PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Februari 2011 1 P a g e
I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Kegiatan pemanfaatan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) yang merupakan dukungan dana stimulan PNPM Mandiri Perkotaan, yang dapat digunakan secara fleksibel oleh masyarakat sebagai upaya pembelajaran penanggulangan kemiskinan, sesuai dengan PJM dan renta Pronangkis (Program Penanggulangan Kemiskinan) yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat Kelurahan/Desa sasaran PNPM mandiri Perkotaan. Kegiatan pemanfaatan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) di masyarakat berlangsung selama 3 (tiga) kali selama 1 (satu) tahun, dengan rentang waktu 4 (empat) bulan sekali. Adapun tujuan dari Kegiatan Uji Petik pemanfaatan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) ini adalah: Mengukur pencapaian substansi sesuai indikator kunci kuantitatif dan kualitatif yang telah ditetapkan, dari kegiatan yang telah dilaksanakan di tingkat kelurahan, dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan Dana BLM tahap 1, tahap 2, tahap 3, dengan mendapatkan informasi dari pelaku langsung dan masyarakat (responden) tentang pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai. Mengetahui kesesuaian pelaksanaan Coaching Pengeloalaan dan BLM dengan koridor yang telah ditentukan oleh KMP. Mengukur capaian indikator kuantitatif dan kesesuaian data yang dilaporkan di SIM dengan informasi lapangan (akurasi data SIM menjadi dasar perhitungan capaian indicator kuatitatif). Mengetahui ketersediaan materi sosialisasi khususnya dari aspek ketepatan waktu, ketepatan jumlah, dan kesesuaian dengan spesifikasi yang disyaratkan.. 2 P a g e
II. CAKUPAN UJI PETIK SIKLUS PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Materi uji petik ini mencakup aspek-aspek berikut: Transparansi dan Akuntabilitas Pengelaolaan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), Kesesuaian kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat derngan PJM Pronangkis dan usulan kegiatan yang disetujui BKM, Ketepatan sasaran, manfaat dan pemeliharaan kegiatan, Kualitas pengadministrasian/pencatatan keuangan, Penyimpangan Dana, Pelaksanaan coaching pengelolaan Dana BLM, capaian indikator kuantitatif dan kesesuaian dengan data/informasi pendukung di lapangan (akurasi data SIM), Ketersediaan materi sosialisasi dan capaian sosialisasi terkait dengan kegiatan pengelolaan Dana BLM, kelengkapan administrasi pendukung dalam memberikan jaminan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Dana BLM. Uji petik siklus Kegiatan Uji petik pemanfaatan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) ini dilakukan selama periode Februari 2011 di 17 kelurahan yang tersebar di 4 propinsi. Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dan BLM itu sendiri masih akan berlangsung hingga akhir tahun 2011 dan uji petik siklus ini juga akan dilakukan pada kelurahan lain untuk mengetahui gambaran lebih utuh tentang pelaksanaan pemanfaatan dana BLM di masyarakat. Berikut daftar nama kelurahan,kota/kabupaten dan propinsi yang menjadi lokasi uji petik pemanfaatan dana BLM bulan Februari 2011. No Propinsi Kabupaten/Kota Kelurahan 1 NAD Kota Sabang Cota Beuk Kota Bawah Timur Anoi Itam Paya Seunara 2 Lampung Pringsewu Bumi Ayu Margodadi Lampung Gedong Air Way Halim Permai Panjang Utara 3 Kepulauan Riau Kab. Bintan Tanjung Uban Timur Tanjung Uban Selatan Tanjung Ugat Tanjung Pinang Barat 4 Jawa Barat Kab. Garut Kota Kulon Sirna Jaya Kab. Sumedang Kuta Mandiri 3 P a g e
III. HASIL UJI PETIK DAN PEMBAHASAN 3.1. Umum Capaian pelaksanaan kegiatan Uji petik pemanfaatan BLM pada kelurahan sasaran yang termasuk dalam secara nasional menunjukkan capaian 67%. Dapat dikatakan bahwa capaian kegiatan pemanfaatan dana BLM tersebut cukup, sesuai ketentuan (koridor) yang ditetapkan. Berdasarkan 5 aspek (materi) yang dikaji dalam uji petik ini menunjukkan bahwa capaian 44% (kurang), terutama pada aspek ketersediaan materi dan sosialisasi Siklus BLM dan ketersediaan pernyataan bersama masyarakat tentang BLM. 3.2. Khusus 3.2.1. Aspek Pemenuhan Substansi Dalam pelaksanaan siklus pemanfaatan dana BLM hampir seluruh ketentuan (koridor) sesuai pedoman teknis terpenuhi. Capaiannya pada nilai 79%, sehingga dapat dikatakan Cukup Baik. Secara umum capaian kegiatan ini 4 P a g e
berkisar diantara Cukup, Baik dan Baik Sekali. Capaian tertinggi ada di Lampung (90%) dan terendah Kepulauan Riau (55%) Ketentuan yang umumya tidak terpenuhi adalah : Laporan keuangan Sekretariat/UPK dan panitia tidak terpasang di papan informasi dan diperbarui setiap bulan. Daftar KSM/ panitia/calon penerima manfaat dalam daftar tunggu tidak diumumkan kepada warga minimal di lima titik papanpengumuman public. Tidak terdapatnya rencana pemeliharaan yang jelas terhadap infrastruktur yang telah dibangun Tidak semua penerima dana BLM adalah warga miskin yang terdapat dalam hasil PS Kondisi bahwa hasil review PS tidak disosialisasikan melalui media warga minimal di 5 tempat strategis diungkapkan oleh masyarakat (responden) dengan pernyataan : Media warga (papan pengumuman) yang ada tidak mencapai 5 unit. Masyarakat tidak mengetahui (secara pasti) adanya pengumuman tersebut. Masyarakat/BKM menganggap efektifitas pengumuman/penempelan di papan informasi belum efektif (mudah rusak oleh tangan jahil dan cuaca). Kondisi bahwa tidak semua penerima manfaat adalah warga miskin yang tertera di data PS2, dijelaskan BKM, bahwa dana bergulir akan macet apabila semua pemanfaat dana bergulir adalah warga miskin. Meskipun telah terbentuk tim pengelola pemanfaatan dan pemeliharaan kegiatan infrastruktur, tetapi tidak ada rencana pemeliharaan yang jelas. 3.2.2. Aspek Pelaksanaan Coaching Pemanfaatan dana BLM Pada aspek pelaksanaan coaching pemanfaatan dana BLM, terkait dengan ketersediaan pemandu, modul dan pengumuman dana fixed cost coaching pemanfaatan dana BLM, rata rata adalah 82%. Secara umum aspek ini ada pada kisaran baik sekali di Lampung (93%) dan Jawa Barat (92%). Dari 3 ketentuan (koridor) pada aspek ini umumnya dipenuhi dalam hal : 5 P a g e
Pemandu telah mengikuti coaching dari KMW Kekurangan terjadi pada pemenuhan ketentuan : Modul yang dikembangkan oleh KMP belum semauanya digunakan. Penggunaan dana fixed cost pelatihan/coaching belum diumumkan pada lima tempat strategis. 3.3.3. Aspek Capaian Indikator dan kesesuaian di lapangan Pada aspek capaian indikator dan kesesuaian di lapangan, terkait di dalamnya adalah kesesuaian data proposal yang ada di BKM dan yang ada di SIM, realisasi dana BLM antara SIM sama dengan laporan KSM, evaluasi kinerja keuangan BKM masuk dalam kategori memadai dan 30% usulan kegiatan yang didanai merupakan usulan KSM yang anggotanya adalah perempuan. Secara umum di seluruh lokasi uji petik dicapai dengan Cukup. Capaian tertinggi ada di Lampung (90%). Capaian terendah ada di Kepulauan Riau (50%). Ketentuan yang umumnya dapat dipenuhi adalah : Kesesuaian data proposal yang ada di BKM dan yang ada di SIM Realisasi dana BLM antara SIM sama dengan laporan KSM Ketentuan yang tidak dapat dipenuhi adalah: Evaluasi kinerja keuangan BKM, masuk pada kategori BKM Memadai. 30% usulan kegiatan yang didanai merupakan usulan KSM yang anggotanya adalah perempuan. 3.3.4. Aspek Ketersediaan Materi dan Sosialisasi Siklus BLM Dari aspek ini diketahui sejauh mana spesifikasi yang ditetapkan terkait pengadaan media sosialisasi dan pendistribusian media sosialisasi (poster) tentang BLM ke kelurahan tepat waktu. Capaian pada seluruh lokasi Uji petik menunjukkan kategori kurang di Kepulauan Riau. Capaian Sangat Baik diperoleh Jawa Barat. Ada 2 hal yang dipandang lemah pada capaian aspek ini, yaitu : Spesifikasi yang ditetapkan terkait pengadaan media sosialisasi. 6 P a g e
