VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

dokumen-dokumen yang mirip
VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo

5 NILAI DAN DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung / Wisatawan

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

DAMPAK EKONOMI PARIWISATA I Divisi Ekonomi Lingkungan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

BAB I PENDAHULUAN. masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa. kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

BAB 7. ASPEK EKONOMI & SOSIAL

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

BAB I PENDAHULUAN. Retribusi Daerah, dapat dilihat pada lampiran (4). Pemerintah Daerah diberikan

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

DAMPAK EKONOMI PARIWISATA BAGIAN II. Divisi Ekonomi Lingkungan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen

III KERANGKA PEMIKIRAN

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik.

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

75 Universitas Indonesia

DAMPAK EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA PANTAI GONDORIAH SUMATERA BARAT VIDYA

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa pendapat yang mengartikan pendapatan yaitu, Sukirno (2006)

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN RETRIBUSI PADA PASAR, TERMINAL, DAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

BAB 4 ANALISA. Pada bab ini akan dilakukan analisa berdasarkan hasil dari pengolahan data pada bab sebelumnya.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1 Kuesioner Tanggapan dan harapan Wisatawan Terhadap Pelayanan, Prasarana, dan Sarana Wisata di Taman Pintar Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. aspek ekonomisnya. Untuk mengadakan perjalanan wisata orang harus

BAB 1 PE DAHULUA. Infrastructure. 1 Sub Index lainnya adalah T&T Regulatory Framework dan T&T Business Environtment and

Analisis Kelayakan Pengembangan Proyek Cagar Budaya Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

KONTRIBUSI USAHA WARUNG MAKANAN DALAM EKONOMI RUMAH TANGGA DI DESA OBYEK WISATA KARANG ANYER KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB VI INFRASTRUKTUR

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2012 TENTANG

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA, OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor industri yang berpotensi untuk. dikembangkan terhadap perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektor

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN. daerah resapan pada kota Medan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk

6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

Transkripsi:

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat diketahui dengan mengikuti aliran pengeluaran pengunjung dan kemudian memperkirakan dampak pengeluaran tersebut terhadap jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Dampak langsung adalah nilai dari pengeluaran wisatawan dikurangi nilai impor untuk penyediaan produk dan jasa pada front-line bisnis. Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat berupa pendapatan yang diterima oleh penerima awal pengeluaran wisatawan. Ketika pengunjung mengeluarkan sejumlah uang untuk melakukan permintaan terhadap produk dan jasa di tingkat lokal dan pada akhirnya akan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat lokal yang bekerja di lokasi itu. Demikian juga halnya dengan upaya perlengkapan sarana dan prasarana wisata yang dilakukan pemerintah, pada akhirnya bertujuan menciptakan pendapatan, kesempatan kerja dan penerimaan pajak bagi wilayah tersebut. Dampak tidak langsung adalah aktivitas ekonomi lokal dari pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung. Dampak ikutan adalah aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan pendapatan lokal (dampak ikutan dari dampak langsung dan dampak tidak langsung) berupa aktivitas ekonomi pada tingkat rumah tangga dari pendapatan yang bersumber dari berbagai komponen usaha. Dampak ekonomi yang dihasilkan oleh sektor pariwisata umumnya diukur dari

keseluruhan pengeluaran pengunjung untuk keperluan akomodasi, konsumsi, perjalanan, dokumentasi dan keperluan lainnya. Jumlah dari seluruh pengeluaran itu diestimasi dari jumlah total hari kunjungan dari pengunjung dan juga pengeluaran rata-rata per hari dari pengunjung. Pengunjung yang datang ke lokasi wisata membutuhkan berbagai keperluan dari kegiatan rekreasi yang dilakukan, misalnya biaya untuk akomodasi, konsumsi, penyewaan alat atau fasilitas, pembelian cinderamata, dan lain-lain. Pengeluaran pengunjung untuk berbagai keperluan tersebut selama melakukan kegiatan wisata memiliki proporsi tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jumlah rombongan, daerah asal, aktivitas utama yang dilakukan di lokasi dan lain-lain. Tabel 4 menjelaskan struktur pengeluaran pengunjung pada satu tahun terakhir di Taman Wisata Tirta Sanita. Tabel 4. Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Wisata Taman Tirta Sanita Biaya Proporsi (%) Biaya Perjalanan 34 Konsumsi dari rumah 13 Konsumsi di lokasi 32 Akomodasi 0 Pembelian souvenir 1 Biaya mandi air panas 4 Dokumentasi 0 Biaya toilet 1 Biaya fasilitas permainan 5 Tiket masuk lokasi wisata alam Tirta Sanita 10 Pada Tabel 4 dapat dilihat dari proporsi pengeluaran wisatawan, sebagian besar responden untuk biaya perjalanan yaitu sebesar 34%. Berdasarkan pengamatan lapang dan kuesioner, pengunjung yang berkunjung sebagian besar berasal dari luar wilayah Parung. Hal ini berpengaruh pada biaya perjalanan yang mereka keluarkan untuk menuju Taman Wisata Tirta Sanita. Sebagian besar 67

pengunjung menggunakan kendaraan pribadi maka biaya perjalanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar. Selain itu, biaya perjalanan sangat berpengaruh terhadap pengeluaran yang dilakukan wisatawan untuk melakukan kegiatan rekreasi. Rata-rata pengeluaran pengunjung untuk satu kali kunjungan berkisar antara Rp 26.000,00 Rp 380.000,00 dengan jumlah pengunjung rata-rata per bulan yaitu 17.127 orang, maka jumlah pengeluaran pengunjung per bulan yaitu Rp 1.180.112.626,93. Besarnya arus uang akan menunjukkan besarnya dampak ekonomi yang berasal dari pengeluaran pengunjung. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Proporsi Pengeluaran Pengunjung per Bulan di Taman Wisata Tirta Sanita Keterangan Proporsi Pengeluaran pengunjung dilokasi wisata alam Tirta Sanita (%) 56 Biaya di luar lokasi wisata (%) 44 Rata-rata pengeluaran pengunjung (Rp/hari/pengunjung) 122.193,75 Jumlah pengunjung per bulan (orang) 17.127 Total pengeluaran pengunjung per bulan (Rp) 1.180.112.626,93 8.1.1. Dampak Langsung (Direct Impact) Dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Taman Wisata Tirta Sanita adalah dapat tercipta aliran uang yang berasal dari transaksi ekonomi antara pengunjung dan masyarakat lokal. Jika kebutuhan para pengunjung ini dapat dipenuhi oleh usaha yang dimiliki oleh masyarakat lokal, maka akan menghasilkan dampak langsung berupa pendapatan pemilik unit usaha. Jika hal ini terjadi secara terus menerus, maka akan menciptakan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal yang mempunyai usaha di lokasi wisata ini. 68

Unit usaha lokal yang terdapat di lingkungan Taman Wisata Tirta Sanita sebagian besar merupakan unit usaha dengan skala kecil dan hanya ramai dikunjungi pada akhir pekan dan hari libur, namun unit usaha yang ada cukup banyak. Sehingga, pengunjung dapat memenuhi kebutuhan selama berada di lokasi wisata. Unit usaha lokal yang terdapat di lingkungan Taman Wisata Tirta Sanita diantaranya warung, kios souvenir, rumah makan, penyewaan jasa tikar dan foto keliling. Sebaran jumlah unit usaha dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Jenis Unit Usaha Lokal di Lingkungan Taman Wisata Tirta Sanita Jenis unit usaha Jumlah (unit) Warung 51 Kios souvenir 7 Rumah makan 4 Penyewa jasa tikar 25 Foto keliling 15 Keberadaan objek wisata ini membuka peluang bagi masyarakat lokal untuk membuka usaha. Hal ini menimbulkan perputaran uang yang terjadi antara pengunjung dan masyarakat lokal yang mempunyai usaha di lokasi. Pengeluaran dari pengunjung akan menghasilkan dampak langsung berupa pendapatan bersih pemilik unit usaha lokal (laba bersih) dengan proporsi sebesar 54%. Pendapatan tersebut akan dialokasikan kembali untuk menjalankan aktivitas usahanya. Usaha ini tentunya membutuhkan bahan baku dalam proses pelaksanaannya, baik yang berasal dari lokasi wisata ataupun dari luar lokasi wisata. Komponen biaya yang utama dari unit usaha ini adalah biaya pembelian input, upah karyawan, pemeliharaan alat, biaya operasional unit usaha, pengembalian kredit ke bank, kebutuhan pangan harian, transportasi lokal dan retribusi atau pajak pada pemerintah setempat. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 7. 69

