I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan perikanan di Indonesia secara umum bersifat terbuka (open access), sehingga nelayan dapat dengan leluasa melakukan kegiatan penangkapan di wilayah tertentu di perairan Indonesia. Kondisi ini memang tidak salah mengingat paradigma yang masih dianut menyatakan bahwa laut adalah common property dimana setiap orang berhak memanfaatkannya. Namun kebebasan pemanfaatan ini tentunya perlu ada yang mengendalikan sehingga sumberdaya ikan yang menjadi target pemanfaatan tetap lestari dan tetap memberi manfaat kepada nelayan. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam rangka pengendalian dan pengembangan perikanan menjadi sangat penting terlebih di era otonomi daerah dimana daerah diberi kewenangan pengelolaan pada batas-batas tertentu demi kemajuan daerah. Seiring dengan diterbitkannya Undang-Undang nomor 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, perikanan sebagai salah satu sektor yang cukup penting dalam pengembangannya menghadapi banyak kendala baik yang bersifat eksternal maupun internal. Oleh karena itu, diperlukan penelaahan khusus yang terperinci untuk mengetahui keunggulan, hambatan internal, ancaman dan tantangan pengembangan perikanan di suatu daerah. Kabupaten Bangka Selatan adalah daerah di ujung selatan Pulau Bangka yang dikelilingi oleh laut Cina Selatan dan laut Jawa serta diapit oleh dua selat yaitu Selat Bangka dan Selat Gelasa. Luas wilayah Kabupaten Bangka Selatan ± 3.607 km 2, dengan jumlah penduduk mencapai 158.931 orang, merupakan daerah yang cukup ideal untuk pengembangan perikanan. Hal ini tidaklah berlebihan karena wilayah kabupeten ini dikelilingi oleh laut dengan panjang pantai ± 282 km. Potensi lainya berupa 12.223 ha hutan mangrove yang kesemuanya dalam kondisi baik, terumbu karang ± 1.120 ha serta 57 pulau-pulau kecil. Selain itu, perairan Bangka Selatan diperkirakan mempunyai potensi perikanan sebesar 64.000 ton/tahun dan hingga 2008 potensi ini baru dimanfaatkan sekitar 23.854 ton atau 37,12 % dari potensi yang ada. Bila dibandingkan dengan produksi
perikanan Provinsi Bangka Belitung, Kabupaten Bangka Selatan menyumbang sebesar 15,5% dari total produksi Bangka Belitung (DKP Bangka Selatan 2009). Bila melihat kondisi ini maka perikanan di Kabupaten Bangka Selatan memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi sektor utama pengerak kemajuan Bangka Selatan. Laporan statistik perikanan Provinsi Bangka Belitung tahun 2009 menunjukkan bahwa produksi perikanan pelagis didominasi oleh kelompok ikan tongkol (Auxis thazard), tenggiri (Scomberomorus spp), kembung (Rastrellinger spp), banyar (Rastrelliger kanagurta), golok-golok (Chirosentrus dorab) dan lemuru (Sardinela sp). Ikan tersebut ditangkap menggunakan beberapa jenis alat tangkap diantaranya adalah jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang tetap (set gillnet), bagan (lift net), pancing (hook) dan serok. Berdasarkan data statistik Kabupaten Bangka Selatan (2009), juga disebutkan bahwa kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan berada di 5 Kecamatan yaitu Toboali, Lepar Pongok, Tukak Sadai, Simpang Rimba dan Pulau Besar, dengan sentra utama berada di Tukak Sadai. Kondisi perikanan di Kabupaten Bangka Selatan masih menghadapi kendala dan keterbatasan, antara lain kapasitas dan daya jangkau armada penangkapan terbatas, pengetahuan nelayan tentang teknologi penangkapan modern masih rendah, dan kemampuan nelayan lokal untuk melaut dalam jangka waktu lama masih rendah sehingga nelayan lokal masih cenderung menggunakan armada penangkapan dengan kemampuan jelajah hanya di sekitar pantai. Fakta lain menunjukkan bahwa, pemanfaatan sumberdaya ikan secara umum masih dilakukan dengan menggunakan alat tangkap statis, seperti bagan, bottom gillnet dan hand line. Mengacu pada potensi sumberdaya perikanan yang ada di wilayah Kabupaten Bangka Selatan, serta kondisi aktual pemanfaatan sumberdaya ikan dan alat tangkap yang digunakan, maka untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya ikan perlu dilakukan peningkatan upaya penangkapan. Peningkatan ini memerlukan kajian khusus sehingga penentuan kebijakan pengembangan armada penangkapan yang komprehensif, terukur dan sesuai dengan keadaan