Pendistribusian media sosialisasi (poster) tentang BLM ke kelurahan tepat waktu. 3.3.5. Aspek Ketersediaan Pernyataan Bersama Aspek ketersediaan Pernyataan Bersama meliputi : Pernyataan BKM tentang pemanfaatan dana BLM tahap 1 dan kesiapan untuk pencairan dana BLM tahap 2. Pernyataan BKM tentang pemanfaatan dana BLM tahap 2 dan kesiapan untuk pencairan dana BLM tahap 3. Pernyataan BKM tentang pemanfaatan dana BLM tahap 3 Secara nasional, capaian untuk aspek ini tergolong Kurang (55%). Lokasi Uji petik di Kepulauan Riau dan Lampung, memiliki capaian kurang. Kelemahan umumnya terjadi pada : Tidak tersedianya Pernyataan BKM tentang pemanfaatan dana BLM tahap 1 dan kesiapan untuk pencairan dana BLM tahap 2. Tidak tersedianya Pernyataan BKM tentang pemanfaatan dana BLM tahap 2 dan kesiapan untuk pencairan dana BLM tahap 3. Tidak tersedianya Pernyataan BKM tentang pemanfaatan dana BLM tahap 3. IV. CATATAN UMUM 1. Kesesuaian Rencana dan Kegiatan, Dalam diskusi pada saat penentuan prioritas masih belum dilakukan kajian dengan benar sehingga unsur pembagian masih muncul,hal ini karena dalam PJM yang muncul masih belum bersifat program tetapi lebih bersifat kegiatan Ketidak-sesuaian antara rencana dan kegiatan diindikasikan denghan temuan tidak memiliki dokumen PJM Pronangkis (dengan alasan masih di pimpinan kolektif lama). Padahal dokumen PJM Pronangkis di pimpinan kolektif baru harus menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan, tidak sekedar berdasarkan usulan/ kebutuhan masyarakat saja tetapi atas kesepakatan dan prioritas tahunan. Kegiatan yang dilaksanakan dilengkapi dengan dokumen usulan kegiatan dan dokumen 7 P a g e
kesepakatan, seperti: surat pernyataan hibah, monitoring harian, dan tanggung renteng. Masih belum dipahami pentingnya kesesuaian/ konsistensi kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan PJM Pronangkis dan usulan kegiatan yang disetujui BKM, sebagai contoh: dokumen Renta 2010 tidak tersedia di sekretariat/kantor LKM/BKM, padahal dokumen itu sebagai acuan penyusunan BAPPUK/ RPD. (hal ini juga membuktikan, tidak optimalnya Review Program di tahun sebelumnya/ 2009) 2. Sasaran Pemanfaatan Masih ditemukan kegiatan infrastruktur yang tidak dimungkinkan untuk digunakan dalam umur yg panjang. Peran unit pengelola khususnya pengelola lingkungan dalam melaksanakan tugas verifikasi proposal belum dilaksankan dengan maksimal,dimana banyak kegiatan antara proposal dengan realita dilapangan berbeda khususnya daftar PS,ada kecenderungan diproposal diperbesar jumlahnya. Adanya ketidak-tepatan sasaran, manfaat kegiatan, terutama dalam KSM Perguliran, dimana ditemukan anggota KSM/penerima manfaat adalah warga non miskin (non PS2). 3. Transparansi & Akuntabilitas, Proses transparansi BKM/LKM belum berjalan dengan baik. Pimpinan kolektif BKM belum sepenuhnya memahami tentang aturan pengelolaan keuangan dan belum mempelajari AD/ART sehingga belum ada pengaturan tentang honor UPK karena belum pernah dibahas di Rapat koordinasi pimpinan kolektif. Serta belum ada kegiatan review partisipatif dan audit tahunan LKM.. Penggunaan papan informasi di beberapa kelurahan yang dikunjungi, belum maksimal, sebagian besar papan informasi yang ada hanya 1-3 buah saja. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan hanya diketahui oleh masyarakat disekitar proyek/kegiatan yang akan dibangun. Begitupula dengan calon peminjam/ KSM ekonomi bergulir, tidak terdapat daftar KSM Peminjam di secretariat BKM maupun papan informasi/ surat yg ditujukkan ke masing-masing RW/RT bahwa terdapat daftar tunggu KSM dan KSM yang telah menerima dana BLM. 8 P a g e