Tabel 7. Proporsi Struktur Alokasi Penerimaan Total Unit Usaha Lokal di Taman Wisata Tirta Sanita Komponen Proporsi (%) Pendapatan bersih pemilik (laba bersih) 54 Upah karyawan 2 Pembelian input/bahan baku 7 Biaya pemeliharaan alat 0 Biaya operasional unit usaha (listrik,pam) 2 Pengembalian kredit ke bank 0 Kebutuhan pangan harian 33 Transportasi lokal 3 Retribusi dan pajak 0 Berdasarkan Tabel 7, proporsi alokasi penerimaan total unit usaha lokal dihabiskan untuk kebutuhan pangan sehari-hari. Setelah itu digunakan untuk pembelian input atau bahan baku usaha. Rata-rata pendapatan responden unit usaha tidak ada yang digunakan untuk pengembalian kredit ke bank, sedangkan untuk uang sewa bukan dipungut oleh pemerintah setempat tetapi oleh pemilik lahan lokasi Taman Wisata Tirta Sanita ini. 8.1.2. Dampak Tidak Langsung (Indirect Impact) Keberadaan Taman Wisata Tirta Sanita ini selain membuka peluang untuk usaha di lokasi ini juga dapat membuka kesempatan kerja baru bagi masyarakat lokal. Sebagian besar unit usaha di lokasi ini dikelola langsung oleh pemiliknya dan memiliki tenaga kerja pada waktu-waktu tertentu, terutama pada saat akhir pekan dan hari libur. Namun, hal ini tetap memberikan dampak kepada tenaga kerja lokal yang ada di lokasi ini karena pada saat itu jumlah pengunjung yang datang cukup banyak. Keberadaan objek wisata ini juga membantu mereka dalam perekonomian. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat dari proporsi upah karyawan yang dikeluarkan unit usaha lokal yang berasal penerimaan total di objek wisata. 70

Jika dilihat dari proporsi upah tenaga kerja yang dialokasikan dari penerimaan total unit usaha lokal, nilainya cukup rendah yaitu 2% (Tabel 7). Hal ini disebabkan karena sebagian besar dari unit usaha lokal di lokasi ini dikelola oleh pemilik dan sedikitnya jumlah jam kerja yaitu pada akhir pekan atau hari libur. Tetapi sebaiknya dilakukan peningkatan dalam pengelolaan agar penerimaan yang diperolah tenaga kerja juga semakin baik. Warung merupakan unit usaha yang paling tinggi menyerap tenaga kerja lokal. Pihak pengelola juga menyatakan tidak akan mempersulit warga yang ingin membuka usaha di lokasi ini. Hal ini disebabkan oleh salah satu tujuan dibukanya objek wisata ini dalam rangka usaha pemberdayaan masyarakat lokal sekitar. Masyarakat sekitar yang tidak memiliki pekerjaan dapat bekerja di lokasi ini. Tenaga kerja lokal merupakan pihak yang secara tidak langsung mendapatkan dampak ekonomi dari keberdaan objek wisata ini yaitu melalui pendapatan yang mereka dapat dari pemilik unit usaha lokal. Keterangan lebih lanjut tentang jumlah tenaga kerja di Taman Wisata Tirta Sanita dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja Lokal pada Unit Usaha di Lingkungan Taman Wisata Tirta Sanita Jenis unit usaha Jumlah tenaga kerja (orang) Warung 102 Kios souvenir 14 Rumah makan 8 Penyewa tikar 25 Jasa foto keliling 15 Penjaga loket tiket 10 Petugas keamanan 9 Petugas kebersihan 12 Petugas teknis dan pengairan Petugas pertamanan Instruktur outbond Operator sarana permainan 4 3 9 5 71

