4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN
|
|
- Fanny Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN Alignemen vertikal jalan diperlukan pada saat arah jalan mengalami pendakian dan penurunan pada posisi arah jalan. Kondisi ini dapat merubah sudut tangen dari arah garis lurus pada jalan membentuk pertemuan garis potong. Penampilan bentuk fisik dari alignement vertikal jalan harus dapat mereduksi kecelakaan dan kesalahan dalam melakukan pergerakan kendaraan sesuai kecepatan yang direncanakan sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan bagi penguna kendaraan dan sistem drainase jalan. Misal, leveling dari tanjakan dan turunan jalan, diikuti bagian lengkungan/tikungan pada lokasi tertentu harus memberikan aspek kelaikan dari kelandaian tanjakan, turunan jalan dan kemiringan serta upaya perbaikan lokasi dan kelengkapan jalan. 1 Kriteria menentukan koordinasi Alignemen vertical: 1) Alignemen horisontal dan vertical yang terletak pada satu fase memberikan tikungan tanjakan dan atau tikungan turunan memberikan dampak geometrik aman dan nyaman bagi pengemudi dan dapat memperkirakan bentuk alinyemen berurutan dalam satu arah jalan. 2) Tikungan tanjakan/turunan tajam tidak diadakan dibagian lengkung vertical cembung atau dibagian bawah lengkung vertical cekung. 3) Pada jalan lurus panjang seperlunya tidak dibuatkan lengkung vertical cembung, diupayakan dilakukan pengaturan duga badan jalan selama pelaksanaan dibagian segmen tersebut. 4) Kelandaian yang pendek tidak sesuai syarat keamanan dan kenyamanan tidak diletakan diantara dua kelandaian curam, sehingga dapat mengurangi jarak pandangan mengemudi ( berhenti dan menyiap akan mendahului). 2. Jarak Pandangan Henti Jarak yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan kendaraan guna memberikan keamanan pada pengguna jalan lainnya. Jarak pandangan henti dan Jarak pandangan bebas ini tergantung pada kecepatan kendaraan yang bergerak dan tergantung pula kelincahan (reaksi) pengemudi dalam menjalankan kendaraannya.
2 1) Jarak pandangan henti. jarak dimana pengemudi dapat menghentikan kendaraannya sebelum mencapai suatu hambatan Sloping Sight Distance (SSD). 2) Jarak pandangan bebas. dimana pengemudi melampaui kendaraan lain dapat dengan bebas dan aman sampai dia melampaui hambatan tersebut. Rumus-rumus jarak pandangan henti : Jph = ( ) Dimana : V = kecepatan rata-rata (normal, mph) f = angka gesekan / koefisien gesekan mak 0,55 t = waktu rata-rata kendaraan pengemudi pada saat kendaraan mengurangi kecepatan sampai kesadaran ada t = (2,5 detik) g = gravitasi 9,8 m/detik 2 Rumusan jarak pandangan henti bisa diperoleh diperoleh sbb: Jh = 0,278 V. t + ( V/ 254 x fm ) =0,278x 100x 2,5 + (100/ 254x0,127) = 379,5 = 380 m dimana : t = waktu reaksi pengemudi = 2,5 detik. fm =- 0, x ,19 = 0,127 Penentuan jarak pandangan bebas: Jpb = 2 x Jph Dalam penentuan jarak pandangan henti dapat dilakukan dengan mengunakan PPGJR no daftar III dan VI. Sesuai dengan type dari alignement vertical jalan, pengunaan grafik mempermudah penentuan panjang lengkung yang dipersyaratkan sesuai kecepatan rencana dan kelandaian yang dibentuk pada lengkungan vertikal.
3 Gambar 4. 1 Kendaraan melakukan penghentian ke tepi jalan akan memperlambat laju kendaraan. 3. Jarak Pandangan Menyiap Jarak yang digunakan pengemudi untuk melakukan penyalipan dari kendaraan lain atau pengubahan lajur kendaraan kelajur kanan. Gambar 4. 2 Kendaraan memasuki ruas jalan lurus, dan diperlukan jarak yang aman akan digunakan pengemudi untuk melakukan penyalipan dari kendaraan lain atau pengubahan posisi kendaraan ke lajur kanan. Jarak Pandangan menyiap diperlukan untuk jalan 2 lajur 2 arah dapat didekati dengan rumusan sebagai berikut; Jpm = d1 +d2 +d3 +d4 dimana : m = perbedaan kecepatan antar kendaraan yang menyiap 15 km/jam. T2 = 6,56 + 0,048 V = 6,56 + 0,048x 100 = 11,36 a = 2, ,0036 xv = 2, ,0036 x 100 = 2,412 T1 = 2,51 + 0,026 x V = 2,51 + 0,026x 100 = 4,72 Pembentukan pandangan menyiap pengemudi di jalan ditentukan melalui variabel sbb 1) Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m) d1 = 0,278 t 1 (V m + (a.t 1 /2)) = 0,278 x 4,72 ( (2,412x4,72/2)) d1 = 104,064 m 2) Jarak selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula d2 = 0,0278x V x t 2 = 0,0278 x 100 x 11,36 = 39,16 m 3) Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan d3 diambil diantara m 4) Jarak tempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan
4 d4 = 2/3 xd2 = 2/3 x 39,16 = 26,06 m Jarak pandangan menyiap yang direncanakan, Sehingga besaran jm diperoleh jm = d1 +d2 +d3 + d4 = 104, , ,06 = 269,284 m 4. Perancangan Alignemen Vertical Alignemen vertikal dapat dimaknai suatu bentuk memanjang jalan dimana perencanaan geometrik untuk alignemen ini merupakan kelanjutan dari perencanaan geometrik jalan untuk alignemen horisonal berupa lengkungan dan tikungan. Pada gambar dibawah ini posisi lengkungan dan dilanjutkan dengan turunan jalan yang membentuk belokan/ lengkungan. Pembentukan leveling permukaan badan jalan harus disesuaikan dengan kecepatan rencana dan jari jari lengkung rencana dan di padukan dengan lengkung peralihan. Gambar 4. 3 Perubahan duga badan jalan pada arah menurun dan datar dan kombinasi tikungan jalan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan alignemen vertikal antara lain adalah : 1) Bila memungkinkan, diusahakan agar pada bagian lengkung horisontal (tikungan) tidak terjadi lengkung vertical (tanjakan dan turunan). 2) Grade (kemiringan memanjang minimum) sebesar 0,5 %, tidak lebih kecil dari grade minimum kondisi medan jalan datar, bukit dan gunung. 3) Grade kemiringan memanjang maksimum dibatasi oleh panjang kritisnya dengan ketentuan melalui pedoman perencanaan Geometrik no 13/1970 dan diperbaruhi perencanan geometrik 038/TBM/1997, Dinas Bina Marga PU, posisi Grade (kemiringan memanjang) maksimum dibatasi oleh panjang kritisnya dengan ketentuan
5 sebagai berikut; missal untuk kecepatan Vr 100 km/jam, diperoleh nilai grade yang pada kondisi lahan < 3 %, maka direkomendasi dipakai panjang kritis 460 meter. 4) Penentuan elevasi jalan rencana harus memperhatikan kemungkinan terjadinya galian dan timbunan. diupayakan volume galian dan timbunan diusahakan sama sejauh kriteria perencanaan gradasi tanah terpenuhi, agar struktur tanah untuk konstruksi memiliki gradasi sama disegmen tiap ruas jalan. 5) Penentuan titik STA (0+ 000) didasarkan pada gambar topografi dan digambarkan melalui potongan memanjang rencana jalan menurut kondisi elevasi tanah asli yang telah ditentukan. 5. Perubahan Kelandaian muka jalan Pada saat terjadi kelandaian makin naik terus dan berubah mendatar atau dari penurunan ke arah mendatar, penampang profil memanjang jalan akan mengalami perubahan (peralihan) muka jalan, begitu pula dari arah jalan mengalami pendakian akan mengalami peralihan. Perubahan dilakukan agar kelandaian yang terbentuk sesuai dengan syarat teknis fungsi jalan pada daerah datar, perbukitan dan pegunungan. Salah satu contoh bentuk perubahan jalan dari lurus menuju kepenurunan, dan belokan akan mengalami perubahan kelandaian dapat dilihat pada gambar kondisi lahan jalan yang akan dilakukan pengalian dan pengurukan sehingga membentuk kelandaian yang sesuai syarat teknis jalan, dibawah ini. Gambar 4. 4 Bentuk Dari Kondisi Dan Posisi Lengkungan Pada tempat titik O akan mengalami lipatan akibat perpotongan kedua bagian tangen garis arah jalan. Untuk mengatasi hal ini perlu dibuat adanya lengkungan yang berfungsi menghindari loncatan atau tekanan terhadap kendaraan yang melewati titik O. Panjang Lengkung tersebut merupakan bidang silinder yang bersinggungan di kedua bidang peralihan dan besaran dapat didekati mengunakan rumus sederhana: Panjang busurnya (LV)
6 Dimana : Lv panjang busur lengkung R. jari jari lingkaran a. perubahan percepatan 0,1 m/detik π Konstanta 3,14 6. Jenis Lengkung Vertical Pergantian dari satu kelandaian ke kelandian yang lain pada jalan dilakukan dengan mempergunakan alignyemen vertical. Lengkung direncanakan memenuhi aspek kenyamanan, keamanan dan kelayakan konstruksi, serta drainase jalan. Jenis lengkung ditinjau dari titik potongnya kedua bagian lurus (tangen) dari rencana jalan: 1. Lengkung vertical cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan kedua tangen berada dibawah permukaan jalan. 2. Lengkung vertical cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan kedua tangen berada diatas permukaan jalan. Bentuk alignemen vertical terbagi, menjadi: 1. Alignemen vertical cekung, dimana terbentuk dari arah memanjang jalan membentuk kandisi jalan membentuk sudut kedalam, dimana garis arah awal jalan mengarah menurun dan setelah melewati titik potongan garis pertemuan arah jalan mengarah mendaki, tanjakan atau mendatar. Gambar 4. 5 Alignemen Vertikal Cekung Jalan 2. Alignemen vertical cembung, dimana terbentuk dari arah arah memanjang jalan arah membentuk sudut keluar, dimana garis arah awal jalan mengarah mendaki dan setelah melewati titik potongan garis arah jalan mengarah menurun atau mendatar
7 Gambar 4. 6 Alignemen Vertikal Cembung Jalan Dengan memperhatikan gambar peta countur dan gambar potongan memanjang arah jalan maka dapat diperoleh gambaran tentang perubahan sudut cembung atau cekung jalan. perlu dilakukan peninjauan dengan beberapa syarat teknis meliputi fungsional jalan termasuk jalan arteri/utama, kolektor sekunder dalam dan luar kota, serta klas jalan yang direncanakan serta kecepatan rencana yang ingin dicapai dalam merancang jalan, diperlukan peninjauan kondisi lahan melalui potongan memanjang rencana jalan sebagai bentuk profil beserta ukuran ketinggian tiap segmen untuk menetapkan kondisi duga jalan dan gambaran medan dari jalan tersebut menentukan antara kedua tangen yang bersangkutan pada titik pusat perpotongan vertikal (PPV), yang dibangunan dari peralihan lengkung vertikal (PLV) dan peralihan tangent vertikal (PTV) posisi letek PPV di perpotongan garis ditas atau bawah permukaan jalan. Pada gambar dibawah ini mengambarkan salah satu bentuk lengkungan cembung dari jalan dengan varian bentuk lingkaran yang akan membentuk sudut patahan dari kondisi lahan lokasi dimana dibuatkan arah jalan akan membentuk antara lain 1). Lingkaran sederhana, 2) parabola sederhana, 3) parabola tingkat tiga. Gambar 4. 7 Lengkungan Cembung Jalan Pada umumnya di Indonesia menggunakan lengkung lingkaran sederhana dan parabola sederhana digunakan untuk lengkung vertikal cembung maupun cekung.
