ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M"

Transkripsi

1 ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN FIANDRA ADIYATH M. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL. Saat ini Indonesia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi, salah satunya di sektor pariwisata. Hal ini didorong dengan adanya program Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mencanangkan program Visit Indonesia sejak tahun Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009) juga terlihat bahwa penerimaan devisa negara Indonesia yang berasal dari sektor pariwisata mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari 5,3 milliar dollar AS (tahun 2007) menjadi 7,4 milliar dollar AS (tahun 2008). Tak ketinggalan, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan maupun Kota Palembang juga berupaya untuk memajukan sektor pariwisata didaerahnya. Adanya pengembangan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan memiliki dampak baik secara langsung, tidak langsung, maupun ikutan terhadap masyarakat sekitar objek wisata itu. Hadirnya pengunjung pada objek wisata tersebut akan memunculkan pengeluaran dari pengunjung yang nantinya akan menciptakan transaksi ekonomi didalamnya. Transaksi itu pula yang akan mendorong munculnya dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Penelitian kali ini memiliki tiga tujuan, yaitu 1) mengidentifikasi karakteristik yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, 2) mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, dan 3) mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?. Analisis terhadap karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar diolah secara deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, fungsi demand pariwisata diolah dengan alat pengolah data (software) SAS, sedangkan Keynesian Income Multiplier diolah dengan Microsoft Excel Berdasarkan tujuan yang pertama, diperoleh karakteristik sosial-ekonomi pengunjungnya dilihat dari jenis kelamin, umur, status, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan, jumlah tanggungan, asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang digunakan, jumlah rombongan, serta kegiatan yang biasa dilakukan pada saat berwisata. Berdasarkan karakteristik-karakteristik di atas, pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi sebagai berikut pengunjungnya mayoritas berusia diantara tahun, mayoritas diantara mereka berstatus belum menikah, dan sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa yang memiliki pendapatan per bulannya rata-rata Rp Rp ,-. Karakteristik lain adalah rata-rata dari mereka belum memiliki tanggungan, sebagian besar mereka pula berdomisili di daerah Kota Palembang dan sekitarnya, dalam melakukan kegiatan wisata para pengunjung tersebut membawa keluarga dengan jumlah rombongan sebanyak 3-5 orang. Mereka mendatangi lokasi wisata tersebut dengan mengendarai mobil pribadi dan aktivitas utama yang mereka lakukan di lokasi wisata ini adalah mendatangi arena anak dan bersantai di gazebo sambil berfoto-foto di sekitar objek wisata yang indah tersebut. Hampir semua responden (dalam hal ini, pengunjung) mendatangi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang pada hari iii

3 minggu/libur. Responden tenaga kerja lokal Hutan Wisata Punti Kayu rata-rata baru bekerja sekitar 1-3 tahun. Responden tenaga kerja lokal ini juga memiliki dua kategori, yaitu tenaga kerja yang bekerja dari hari senin-minggu (tenaga kerja full day) dan tenaga kerja mingguan (tenaga kerja yang hanya bekerja pada hari minggu/libur saja), contohnya: petugas pemandu kuda dan gajah. Adapun unit usaha yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu telah berkembang sejak tahun Dari hasil usaha yang telah mereka jalani tersebut telah memberikan pendapatan bersihnya perbulan sebesar Rp untuk warung makan, Rp untuk warung minuman, serta Rp untuk unit usaha foto keliling. Pendapatan bersih tersebut telah memberikan dampak ekonomi terhadap keberadaan unit usaha. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara terhadap masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, rata-rata memiliki karakteristik menengah ke atas. Hal ini dibuktikan dengan pendidikan terakhir mereka yang sebagian besar lulusan SMA dan Perguruan Tinggi (PT), serta memiliki penerimaan per bulan yang berkisar antara Rp Rp ,-. Tujuan penelitian yang kedua menghasilkan faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan wisata (demand pariwisata) Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Faktor-faktor sosial-ekonomi tersebut diantaranya adalah lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu, serta taraf pendidikan pengunjung. Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha sebesar 52,96%. Dampak ekonomi tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal di objek wisata tersebut sebesar 3,52% dan dampak ekonomi lanjutan/induced berupa pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan pangan sebesar 52,19%. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,07; sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan II sebesar 1,48 dan 2,17. Kata Kunci: wisata alam, Sumatera Selatan, Hutan Wisata Punti Kayu, dampak ekonomi, nilai multiplier iv

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Fiandra Adiyath M H ii

5 ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 v

6 Judul Skripsi Nama NRP : Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang : Fiandra Adiyath M : H Dosen Pembimbing Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. NIP Tanggal Lulus: vi

7 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua Orang Tua tercinta (papa H Darfi Daoed, SE., MBA dan mama Ir. Hj Heralina), nenek tercinta (Hj Latifah), dan adik semata wayang (Media Gustiandina P) atas segala do a, kasih sayang, dan motivasi yang tulus kepada penulis, serta seluruh keluarga besar di Palembang dan Jakarta. 2. Pembimbing akademik yang menjadi pembimbing skripsi (Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr) atas segala motivasi, bimbingan, masukan, dan saran yang berarti kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Dosen penguji utama dan perwakilan komisi akademik atas masukan dan sarannya demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Geti Aldila yang selalu setia membantu penulis selama melakukan penelitian, serta Kak Martha Abriansyah dan Gustam atas masukan, saran, dan ide demi terciptanya sebuah skripsi yang baik. 5. Lery, Alin, Sher, Ayu, Belu, dan Arya atas hari-hari indah bersamanya dari SMA hingga sekarang, serta teman-teman SMA dan teman-teman baru dari UGM yang telah bersedia menemani penulis selama penelitian. 6. Sahabat-Sahabat penulis Eko Nopianto, Iftor, dan Adi atas saran dan motivasinya selama ini kepada penulis. 7. Seluruh responden dan pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Sumatera Selatan. 8. Teman-teman satu bimbingan atas masukan dan sarannya, serta Ikamusi Sumsel IPB (esp. angkatan 44), Sukatanierz family, ESLerzz 44, dan Wisma SAS family atas kebersamaan dan keceriaannya selama ini. vii

8 KATA PENGANTAR Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan WisataPunti Kayu Palembang. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari pula bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Pada akhirnya, penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Juli 2011 Fiandra Adiyath M H viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii RINGKASAN... iii HALAMAN JUDUL... v HALAMAN PENGESAHAN... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Keterbatasan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Wisata Alam Pengertian Hutan Wisata Wisatawan Motivasi Berwisata Demand Wisata Dampak Pariwisata secara Umum Dampak Ekonomi Pariwisata Dampak Ekonomi Pariwisata Alam terhadap Ekonomi Wilayah Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data yang Digunakan Metode Pengambilan Sampel Analisis Data Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dari Demand Pari- ix

10 wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Hipotesis Penelitian V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN VI. GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung (Wisatawan) Persepsi Pengunjung Gambaran Umum Responden Tenaga Kerja Lokal Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Gambaran Umum Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Gambaran Umum Masyarakat Sekitar Objek Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG Fungsi Permintaan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand Pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Variabel-Variabel yang Berpengaruh Signifikan terhadap Demand Pariwisata VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Pengunjung IX. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran X. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP x

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Sumatera Selatan Tahun Matriks Metode Analisis Data Daftar Harga Tiket Masuk di Arena Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Total Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Penerimaan per Bulan Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Pendapatan Bersih Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang per Bulan Hasil Analisis Regresi Poisson dengan Software SAS untuk UjiKeseluruhan Variabel/Parameter Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Total Pengeluaran Pengunjung di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Proporsi Penerimaan Usaha dan Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Nilai Multiplier Effect dari Arus Uang yang Terjadi di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang xi

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Dampak Ekonomi dari Pengeluaran Pengunjung Kerangka Berpikir Penelitian Diagram Kelompok Umur Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Diagram Asal Daerah Pengunjung Diagram Jenis Pekerjaan Pengunjung Diagram Sebaran Pendapatan Perbulan Pengunjung Diagram Jumlah Tanggungan Pengunjung Diagram Pendidikan Formal Terakhir Pengunjung Diagram Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung Diagram Cara Kedatangan Pengunjung Diagram Jumlah Rombongan yang Dibawa Diagram Motivasi Pengunjung Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang xii

13 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuisioner untuk Wisatawan/Pengunjung Kuisioner untuk Tenaga Kerja Kuisioner untuk Masyarakat Lokal Kuisioner untuk Unit Usaha Parameter Estimasi Regresi Poisson Estimasi dari Analisis Pendapatan Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang xiii

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mencanangkan program Visit Indonesia sejak tahun Keseriusan pemerintah terhadap sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap perekonomian Indonesia. Salah satu efek positif dari berkembangnya sektor pariwisata adalah dapat menurunkan angka pengangguran di suatu negara karena dengan berkembangnya sektor ini dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar objek wisata tersebut (Gunawan, et al., 2007). Dampak lain yang timbul dari berkembangnya sektor pariwisata adalah efek berantai yang akan dapat menciptakan pula lapangan kerja di sektor lain yang terkait, serta dapat pula membantu meningkatkan tingkat pendapatan dan standar hidup. Efek positif lain dari sektor pariwisata juga adalah dapat meningkatkan cadangan devisa, serta dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009), penerimaan devisa negara Indonesia yang berasal dari sektor pariwisata pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang signifikan dan mencapai angka 7,4 milliar dollar AS dari devisa tahun 2007 yang hanya sebesar 5,3 milliar dollar AS. Hal ini terbukti bahwa penerimaan devisa dari sektor ini mengalami peningkatan sebesar 2,1 milliar dollar AS atau hampir mendekati angka 40%. 1

15 Dilihat dari konteks pengelolaan lingkungan, pengelolaan pariwisata berbasiskan alam dapat membantu upaya konservasi dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati yang ada di dalam suatu objek wisata alam tersebut. Hal ini dikatakan bahwa pariwisata berbasiskan alam merupakan instrumen yang dapat memadukan pembangunan ekonomi masyarakat sekitar dan upaya konservasi. Sebagai upaya untuk menikmati dampak positif dari pariwisata, Indonesia berupaya untuk segera memaksimalkan kegiatan di sektor pariwisata karena dari kegiatan ini dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. Kegiatan wisata ini mampu memberikan banyak lapangan pekerjaan baru mulai dari pengadaan jasa akomodasi, usaha restoran, layanan wisata, hingga bisnis cinderamata khas dari daerah setempat. Pengembangan sektor pariwisata dengan memperhatikan asas berkelanjutan juga akan dapat menjadi kegiatan riil yang dapat mengurangi masalah kemiskinan di Indonesia. Pulau Sumatera memiliki banyak objek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi, begitu pula dengan objek wisata alam yang ada di Kota Palembang. Kota Palembang sebagai salah satu kota yang mendukung program Visit Indonesia 2009 mampu menawarkan beberapa objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Dukungan bentang alam menjadi salah satu kekuatan dalam pengembangan parwisata berbasiskan alam. Saat ini, pemerintah Kota Palembang terus mengembangkan objek wisata yang bernuansakan alam. Salah satu objek wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut di Kota Palembang adalah Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 2