8.1.3. Dampak Ikutan (Induced Impact) Kegiatan wisata tidak hanya menghasilkan dampak langsung dan tidak langsung, tetapi juga menghasilkan dampak induced. Dampak ini merupakan dampak ikutan dari pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja lokal di objek wisata ini. Dampak ini berasal dari pengeluaran sehari-hari tenaga kerja lokal. Sebagian besar dari proporsi pengeluaran tenaga kerja lokal digunakan untuk kebutuhan pangan yaitu sebesar 59%. Proporsi untuk retribusi tidak ada karena memang objek wisata ini tidak mengeluarkan biaya untuk retribusi, hanya ada biaya sewa kepada pemilik lahan. Proporsi pengeluaran tenaga kerja di objek wisata ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal Karakteristik Proporsi (%) Kebutuhan pangan 59 Biaya sekolah anak 19 Biaya Transportasi 13 Biaya lainnya 9 8.2. Nilai Pengganda dari Pengeluaran Pengunjung Nilai efek pengganda (multiplier) dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar dampak ekonomi dari pengeluaran pengunjung yang digunakan selama mereka melakukan kegiatan rekreasi. Berdasarkan META (2001) terdapat dua ukuran dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata di tingkat lokal yaitu: (1) Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal dan (2) Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak 72

langsung dan dampak terusan (induced). Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Multiplier dari Arus Uang yang Terjadi di Taman Wisata Tirta Sanita Kriteria Nilai Keynesian Income Multiplier 1,07 Ratio Income Multiplier Tipe 1 1,22 Ratio Income Multiplier Tipe 2 1,37 Berdasarkan data yang diperoleh untuk menentukan besarnya dampak ekonomi di Taman Wisata Tirta Sanita, didapat nilai Keynesian Income Multiplier yaitu sebesar 1,07 yang artinya peningkatan pengeluaran pengunjung sebesar 1 rupiah akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal sebesar 1,07 rupiah. Dampak ekonomi lanjutan dari pengeluaran pengunjung dirasakan oleh pemilik unit usaha berupa keuntungan yang diterima. Selanjutnya dampak ekonomi dirasakan juga oleh tenaga kerja lokal di objek wisata yaitu berupa upah yang mereka dapatkan dari pemilik unit usaha. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1,22 yang artinya peningkatan 1 rupiah pendapatan pemilik usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,22 rupiah pada dampak langsung dan tidak langsung (berupa pendapatan pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal). Selanjutnya diperoleh nilai Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 1,37 artinya peningkatan 1 rupiah pendapatan pemilik unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,37 rupiah pada dampak langsung, tak langsung dan induced (berupa pendapatan pemilik usaha, tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi di tingkat lokal). Angka tersebut menunjukkan dampak pengeluaran pengunjung terhadap perekonomian pemilik unit usaha dan tenaga kerja yang berada di objek wisata bukan pada kesejahteraan masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil diatas 73

dapat disimpulkan, bahwa keberadaan objek wisata ini secara nyata memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat lokal sekitar lokasi tersebut. Nilai multiplier ini masih dapat ditingkatkan seiring dengan pengembangan objek wisata ini, peningkatan pemberdayaan masyarakat lokal dan penyediaan barang yang diperlukan pengunjung oleh unit usaha yang ada. Hal ini dapat meningkatkan proporsi pengeluaran pengunjung di objek wisata yang berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap perekonomian masyarakat lokal sekitar. 74