8 7. Pelandaian (miring memanjang) Pelaksanaan pembentukan kelandaian jalan diusahakan dibuat mendekati tanah asal sehingga pembentukan leveling keadaan badan jalan dapat turun naik dengan persyaratan teknik, juga diperhatikan pemindahan tanah bekas galian dan tanah pengurukan lahan dapat diminimaliskan melalui hitungan kesimbangan pelaksanaan tanah yang digali dan diurugkan kembali.untuk persyaratan di Indonesia pembentukan kelandai jalan arah memanjang biasanya diambil berdasarkan jenis lokasi sebagai berikut a) Daerah pegunungan sebesar 7 10 %, b) Daerah perbukitan besar 6 9 %. c). Daerah dataran sebesar 3 % Rancangan kelandaian jalan yang dilewati lalu lintas campuran sepeda motor ringan, berat dan sangat berat, sebaiknya kelandaian jalan jangan melebihi 5 6 %. Disamping itu besarnya kelandaian miring memanjang jalan, harus pula diperhatikan panjang kemiringan melintang jalan maksimum. Hal ini dimaksudkan dari pembatasan kelandaian kemiringan jalan ini untuk menjaga agar rasa kelelahan pengemudi dan menjaga apabila kendaraan yang melewati jalan mengalami kerusakan mendadak pada remnya, dengan kelandaian sesuai dengan perhitungan masih dapat memberikan keamanan. jika digunakan untuk lalu lintasnya campuran dan panjang kelandaian kemiringan yang melebihi panjang kritis, kan sulit bagi kendaraan yang tak bermotor perlu juga diperhatikan, posisi jalan yang terbentuk dari tanjakan atau penurunan jalan, sebaiknya dibuat bagian segmen jalan dengan posisi leveling mendatar, sehingga perlu diperhatikan jarak panjang mendatar sebaiknya 2x panjang kendaraan panjang yang diperkenankan melewati jalan. Berikut ini salah satu pedoman kelandaian maksimun dan panjang kritis kelandaian jalan. Tabel 4. 1 Landai maksimum dan panjang kritis Landai max % Panjang kritis Sumber : Bina marga 013/TBM/1997 dan 038/T/PPJR/1997 Landai maksimum hanya digunakan bila pertimbangan biaya sangat memaksa dan hanya untuk jarak yang pendek. sedangkan panjang kritis adalah panjang yang masih dapat diterima tanpa mengakibatkan gangguan arus lalu lintas yang melewati jalan, sebab panjang kritis ini mengakibatkan pengurangan kecepatan maksimum sebesar 25 km/jam.
9 ELEVASI (m) Bila pertimbangan biaya memaksa, maka panjang kritis dapat dilampaui dengan syarat lebar perkerasan diperlebar untuk kendaraan berat dan atau jalur khusus untuk kendaraan berat berdampingan dengan jalur kecepatan normal. 8 Elevasi dan Station Penentuan elevasi dari masing masing titik STA kelandaian ruas jalan/didasarkan pada gambar potongan memanjang dari rencana jalan, perubahan duga tanah asal menjadi duga rencanan jalan akan membentuk sudut sudut pertemuan dari jalur arah jalan. Terbentuknya sudut sudut ini dapat diberi notasi sebagai titik dimana mencerminkan posisi dari masing masing alignement vertical jalan. Penentuan nomor diawali dari titik awal (A) dan persegmen sesuai dengan kondisi kelandaian jalan, kode PPV 1 sampai PPV n menunjukan posisi daerah alignemamt vertikal, penentuan elevasi pada alignememt vertikal dilakukan setelah terbentuknya elevasi dari rencana landasan jalan atau disebut finish Grade. Agar diperoleh permukaan yang sudah tertata, sehingga posisi perkerasan jalan akan mengikuti dari kedudukan muka rencana badan jalan Berikut contoh terbentuknya segmen alignemen vertikal jalan. Pada gambar dibawah ini g1 PPV-1 g2 g1 PPV-2 g2 TITIK JARAK (m) STATIONING A TC M1 CT TC2 M CT B MUKA TANAH RENCANA Gambar 4. 8 Potongan Memanjang jalan dan penentuan titik kelandaian jalan Dari gambar diatas dapatlah di rencanakan kondisi kelandian dari titik yang ditinjau, misal Grade A - 2 PPV1 Grade 2 PPV1-4 Grade 4-5 PPV2 Grade 5 PPV - 6 g1 = ((132, ,89)/ 175)x 100 % = 2,57 % turun g2 = ((127,89-126,350/ (37,5)x 100 % = 4,11 % turun g1 = ((126, ,569)/ ( )x 100 % = 4,05 % turun g2 = ((121, ,883)/ ( )x 100 % = 6,7% turun
10 Memperhatikan dari gambar hasil perhitungan kelerengan lahan diperoleh antara kelandaian sebesar 6,7 % s/d 2, 5 %, dengan panjang kelandaian antara 25 meter 150meter. Jika dikontrol dari standart geometrik jalan, maka kelandaian maksimum (3%), sehingga dapat dikatakan lokasi arah trase jalan/ tergolong pada daerah datar. Selanjutnya dengan memperhatikan data rencana dalam standart gemetrik jalan berdasarkan klasifikasi,dapatlah ditentukan fungsi jalan tergolong arteri dengan kecepatan rencana (Vr) 100 km/jam, dan panjang kritis kelandaian 480 meter Dalam perhitungan alignemen vertical diperoleh berdasarkan data kelandaian jalan menunjukan bahwa kelandaian muka tanah asal masih lebih kecil dari standart perencanaan geometrik pada kecepatan rencana (Vr = 100 km/jam), sebesar kelandaian 8 %.
11 9. Penentuan perbedaan kelandaian (A) Lengkung vertikal terdiri dari 1) lengkung vertikal cembung. 2) lengkung vertikal cekung. 1. Lengkung vertikal Cembung Keadaan lenkung terjadi jika titik perpotongan antara kedua tangen bersangkutan membentuk posisi titik pusat pepotongan vertikal (PPV) ada diatas permukaan jalan. a) Keadaan dimana permukaan rencana lengkung vertikal jalan dihadapkan pada rencana jalan membentuk pendakian dengan +g1 dan +g2 A = (+g1)-(g2) b) Keadaan dimana permukaan rencana lengkung vertikal jalan dihadapkan pada posisi pendakian +g1 dan penurunan g1 A = (g1)-(-g2) c) Keadaan dimana permukaan rencana lengkung vertikal jalan dihadapkan pada awal penurunan -g1 dan diakhiri penurunan g2, dimana A = (-g1) ( -g2)
12 Gambar 4. 9 a,b,c,d Posisi lengkung vertikal cembung, dimana A = (g1) (- g2) 2. Lengkung vertikal cekung Kondisi apabila titik perpotongan arah jalan membentuk tangen yang bersangkutan (PPV) ada dibawah permukaan garis jalan a. Kondisi dimana permukaan rencana lengkung vertikal jalan dihadapkan pada posisi pendakian g1 dan g2 arah pendakian. b. Kondisi dimana permukaan rencana lengkung vertikal jalan dihadapkan pada -g1 penurunan, g2 pendakian.
13 c. Kondisi dimana permukaan rencana lengkung vertikal jalan dihadapkan pada -g1 dan- g2 penurunan. 10. Rancangan Lengkung Vertical Dari unsur lengkung diperoleh nilai satuan variabel sebagai berikut Gambar Alignement vertical Notasi pada gambar dapat dijelaskan sebagai berikut: Ev= pergeseran vertikal titik puncak dan titik perpotongan kedua landai atau sebagai dasar penggambaran garis lengkung (m) X= jarak horisontal dari setiap titik pada garis kelandaian terhadap PLV (m) Y= panjang pergeseran vertikal dari titik yang bersangkutan (m) Lv= jarak horisontal antara peralihan lengkung vertikal (PLV) dan peralihan tangent vertikal (PTV) disebut panjang lengkung (m) A = perbedaan aljabar landai jalan dalam satuan (%) Rancangan lengkung vertikal, ditandai elevasi pusat perpotongan garis finishing grade tanah hasil pengolahan kelandaian diperoleh titik vertikal (PPV) telah ditentukan terlebih dahulu pada gambar potongan memanjang jalan, hasil berdasarkan tersebut, data perencanaan garis contour duga tanah membentuk perbedaan elevasi pada tanah, kemudian dilakukan rancangan. Variabel dari rancangan dikelompokan dengan ukuran satuan panjangmeliputi a) Panjang Lv; b) Pergeseran vertikal Ev pada titik PPV.c) Elevasi dari permukaan rencana jalan sepanjang jarak Lv berada pada 0, ½ Lv, Lv tepat dibawah atau diatas posisi PPV.
14 Gambar Penentuan satuan panjang pada Lengkung Vertikal Cekung 11. Penentuan rancangan alignemen vertical akan didahului dengan penentuan unsur : 1) Kelerengan / kelandaian tanah pada jalan di lokasi bukit, datar, pegunungan dalam (A)%. 2) Jarak pandangan henti saat mengalami perlambatan kecepatan dan menghadapai ganguan 3) Jarak pandangan menyiap saat mendahului kendaraan dari arah sejajar dan melihat kendaraan dari posisi didepan. Dalam rancangan lengkung vertikal, posisi elevasi pusat perpotongan vertikal (PPV) telah ditentukan terlebih dahulu dalam gambar, kemudian baru dihitung nilai nilai meliputi 1) Panjang lengkung (Lv) 3) Pergeseran vertikal (Ev) 4) Elevasi dari permukaan rencana jalan tepat di bawah atau di atas PPV 5) Elevasi dari titik-titik PLV dan PTV 6) Elevasi dari permukaan rencana jalan PLV, PTV, dan PPV yang diambil pada setiap nomor-nomor stasiun yang tersebut dalam alignment vertical 1. Penentuan kelandaian jalan dari ruas kiri dan kanan arah jalan (A) Grade A ke PPV g1= ((elv a elev PPV)/ Jarak) x 100 % Grade PPV - 1 g2= (elev PPV elev 1)/jarak) x 100 % Kelandian A = ( g1)- ( g2) =. %, jika g1 turun tanda (-), jika g2 naik tanda (+) 2. Panjang lengkung vertical perlu dikontrol dengan rumusan keamanan, kenyamanan, dan pedoman drainase jalan, rumusan dapat dijelaskan berturut sebgai berikut
15 Keamanan Lv = 0,6 V V= kecepatan rencana Kenyamanan Lv = A V A= perbedaan grade perubahan lereng A ( g1-g2), jika g1 turun tanda (-), jika g2 naik tanda (+) V= kecepatan rencana (km/jam) Drainase jalan Lv = 40. A Dimana A = +g2 g1 (nilai kelandaian memanjang jalan) 3. Pergeseran vertikal titik PPV lengkungan pada posisi cembung dan cekung dapat diperoleh melalui pengeseran vertikal dari rumus 4. Pergeseran vertikal pada tiap segmen sepanjang Lv dapat diperoleh melalui dari titil PLV menuju titik PPV dan berakhir pada titik PTV ( ) Dimana: Ev = pergeseran vertikal lengkung (m) X = jarak horizontal dari setiap titik pada garis kelandaian terhadap PLV (m) Y= panjang pergeseran vertikal dari titik yang ditinjau jarak dari PLV (m) Lv= jarak horizontal antara peralihan lengkung vertikal mulai (PLV) dan Peralihan lengkung vertikal (PTV), dan disebut panjang lengkung (m) A= perbedaan aljabar landai jalan satuan (persen); A ( g1-g2), jika g1 turun tanda (-), jika g2 naik tanda (+) 5. Data yang perlu dirancangkan dalam pengambaran lengkung PVI.STA. = nomor stasiun Elev. = elevasi PVI (m) Lv = (lihat ditabel berdasarkan kecepatan rencana: v, dan kelandaian jalan) Ev = ± A. Lv/800 (m) (m) Y = perubahan ordinat dari titik yang ditinjau sejauh x
16 12 Rancangan Panjang lengkung vertikal (grafik nomogram) Penentuan besaran Panjang lengkung vertikal cembung panjang minimumnya (Lv) dapat ditentukan berdasarkan: dengan mengunakan grafik nonogram pada standart 13/PGJR/1970 atau 028/TBM/1997 dirjen Bina Marga yang terdiri dari table dan gambar grafik nomogram yang membantu untuk menentukan panjang lengkung cembung. Gambar Grafik mengambarkan hubungan syarat pandangan henti, pandangan menyiap bagi kendaraan akan mendahului dan drainase dijelaskan dari (grafik III PPGJR 13/1970) untuk lengkungan cembung, dimana jarak pandangan dibedakan atas 2 keadaan posisi lahan jalan antara lain (1) jarak pandangan pengemudi berada diseluruh dalam daerah lengkungan (S<L) dan (2) Jarak pandangan pengemudi berada diluar dan didalam daerah lengkung ( S>L)
17 Gambar Grafik III posisi pandangan berhenti diperoleh hubungan perbedaan kelandaian ( A%) dengan kecepatan rencana (km/jam) memperoleh panjang lengkung (Lv) dengan ketentuan posisi S>l atau S< L
18 Gambar Grafik V dan IV posisi menyiap kendaraan, diperoleh hubungan kelandaian (A) dan kecepatan rencana km/jam memperoleh nila LV pada lengkung vertikal cembung Gambar Grafik V. hubungan antara kelandaian( A %) dan kecepatan rencana memperoleh panjang lengkung (Lv) pada lengkung vertikal cekung
19 Gambar Grafik VI Hubungan antara kelandaian (a%) dengan kecepatan rencana ( km/jam) memperoleh panjang lengkung Cekung Lv. 13. Rancangan Lengkung Vertikal Cembung Tahapan rancangan pada lengkung vertikal cembung digunakan nilai pergeseran vertikal dari titik PPV, sebesar
20 dimana perubahan arah tangen A=g1 g2 = % Pergeseran tiap segmen dari jarak lengkung ( LV) jalan dibentuk dari persamaan ( ) y y Tentukan Elevasi dari titik peralihan lengkung vertikal (PLV) dan peralihan tangent vertikal (PTV), serta pusat perpotongan vertical (PPV) Pada alignmen vertikal tidak selalu dibuat lengkungan lengan patah sehingga pandangan menyiap kendaraan yang melewati sangat bergantung pada kondisi medan, klasifikasi jalan, pembiayaan pembuatan badan jalan. 14. Merencana Alignemen Vertical Hasil pengukuran dan pendugaan dari rancangan lengkung vertical cembung akibat kondisi lahan yang ada, terdapat beberapa bagian membentuk cembungan dan cekungan, namun perlu diperhatikan cembungan yang bisa diolah menjadi bagian lurus dapat dikondisikan menjadi satu dengan kelandaian kritis, namun cembungan dengan elevasi perubahan ekstrim perlu dibuat lengkungan cembung agar pemukaan badan jalan membentuk bagian jalan yang aman dan nyaman. Gambar gambar dibawah ini salah satu bagian jalan yang mengambarkan bentuk dari duga tanah asal yang perlu dilakukan penyesuaaian pada tiap bagian dalam bentuk alignemen vertikal
21 ELEVASI (m) ELEVASI (m) TITIK JARAK (m) STATIONING PPV-1 g1 g2 A TC1 M1 CT TC2 M2 CT2 PPV-2 g1 g B MUKA TANAH RENCANA Gambar Bagian rencana jalan yang dibuat Alignement Vertical cekung dan cembung 15. Merencana Lengkung Vertikal Cembung 1. Merencana alignemen vertikal PPV1 dipakai vertical cembung dengan jarak pandang berada seluruhnya dalam daerah lengkung (S < L). g1 TITIK A TC1 M1 CT1 1 JARAK (m) STATIONING MUKA TANAH PPV-1 g2 g1 PPV-2 g TC2 M2 CT B RENCANA Gambar Hasil pengukuran memanjang penampang jalan Kecepatan Rencana sesuai dengan kondisi kelandaian jalan diambil, V R = 60 km/jam
22 Didasarkan pada elevasi rencana kondisi turun 132, ,869 g1 = 100 % = 2,500 % < kelandaian maksimum standar Bina 176 Marga = 5 % 127, ,183 g2 = 100 % % = 4,065 % < kelandaian maksimum standar Bina Marga = 5 perbedaan kelandaian A = - g1 (-g2 = 1,565 % Menentukan Panjang lengkung ( Lv) 1) Syarat keamanan, untuk Vr = 60 km/jam dan A = 1,565 %, dari grafik, AASHTO- Geometric Design of Highways and Streets, diperoleh Lv (panjang lengkung vertical cembung) = 35 m. 2) Syarat kenyamanan pengemudi: Lv = = A V , = 14,826 m 3) Syarat keluwesan keamanan bentuk: Lv = 0,6 V = 0,6 60 = 36 m 4) Syarat drainase: L = 40 A = 40 1,565 %= 62,6 m Maka, diambil Lv terpanjang yaitu 62,6 meter. Pergeseran Vertical dari titik kritis lengkung PPV Diambil dari ( ½ Lv kiri dan ½ Lv Kanan)
23 ELEVASI (m) A L Diperoleh E V = 800 = 1,565 62,6 800 = 0,122 m. Selanjutnya dihitung nilai lengkung persegmen ditentukan dengan x = 5 m y = =0, m Penentuan duga pada titik PPV = (duga Finish Grade) (Ev) = 127, = m 2. Merencana alignemen Vertikal cembung Pada lengkung vertikal PPV 2 digunakan lengkung vertikal cembung dengan jarak pandang berada seluruhnya dalam daerah lengkung (S < L). TITIK JARAK (m) STATIONING A TC g1 M1 CT1 1 2 PPV-1 PPV-2 g2 g1 g2 3 4 TC2 M2 CT B MUKA TANAH RENCANA Gambar Potongan penampang memanjang Jalan. Kecepatan rencana sesuai medan datar, bukit dan gunungv R = 60 km/jam Didasarkan elevasi rencana
24 124, ,569 g1 = 100 % = 4,065 % < kelandaian maksimum Bina Marga = 9 % , ,269 g2 = 100 % = 6,774 % < kelandaian maksimum BM = 9 % Nilai perbedaan kelandaian Perbedaan kelandaian A = -4,065) (- 6,774 = 2,709 % Penentuan nilai panjang lengkung (Lv) 1) Syarat keamanan, untuk V = 60 km/jam dan A = 2,709 %, dari grafik III halaman 284, AASHTO-Geometric Design of Highways and Streets, diperoleh L (panjang lengkung vertical cembung) = 50 m. 2) Syarat kenyamanan pengemudi: L = = A V , = 25,664 m 3) Syarat keluwesan bentuk: L = 0,6 V = 0,6 60 = 36 m 4) Syarat drainase: L = 40 A = 40 2,709 % = 108,36 m Maka, diambil Lv terpanjang yaitu 108,36 meter. Penentuan pergeseran vertical pada titik PPV dicapai A L E V = 800
25 = 2, , Ev = 0,367 m Maka ketinggian baru titik PPV2 diperoleh melalui = duga finish grade ( Ev) 121,569 0,367 = 121,202 m Merencana Alignemen Cekung Mencari dan menentukan panjang Lv Berdasarkan kenyamanan pengemudi G x V 2 0,35 x Lv = = = 34,14 m 340 x a 340 x 0,3 Berdasarkan keluwesan bentuk geometrik Lv = 0,6. V = 0,6 x 100 = 60 m Berdasarkan syarat drainase Lv = 40x G = 40 x 0,10 = 4,0 m Nilai Lv diambil diambil terbesar Lv= 60 meter (lengkung vertical cekung) Penentuan jarak Titik VI (PVI ke PCT ) = STA Lv/2 = STA Titik I (PVI ke PVT) = STA Lv/2 = STA Pergeseran kurva vertical (Ev) Ev = (G/800) x Lv = ( 0,35 / 800) x 60 = 0,03 meter Penentuan elevasi jalan rencana Titik (STA ) PPV Elev = Ev = ,03 = m
26 STA (PCT I) Elev = gl %. Lv/2 = ,05 %. 30 = m STA (PVT I) Elev = gl %. Lv/2 = ,4 %.30 = 97,2 m Hasil perhitungan digambarkan dengan skala dan ukuran grs rencana jalan grs muka lahan asal PCT PPVl PVT Elv tanah ,2 98 STA Elv akhir 101, ,23 97,2 Gambar a Bagian lengkungan/alignemen cekung pada panjang Lv 60 meter
Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :
ALINYEMEN VERTIKAL 4.1 Pengertian Alinyemen Vertikal merupakan perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi dan Fungsi Jalan 3.1.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan Menurut Bina Marga (1997), fungsi jalan terdiri dari : a. jalan arteri : jalan yang melayani angkutan utama
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG
PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG Oleh : AGUS BUDI SANTOSO JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA ABSTRAK Perencanaan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. membandingkan perhitungan program dan perhitungan manual.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Program Validasi program dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil dari perhitungan program ini memenuhi syarat atau tidak, serta layak atau tidaknya program ini