masyarakat Kabupaten Bangka Selatan dapat dirumuskan dengan tepat. Oleh karena itu, penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan yang disesuaikan dengan kondisi biologis, sosial, teknik dan ekonomi sangat dibutuhkan dalam rangka pengembangan armada penangkapan unggulan di Kabupaten Bangka Selatan. 1.2 Perumusan Masalah Kabupaten Bangka Selatan adalah kabupaten baru di Provinsi Bangka Belitung yang sedang membangun di semua sektor termasuk perikanan. Permasalahan yang timbul di bidang perikanan adalah potensi perikanan yang cukup besar yaitu 64.000 ton/tahun namun belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini terlihat dari kondisi di 5 kecamatan yang melakukan aktivitas penangkapan yaitu Toboali, Lepar Pongok, Tukak Sadai, Simpang Rimba dan Pulau Besar, belum memiliki sarana dan prasarana penunjang yang memadai. Selain itu, dominannya jumlah armada perikanan skala kecil menunjukkan bahwa pemanfaatan potensi perikanan tangkap di kabupaten ini belum optimal. Keterbatasan jangkauan armada perikanan menyebabkan kegiatan penangkapan hanya dilakukan di sekitar pantai dengan menggunakan alat tangkap sederhana. Beberapa alat tangkap yang digunakan adalah bagan, bottom gillnet, drift gillnet dan pancing sehingga produksi perikanan Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2009 hanya mencapai 23.854 ton atau 37,12 % dari potensi yang ada. Rendahnya produksi perikanan tangkap juga merupakan akibat langsung dari produktivitas alat tangkap yang rendah sehingga pemanfaatan potensi yang ada belum optimal. Fokus pengembangan dan pengelolaan perikanan yang tidak jelas juga menyebabkan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan menjadi terhambat. Pemilihan jenis alat tangkap yang kurang tepat dan jumlahnya yang belum optimal semakin menyebabkan kondisi perikanan tangkap tidak berkembang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis antara lain :
1) Jenis alat tangkap apakah yang memberikan keuntungan paling tinggi dilihat dari aspek teknik, biologi, ekonomi dan sosial? 2) Berapa alokasi optimum alat tangkap untuk mengoptimalkan pemanfaatan ikan pelagis di Perairan Bangka Selatan? 3) Bagaimana strategi pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan? 1.3 Hipotesa Penelitian Pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dapat menjamin kelestarian sumberdaya ikan dengan memaksimumkan unit penangkapan yang ada, keuntungan usaha masing-masing unit penangkapan dan alokasi unit penangkapan di Bangka Selatan. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) Seleksi unit penangkapan ikan berdasarkan aspek teknik, biologi, ekonomi dan sosial. 2) Alokasi unit penangkapan ikan pelagis di perairan Kabupaten Bangka Selatan. 3) Menentukan strategi pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan dalam rangka pengembangan perikanan tangkap melalui optimalisasi alokasi alat tangkap yang sesuai dengan karakteristik daerah Bangka Selatan. 1.6 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki oleh suatu daerah seyogyanya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat setempat dengan mempertimbangkan aspek biologi, sosial teknik dan ekonomi. Upaya pemanfaatan harus tetap
dilakukan dengan campur tangan dan strategi yang tepat dari pemerintah daerah. Peran pemerintah dalam melakukan pengelolaan potensi sumberdaya ikan dapat dituangkan dalam bentuk PERDA yang berpihak pada kepentingan nelayan lokal. Selain itu, penambahan sarana dan prasarana perikanan harus dilakukan sehingga dapat mendorong peningkatan mutu dan produktivitas perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan. Kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1. Potensi Perikanan Bangka Selatan Pemanfaatan Belum Optimal Keterbatasan Jangkauan Armada Perikanan Pemilihan Alat Tangkap yang Kurang Tepat Fokus Pengembangan Belum Jelas Seleksi Unit Penangkapan Alokasi Unit Penangkapan Strategi Pengembangan Perikanan Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian