Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains (JEPS) Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains, 1(1), 2017,1-9 Meningkatkan Hasil Belajar Nilai-Nilai Juang Dalam Proses Perumusan Pancasila Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Talking Stick Siswa Kelas VI SD Negeri 23 Sabang MAMAD IDWAR Guru Dengan Tugas Tambahan Sebagai Kepala Sekolah SD Negeri 20 Sabang Abstrak. Penelitian yang berjudul Meningkatkan hasil belajar nilai-nilai juang dalam proses perumusan pancasila melalui siswa kelas VI SD Negeri 23 Sabang ini mengangkat masalah apakah melalui dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila melalui model pembelajaran kooperatif talking stick. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang tahun pelajaran 2014/2015, yang berjumlah 17 terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Metode yang digunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan secara teknik tes dan obsevasi untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya. Kemampuan rata-rata atau nilai rata-rata siswa dalam memahami nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila adalah 83. Berdasarkan kategori nilai yang menjadi acuan peneliti, nilai rata-rata 83 berada pada kategori baik. Dengan demikian, kemampuan rata-rata siswa dalam memahami nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila berdasarkan hasil penelitian ini tergolong baik. Disarankan penelitian yang berhubungan dengan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila pada jenjang SD/MI dapat dilanjutkan oleh peneliti lain sehingga dapat terungkap hal-hal yang belum terungkap melalui penelitian ini, misalnya materi pemilihan umum. Kata kunci: Nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila, model talking stick. Received: 01 September 2016, Revision: 04 Oktober 2016, Accepted: 11 Desember 2016 Print ISSN: 2549-7189 Copyright@2017. Published by Yayasan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Lestari Jaya. 1 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
Pendahuluan Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, sehat jasmani dan rohani. Sehingga sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya dalam masyarakat, bangsa dan negara. Dimyati dan Mujiono.(2009:66). Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar berpijak pada beberapa peraturan perundang-undangan sebagai landasan yuridis. Ada tiga peraturan peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan yuridis penyelenggaraan sekolah dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dan peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar sebenarnya bisa menjadi pembelajaran yang menarik bagi siswa apabila guru dapat membelajarkan sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat. Namun, dikarenakan pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga mengakibatkan hasil belajar PKn siswa kelas VI SD Negeri 23 Sabang materi nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila belum mencapai ketuntasan. Dilihat dari hasil ujian harian sementer I menunjukkan bahwa dari 17 orang siswa yang ada, hanya 8 orang atau 47,1% yang memperoleh nilai 65 keatas, sedangkan 9 orang siswa atau 52,9% mendapatkan nilai di bawah 65, atau dibawah nilai KKM yang ditetapkan sekolah. Idealnya seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65. Agar pembelajaran PKn menjadi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran talking stick. Model pembelajaran alking stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari siswa karena 2 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
adanya unsur permainan dalam proses pembelajaran. Depdiknas (2006:54) Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama peneliti memilih model pembelajaran kooperatif talking stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat pembelajaran kooperatif talking stick berlangsung. Mengingat dalam model pembelajaran kooperatif talking stick, hukuman dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, menghafal piagam jakarta, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan. Fakta-fakta di lapangan tersebut memberikan inspirasi sekaligus motivasi bagi peneliti untuk melakukan tindakan peningkatan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Meningkatkan hasil belajar nilainilai juang dalam proses perumusan pancasila melalui model pembelajaran kooperatif talking stick siswa kelas VI SD Negeri 23 Sabang. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 23 Sabang dalam pembelajaran PKn. Alasan peneliti melakukan penelitian di SD Negeri 23 Sabang di karenakan sekolah tersebut belum pernah melaksanakan penelitian sejenis sebelumnya. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015, mengacu pada kelender akademik sekolah.. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang tahun pelajaran 2014/2015. Siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 17 orang siswa, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Materi yang disampaikan adalah nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan observasi.. 1. Tes, dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes formatif terdiri atas ketrampilan dan pengetahuan, inteligensi, kemampuan bakat dan minat seseorang atau kelompok dalam mengikuti pembelajaran. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah dalam bentuk isian, seluruhnya soal-soal ini berjumlah 5 butir soal yang hasilnya akan hitung dalam bentuk skor.. 2. Observasi, Menurut Suharsimi Arikunto (2001:128) observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diselidiki, dan. b. Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang diteliti. Dengan menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap hasil observasi dengan menggunakan daftar cek (chek list). Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian mengikuti langkah Nana Sudjana, (2005:76) dengan tiga tahap analisis yaitu tahap kategorisasi, validasi dan intepretasi data. 3 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