16 Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata di Sumatera Selatan yang letaknya hanya enam kilometer dari pusat kota. Hutan wisata yang mengembangkan konsep konservasi dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, tentu memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik, serta adanya hewan-hewan seperti Kera ekor panjang (Macaca fasicicularis), Beruk (Macaca nemistriana), dan sebagainya 1 ). Oleh karena itu, pengembangan pariwisata ini dapat diharapkan pemerintah Kota Palembang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Yuyus, 2010). Pada Tabel 1 di bawah ini, terlihat jumlah wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Sumatera Selatan mencapai wisatawan pada tahun Jumlah tersebut naik sebesar 285,27 % jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya. Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Sumatera Selatan Tahun Tahun Jumlah Wisatawan Asing Jumlah Wisatawan Domestik Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan (2009) 1 ) [ 03 Mei 2010]. 3

17 Adanya pengembangan kawasan wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memberikan dampak kepada masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kesempatan kerja, serta memberikan peluang membuka usaha di sekitar objek wisata ini. Sejauh ini, belum diketahui besarnya dampak yang diberikan dari kegiatan wisata tersebut dalam hal perubahan kondisi ekonomi masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian terhadap hal di atas agar mampu membantu masyarakat sekitar untuk lebih menyadari akan pentingnya pengembangan kawasan objek wisata ini bagi peningkatan perekonomiannya, serta berusaha menggerakkan masyarakat setempat untuk menjaga dan melindungi kawasan objek wisata tersebut. Hal lain yang dapat dilakukan adalah membantu pengelola kawasan wisata dalam mengevaluasi dan meningkatkan pelaksanaan dari kegiatan wisata Perumusan Masalah Usaha Pemerintah Kota Palembang dalam rangka memajukan pariwisata memiliki dampak yang besar untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Potensi yang strategis dari Kota Palembang dan letaknya yang tidak terlampau jauh dari ibukota Indonesia juga menjadi dasar Pemerintah Kota Palembang untuk memajukan sektor pariwisata. Bentang alam yang menarik adalah sesuatu hal yang layak untuk dijadikan kawasan pariwisata, terutama wisata yang berbasiskan alam. Faktor ini pula akan memicu bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan yang berasal dari dalam maupun luar Kota Palembang. Oleh karena itu, diperlukan 4

18 peranan yang besar bagi masyarakat sekitar untuk dapat menjaga kelestarian dan konservasi sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan wisata tersebut. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Upaya yang harus dilakukan pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang beserta Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat adalah dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung ke hutan wisata tersebut. Pengunjung suatu kawasan wisata sangat bergantung dari fasilitas-fasilitas apa yang mampu ditawarkan suatu objek wisata, sehingga diharapkan pengelola dapat mengetahui karakteristik-karakteristik apa saja yang dimiliki pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar yang nantinya diharapkan akan membantu pengelola dalam menetapkan kebijakan pengelolaan wisata untuk masa yang akan datang. Daya tarik yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang adalah sesuatu yang bersumber pada karakteristik objek wisatanya yang dapat mengembangkan prinsip-prinsip perlindungan keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa serta mampu memperhatikan konsep-konsep konservasi. Namun, karakteristik yang indah dari kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dirusak dengan tingkah laku pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya, cenderung merusak properti yang ada, dan cenderung berkelakuan kurang baik pada saat berwisata. Hal tersebut yang dapat membuat wisatawan enggan berkunjung ke objek wisata alam ini. Berdasarkan penelitian terdahulu, apabila terjadi penurunan jumlah kunjungan wisata, maka diduga akan berdampak langsung kepada perekonomian masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu 5

19 Palembang, terutama pada masyarakat sekitar yang memiliki usaha di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu tersebut. Dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat sekitar dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan hal yang perlu dikaji lebih dalam. Sejauh ini belum ada studi tentang analisis dampak ekonomi kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sehingga nilai dampak ekonomi dari kegiatan wisata bagi masyarakat lokal belum dapat diketahui. Pada dasarnya, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan kawasan konservasi. Namun, di kawasan konservasi tersebut ada zona yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata (di luar zona inti kawasan konservasi). Zona yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata diharapkan dapat memberikan pemasukan. Pada akhirnya, pemasukan tersebut juga akan digunakan untuk pelestarian kawasan konservasi. Dari adanya kegiatan wisata pula diharapkan dapat memunculkan dampak ekonomi, baik dampak ekonomi secara langsung, tidak langsung, maupun dampak ekonomi lanjutannya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang ada di kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang: 1. Bagaimana karakteristik yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang? 2. Apa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang? 3. Bagaimana dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang? 6

20 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka muncul beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu: 1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 3. Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah: 1) Penelitian ini dilakukan di objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 2) Masyarakat yang menjadi responden adalah kepala keluarga atau anggota dari keluarga tersebut yang berada di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu. 3) Pengunjung yang menjadi responden adalah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, baik yang berkelompok ataupun individu. 4) Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat lokal di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 5) Analisis dampak ekonomi dilihat dari sisi arus uang yang terjadi di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 7

21 1.5. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang berlokasi di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini pula memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal sekitar objek wisata tersebut yang diteliti dan dilihat dari sisi pengeluaran wisatawannya (tourism expenditure), serta penggunaan Keynesian models sebagai alat analisis yang mengandung keterbatasan untuk menganalisis dampak ekonomi dari pariwisata. Dampak ekonomi lanjutan (induced) hanya diukur dari sisi pengeluaran tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saja (tidak termasuk pengeluaran para pemilik unit usaha) Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1. Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Sumatera Selatan dan stakeholder terkait lainnya berperan dalam pengelolaan dan pengembangan sektor pariwisata, khususnya wisata yang berbasiskan alam dan dari hasil penelitian ini juga diharapkan agar pemerintah memperhatikan kondisi sarana dan prasarana yang terindikasi masih kurang baik pemanfaatannya, dalam mendukung kegiatan pariwisata di Provinsi Sumatera Selatan. 2. Bagi pengelola wisata, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pengelolaan wisata di masa yang akan datang. 3. Bagi akademisi, sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk penelitianpenelitian selanjutnya, serta dapat dijadikan sebagai pelengkap disiplin ilmu. 8

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dalam Alexa (2009), yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi, peninggalan-peninggalan sejarah, museum, waduk, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi, danau, dan pantai), serta pengusahaan jasa dan sarana pariwisata. Berbeda menurut Pendit (1999), pariwisata dapat diartikan sebagai salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan dan standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya. Institut of Tourism Britain menyatakan pula bahwa pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-hari dengan berbagai kegiatan selama seharian atau lebih (Susilowati, 2009). Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan dimana orang-orang berpergian ke suatu tempat dalam jangka waktu yang pendek dan melakukan kegiatan di tempat tersebut selama seharian atau lebih, serta pengelola wisatanya akan mendapatkan tambahan penghasilan dari orang-orang yang berwisata ke tempat tersebut. 9

23 2.2. Wisata Alam Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang dimaksud dengan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Lain halnya dengan Pasal 31 dari Undang-Undang No.5 Tahun 1990 yang menyebut bahwa taman wisata alam itu sebagai suatu kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta menunjang budidaya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa pengelolaan taman wisata alam dilaksanakan oleh pemerintah (Alexa, 2009). Kesimpulan dari uraian di atas adalah objek wisata alam merupakan sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun pembudidayaan, sedangkan wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan tata lingkungannya. Umumnya, daya tarik dari wisata alam ini adalah kondisi alamnya itu sendiri. Objek wisata alam dapat diklasifikasikan seperti yang ada di bawah ini: 1. Flora dan Fauna Jenis flora dan fauna yang ada memiliki keunikan dan kekhasan tertentu, contohnya: Bunga Rafflessia, Kantong Semar, Badak Bercula Satu, Harimau Sumatera, Beruk, dan Orang Utan. 10

24 2. Keunikan dan kekhasan ekosistem Sesuai dengan keadaan geografis kawasan yang bervariasi, maka muncul ekosistem yang unik dan khas seperti ekosistem pantai, hutan, daratan rendah, hutan hujan tropis, mangrove, gambut, dan rawa. 3. Gejala alam Potensi objek wisata alam berupa gejala alam, antara lain: kawah, sumber air panas, gleiser, air terjun, dan matahari terbit. 4. Budidaya sumberdaya alam Potensi objek wisata yang berupa budidaya sumberdaya alam, misalnya sawah, perkebunan, perikanan, dan kebun binatang Pengertian Hutan Wisata Menurut Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 687/KPTS II/1989 Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 1: bahwa hutan wisata adalah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus, dibina, dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan wisata buru, sedangkan hutan wisata yang memiliki keindahan alam dan ciri khas tersendiri sehingga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan budaya disebut taman wisata (Alexa, 2009). Hutan wisata merupakan salah satu bagian dari wisata alam. Hutan wisata pula masuk dalam klasifikasi kawasan ex-situ. Dimana kawasan ex-situ memiliki arti sebagai kawasan konservasi dari flora dan fauna di luar habitat aslinya, contonya adalah wisata di Kebun Raya Bogor. Hutan wisata ini pula memiliki arti penting terhadap keberadaannya. Selain dapat dimanfaatkan sebagai paru-paru kota yang dapat mengurangi polusi 11

25 udara di lingkungan sekitar, hutan wisata inipun memiliki fungsi sebagai kawasan konservasi. Ada zona pada kawasan konservasi pula yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Kawasan yang akan dijadikan sebagai tempat wisata ini diharapkan dapat memberikan pemasukan untuk pelestarian kawasan konservasi tersebut Wisatawan World Tourism Organization (WTO) menyebut wisatawan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan kembali dengan catatan bermalam. Menurut Udayana United Tourism (2010), terdapat ciri-ciri perjalanan wisata yang membedakan wisatawan dari orang-orang lain yang bepergian: 1. Sementara, untuk membedakannya dari perjalanan tiada henti yang dilakukan orang petualang (tramp) dan pengembara (nomad). 2. Sukarela atau atas kemauan sendiri, untuk membedakannya dari perjalanan terpaksa yang harus dilakukan orang yang diasingkan (exile) dan pengungsi (refugee). 3. Perjalanan pulang pergi, untuk membedakannya dari perjalanan satu arah yang dilakukan orang yang berpindah ke negeri lain (migrant). 4. Relatif lama, untuk membedakannya dari perjalanan pesiar (excursion) atau bepergian (tripper). 12