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Geometrik Jalan Raya Geometrik merupakan membangun badan jalan raya diatas permukaan tanah baik secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa permukaan tanah
Lebih terperinciEng. Ibrahim Ali Abdi (deercali) 1
PENDAHULUAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lain. Arti lintasan menyangkut tanah yang diperkuat (diperkeras)
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya
BAB II DASAR TEORI Pada jalan luar kota dengan kecepatan yang rencana yang telah ditentukan harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat terhalangnya penglihatan
Lebih terperinciBAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMEN VERTIKAL JALAN
BAB IV. PERENCANAAN ALIGNAMEN VERTIKAL JALAN Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang pertemuaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui
Lebih terperinciPERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP:
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP: 0721079 Pembimbing: Dr. Budi Hartanto S., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA Sabar P. T. Pakpahan 3105 100 005 Dosen Pembimbing Catur Arief Prastyanto, ST, M.Eng, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman yang semakin maju ini, transportasi menjadi hal vital dalam kehidupan manusia. Kesuksesan bertransportasi sangatlah dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan
Lebih terperinciPERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP:
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP: 0521006 Pembimbing: Ir. Silvia Sukirman Pembimbing Pendamping: Sofyan Triana, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinci2.1 ANALISA JARINGAN JALAN
BAB II REVISI BAB II 2.1 ANALISA JARINGAN JALAN 2.1.1 Sistem Jaringan Jalan Pada Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem
Lebih terperinciBAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui
3.1. Metode Pengambilan Data BAB III METODE PERENCANAAN 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui keadaan medan yang akandiencanakan. 2. Metode wawancara dalam menambah data
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGATAR
DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Halaman Persetujuan iii Motto dan Persembahan iv ABSTRAK v ABSTRACK vi KATA PENGATAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
11 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Studi pustaka adalah suatu pembahasan berdasarkan bahan baku referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan rumus-rumus tertentu
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :
Oleh Mahasiswa PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) JALAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SEPANJANG RUAS JALAN Ds. MAMEH Ds. MARBUI STA 0+00 STA 23+00 MANOKWARI PROPINSI PAPUA
Lebih terperinciALINEMEN VERTIKAL. PDF created with pdffactory Pro trial version
ALINEMEN VERTIKAL ALINEMEN VERTIKAL Alinemen vertikal adalah proyeksi dari sumbu jalan pada suatu bidang vertikal yang melalui sumbu jalan tersebut, atau bidang tegak melalui sumbu jalan, atau disebut
Lebih terperinciBAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI
BAB IV PERENCANAAN 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Harga CBR Tanah Dasar Penentuan Harga CBR sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan
BAB 1 PENDAHULUAN Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
Lebih terperinciPerhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang...
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN DIAGRAM... xv DAFTAR SIMBOL... xvi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2.
Lebih terperinciReka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Evaluasi Perencanaan Geometri Jalan Ruas Cipanas Warung Banten Dengan Menggunakan Software Autocad Land
Lebih terperinciSesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus
Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus Jalan umum dikelompokan berdasarkan (ada 5) Sistem: Jaringan Jalan Primer; Jaringan Jalan Sekunder Status: Nasional; Provinsi; Kabupaten/kota; Jalan desa Fungsi:
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA
Sudarman Bahrudin, Rulhendri, Perencanaan Geometrik Jalan dan Tebal Perkerasan Lentur pada Ruas Jalan Garendong-Janala PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA
Lebih terperinciHADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Juni 2015 Perencanaan Geometrik Simpang Susun Double Trumpet Pada Jalan Tol Jakarta Serpong Berdasarkan Transportation
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Jalan Menurut Arthur Wignall (2003 : 12) secara sederhana jalan didefinisikan sebagai jalur dimana masyarakat mempunyai hak untuk melewatinya tanpa diperlakukannya izin khusus
Lebih terperinciELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN
ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN Alinemen Horizontal Alinemen Horizontal adalah proyeksi dari sumbu jalan pada bidang yang horizontal (Denah). Alinemen Horizontal terdiri dari bagian lurus dan lengkung.
Lebih terperinciBAB V ALINYEMEN VERTIKAL
BB V INYEMEN VERTIK linyemen vertikal adala perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan lajur ara atau melalui tepi dalam masing masing perkerasan
Lebih terperinciI Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman*
12 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 2, No. 1 : 12-21, Maret 2015 ANALISIS KELANDAIAN MELINTANG SEBAGAI ELEMEN GEOMETRIK PADA BEBERAPA TIKUNGAN RUAS JALAN MATARAM-LEMBAR Analysis Superelevation on Alignment
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DISUSUN OLEH : MUHAMMAD HAYKAL 008011006 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 010 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb.