Kategorisasi data dilakukan dengan memilih-milih data yang terkumpul berdasarkan kategori tertentu yang di tetapkan. Kategori yang dimaksud meliputi konsepsi awal siswa, jenis pertanyaan siswa, eksplorasi siswa, aktivitas siswa, penilaian akhir siswa. Validasi merupakan data yang kedua, dalam kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengelola data yang betul-betul objektif, valid dan diakui kebenarannya, validasi data dilakukan dengan observasi lapangan untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi. Melakukan diskusi dengan pengamat sebagai mitra kolaborasi tentang hasil-hasil catatan yang ada di lapangan, kemudian diakhiri dengan penilaian baik penilaian proses maupun penilaian akhir kegiatan. Dari penilaian akhir kegiatan data yang di peroleh disusun secara sistematis, dibedakan antara penilaian sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan sesudah dilaksanakan penelitian tindakan kelas, agar dapat digunakan untuk menarik satu kesimpulan, sehingga kesimpulan yang diperoleh benarbenar valid, sahih dan objektif. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk Hasil Belajar Siswa Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata, tes formatif dapat dirumuskan: X X N Dengan : X= Nilai rata-rata (mean) ΣX =Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa (Sumber: Nana Sudjana, 2001;208) Pembelajaran PKn materi nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila dianggap tuntas bila perolehan hasil evaluasi siswa ratarata hasil hitungan > 65, dan siswa dianggap tuntas dalam mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan pancasila memperoleh nilai cukup yaitu > 65. Keterangan : A. 90-100 = sangat baik. B. 70-89 = baik C. 60-69 = cukup D. 50-59 = kurang E. 0-49 = kurang sekali 2. Analisis Ketuntasan Belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2006 (Depdiknas, 2006), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: Siswa. yang. tuntas. belajar P x100 % Siswa (Sumber: Kurikulum Depdiknas, 2006) 3. Analisis Aktivitas Guru dan Siswa Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut: % = x x x 100 % dengan Jumlah. hasil. pengama tan X = = Jumlah. pengama tan Dimana : % = Presentase pengamatan X x = Rata-rata = Jumlah rata-rata P1 = Pengamat 1 P2 = Pengamat 2 (Sumber: Suharsimi Arikunto, 2001:208) P1 P2 2 4 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
Yang menjadi indikator keberhasilan tindakan ini adalah bilamana kemampuan siswa dalam memahami nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila melalui mencapai tingkat keberhasilan 85% secara klasikal dan induvidual 65 %, dan aktivitas guru dan siswa mencapai 85%. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan (action reseach), maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam dalam Yatim Riyanto, 2001;121), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi (planning) perencanaan, (action) tindakan, (observation) observasi, dan (reflection) refleksi. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua silkus, tiap-tiap siklus di kenai perlakuan yang sama. Penelitian tindakan ini dapat dimulai darimana saja dari keempat fase yaitu; perencanaan (pleaning) dalam mempersiapkan perencanaan guru harus serius dan tidak memberikan kesan keasalan sehingga dalam pelaksanaan tidak menemukan hambatan yang berarti, tindakan (action) pada kegiatan ini guru harus benarbenar jeli dalam bersikap dan memperhatikan setiap tindakan yang diambil baik oleh siswa maupun guru, observasi (observation), guru harus benar-benar mengamati dan mencatat secara sistematik terhadap gejala yang tampak dan refleksi (reflection) guru harus benarbenar jeli dalam mengkaji dan mempertimbangkan atau dampak yang ditimbulkan. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas VI SD Negeri 23 Sabang, maka diperoleh data yang menunjukan aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa hasil pembelajaran yang diperoleh setelah penulis melakukan penelitian. Adapun hasil penelitian melalui model pembelajaran kooperatif talking stick materi nilai-nilai juang proses perumusan Pancasila pada pembelajaran PKn siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang tahun pelajaran 2014/2015 dapat dilihat pada analisis data pada masing-masing siklus berikut: A. Siklus I Siklus I terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, seperti berikut ini : 1. Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes akhir pembelajaran putaran I dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif talking stick, dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 07 Oktober 2014 di kelas VI semester I dengan jumlah siswa 17 siswa. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif talking stick dengan tahapan sebagai berikut : 1) Pelaksanaan pembelajaran, (2) Menggunakan Media pembelajaran, (3) Tes, (4), Menentukan nilai individual. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah mitra kolaborasi atau teman sejawat yang bertugas di SD Negeri 23 Sabang. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: 1) Kemampuan Guru bahwa aktivitas guru pada aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah, menyampaikan tujuan pembelajaran, 5 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai RPP, menarik kesimpulan, dan memberikan evaluasi. Keempat aspek tersebut diatas merupakan kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Hasil observasi perolehan skor rata-rata persentase aktivitas guru dalam proses belajar mengajar siklus I masih tergolang rendah yaitu 2,6 atau 63,9%. Skor 63,9% dinyatakan belum berhasil, karena skor dikatakan berhasil harus mencapai lebih atau sama dengan 85%.. 2) Aktivitas Siswa bahwa aktivitas siswa pada aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah; mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, aktivitas keikutsertaan siswa berperan dalam merumuskan hasil diskusi, dan merangkum pembelajaran. Ketiga aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Hasil observasi perolehan skor rata-rata aspek aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar siklus I juga tergolang rendah yaitu 2,7 atau 66,7%. Skor 66,7% dinyatakan belum berhasil karena skor dikatakan berhasil harus mencapai lebih atau sama dengan 85%. 3) Hasil Belajar Siswa Siklus I bahwa hasil belajar PKn materi organisasi dengan Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hasil belajar PKn materi nilai-nilai juang proses perumusan Pancasila melalui siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang tahun pelajaran 2014/2015 diperoleh nilai rata-rata pada siklus I adalah 69. dan ketuntasan mencapai 65% atau ada 11 siswa dari 17 siswa sudah tuntas belajar dan masih ada 35% atau ada 6 siswa lagi yang belum tuntas belajar. Pada siklus I ini pembelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif talking stick materi nilai-nilai juang proses perumusan Pancasila untuk ketuntasan belajar sudah ada peningkatan 33,4% bila dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan. Namun demikian pada siklus I secara klasikal siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang tahun pelajaran 2014/2015 belum tuntas belajar, karena seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. 3. Refleksi Pada siklus pertama ini, hasil yang di capai belum begitu memuaskan, hal ini di karenakan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran talking stick, tampak sekali siswa masih terlalu kaku dan belum menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Masih banyak siswa yang tidak serius membaca teks cerita, tertawa saat talking stick berlangsung, dan jawaban siswa masih banyak yang kurang memuaskan yang menyebabkan hasil belajar siswa belum mencapai apa yang di harapkan. 4. Tahap Revisi Rancangan Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan, peneliti merasa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, maka penelitian ini harus dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II peneliti akan memperbaiki kesalahankesalahan pada siklus I, sehingga kesalahan - kesalahan pada siklus I tidak terulang pada siklus II. B. Siklus II Siklus II terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, seperti berikut ini : 1. Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi melalui model pembelajaran kooperatif talking stick dan lembar observasi guru dan siswa. 6 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2014 di Kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang dengan jumlah siswa 17 siswa. Pelaksanan pembelajaran melalui dengan tahapan sebagai berikut; (1) Pelaksanaan pembelajaran, (2) Menggunakan Media pembelajaran, (3) Tes, (4), Menentukan nilai individual. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagi pengamat adalah mitra kolaborasi/ teman sejawat yang bertugas di SD Negeri 23 Sabang. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes akhir putaran II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes akhir pembelajaran putaran II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagi berikut : 1) Kemampuan Guru bahwa aktivitas guru pada aspek yang mendapatkan kriteria cukup baik adalah, menarik kesimpulan. Hasil observasi perolehan skor rata-rata persentase aktivitas guru dalam proses belajar mengajar siklus II sudah mengalami peningkatan yaitu 3,9 atau 97,2%. Skor 97,2 sudah dinyatakan berhasil, karena skor dikatakan berhasil harus mencapai lebih atau sama dengan 85%. 2) Aktivitas Siswa bahwa bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif talking stick pada materi nilai-nilai juang proses perumusan Pancasila sudah banyak mengalami kemajuan. Indikator aktivitas siswa berdasarkan hasil observasi diperoleh skor rata-rata persentase pada siklus II adalah 3,8 atau 94,4%. Skor 94,4 sudah dinyatakan berhasil, karena skor dikatakan berhasil harus mencapai lebih atau sama dengan 85%. 3) Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II bahwa hasil belajar PKn materi nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasil melalui model pembelajaran kooperatif talking stick siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang tahun pelajaran 2014/2015 diperoleh nilai rata-rata pada siklus II adalah 83, dan ketuntasan sudah mencapai 94% atau ada 16 siswa dari 17 siswa sudah tuntas belajar dan masih ada 6% lagi yang belum tuntas belajar. Dengan demikian pada siklus II secara klasikal siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang tahun pelajaran 2014/2015 sudah mencapai ketuntasan belajar, karena seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. 