Masih belum dipahaminya substansi pengelolaan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tahap-1, tahap-2 dan tahap-3, dalam hal transparansi dan akuntabilitas, terutama dalam penyusunan RPD (Rencana Penggunaan Dana) atau BAPPUK Karena papan informasi belum ada sehingga BAPPUK/RPD dan informasi informasi lain tidak disosialisasikan melalui papan informasi,sementara untuk informasi kegiatan dilokasi ada dibuat papan proyek yang telah menginformasikan antara lain nama kegiatan,volume,jumlah dana baik APBN,APBD dan swadaya,jangka pelaksanaan dan pelaksana/ksm. Proses pemberian dana dari BKM ke KSM dilakukan dengan mekanisme 30%,60% dan terakhir 10% bila LPJ telah siap. LPJ belum diselesaikan padahal dari sisi fisik sudah selesai hal ini karena belum ada pemahaman terkait pentingnya pelaporan. Laporan keuangan sekretaris dan UPK belum ditempel di papan informasi. Untuk kegiatan setiap proyek terpasang papan proyek yang menginformasikan terhadap kegiatan,volume sumber dana,waktu pelaksanaan dan pelaksana kegiatan Hasil Hasil kesepakatan prioritas ( BAPPUK/RPD ) tidak disosialisasikan dengan baik hal ini karena tidak adanya papan informasi yang tersedia,termasuk belum adanya kantor secretariat BKM juga menghambat pelayanan ke masyarakat Untuk prasarana yang dibangun telah terbentuk tim O&P namun kgiatan dan rencana kerja dari O&P belum ada, sehingga kalau ada kegiatan pemelihaaraan itu sifatnya secara spontan 4. Belum dilaksanakan pelaporan secara rutin ke kelurahan/desa tentang pelaksanaan kegiatan dan laporan keuangan BKM karena pencatatan pembukuan keuangan dan outline laporan keuangan kepada pihak luar BKM/ public belum terdokumentasikan di BKM. Hal ini menunjukkan belum baiknya mekanisme pengelolaan BKM secara baik, yang mengarah kepada transparansi dan akuntabilitas. 5. Tidak tersedianya materi sosialisasi dan capaian sosialisasi terkait dengan kegiatan Pengelolaan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) terkait beberapa hal, di antaranya proses distribusi yang belum berjalan dengan baik. 6. Tidak tersedianya kelengkapan administrasi pendukung dalam memberikan jaminan transparansi dan akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan Langsung Masyarakat(BLM). Dokumen berkas Pencairan dan Pemanfaatan BLM yang 9 P a g e
seharusnya ada di kantor/sekretariat LKM/BKM, berdasarkan informasi dari fasilitator masih disimpan di BAPPEDA/SATKER Kabupaten. V. REKOMENDASI 1. Segera dilaksanakan penguatan pemahaman bagi fasilitator, mengingat pemahaman terhadap siklus lokasi lama, khususnya Petunjuk Pemanfaatan BLM dan Tinjauan Partisipatif masih perlu ditingkatkan 2. Di tingkat masyarakat perlu diadakan pembenahan penataan administrasi, mengingat tidak tersedianya dokumen-dokumen penting di sekretariat/kantor LKM/BKM. 3. Perlu diadakannya inventarisasi penyediaan papan informasi di lima titik strategis dan bagi yang belum ada, maka diwajibkan untuk membuat papan informasi tersebut dan pemutakhiran laporan per bulan. 4. Laporan penggunaan dana Fixed Cost (Pelatihan Masyarakat) sebaiknya di umumkan atau diinformasikan melalui papan informasi 5. KMW Provinsi dan korkot untuk memfasilitasi penyusunan dokumen PJM menjadi program bukan berupa shoping list. 6. KMW Propinsi intens melakukan pengendalian pemanfaatan BLM sehingga sebelum akhir Maret 2011 semua kegiatan pemanfaatan BLM dapat terlaksana sampai penyelesaian LPJnya. 7. KMW Propinsi melakukan peninjauan ulang terhadap data SIM yang masih salah khususnya terkait data sertifikasi.. 10 P a g e