 2) Abstrak Kota Pontianak memiliki jalan jalan dengan fungsi yang penting

Lebih terperinci

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN 1.1. Lingkup dan Tujuan 1. PENDAHULUAN 1.1.1. Definisi segmen jalan perkotaan : Mempunyai pengembangan secara permanen dan menerus minimum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Variabel Analisis Variabel yang digunakan dalam analisis kinerja Ruas Jalan Otto Iskandardiata Kota Bandung akibat pertumbuhan lalu lintas selama 10 tahun mendatang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Simpang Simpang adalah pertemuan atau percabangan jalan, baik sebidang maupun yang tak sebidang. Simpang merupakan tempat yang rawan terhadap kecelakaan karena terjadinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, di mana arus kendaraan dari berbagai pendekat tersebut bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sektor transportasi sangat mempengaruhi lajunya pembangunan. Transportasi dengan bermacam jenis dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermotor, manusia atau hewan (Suryadharma, Hendra Susanto, Benediktus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermotor, manusia atau hewan (Suryadharma, Hendra Susanto, Benediktus, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Jalan raya adalah lintasan yang bermanfaat untuk melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lain. Lintasan adalah jalur tanah yang diperkuat / diperkeras dan jalur

Lebih terperinci

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu 001 1 (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu 002 1 (1) Tikungan ke kiri (2) Tikungan ke kanan (3) Tikungan beruntun, ke kiri dahulu 003 1 (1) Tikungan beruntun,

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR. STUDI IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN KECELAKAAN (BLACK SPOT dan BLACKSITE) PADA JALAN TOL JAGORAWI

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR. STUDI IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN KECELAKAAN (BLACK SPOT dan BLACKSITE) PADA JALAN TOL JAGORAWI HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN KECELAKAAN (BLACK SPOT dan BLACKSITE) PADA JALAN TOL JAGORAWI Identification Study of Blackspot and Blacksite On Jagorawi Freeway

Lebih terperinci

: 180 cm (as as) atau 150 cm (tepi tepi) Gambar IV.1. Penampang Melintang Jalan 3,5 M 3,5 M. Median Kerb. Perkerasan Jalan 2 M 1 M 7 M 7 M

: 180 cm (as as) atau 150 cm (tepi tepi) Gambar IV.1. Penampang Melintang Jalan 3,5 M 3,5 M. Median Kerb. Perkerasan Jalan 2 M 1 M 7 M 7 M Bab IV Penyajian Data IV.1 Data Geometrik Jalan Ruas jalan dan perlintasan kereta api yang menjadi lokasi penelitian merupakan akses masuk dan keluar Kota Surakarta, terdiri dari 4 lajur 2 arah dan terbagi

Lebih terperinci