3. Tahap Refleksi Berdasarkan kajian dan anlisis data terhadap proses pembelajaran mulai dari perencanaan hingga evaluasi terhadap aktivitas pembelajaran yang dilakukan ternyata telah terjadi peningkatan pada pembelajaran. Hal ini terlihat pada tingginya aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar yang sedang berlangsung, siswa terlihat sangat antusias mengikuti setiap proses pembelajaran melalui materi nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila baik dalam menjawab pertanyaan maupun dalam mengerjakan soal latihan. Sehingga dilihat dari hasil observasi dan hasil evaluasi belajar siswa, telah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dan dapat di simpulkan bahwa pada siklus kedua hasilnya sudah baik. 7 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif talking stick memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar PKn materi nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari semakin baiknya pemahaman siswa pada materi yang disampaikan guru (nilai rata-rata siswa meningkat dari siklus I ke II,) yaitu masing-masing pada siklus I 69 dan pada siklus II 83. Nilai ketuntasan belajar adalah, pada siklus I 65% dan pada siklus II 94%. Jadi pada siklus II siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang tahun pelajaran 2014/2015 telah tuntas belajar, karena seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. 2. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data aktifitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif talking stick untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila pada siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang tahun pelajaran 2014/2015 dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru yang muncul. Berdasarkan analisis data menunjukkan perolehan kriteria skor ratarata adalah, pada siklus I 2,6 atau 63,9% dan pada siklus II 3,9 atau 97,2%. Skor 97,2% sudah dapat dikatakan berhasil karena skor dikatakan berhasil adalah skor sama atau lebih besar dari 85% dalam dan aktivitas guru dikategorikan aktif dan penuh semangat. 3. Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Sedangkan untuk aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar melalui menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dengan rata-rata pencapaian yaitu pada siklus I 2,7 atau 66,7%, dan pada siklus II 3,8 atau 94,4%. Skor 94,4% sudah dapat dikatakan berhasil karena skor dikatakan berhasil adalah sama atau lebih besar dari 85%. Dengan pencapaian tersebut maka dapat dikatakan bahwa aktifitas siswa dikategorikan aktif dan bersemangat. Simpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Melalui model pembelajaran kooperatif talking stick memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar PKn materi nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila siswa kelas VI semester I SD Negeri 23 Sabang yang ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklusnya, yaitu siklus I (69), dan siklus II (83), sedangkan untuk ketuntasan belajar adalah, pada siklus I (65%), dan siklus II (94%). 2. Penerapan metode simulasi juga Melalui model pembelajaran kooperatif talking stick juga berdampak positif pada aktifitas guru dalam proses pembelajaran dengan rata-rata persentase pencapaian adalah pada siklus I 2,6 atau 63,9% dan pada siklus II 3,9 atau 97,2%. 3. Melalui model pembelajaran kooperatif talking stick juga berdampak positif pada aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan rata-rata persentase pencapaian adalah pada siklus I 2,7 atau 66,7% dan pada siklus II menjadi 3,8 atau 94,4%. 4. Melalui model pembelajaran kooperatif talking stick menciptakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi 8 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
siswa. 5. Melalui model pembelajaran kooperatif talking stick, siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan tugas individu maupun kelompok. Saran Telah terbuktinya model pembelajaran kooperatif talking stick dapat meningkatkan aktivitas guru serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila, maka peneliti sarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Untuk melaksanakan model pembelajaran kooperatif talking stick memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan melalui model pembelajaran kooperatif talking stick dalam proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai model/metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalahmasalah yang dihadapi. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SD Negeri 23 Sabang kelas VI semester I tahun pelajaran 2014/2015. 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. Daftar Pustaka Arikunto Suharsimi, 2001. Dasar-dasar evaluasi pendidikan, prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara. Colin Marsh. (2006). Handbook for beginning teachers. Sydney : Addison Wesley Longman Australia Pry Limited. Cullen (Terjemahan oleh Fathul Himam), 2004. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Depdiknas, terjemahan oleh Sudrajat 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT. Remaja Rasda Karya, Bandung. Dimyati dan Mujiono.2009. Belajar dan pembelajaran.jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim dkk, 2000. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. Kemmis, Mc Taggart (Terjemahan oleh Yatim Rianto), 2001. Prosedur penelitia Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Reneksa Cipta. Nasution, S. 2002. Metodologi Penulisan Neturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurhadi, 2003. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar baru. Sardiman, 2004. Interaksi dan motivasi belajarmengajar. Jakarta: Rajawali. Sudjana, N. 2005. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sunarso, Anis Kusumawardani, 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta; CV. Arya Duta. Suryosubroto. B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka cipta. Usman, 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Wahab, A. A., (2004). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Bandung: UPI 9 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017