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRI JALAN BERDASARKAN METODE BINA MARGA MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC
PERENCANAAN GEOMETRI JALAN BERDASARKAN METODE BINA MARGA MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC Eduardi Prahara Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan
Lebih terperinciPerencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur
Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur Ferdiansyah Septyanto, dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciPERANCANGAN GEOMETRIK JALAN
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik - Universitas Gadjah Mada PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MODUL - 6 JARAK PANDANG HENTI DAN MENYIAP Disusun oleh: Tim Ajar Mata Kuliah Perancangan Geometrik
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK DAN LAYOUT SIMPANG JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA SURABAYA
TUGAS AKHIR RC10-1380 PERENCANAAN GEOMETRIK DAN LAYOUT SIMPANG JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA SURABAYA RONY FERDINAND PANGGABEAN NRP 3110105027 Dosen Pembimbing : Ir. WAHJU HERIJANTO, MT. JURUSAN LINTAS
Lebih terperinci5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000
Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Gambar Situasi Skala 1:1000 Penentuan Trace Jalan Penentuan Koordinat PI & PV Perencanaan Alinyemen Vertikal
Lebih terperinciBAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter perencanaan yang akan dibicarakan dalam bab ini, seperti kendaraan rencana, kecepatan rencana,
Lebih terperinciEVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
EVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Bayu Chandra Fambella, Roro Sulaksitaningrum, M. Zainul Arifin, Hendi Bowoputro Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciEVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT
EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Oleh: DARWIN LEONARDO PANDIANGAN
Lebih terperinciyang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan geometrik jalan merupakan bagian dari perancangan jalan yang dititik beratkan pada perancangan bentuk fisik jalan sedemikian sehingga dapat menghasilkan
Lebih terperinciKAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA
KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM 109+635 SAMPAI DENGAN KM 116+871 ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA DOUBLE TRACK GEOMETRIC INVESTIGATION FROM KM 109+635 UNTIL KM 116+870 BETWEEN CIGANEA
Lebih terperinciTinggi mata pengeraudi merupakan faktor utaraa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinggi Mata Pengemudi Tinggi mata pengeraudi merupakan faktor utaraa dalam penentuan jarak pandangan yang diperlukan guna merencanakan geometrik jalan yang aman. Tinggi mata
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR FATKHUL MUIN (1) ARIE SYAHRUDDIN S, ST (2) BAMBANG EDISON, S.Pd, MT (2) ABSTRAK Kabupaten Berau adalah
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2) LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma
Lebih terperinci254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +
4.3. Perhitungan Daerah Kebebasan Samping Dalam memperhitungkan daerah kebebasan samping, kita harus dapat memastikan bahwa daerah samping/bagian lereng jalan tidak menghalangi pandangan pengemudi. Dalam
Lebih terperinciJarak pandang berguna untuk :
E. JARAK PANDANG Definisi jarak pandang : Yaitu panjang jalan di depan kendaraan yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh pengemudi yang diukur dari titik kedudukan pengemudi. Jarak pandang berpengaruh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Istilah Jalan 1. Jalan Luar Kota Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk perkerasan),
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
24 BAB III LANDASAN TEORI A. Alinyemen Horisontal Jalan Raya Alinemen horisontal atau trase suatu jalan adalah proyeksi sumbu jalan tegak lurus bidang kertas yang terdiri dari garis lurus dan garis lengkung.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
37 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 TAHAPAN PENELITIAN Penelitian ini di bagi menjadi 2 tahap: 1. Pengukuran kondisi geometri pada ruas jalan Ring Road Selatan Yogyakarta Km. 36,7-37,4 untuk mengkorfirmasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Evaluasi teknis adalah mengevaluasi rute dari suatu ruas jalan secara umum meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia
Lebih terperinciterjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Operasional dan Perencanaan Jalan Luar Kota Analisis operasional merupakan analisis pelayanan suatu segmen jalan akibat kebutuhan lalu-lintas sekarang atau yang diperkirakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Geometrik Jalan 2.1.1 Pengertian Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya
Lebih terperinciPenampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar
Penampang melintang merupakan bentuk tipikal Potongan jalan yang menggambarkan ukuran bagian bagian jalan seperti perkerasan jalan, bahu jalan dan bagian-bagian lainnya. BAGIAN-BAGIAN DARI PENAMPANG MELINTANG
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,
BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Kendaraan Rencana Menurut Dirjen Bina Marga (1997), kendaraan rencana adalah yang dimensi dan radius putarnya digunakan sebagai acuan dalam perencanaan geometric jalan. Kendaraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Khusus Pembangunan jalur dan stasiun Light Rail Transit akan dilaksanakan menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan jalur layang (Elevated) dengan
Lebih terperinciSolo. Reza Febriano, S.IP,ST,MT. Arie Irianto, ST,MT. Kepala Seksi Perencanaan Teknik. Staf Madya Divisi Pembangunan. Surabaya, November 2008
Kajian Kecepatan Rencana yang Optimal pada Jalan Tol Semarang-Solo Solo Reza Febriano, S.IP,ST,MT. Kepala Seksi Perencanaan Teknik & Arie Irianto, ST,MT. Staf Madya Divisi Pembangunan Konferensi Regional
Lebih terperinciBagas Aryo Y JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang Kumpulrejo TUNDAAN
SIMPANG BERSINYAL Tanggal Ditangani oleh Formulir SIG-V Formulir SIG-V PANJANG ANTRIAN Kota Salatiga Bagas Aryo Y JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang Kumpulrejo TUNDAAN Waktu siklus Kode Arus Kapasitas Derajat
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 50) Lengkung Geometrik PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MAGISTER TEKNIK JALAN RAYA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN Lengkung busur lingkaran sederhana (full circle)
Lebih terperinciBAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. KENDARAAN RENCANA Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi (termasuk radius putarnya) dipilih sebagai acuan dalam perencanaan geometrik jalan raya.
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN PANDAAN TAPEN KOTA MADYA SALATIGA TUGAS AKHIR
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN PANDAAN TAPEN KOTA MADYA SALATIGA TUGAS AKHIR Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinci5.3. Perencanaan Geometrik Jalan 1. Alinyemen Horisontal Spiral-Circle-Spiral
5.3. Perencanaan Geometrik Jalan 1. Alinyemen Horisontal Spiral-Circle-Spiral PARAMETER SCS - 1 SCS - 2 Vr 80 80 19.97 6.09 R 541.743 3528.377 e 0.045374 0.045374 en 0.02 0.02 e maks 0.08 0.08 Ls 66.66667
Lebih terperinciKATA HANTAR. hitungan dan data Binamarga dan di dalam perencanaanya kita harus mengetahui
KATA HANTAR Pada perencanaan tugas akhir ini dengan topik Evaluasi Trase Terhadap Arus Lalulintas dan Geometrik Jalan,pada perencanaanya saya menggunakan metode analisis yaitu dengan cara membandingkan
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN GEOMETRI JALAN PADA RUAS JALAN SANGGAU - SEKADAU
STUDI KELAYAKAN GEOMETRI JALAN PADA RUAS JALAN SANGGAU - SEKADAU M.Azmi Maulana 1),Komala Erwan 2),Eti Sulandari 2) D11109050@gmail.com ABSTRAK Jalan raya adalah salah satu prasarana transportasi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Perencanaan Geometrik Perencanaan geometrik jalan merupakan suatu perencanaan rute dari suatu ruas jalan secara lengkap, menyangkut beberapa komponen jalan yang dirancang
Lebih terperinciPENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN STANDARD PERENCANAAN Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970 Direktorat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar perencanaan geometrik 2.1.1 Pengertian Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang menitik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan
Lebih terperinciOleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )
Oleh : ARIF SETIYAFUDIN (3107 100 515) 1 LATAR BELAKANG Pemerintah Propinsi Bali berinisiatif mengembangkan potensi pariwisata di Bali bagian timur. Untuk itu memerlukan jalan raya alteri yang memadai.
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ALTERNATIF PALIMA-CURUG (Studi Kasus : Kota Serang)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ALTERNATIF PALIMA-CURUG (Studi Kasus : Kota Serang Rindu Twidi Bethary 1, M. Fakhruriza Pradana, M. Bara Indinar. 3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
161 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Berdasarkan keseluruhan hasil perencanaan yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Lebih terperinciNOTASI ISTILAH DEFINISI
DAFTAR DEFINISI, ISTILAH DAN SIMBOL Ukuran kinerja umum NOTASI ISTILAH DEFINISI C KAPASITAS Arus lalu-lintas maksimum (mantap) yang dapat (smp/jam) dipertahankan sepanjang potongan jalan dalam kondisi
Lebih terperinciBAB 4 JARAK PANDANG 4.1. Pengertian
BAB 4 JARAK PANDANG 4.1. Pengertian Jarak pandang adalah panjang bagian jalan di depan pengemudi yang dapat dilihat dengan jelas, diukur dari tempat kedudukan mata pengemudi. Kemampuan untuk dapat melihat
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN KARTASURA SUKOHARJO
PERENCANAAN GEOMETRIK TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN KARTASURA SUKOHARJO ( DUWET KUDU ) TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA PALEMBANG BANYUASIN JAKABARING PROVINSI SUMATERA SELATAN STA STA 5+250
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA PALEMBANG BANYUASIN JAKABARING PROVINSI SUMATERA SELATAN STA 0+000 STA 5+250 LAPORAN AKHIR Dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam
Lebih terperinciNo Dokumen Revisi Ke: Dokumen Level: 3 PANDUAN Tanggal Berlaku: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1 Identitas Mata Kuliah Course Identity Kode mata kuliah Course code : TKS22227 Bobot satuan kredit semester (sks) :4 Course credit unit : 4 Semester : Semester
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas, yang merupakan penjabaran UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Perencanaan Geometrik 2.1.1 Pengertian Perencanaan Geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada alinymen horizontal dan alinymen
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH Diajukan Sebagai Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH : SLAMET RIYADI
Lebih terperinciTINJAUAN GEOMETRIK JALAN PADA RUAS JALAN AIRMADIDI-TONDANO MENGGUNAKAN ALAT BANTU GPS
TINJAUAN GEOMETRIK JALAN PADA RUAS JALAN AIRMADIDI-TONDANO MENGGUNAKAN ALAT BANTU GPS Dwijayanto Pribadi M. J. Paransa, T. K. Sendow, L. J. Undap Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciPEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN, DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN GONDANG SAMBUNG MACAN KABUPATEN SRAGEN
PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN, DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN GONDANG SAMBUNG MACAN KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program
Lebih terperinciPENGARUH RANCANGAN PEREDAM SILAU TERHADAP JARAK PANDANGAN (Studi Kasus Tol CIPULARANG) Ni Luh Shinta Eka Setyarini 1
PENGARUH RANCANGAN PEREDAM SILAU TERHADAP JARAK PANDANGAN (Studi Kasus Tol CIPULARANG) Ni Luh Shinta Eka Setyarini 1 1 Universitas Tarumanagara, Jl. LetJen S.Parman, Jakarta ABSTRAK Tol CIPULARANG merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan disain yang menggunakan material tersebut telah sangat luas sehingga material
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Fungsi Jalan 2.1.1. Pengertian Jalan Kemajuan teknologi menjadi sangat cepat dan berlanjut sampai sekarang. Pengetahuan dan segala penemuan mengenai tanah dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Geometrik Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan rute dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Bab II Landasan Teori
BAB II DASAR TEORI 2.1 Klasifikasi Jalan Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas : 1) Jalan Arteri 2) Jalan Kolektor 3) Jalan Lokal Klasifikasi jalan di Indonesia menurut Bina Marga dalam Tata Cara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Geometrik Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Geometrik Jalan Raya 2.1.1 Umum Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan dimana bentuk dan ukuran yang nyata dari suatu jalan yang direncanakan beserta
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN. TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad )
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad ) Disusun Oleh : MARIA PARULIAN SITANGGANG L2A3 01 027 TEGUH ANANTO UTOMO L2A3 01 037 Semarang,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Geometrik Jalan Perencanaan Geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang titik beratkan pada alinyem horizontal dan alinyemen vertikal sehingga dapat memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perencanaan Geometrik Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan rute dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kecelakaan Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang jarang dan tidak tentu kapan terjadi dan bersifat multi faktor yang selalu didahului oleh situasi
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN TINGKIR TENGAH BENDOSARI KOTAMADYA SALATIGA
PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN TINGKIR TENGAH BENDOSARI KOTAMADYA SALATIGA TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP I FC 30 20, '1" II FC 50 17, '7" III FC 50 66, '1" IV FC 50 39, '6" V FC 50 43, '8"
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa Superelevasi pada tikungan Jalan Adi Sucipto, segmen Unkris Undana. STA 0+000 sampai STA 0+850, sepanjang ± 850 meter maka dapat disimpulkan bahwa
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI Disusun oleh : AGUSTIAN NIM : L2A 000 014 AHMAD SAFRUDIN NIM : L2A 000 016 Disetujui
Lebih terperinciSKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)
SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH) Disusun oleh : M A R S O N O NIM. 03109021 PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS
Lebih terperinciPROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
PROYEK AKHIR FERRYA RASTRATAMA SYUHADA NRP. 3109038001 MULYADI NRP. 3109038003 Dosen Pembimbing : R. Buyung Anugraha Affandhie, ST. MT PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Di dalam merencanakan suatu kegiatan atau proyek dibutuhkan dasar teori mengenai hal tersebut. Dasar teori ini diambil dari kajian pustaka yang ada dari bahan-bahan
Lebih terperinciEVALUASI JARAK PANDANG PADA ALINEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL PADA TIKUNGAN JALAN LUAR KOTA (STUDI KASUS SEI RAMPAH-TEBING TINGGI)
EVALUASI JARAK PANDANG PADA ALINEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL PADA TIKUNGAN JALAN LUAR KOTA (STUDI KASUS SEI RAMPAH-TEBING TINGGI) TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Di dalam merencanakan suatu kegiatan atau proyek dibutuhkan dasar teori mengenai hal tersebut. Dasar teori ini diambil dari kajian pustaka yang ada dari bahan-bahan
Lebih terperinciANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN
ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN Ahmadi : 1213023 (1) Bambang Edison, S.Pd, MT (2) Anton Ariyanto, M.Eng (2) (1)Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Pasir
Lebih terperinci