26 5. Tidak berulang-ulang, untuk membedakannya dari perjalanan berkali-kali yang dilakukan orang yang memiliki rumah istirahat (holiday house owner). 6. Tidak sebagai alat, untuk membedakannya dari perjalanan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain, seperti perjalanan dalam rangka menjalankan usaha, perjalanan yang dilakukan pedagang, dan orang yang berziarah. 7. Untuk sesuatu yang baru dan perubahan, untuk membedakannya dari perjalanan untuk tujuan-tujuan lain. Masih menurut Udayana United Tourism (2010), wisatawan internasional adalah setiap orang yang bepergian ke negara lain dari negara tempat tinggalnya, tujuan kunjungannya bukan untuk melakukan pekerjaan yang dibayar di negara yang dikunjunginya dan tinggal disana selama setahun atau kurang dari setahun. Seorang wisatawan internasional disebut pengunjung dalam pengertian di atas, setidak-tidaknya tinggal satu malam tetapi tidak lebih dari satu tahun di negara yang dikunjunginya dan tujuan kunjungannya dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Kesenangan: liburan, budaya, olahraga, tujuan yang menyenangkan lainnya. 2. Professional: pertemuan, perutusan, usaha. 3. Tujuan-tujuan lainnya: pendidikan, kesehatan, ziarah Motivasi Berwisata Menurut Pearce et al. (1998) dalam Pandupitiyo (2011), motivasi berwisata dapat didefinisikan sebagai penggabungan secara global jaringanjaringan biologi dan kekuatan alam yang memberi nilai dan arah dalam pilihan berwisata, perilaku, dan pengalaman dalam berwisata. Motif general yang 13

27 dapat digarisbawahi oleh para peneliti mengenai mengapa kepariwisataan alam ini sangat cepat berkembang adalah perilaku lingkungan yang berubah dan sifatnya merata di seluruh dunia, perkembangan pendidikan, serta perkembangan media massa. Morrison dan Rutledge pada tahun 1998 juga pernah mempresentasikan sepuluh trend yang dapat merepresentasikan persoalanpersoalan penting mengenai gambaran motif berwisata. Empat motif dari trend berwisata tersebut diantaranya adalah motif untuk mengambil pengalaman dari lingkungan, motif untuk relax di tempat yang relatif menyenangkan, motif untuk mengejar ketertarikan dan mengaplikasikan skill, serta motif untuk menjaga kesehatan dan vitalitas tubuh Demand Wisata Nugraha (2008) mendefinisikan demand rekreasi adalah penduduk yang berkeinginan dan berkemampuan untuk mengadakan perjalanan, atau dengan kata lain sebagai wisatawan. Interpretasi awal dari sebuah demand adalah apa yang orang akan atau dapat lakukan apabila diberi suatu pilihan. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam memperkirakan demand rekreasi, yaitu orientasi pada pemikiran tentang apa yang sebaiknya orang lakukan dan untuk memberi tahu apa yang orang inginkan. Faktor-faktor penentu demand pariwisata merupakan faktor yang bekerja di masyarakat dalam mendorong, serta menetapkan batas volume permintaan terhadap liburan dan perjalanan. Faktor penentu demand pariwisata tersebut juga menjelaskan mengapa populasi dari beberapa negara memiliki kecenderungan tinggi untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata, sedangkan ada populasi di negara lain yang masih memiliki kecenderungan rendah untuk melakukan 14

28 kegiatan wisata. Faktor penentu ini harus dibedakan dari motivasi dan perilaku konsumennya. Beberapa peneliti telah menjelaskan bahwa motivasi merupakan faktor internal yang bekerja di dalam setiap individu, dinyatakan sebagai kebutuhan, keinginan, serta memiliki keinginan bahwa pariwisata dapat mempengaruhi pilihan seseorang (Vanhove, 2005). Menurut Vanhove (2005) juga, seorang manager pemasaran harus mengetahui mengapa dan bagaimana konsumen membuat pilihan dalam menentukan tempat tujuan dari liburan mereka. Selain itu, manager pemasaran perlu memahami bagaimana faktor internal dari psikologis konsumen yang dapat mempengaruhi pemilihan tempat untuk berlibur, serta jenis produk wisata apa yang ditawarkan di tempat tersebut. Dalam pemasaran, proses ini dikenal sebagai aspek dari perilaku pembeli. Ada sembilan faktor penentu seseorang dalam melakukan kegiatan wisata. Faktor-faktor penentu dalam melakukan kegiatan wisata menurut Vanhove (2005), antara lain: 1. Faktor ekonomi 2. Faktor perbandingan harga 3. Faktor demografis 4. Faktor geografis 5. Sikap sosial-budaya 6. Mobilitas 7. Peraturan yang ditetapkan pemerintah setempat 8. Media komunikasi, serta 9. Teknologi informasi dan komunikasi. 15

29 2.7. Dampak Pariwisata Secara Umum Dampak pariwisata secara umum dibagi dalam tiga kelompok besar. Tiga kelompok besar tersebut diantaranya, pertama adalah dampak sosio-ekonomik yang mengkaji tentang peningkatan pendapatan individual dan komunal, kedua dampak sosio-kultural yang mengkaji dari sudut pandang pelanggaran/terusiknya sistem budaya dan religi, menjembatani perbedaan/meningkatkan saling pengertian, kepedulian lokasi terhadap pelestarian budaya, dan efek demonstrasi, serta yang ketiga mengenai dampak terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan ini mengkaji tentang peningkatan kesadaran masyarakat lokal terhadap lingkungan, penurunan kualitas lingkungan, dan perbaikan kualitas lingkungan (Pratiwi, 2010) Dampak Ekonomi Pariwisata Sektor pariwisata mampu memberikan manfaat ekonomi terhadap suatu wilayah atau negara karena sektor pariwisata ini mampu menyediakan opportunity bagi pekerjaan, terutama pekerjaan di bidang jasa pariwisata. Sektor wisata juga pada umumnya dapat membantu meningkatkan pendapatan suatu negara, baik di kalangan internasional, nasional, regional maupun lokal. Selain itu, sektor pariwisata dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Hal ini disebabkan karena uang yang masuk ke daerah tersebut akan digunakan seseorang untuk membuka bisnis baru di sektor wisata (Rowe A et al. 2002). Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu (1) Kalangan usaha dan badan-badan pemerintah 16

30 selaku penerima pengeluaran wisatawan, (2) Bidang usaha lainnya selaku pemasok barang dan jasa kepada usaha di bidang pariwisata, (3) Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri penunjangnya, (4) Pemerintah melalui berbagai macam pajak dan pungutan resmi dari wisatawan, usaha, dan rumah tangga. Pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah dapat berupa dampak langsung (direct effects) yang diterima unit usaha dari pembelanjaan pengunjung, dampak tidak langsung (indirect effects) berupa pengeluaran yang dikeluarkan unit usaha untuk pembayaran upah tenaga kerja pada unit usaha, sedangkan dampak ikutannya (induced effects) berupa perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan dari pembelanjaan tenaga kerja tersebut untuk kebutuhan konsumsinya (Vanhove, 2005). Employee wages Tourism spending Local tourism business Leakages Other local business Sumber: Eagles and McCool (2002) dalam Milasari (2010) Gambar 1. Dampak Ekonomi dari Pengeluaran Pengunjung 2.9. Dampak Ekonomi Pariwisata Alam Terhadap Ekonomi Wilayah Konsep multiplier merupakan istilah yang digunakan untuk menghitung manfaat dari pariwisata di suatu regional. Pengeluaran wisatawan berupa uang di daerah tujuan wisata dapat memberikan manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung yang diterima oleh unit-unit usaha yang berkembang. Suatu objek wisata yang mampu menawarkan fasilitas wisata, seperti hotel, 17

31 atraksi-atraksi wisata, serta penyewaan jasa transportasi di lokasi wisata merupakan contoh manfaat langsung yang diterima yang berasal dari pengeluaran pengunjung. Bisnis lainnya yang dapat mengambil manfaat dengan adanya kegiatan wisata, diantaranya toko-toko souvenir, bank/atm, serta bisnisbisnis yang mampu menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan wisatawan (Rowe A et al. 2002). Efek pengganda uang terus sampai akhirnya kebocoran dari ekonomi melalui pembelian barang dari negara lain (mengimpor barang tersebut). Kebocoran ekonomi dari pengeluaran wisatawan dimulai sebelum wisatawan tersebut mencapai daerah tujuan wisatanya. Kebocoran ekonomi dari pariwisata kemungkinan dapat digambarkan sebagai total pendapatan yang gagal didapatkan di sistem ekonomi daerah tujuan wisata, dari total pengeluaran wisatawan. Faktor-faktor yang mungkin meningkatkan tingkat kebocoran ekonomi, dan mengurangi profit (keuntungan) ekonomi dari pariwisata untuk masyarakat sekitar objek wisata diantaranya termasuk tingkat kepemilikan asing dari industri pariwisata serta bagi hasil kepada pemegang saham yang tinggal di luar daerah tersebut, makanan dan minuman yang berasal dari luar daerah tujuan wisata Penelitian Terdahulu Studi mengenai pengukuran dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata telah dilakukan oleh Milasari (2010), yaitu tentang analisis dampak ekonomi kegiatan wisata alam di Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor. Pendugaan nilai dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar menggunakan efek penggandaan (multiplier) dari sisi arus uang yang terjadi di Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data yang 18

32 diperolehnya, didapat nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 1,07, nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 sebesar 1,22, serta nilai Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 1,37. Berdasarkan hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan objek wisata Tirta Sanita secara nyata memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar objek wisata tersebut. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Astana et al (2007) yang melihat Multiplier Effect terhadap industri pembibitan gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (Studi Kasus di Jawa Barat: Desa Sirnaya, Jawa Tengah: Desa Golo, dan Jawa Timur: Desa Margomulyo). Multiplier Effect yang dilihat dari penelitian ini adalah dari sektor output yang digunakan, pendapatan, dan tenaga kerja yang dilibatkan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Multiplier Effect dari output dari kegiatan tersebut berkisar 1,000-1,017 untuk tipe 1 (tidak memperhitungkan induksi konsumsi) dan untuk tipe 2 (memperhitungkan induksi konsumsi) berkisar antara 1,182-1,541. Angka ini memiliki arti bahwa jika pemerintah mengeluarkan anggaran sebesar satu juta rupiah untuk bibit tanaman hutan, maka total output seluruh sektor dalam perekonomian diharapkan akan meningkat berkisar antara Rp ,- sampai Rp ,-. Multiplier Effect dari output pada sektor pembibitan dapat digolongkan kecil. Sedangkan, Multiplier Effect sektor pendapatannya dilihat dari tipe 2 yang mempertimbangkan induksi konsumsi berkisar antara 1,182-1,694 dan Multiplier Effectnya ini masih tergolong kecil juga. Dari sisi tenaga kerja yang dilibatkan dalam kegiatan pembibitan ini memiliki nilai Multiplier Effect dari tipe 1 dan 2 berturut-turut berkisar antara 1,000-1,002 dan 1,001-1,032. Nilai Multiplier Effect tenaga kerja dari sektor pembibitan di desa Gerhan contoh sebesar 1,032 memiliki 19

33 arti jika permintaan akhir terhadap output di sektor pembibitan meningkat sebesar satu satuan moneter, maka total serapan tenaga kerja seluruh sektor dalam perekonomian desa Gerhan akan meningkatkan sebesar 1,032 tenaga kerja (menciptakan satu orang tenaga kerja). Keuntungan dari berkembangnya ekowisata di suatu daerah bagi pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih besar dan penting, tetapi jarang diperhitungkan Multiplier Effectnya. Menurut Drumm (1991), koefisien multiplier effect yang ada di Oriente, Ekuador sebesar 1,17. Angka ini memiliki arti bahwa setiap wisatawan yang membelanjakan uangnya sebesar US$ 1,0, maka dihasilkan income untuk Ekuador sebesar US$ 1,17. Rifqa (2010) mengestimasi dampak ekonomi dari kegiatan wisata di kawasan wisata Pantai Swarna. Dari hasil penelitian yang dilakukannya, diperoleh nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,39 serta Ratio Income Multiplier tipe I dan II sebesar 1,27 dan 1,52. Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata Pantai Swarna sudah memberikan dampak ekonomi, namun masih sangat kecil. 20

34 III. KERANGKA PEMIKIRAN Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata di Sumatera Selatan yang letaknya kurang lebih enam kilometer dari pusat Kota Palembang. Sejak tahun 1986 hasil kesepakatan antara pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan Departemen Kehutanan berupaya menjadikan zona pemanfaatan pada kawasan konservasi area hutan wisata tersebut, sebagai kawasan wisata yang pada saat ini bernama Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki konsep pengembangan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip perlindungan terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa. Potensi yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berupa panorama hutan pinus (Pinus merkusii) yang memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik. Potensi wisata yang ada di kawasan hutan wisata ini adalah sebuah modal dasar dalam menarik pengunjung untuk berwisata, namun memiliki indikasi bahwa pengelolaannya belum dikelola secara optimal. Beberapa permasalahan yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang antara lain, tingkah laku pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya, cenderung merusak properti yang ada, dan kelakuan pengunjung yang cenderung berkelakuan kurang baik pada saat berwisata. Hal-hal di atas merupakan hal yang dapat menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang erat kaitannya dengan wisatawan, sehingga sangat penting bagi pengelola kawasan wisata itu untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan gambaran umum penilaian pengunjung maupun masyarakat lokal. Pengunjung dan masyarakat lokal yang dimaksud adalah 21

35 mereka yang memiliki kontribusi penuh dalam kegiatan wisata. Dari hal tersebut pula diharapkan ada tambahan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan. Tingkat permintaan atau kunjungan wisatawan pun akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat lokal, seperti peningkatan pendapatan dan menciptakan lapangan pekerjaan. Selama melakukan perjalanan wisata akan mendorong terciptanya transaksi ekonomi bagi sektor-sektor penyedia barang dan jasa yang berasal dari pengeluaran wisatawan (tourist expenditure). Setiap tingkat perubahan pengeluaran wisatawan akan berpengaruh terhadap perubahan output, upah/gaji, kesempatan bekerja, penerimaan devisa, dan neraca pembayaran. Adanya transaksi tersebut dapat menimbulkan dampak pada sektor perekonomian lainnya. Dari hal di atas, muncullah sesuatu yang perlu dikaji lebih dalam terkait adanya dampak ekonomi terhadap sektor pariwisata. Penelitian ini pertama bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung yang akan dapat menentukan bagaimana kualitas pengunjung yang berwisata, unit usaha dan tenaga kerja lokal yang akan memberikan gambaran tentang pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Kedua, mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap demand pariwisata di lokasi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang agar dapat memprediksi bagaimana permintaan terhadap wisata ini. Tujuan yang ketiga adalah mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terhadap kehidupan ekonomi masyarakat lokal yang merupakan indikator utama dalam mengetahui perkembangan wisata menguntungkan masyarakat, guna untuk meningkatkan 22

36 kesejahteraan mereka sendiri. Alur berpikir yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 3 di bawah ini. Ada indikasi belum optimalnya pengelolaan kawasan wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Harus ada pengelolaan yang baik dan berwawasan lingkungan di kawasan wisata alam tersebut Karakteristik dan penilaian responden Dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar Faktor-faktor yang mempengaruhi demand wisata Analisis Deskriptif Analisis Regresi Poisson Langsung (Direct) Tidak Langsung (Indirect) Ikutan (Induced) Analisis Multiplier Nilai dampak ekonomi Rekomendasi pengembangan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian 23

37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang terletak di Jalan Kolonel H Burlian KM 6.5, Kecamatan Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya objek wisata alam yang berada di Provinsi Sumatera Selatan, namun memiliki indikasi bahwa pengelolaan kawasan wisatanya belum optimal. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan Februari-Maret Data yang diperoleh melalui survei lapang dan wawancara terhadap setiap pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang ditemui saat penelitian. Selain itu juga, peneliti melakukan wawancara terhadap pengelola, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Jenis dan Sumber Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder yang diolah baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuisioner yang telah disediakan oleh peneliti. Data primer tersebut meliputi karakteristik pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, pendapatan dari unit usaha, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal di lokasi wisata, dan keterlibatan masyarakat sekitar. 24

38 Data sekunder dalam penelitian meliputi keadaan umum lokasi wisata (sejarah, sarana dan prasarana, letak dan batas kawasan, serta keadaan fisik) dan jumlah kunjungan wisatawan yang diperoleh dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) dan Dinas Kehutanan setempat, pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta studi literatur terkait lainnya Metode Pengambilan Sampel Pengunjung yang menjadi responden diambil dengan menggunakan metode non-probability sampling. Metode ini memiliki arti dimana setiap objek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden (Mustafa, 2000). Responden dipilih dengan menggunakan metode convenience sampling, dimana peneliti mengambil contoh yang sembarang, mudah tersedia, atau kebetulan ditemui saja. Masih menurut Mustafa (2000) bahwa dalam memilih sampel, seorang peneliti tidak memiliki pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tersebut berada di sekitar kita atau kebetulan peneliti telah mengenal orang tersebut. Oleh karena itu, ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling (tidak disengaja) atau captive sample (man on the street). Hal ini akan dapat menghemat biaya penelitian dan relatif mudah, namun tentunya juga harus dapat menjamin tingkat ketelitian. Jumlah responden yang diambil dari penelitian ini adalah wisatawan sebanyak 46 orang. Wisatawan yang menjadi responden adalah wisatawan domestik yang bersedia menjadi responden dan memiliki kesediaan untuk menjawab keseluruhan pertanyaan yang ada di dalam kuisioner. Menurut Wardiyanta (2006), penelitian deskriptif mensyaratkan batas minimal sampel 10% 25

39 dari populasi, penelitian korelasi memiliki batas minimal 30 subyek penelitian, dan penelitian eksperimen memiliki batas minimal sampelnya 50 subyek per kelompok. Jumlah sampel dalam penelitian korelasi tersebut, sudah dianggap layak bagi seorang peneliti untuk melakukan penelitian dan pengujian secara statistik. Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja lokal, serta masyarakat sekitar dilakukan dengan metode purposive sampling. Dimana responden tersebut dipilih dan disesuaikan berdasarkan suatu kriteria tertentu, yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha mereka. Jumlah responden unit usaha dan tenaga kerja lokal diambil dari jumlah real yang ada di lapangan, yaitu sebanyak 10 responden tenaga kerja lokal dan 7 responden dari unit usaha. Jumlah ini ditentukan dikarenakan responden tenaga kerja lokal dan unit usaha jumlahnya tidak mencapai 30 orang dan kedua tipe responden tersebut bersifat relatif homogen. Pengambilan contoh responden untuk masyarakat sekitar juga melihat pertimbangan kriteria responden terpilih. Adapun kriteria yang dimaksud peneliti adalah jika masyarakatnya mengetahui tentang keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dari kriteria yang dimaksud peneliti, maka diambillah sebanyak 20 orang responden untuk masyarakat lokal Analisis Data Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. 26

40 Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1. Identifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Wawancara dengan menggunakan kuisioner Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Office Excel. 2. Kajian mengenai faktorfaktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi fungsi demand wisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Wawancara dengan menggunakan kuisioner Analisis regresi Poisson dengan software SAS. 3. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Wawancara dengan menggunakan kuisioner Keynesian Income Multiplier dengan menggunakan Microsoft Office Excel Analisis Faktor- Faktor Sosial Ekonomi dari Demand Pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Demand pariwisata hanya terdefinisi untuk bilangan bulat yang tidak pernah negatif, sehingga untuk mengestimasi demand pariwisata dapat dilakukan dengan model Negatif Binomial maupun model Poisson. Perhitungan nilai ekonomi dengan menggunakan analisis regresi Poisson, dimana menurut Walpole (1993) dan Djuanda (2009), regresi Poisson tidak seperti regresi linear biasa yang dapat diduga dengan ordinary least square (OLS) dimana R-squares tidak terlalu 27

41 penting untuk regresi Poisson karena R-squares dalam regresi Poisson bersifat parametrik dan telah dimasukkan ke dalam model. Hal ini bukan berarti bahwa model yang akan dibangun mampu meramalkan jumlah kunjungan seseorang ke suatu objek wisata dengan tepat (akurat) secara pasti. Dalam regresi Poisson, pengaruh koefisien dari independent variable ditafsirkan sedikit berbeda dengan hasil yang diperoleh dari regresi linear dengan OLS. Sebagai contoh, koefisien dalam regresi linear yang bertanda positif akan meningkatkan nilai dependent variable. Berbeda dengan regresi Poisson, nilai independent variable yang bertanda positif berarti akan meningkatkan peluang rata-rata kejadian (Walpole, 1993). Dalam regresi dengan metode OLS dapat dinyatakan bahwa apabila terjadi peningkatan terhadap suatu independent variable tertentu sebanyak satu satuan, maka akan meningkatkan nilai koefisien dari dependent variablenya, cateris paribus. Jika dalam regresi Poisson, apabila terjadi peningkatan terhadap suatu independent variable yang bertanda positif maka akan meningkatkan pula peluang rata-rata dependent variablenya, cateris paribus. Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi demand pariwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tiap individu pertahun kunjungan, yaitu: Ln(Y) = b0 - b1x1 + b2x2 + b3x3 - b4x4 - b5x5 + b6x6 + b7x7 + b8x8 - b9x9 + b10x10 + ε dimana: Ln(Y) X1 X2 = Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jumlah kunjungan per tahun) =Biaya perjalanan individu ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (rupiah) = Pendapatan responden (rupiah per tahun) 28

42 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 ε b1-b10 = Umur responden (tahun) = Jarak tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (km) = Waktu tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jam) = Lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jam) = Jumlah tanggungan keluarga (orang) = Jumlah rombongan (orang) =Pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (tahun) = Taraf pendidikan responden (tahun) = Error term = Koefisien regresi untuk faktor X1-X10 Variabel-variabel di atas dipilih karena berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu, dan observasi di lapang. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program SAS untuk membentuk model regresi berganda Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Analisis dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata yaitu, unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata (Vanhove, 2005). Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi dari kegiatan wisata adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh unit usaha tersebut, (3) proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, dan pajak. Sejumlah 29

43 informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact) dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi. Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk berwisata. Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, dan (4) kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini. Informasi yang diharapkan dapat memperkirakan dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak ikutan (induced impact) dari pengeluaran pengunjung. Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai keuntungan dan kerugian yang timbul akibat adanya kegiatan wisata tersebut. Informasi yang didapatkan dari responden akan memberikan info mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang akan berdampak langsung, tidak langsung, maupun ikutan bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dalam mengukur dampak ekonomi suatu kegiatan wisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu (Vanhove, 2005): 30

44 1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran pengunjung yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal. 2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini dapat mengukur dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Secara matematis dirumuskan : Keynesian Income Multiplier = D+N+U E Ratio Income Multiplier, Tipe I = D+N D Ratio Income Multiplier, Tipe II = D+N+U D dimana: E D N U = Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah) = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) = Pendapatan lokal yang diperoleh secara ikutan (induced) dari E (rupiah) Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe I, Ratio Income Multiplier Tipe II memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol ( 0), maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya, 31

45 2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah, dan 3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu ( 1), maka lokasi wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya. Identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata ini, selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi masyarakat sekitar objek wisata. Dengan adanya estimasi dampak ekonomi pariwisata ini pula, maka dapat dijadikan rekomendasi bagi pengelola wisata dan Pemerintah Daerah setempat untuk pengembangan objek wisata tersebut lebih lanjut Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke lokasi wisata, jarak tempuh, waktu tempuh, dan pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang diduga akan berpengaruh nyata secara negatif terhadap kali kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 2. Tingkat pendapatan, umur, lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, jumlah tanggungan keluarga, jumlah rombongan, dan taraf pendidikan yang diduga akan berpengaruh nyata secara positif terhadap kali kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 32

46 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata yang berada di Provinsi Sumatera Selatan. Kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini juga merupakan kawasan konservasi yang memiliki konsep pengembangan yang berdasarkan pada prinsip perlindungan terhadap keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna. Potensi yang dimiliki hutan wisata ini adalah panorama hutan pinus (Pinus merkusii) yang bernilai estetika pemandangan menarik, serta adanya hewan-hewan liar yang berkeliaran di sekitaran hutan wisata ini, seperti kera ekor panjang dan beruk. Menurut sejarah, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang awalnya bernama Taman Sari dan dahulunya juga merupakan lahan milik Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 1970-an berganti nama menjadi Taman Syailendra dan akhirnya pada tahun 1985 melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 57/KPTS II/1985, hutan wisata ini memiliki nama Hutan Wisata Punti Kayu Palembang hingga sekarang keberadaannya. Namun sejak tahun 1993, hutan wisata ini dipercayakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan beserta Departemen Kehutanan (pada waktu itu) untuk dikelola oleh PT. Indosuma Putra Citra. Perusahaan tersebut melakukan kontrak selama 30 tahun untuk mengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dilihat secara geografis, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terletak diantara: BT dan LS. Jika dilihat secara administratif pemerintahan, hutan wisata ini berada di Jalan Kolonel H Burlian KM 6.5 Kecamatan Sukarame, Palembang, Sumatera Selatan. Dilihat dari letaknya, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini berada di kawasan yang 33

47 strategis dan rata-rata mudah untuk dijangkau oleh pengunjungnya. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang pun hanya berada sekitar 6,5 Km dari pusat Kota Palembang dan sudah banyak sekali transportasi umum yang dapat menjangkaunya, seperti bus kota, angkutan kota, dan angkutan khusus Bus Transmusi. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki 4 blok area wisata. Empat blok tersebut terdiri dari: blok A, blok B, blok C, dan blok D. Blok A berisikan arena kolam renang, tempat gardening party yang memiliki kapasitas 1000 orang, dan lima buah joglo yang digunakan untuk melakukan pertemuan-pertemuan. Blok B berisikan danau, panggung musik, arena outbound, arena aneka satwa langka, dan arena bermain anak seperti kincir ria, komedi putar, jet putar, dan lain sebagainya. Adapun blok C berisikan lokasi penanaman tanaman dan hutan Pinus yang memiliki luas sekitar 5 hektar, sedangkan blok D merupakan area mushallah dan gerbang masuk Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Di kawasan wisata ini juga terdapat kantin yang menjual makanan khas daerah Sumatera Selatan, warung-warung snack dan minuman, serta tukang foto keliling yang berkerja hanya pada hari minggu atau libur-libur nasional saja. Kantin dan warung-warung snack tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat lokal yang berdomisili di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tidak terdapat kios cinderamata yang menjual souvenirsouvenir khas Sumatera Selatan dikarenakan toko souvenir tersebut telah disiapkan Pemerintah Kota Palembang di lokasi khusus penjualan souvenir. Tiket masuk yang diberlakukan di hutan wisata tersebut relatif berbeda berdasarkan kategori usia pengunjungnya. Pengunjung dewasa membayar tiket 34

48 masuk sebesar Rp 5.000,- dan Rp 3.000,- untuk pengunjung anak-anak yang berusia di bawah 7 tahun. Tidak ada perbedaan harga tiket masuk pada hari biasa (senin-sabtu) dan hari minggu atau libur nasional. Pada hari minggu atau libur nasional hanya diberikan fasilitas tambahan berupa atraksi gajah, menunggang kuda, dan arena outbound sebagai nilai tambah dan daya tarik bagi pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Arena wisata yang berada di 4 blok di atas memiliki harga tiket masuk yang berbeda-beda pula. Berikut ini ditampilkan daftar harga tiket masuk di setiap arena wisata (Tabel 3). Tabel 3. Daftar Harga Tiket Masuk di Arena Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Arena Wisata Harga Tiket Masuk (Rp. /orang) Arena danau Fasilitas perahu dayung Tiket masuk di arena bermain anak Fasilitas kincir ria, komedi putar, dan jet putar Arena satwa Tiket masuk arena kolam renang Arena Outbound (Flying Fox): a. Dewasa b. Anak-anak Sumber: Hasil Analisis Data Primer,

49 GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan domestik saja). Belum ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) dikarenakan promosi yang dilakukan pengelola wisata belum sampai kepada tahap promosi ke negara-negara tetangga. Wisatawan yang berkunjung ke hutan wisata ini cenderung ramai jika pada hari minggu atau libur-libur nasional, sedangkan pada hari senin sampai sabtu (hari biasa) objek wisata ini sepi pengunjung. Pengunjung hari biasa, biasanya didominasi oleh remaja (anak SMA atau SMP) dan rombongan dari TK atau SD yang ada di dalam atau di luar Kota Palembang saja. Berbeda pada saat hari minggu atau libur nasional, pengunjung biasanya didominasi oleh rombongan keluarga (orang tua dan anak). Jumlah responden yang dipilih untuk pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sebanyak 46 orang, terdiri atas 72% responden perempuan dan 28 % responden laki-laki Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung (Wisatawan) Karakteristik sosial ekonomi pengunjung dilihat dari umur, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan, dan jumlah tanggungan. Karakteristik lain misalnya asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang digunakan, jumlah rombongan, serta kegiatan yang biasa dilakukan pada saat berwisata. Berdasarkan karakteristik di atas, pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi sebagai berikut: 36

50 Umur Kemampuan fisik dan produktifitas seorang responden untuk melakukan kunjungan wisata ditentukan oleh umur responden. Selain hal itu, umur juga menjadi tolak ukur dari pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang dan jasa yang akan dikonsumsi, termasuk keputusan untuk berwisata. Umur juga akan mempengaruhi tipe kunjungan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Sebaran umur responden yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah sebaran kelompok umur responden yang melakukan kunjungan pada hari biasa (seninsabtu) dan hari minggu/libur (Gambar 3) Tahun Tahun Tahun 24% 33% 43% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 3. Diagram Kelompok Umur Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Gambar 3 di atas memperlihatkan bahwa sebanyak 43% pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berusia tahun. Hal ini terjadi karena pengunjung objek wisata alam ini selalu didominasi oleh anak-anak SMA dan SMP, baik pada hari biasa maupun hari-hari libur. Sementara itu, sebanyak 33% pengunjung lainnya berusia tahun dan sisanya sebesar 24% berusia tahun. 37

51 Asal Daerah Asal daerah pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berasal dari dalam maupun luar Kota Palembang. Pengunjung yang berasal dari luar Kota Palembang berasal dari kabupaten-kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Jambi. Gambar 4 menjelaskan asal daerah pengunjung, baik pengunjung hari biasa maupun pengunjung hari minggu/libur. Kota Palembang Luar Kota Palembang 15% 85% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 4. Diagram Asal Daerah Pengunjung Dari gambar di atas menunjukkan bahwa hampir semua responden berasal dari dalam Kota Palembang, yaitu sebesar 85% responden dan 15% sisanya berasal dari luar Kota Palembang. Jika diperhatikan, pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang masih didominasi oleh pengunjung yang menetap di dalam Kota Palembang, maka dari itu promosi wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang harus terus ditingkatkan agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung yang berasal dari luar Kota Palembang, bahkan hingga merambah sampai pada kawasan Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan). 38

52 Pekerjaan Pengunjung Jenis pekerjaan pengunjung, baik pengunjung hari biasa maupun minggu/ libur dibagi atas 5 kelompok pekerjaan yang terdiri atas: Pegawai Negeri Sipil (PNS), pelajar/ mahasiswa, petani, karyawan swasta, dan ibu rumah tangga (Gambar 5). PNS Pelajar/Mahasiswa Tani 2% 17% Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga 22% 7% 52% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 5. Diagram Jenis Pekerjaan Pengunjung Dari diagram pada Gambar 5 terlihat bahwa responden yang berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang didominasi oleh kelompok pelajar/mahasiswa sebesar 52%, diikuti oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 22%, ibu rumah tangga sebesar 17%, karyawan swasta sebesar 7%, dan petani sebesar 2%. Pelajar/mahasiswa mendominasi jenis pekerjaan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang karena sebagian besar usia pengunjungnya didominasi oleh kalangan remaja (SMA dan SMP) Pendapatan Dalam hal ini, pendapatan per bulan suatu keluarga merupakan suatu pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja suami dan istri atau salah satu dari 39

53 keduanya. Apabila terdapat responden dari pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga, maka dalam hal ini pendapatannya dapat diukur dengan cara menghitung pengeluaran mereka sehari-hari dalam membelanjakan uangnya (uang saku, biasanya bagi pelajar/mahasiswa). Pada penelitian ini, peneliti membagi empat kelompok pendapatan. Sebaran kelompok pendapatan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat dilihat pada Gambar rb 1.0jt (dagang sebagai pekerjaan lain) 1.1jt 1.9jt 2.0jt 3.0jt 3.1jt 5.0jt 4% 24% 59% 13% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 6. Diagram Sebaran Pendapatan Perbulan Pengunjung Diagram sebaran pendapatan perbulan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terlihat seperti pada gambar di atas. Dari gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebaran pendapatan perbulan pengunjung didominasi oleh kelompok pendapatan Rp Rp ,- per bulannya. Gambar 6 menunjukkan bahwa proporsi yang dominan adalah kelompok pendapatan pengunjung Rp Rp ,- per bulannya, dengan besaran proporsi sebesar 59%. Hal ini dikarenakan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang didominasi oleh kelompok remaja, terutama pasangan mahasiswa dan anak-anak SMA. Kelompok pendapatan pengunjung selanjutnya yang 40

54 mendominasi kunjungan hari biasa adalah pengunjung dengan kelompok pendapatan Rp Rp ,- per bulannya sebesar 24%, lalu pengunjung yang memiliki mendapatan sebesar Rp Rp ,- per bulannya sebesar 13%, dan terakhir pengunjung yang memiliki pendapatan sebesar Rp Rp ,- per bulannya memiliki proporsi sebesar 4% Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan di dalam berwisata memiliki pengaruh terhadap seberapa besar jumlah biaya yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan wisata, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya jumlah kunjungan yang akan dilakukan. Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki dua tipe pengunjung yang didasari oleh hari kunjungannya. Pengunjung hari biasa didominasi oleh kelompok pengunjung pasangan muda-mudi dan pelajar SMA/mahasiswa yang tidak memiliki tanggungan karena rata-rata dari mereka belum ada yang menikah, sedangkan pengunjung hari minggu/libur didominasi oleh kelompok keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, dan anak-anaknya (Gambar 7). Tidak Ada 1 5 orang 39% 61% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 7. Diagram Jumlah Tanggungan Pengunjung 41

55 Pada diagram di atas terlihat bahwa sebesar 61% pengunjung tidak memiliki tanggungan dan sisanya sebesar 39% yang memiliki tanggungan. Pengunjung yang memiliki tanggungan, rata-rata memiliki 3-4 orang anak dan 1 orang istri Pendidikan Formal Terakhir yang Ditempuh Pendidikan formal terakhir yang ditempuh pengunjung mempengaruhi jenis pekerjaan yang mereka lakoni seperti yang telah dibahas di atas. Dari informasi di atas, didapatkan bahwa baik pengunjung hari biasa maupun hari minggu/libur didominasi oleh pengunjung yang berprofesi sebagai pelajar. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, baik pada hari biasa maupun pada hari minggu/libur memiliki pendidikan formal terakhir sebagai siswa SMP, SMA, atau lulusan Perguruan Tinggi (PT). Dalam penelitian ini, peneliti membagi tingkat pendidikan formal terakhir dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok lulusan SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi (PT). Data tergambar pada Gambar 8 di bawah ini. SD SMP SMA PT 28% 31% 2% 39% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 8. Diagram Pendidikan Formal Terakhir Pengunjung 42

56 Dari Gambar 8 terbukti bahwa proporsi dominan pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh pengunjung didominasi oleh pengunjung lulusan SMP dan SMA sebesar 39% dan 31%. Adapun pengunjung lulusan perguruan tinggi (PT) sebesar 28% dan lulusan SD sebesar 2%. Hal yang demikian terjadi karena mayoritas pengunjung didominasi oleh pasangan muda-mudi dan siswasiswi SMA Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung Berbagai macam cara yang digunakan pengunjung untuk berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini. Mereka pada umumnya datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang menggunakan kendaraan, seperti mobil dan motor pribadi, serta kendaraan umum. Berikut gambar mengenai jenis kendaraan yang digunakan pengunjung pada saat berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Mobil Pribadi Motor Pribadi Kendaraan Umum 32% 46% 22% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 9. Diagram Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung Gambar 9 menunjukkan sebanyak 46% pengunjung mengendarai mobil pribadi dalam berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Sebanyak 32% 43

57 nya berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dengan menggunakan kendaraan umum dan sisanya sebanyak 22% pengunjung berkunjung dengan mengendarai motor pribadi. Pengunjung dengan mengendarai mobil pribadi mendominasi jenis kendaraan yang digunakan pada saat berwisata karena pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini didominasi oleh siswa-siswi SMA serta mahasiswa (seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya juga), dimana pada saat itu para pelajar tersebut datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang bersama keluarga mereka atau bahkan mereka memang membawa mobil pribadinya pada saat bersekolah Cara Kedatangan Pengunjung Berdasarkan sebaran cara kedatangan pengunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, responden berkunjung ke objek wisata alam ini dengan cara berkelompok, dengan keluarga (dengan keluarga besar ataupun dengan cara berpasangan), ataupun secara sendirian. Berikut gambar mengenai cara kedatangan pengunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (Gambar 10). Sendiri Kelompok Keluarga 2% 50% 48% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 10. Diagram Cara Kedatangan Pengunjung 44

58 Dari diagram di atas dapat terlihat bahwa sebanyak 50% pengunjung berkunjung ke lokasi ini bersama keluarga mereka. Sebanyak 48% pengunjung lainnya, datang ke lokasi ini dengan cara berkelompok. Sisanya sebesar 2% berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dengan seorang diri. Keluarga yang berwisata merupakan keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, dan anaknya, sedangkan pengunjung yang datang secara berkelompok isinya berupa para pelajar SMA atau SMP yang sedang melakukan foto kelas dan juga mereka yang sedang melakukan kegiatan ekstrakulikuler, seperti pramuka Jumlah Rombongan yang Dibawa Dari pengamatan lapang dan wawancara yang dilakukan, jumlah rombongan yang dibawa oleh pengunjung yang datang secara berkelompok dapat terlihat pada Gambar 11 di bawah ini. 3 5orang 6 10orang >10 0rang 17% 26% 57% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 11. Diagram Jumlah Rombongan Pengunjung Pada Gambar 11 dapat terlihat bahwa sebesar 57% pengunjung yang datang secara berkelompok membawa rombongannya sebanyak 3-5 orang. Sebanyak 26% membawa rombongan sebanyak 6-10 orang dan sebanyak 17% lainnya membawa rombongan lebih dari 10 orang. 45

59 Motivasi Kunjungan Motivasi kunjungan yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung selama berada di lokasi wisata tersebut. Motivasi kunjungan memiliki motivasi yang berbeda-beda pada setiap pengunjungnya. Hal tersebut disebabkan karena adanya fasilitas dan potensi wisata yang memiliki bermacam jenis, yang telah disediakan oleh pengelola wisata di lokasi wisatanya masingmasing. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki suatu daya tarik kunjungan wisatawan yaitu dari suatu arena satwa-satwa langka dan arena anaknya. Arena outbound yang telah disediakan oleh pengelola belum mampu memberikan kontribusinya untuk meningkatkan jumlah pengunjung di wisata alam ini. Dari pengamatan lapang dan wawancara dengan pengunjung, mereka sangat mengharapkan adanya perbaikan-perbaikan dan penambahan arena wisata. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemasukan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, tetapi perbaikan dan penambahan tersebut tidak merusak keadaan alam yang ada. Hal ini dikarenakan menurut persepsi pengunjung, alam yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sudah baik keberadaannya dan mampu memberikan kesejukkan bagi para pengunjungnya. Motivasi kunjungan yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki proporsi yang berbeda-beda diantara para pengunjungnya. Keterangan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12 berikut. 46

60 Satwa Langka Outbond Berenang Camping Arena Anak & Hanya Bersantai 44% 24% 24% 4% 4% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 12. Diagram Motivasi Kunjungan Pengunjung Gambar 12 menunjukkan bahwa pengunjung dominan melakukan kegiatan di arena anak dan hanya bersantai-santai di gazebo, sambil berfoto-foto menikmati sejuknya 44%. Kegiatan lain yang didominasi oleh pengunjung adalah arena satwa-satwa langka dan kegiatan camping, yaitu masing-masing sebesar 24%. Proporsi lainnya sebesar 4% dilakukan pengunjung dengan outbound dan berenang Persepsi Pengunjung Persepsi pengunjung adalah suatu pandangan atau pendapat dari responden-responden mengenai lokasi dan fasilitas, serta kondisi lingkungan yang ada pada suatu objek wisata. Persepsi dari pengunjung tersebut perlu ditelaah lebih lanjut agar daya saing objek wisata ini dengan objek wisata lain dapat ditingkatkan, terutama dari segi kualitas objek wisatanya. 47

61 Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Kondisi alam yang indah dan menarik, serta memiliki potensi untuk dapat dikembangkan lebih lanjut dikemudian harinya adalah suatu daya tarik wisata yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Selain itu pula, hutan wisata ini memiliki berbagai fasilitas yang mendukungnya sebagai tempat wisata. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pengunjung, fasilitas yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini sudah memadai dan cukup baik kondisinya (Tabel 4). Namun di dalam pelaksanaannya, fasilitasfasilitas yang ada itu harus tetap diperbaiki apabila ada yang mengalami kerusakan karena umur teknisnya sudah tidak layak pakai lagi dan perlu adanya pembaharuan juga, guna dapat meningkatkan kepuasan pengunjung yang berwisata ke objek wisata ini. Sebagian besar responden yang diwawancarai pada saat penelitian, memberikan penilaian sedang terhadap kondisi sarana dan prasarana yang ada, tempat sampah, dan warung makan. Mereka memberikan kesan yang positif terhadap kondisi saung yang ada karena sebagian besar dari mereka memberikan penilaian yang baik terhadap kondisi saung tersebut. Hal ini berbeda ketika responden dimintai penilaian terhadap kondisi toilet yang ada. Menurut responden, kondisi toilet yang ada masih sangat kurang keberadaannya dan tidak selalu ada di setiap blok arena wisata. Mereka juga menyarankan agar menambah jumlah toilet serta pengelola harus dapat mengoperasikan air pada toilet-toilet tersebut di waktu ramai kunjungan. Di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tidak tersedia kios-kios cinderamata. Hal ini dikarenakan kios-kios tersebut telah disiapkan lokasi khusus 48

62 oleh pemerintah Kota Palembang. Adapun kondisi penyewaan alat, misalnya ban atau pakaian renang di lokasi wisata ini, sebagian besar responden memberikan tanggapan tidak terlalu mengetahui tentang kondisi tersebut karena sebagian besar diantara mereka tidak pernah menggunakan atau menyewa alat di objek wisata ini. Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memberikan penilaian yang baik terhadap panorama alam, aksestabilitas menuju lokasi ini, dan pengelola wisatanya. Kondisi keamanan dan sikap masyarakat sekitar dinilai sebagian besar pengunjung dalam kategori sedang. Kebersihan lokasi wisata dinilai pengunjung belum baik. Ini diakibatkan karena kurangnya sumberdaya terhadap petugas kebersihan yang membersihkan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini. Hal lain yang membuat Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terindikasi belum bersih karena ulah para kera liar yang sering mengacak-acak sisa makanan yang ada di tempat sampah, lalu meletakkannya di sembarang tempat. 49

63 Adapun gambaran mengenai persepsi pengunjung terhadap lokasi dan fasilitas yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ditampilkan pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang No Keterangan Sangat Baik Sedang Buruk Sangat Baik Buruk a.sarana dan 11 26* 8 1 Prasarana b. Toilet * 2 c.tempat 13 22* 10 1 Sampah d. Saung 17* e.warung 9 32* 5 Makan f.kios Cinderamata g.penyewaan Peralatan Panorama 3 32* 10 1 Alam Kebersihan * 3 lokasi Wisata Akses dari 2 31* 10 3 Ibukota Provinsi dan Tempat asal Keamanan * Sikap 18 23* 4 1 Masyarakat Sekitar Objek Wisata 7 Pengelola 23* 16 7 Objek Wisata Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Keterangan: * = kondisi lokasi dan sarana di Hutan Wisata Punti Kayu Satuan yang digunakan dalam tabel = banyaknya orang Tidak Tersedia 46* Tidak Tahu 17* 50

64 Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan Dalam penelitian ini, sebagian responden menilai bahwa kondisi lingkungan dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang semakin baik kondisinya. Hal ini disebabkan karena pengunjung merasa nyaman saat berwisata ke objek wisata alam. Sebanyak 56% responden menilai kondisi lingkungan semakin baik dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Adapun responden yang menilai kondisi lingkungan tidak ada perubahan dengan adanya objek wisata alam ini sebesar 35%, sedangkan sisanya hanya 9% responden menilai kondisi lingkungan semakin rusak dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Responden yang menilai kondisi lingkungan semakin rusak dengan adanya objek wisata ini karena mereka melihat kondisi sampah yang tidak pada tempatnya dan mereka menilai hal ini semata-mata karena ulah dari pada pengunjung, padahal ada faktor lain yang menyebabkannya. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 13. Tetap Semakin Rusak Semakin Baik 9% 35% 56% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 13. Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang 51

65 Persepsi Pengunjung terhadap Tiket Masuk Tiket masuk yang layak diberlakukan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dinilai para pengunjung berbeda-beda sesuai dengan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan mereka. Harga tiket masuk yang telah ditetapkan pengelola wisata sebesar Rp 5.000,- per orang dewasa untuk setiap harinya. Sebesar 74% responden menyetujui besar tiket masuk yang telah ditetapkan tersebut karena menurut mereka tiket masuk yang besarnya Rp 5.000,- dapat dijangkau oleh semua kalangan dan golongan pengunjung. Responden lainnya tidak menyetujui besar tiket masuk yang telah diberlakukan oleh pengelola. Sebesar 11% responden menganggap bahwa tiket masuk yang pantas diberlakukan di lokasi wisata ini sebesar Rp 7.000,-. Sebanyak 7% responden lainnya menyetujui besar tiket masuk yang diberlakukan sebesar Rp 8.000,-. 4% responden menyetujui besar tiket masuk yang harus diberlakukan sebesar Rp ,- dan sisanya menyetujui bahwa besar tiket masuk yang harus ditetapkan di objek wisata alam ini sebesar Rp 9.000,- (2% responden) dan Rp ,- (2% responden). Responden-responden yang menilai besar tiket masuk yang harus diberlakukan di atas Rp 5.000,- memiliki alasan bahwa tiket masuk yang mereka bayarkan itu akan digunakan untuk perbaikan-perbaikan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang agar terlihat lebih indah dan mempunyai daya tarik tersendiri di kemudian harinya. Untuk melihat sebaran persepsi terhadap harga tiket masuk yang diberikan responden pada penelitian kali ini, terlihat pada Gambar 14 di bawah. 52

66 % 2% 7% 4% 2% 74% Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Gambar 14. Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang 6.2. Gambaran Umum Responden Tenaga Kerja Lokal Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Dalam pengelolaan wisatanya, pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang melibatkan masyarakat sekitar juga. Hal ini tidak lain bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar objek wisata tersebut untuk menggerakkan sektor perekonomian. Tenaga kerja yang diberdayakan oleh pengelola wisata 60% nya merupakan penduduk asli setempat, meskipun 50% diantara mereka baru bekerja di kawasan wisata ini selama kurun waktu 1-3 tahun. Adapun manfaat yang dapat dirasakan oleh tenaga kerja lokal dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang adalah dalam hal peningkatan lapangan pekerjaan. Pendapat ini dirasakan oleh 60% responden tenaga kerja lokal. Pendapat lain yang mereka sampaikan tentang manfaat adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, yaitu peningkatan pengetahuan. Sebesar 40% dari mereka menganggap keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini pun 53

67 dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat, terutama sangat bermanfaat bagi anak-anak untuk mengenal alam. Hampir semua pekerja menyatakan bahwa mereka telah bekerja di tempat lain, sebelum mereka bekerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Para pekerja ini juga merasa lebih betah dan nyaman selama mereka bekerja di objek wisata alam ini. Alasan lain yang mereka sampaikan pada saat wawancara, mereka lebih merasa santai ketika bekerja di lokasi ini daripada di tempat mereka bekerja sebelumnya. Menurut wawancara dengan pengelola wisata, tenaga kerja lokal yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terdiri atas petugas kebersihan, penjaga loket, penjaga arena wisata, pemandu gajah, dan pemandu kuda. Tidak ada tenaga kerja lokal yang bekerja sebagai guide (pemandu wisata). Menurut data pekerja yang diperoleh dari pengelola pada tahun 2011, jumlah tenaga kerja yang bekerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berjumlah 16 orang. Rincian banyaknya tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Total Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Jenis Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja (orang) Petugas kebersihan 6 Penjaga loket 5 Penjaga arena permainan 3 Pemandu Kuda 1 Pemandu Gajah 1 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Tenaga kerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini juga memiliki dua golongan pekerja. Golongan pekerja yang dimaksud adalah pekerja yang bekerja full day dan pekerja yang bekerja hanya pada hari minggu atau libur saja. Pekerja yang bekerja pada hari minggu/libur itu, seorang pemandu kuda dan 54

68 pemandu gajah. Sebanyak 14 orang pekerja lainnya bekerja dari hari seninminggu atau sering disebut sebagai pekerja fullday. Penerimaan per bulan yang diterima pekerja tersebut berkisar antara Rp Rp ,-. Penerimaan pekerja tersebut diberikan oleh pengelola berbeda-beda berdasarkan jenis pekerjaan mereka di lokasi wisata tersebut. Data penerimaan tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Penerimaan per Bulan Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Jenis Pekerjaan Penerimaan per Bulan (Rp. /orang) Petugas kebersihan Penjaga loket Penjaga arena permainan Pemandu Kuda Pemandu Gajah Sumber: Hasil Analisis Data Primer, Dari tabel sebaran penerimaan perbulan tenaga kerja di atas, maka dapat diestimasi pula besarnya pendapatan dan pengeluaran per bulan mereka. Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh kisaran pendapatan para tenaga kerja tersebut sebesar Rp Rp ,- per bulannya dengan pengeluaran mereka yang berkisar antara Rp Rp ,- per bulan yang sebagian besar pengeluarannya untuk biaya konsumsi mereka Gambaran Umum Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Pengelolaan wisata berbasis masyarakat lokal memiliki pengaruh secara ekonomi bagi perekonomian masyarakat lokal setempat. Dengan adanya usaha pariwisata di sekitar masyarakat setempat akan memicu mereka untuk ikut berkontribusi dalam aktivitas wisata dan mengharapkan manfaat dari adanya 55

69 objek wisata. Masyarakat juga berharap dengan adanya objek wisata ini dapat meningkatkan lapangan pekerjaan dan pendapatan mereka. Menurut wawancara dari para pedagang, hingga saat ini belum ada peran PT Indosuma Putra Citra (pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang) dalam mengarahkan dan memberikan pembinaan terhadap para pemilik unit-unit usaha tersebut. Pada penelitian ini, sebanyak 86% unit usaha yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan penduduk asli yang sudah lebih dari 10 tahun menetap di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Responden unit usaha yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang semuanya berjenis kelamin perempuan. Mereka membuka usaha di objek wisata ini karena mereka ingin membantu para suami mereka yang pendapatannya belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mereka bahkan telah membuka usahanya ini sejak Hutan Wisata Punti Kayu Palembang belum dikelola oleh PT Indosuma Putra Citra. Jenis usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, diantaranya 72% responden membuka usaha warung makan, 14% membuka usaha warung minuman dan snack-snack, dan 14% nya lagi memiliki usaha jasa foto keliling. Tidak ada masyarakat yang membuka usahanya sebagai penjual souvenir atau cinderamata. Hari kerja responden unit usaha ini adalah sebanyak 86% bekerja pada hari senin-minggu, sedangkan sisanya sebesar 14% hanya bekerja pada hari minggu/libur saja. Semua pemilik usaha memiliki lama bekerja dalam satu harinya berkisar antara 7-8 jam/hari. Dari semua responden unit usaha menyatakan bahwa hari minggu atau hari-hari libur nasional merupakan hari-hari sibuk mereka bekerja, dikarenakan pada waktu tersebut jumlah pengunjung yang 56

70 berkunjung ke unit usaha mereka sangat meningkat. Walaupun jumlah pengunjung mereka meningkat pada hari minggu/libur, tetapi mereka tidak mempekerjakan tenaga kerja tambahan (tenaga kerja non-keluarga). Hal tersebut dikarenakan mereka hanya melibatkan anak-anak dan suami mereka dalam membantu menyambut para pengunjung di hari-hari tersebut. Dari hasil usaha yang sudah mereka jalani sejak tahun 1992, diperoleh penerimaan dari hasil usaha yang berkisar antara Rp hingga Rp ,- per bulan dengan total biaya yang mereka keluarkan untuk usaha mereka yang berkisar Rp hingga Rp Dari penerimaan total biaya yang berkisar pada angka tersebut, maka dapat di estimasi besarnya pendapatan bersih yang diterima unit usaha selama satu bulan adalah sebagai berikut: Tabel 7. Pendapatan Bersih Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang per Bulan Jenis Total Biaya Total Biaya Total Biaya Usaha Tetap Tidak Tetap Total Penerimaan per Bulan Total Pendapatan per Bulan 1.Warung Makanan Warung Minuman Jasa Foto Keliling Sumber: Hasil Analisis Data Primer, Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pendapatan bersih yang diterima unit usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sebesar Rp untuk warung makanan, Rp untuk warung minuman, dan Rp untuk unit usaha jasa foto keliling. Pemaparan dari Tabel 7 di atas juga 57

71 menunjukkan keberadaan unit usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang telah mampu memberikan dampak ekonominya bagi para pemilik usaha tersebut, walaupun besar pendapatan yang mereka terima masih di bawah besarnya Upah Minimum Tenaga Kerja Kota Palembang (UMK), yaitu sebesar Rp per bulan²). Dari hasil pengamatan di lapangan dan wawancara terhadap persepsi para pemilik usaha di lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tentang kondisi lingkungan dengan adanya hutan wisata, menunjukkan sebanyak 72% responden menyatakan bahwa kondisi lingkungan semakin membaik dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya panorama alam yang indah dan udara yang sejuk disekitaran Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Sebanyak 14% responden lainnya menganggap bahwa kondisi lingkungan tidak memiliki perubahan sejak adanya objek wisata alam ini dan bahkan 14% responden juga beranggapan kondisi lingkungan disekitar mereka semakin memburuk karena semakin banyak sampah yang berceceran. Dari persepsi terhadap harga tiket masuk maksimal yang sesuai dibayarkan oleh wisatawan, semua responden menyetujui harga tiket masuk yang telah ditetapkan oleh pengelola wisata, yaitu sebesar Rp 5.000,-/orang dewasa/kunjungan. Mereka juga berharap, agar pengelola wisata terus melakukan pengembangan dan pembaharuan terhadap arena wisata disini yang tujuannya tidak lain hanya untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang ingin berwisata di setiap tahunnya. 2 ) [12 Mei 2011]. 58

72 6.4. Gambaran Umum Masyarakat Sekitar Objek Wisata Masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki kontribusi dalam kegiatan wisata di lokasi tersebut. Pada umumnya, mereka menerima dampak langsung dari adanya objek wisata alam ini. Masyarakat yang terpilih menjadi responden sebanyak 20 orang yang terdiri dari 45% responden laki-laki dan 55% responden perempuan Karakteristik Masyarakat Sekitar Objek Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Masyarakat yang ada di sekitar objek wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu Palembang juga memiliki karakteristik sosial-ekonomi. Karakteristik sosialekonomi yang dimiliki masyarakat sekitar tersebut adalah menengah ke atas. Hal ini terbukti bahwa pendidikan terakhir yang dimiliki masyarakat sekitar hutan wisata tersebut adalah lulusan SMA dan perguruan tinggi (presentasenya, sebesar 55% lulusan perguruan tinggi dan 45% lulusan SMA), sedangkan penerimaan mereka per bulan rata-rata berkisar antara Rp Rp ,-. Dari hasil pengamatan dan penelitian dengan menggunakan kuisioner, sebanyak 30% dari total jumlah responden memiliki pendapatan sebesar Rp Rp ,-. Adapun responden yang menerima penerimaan lain, selain penerimaan dari hasil pekerjaan mereka hanya sebesar 10% dari total jumlah responden. Penerimaan lain yang mereka peroleh berasal dari usaha membuka warung rokok dan snack-snack Persepsi Masyarakat Sekitar terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sudah diketahui oleh masyarakat sekitar sejak puluhan tahun lalu. Melalui penelitian ini terbukti bahwa 59

73 sebesar 75% responden masyarakat sekitar dapat merasakan manfaat dengan adanya objek wisata alam. Berdasarkan hasil survey, ada empat manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar diantaranya dapat meningkatkan pendapatan, munculnya lapangan pekerjaan baru karena mereka menganggap bahwa daerah sekitar mereka akan berkembang menjadi daerah wisata, menambah pengetahuan masyarakat mengenai keberadaan objek wisata alam, serta dapat menjadikan lingkungan mereka lebih nyaman dan sejuk. Selain adanya dampak positif, masyarakat sekitar juga merasakan dampak negatif yang timbul dengan dibukanya objek wisata alam tersebut. Dari hasil wawancara menunjukkan, sebesar 55% responden menyatakan bahwa dengan berkembangnya daerah mereka menjadi daerah wisata akan menambah jumlah sampah yang ada di sekitar lingkungan mereka. Sebesar 5% responden lainnya menyatakan bahwa kerugian lain yang muncul berupa kemacetan lalu lintas. Sisanya sebesar 40% responden mengaku tidak terdapat kerugian dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang juga dinilai sangat baik oleh semua responden. Hal ini terbukti dengan adanya respon-respon positif yang mereka berikan terhadap keberadaan suatu objek wisata. Keseluruhan dari jumlah responden menyatakan tidak keberatan dengan adanya hutan wisata ini. Mereka juga menilai, keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat memunculkan pekerjaan sampingan berupa munculnya aktivitas perdagangan melalui warung-warung kecil di sekitar mereka. 60

74 VII. FUNGSI DEMAND WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 7.1. Fungsi Demand Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Fungsi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan terbentuk, jika diuji secara keseluruhan dengan menggunakan software SAS terhadap keseluruhan variabel (parameter). Setelah dilakukan uji secara keseluruhan menggunakan software SAS, maka diperoleh variabel-variabel (parameter) yang signifikan pada taraf nyata α 5%*, yaitu lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jam) (LK), jumlah tanggungan keluarga (orang) (TK), dan pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (tahun) (PP). Adapun variabel (parameter) yang berpengaruh/signifikan pada taraf nyata α 20%** adalah taraf pendidikan pengunjung (TP). Hasil uji keseluruhan untuk keseluruhan variabel/parameter dengan menggunakan software SAS seperti yang terlihat pada Tabel 8 di bawah ini: Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Poisson dengan Software SAS untuk Uji Keseluruhan Variabel/Parameter Variabel DF Chi-Square Pr > ChiSq BP (X1) 4 1,20 0,8781 PD (X2) 5 4,28 0,5098 UM (X3) 2 2,43 0,2960 JT (X4) 3 2,45 0,4849 WT (X5) 2 2,28 0,3200 LK (X6) 1 3,11 0,0777 * TK (X7) 2 5,89 0,0526 * RO (X8) 2 1,13 0,5672 PP (X9) 3 8,75 0,0328 * TP (X10) 3 5,32 0,1497 ** Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Keterangan: * = berpengaruh pada taraf nyata α 5% ** = berpengaruh pada taraf nyata α 20% 61

75 Berdasarkan hasil analisis di atas dengan uji Chi-Square secara keseluruhan terhadap variabel (parameter), maka dapat dibuat hipotesis: H0 : 0 H1 : minimal ada satu 0, 1,2 10 Dari hipotesis di atas, dapat dijadikan indikator bahwa variabel (parameter) yang berpengaruh terhadap respon dengan melihat nilai Pr (p-value) < 5%*, 10%*, dan 20%**. Jika nilai p-valuenya < 5%*, 10%*, dan 20%** maka tolak H0, artinya signifikan (minimal ada satu variabel/parameter yang berpengaruh terhadap respon). Hasil estimasi di atas menunjukkan, ada empat variabel (parameter) yang berpengaruh nyata/signifikan terhadap jumlah/kali kunjungan dalam setahun ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand Pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Pada Lampiran 5 ditunjukkan parameter estimasi dari olahan regresi Poisson untuk mengetahui masing-masing variabel yang berpengaruh terhadap kali kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang per tahun dengan cara melakukan uji satu-satu (uji t-statistik). Dari hasil uji satu-satu (uji t-statistik) terhadap masing-masing variabel, maka diperoleh variabel-variabel yang mempengaruhi faktor demand pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, sebagai berikut: LK (lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang) kategori 1, TK (jumlah tanggungan keluarga) kategori 1 dan 2, PP (pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang) kategori 3, dan TP (taraf pendidikan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang) kategori 1 dan 2. Berdasarkan hasil estimasi pada Lampiran 5 pula dapat dibentuk model persamaan regresi Poisson terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi faktor 62

76 demand pariwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, dengan asumsi data responsnya harus menyebar secara poisson. Persamaan regresi Poisson yang terbentuk adalah 3,7222 0,7846 2,8065 2,5753 1,6422 2, , Variabel-Variabel yang Berpengaruh Signifikan terhadap Demand Pariwisata Adapun variabel-variabel yang berpengaruh nyata/signifikan dalam model dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Lama Kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat diartikan sebagai lamanya pengunjung berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara uji statistik lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berpengaruh nyata pada taraf nyata α 5%. Koefisien regresi yang bertanda positif ini dapat diartikan bahwa apabila lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang bertambah satu jam, maka akan meningkatkan frekuensi kunjungan dalam setahun sebesar 78,46% (kategori 1), cateris paribus. Hal yang demikian dapat diartikan sebagai apabila pengunjung tersebut merasa nyaman selama berada di kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, maka pengunjung tersebut akan cenderung menambah jumlah frekuensi kunjungannya ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dalam setahun. 2. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga pada penelitian kali ini terdiri dari istri dan anak. Hasil dari uji statistik di atas menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata pada taraf α 5% dengan nilai koefisien regresi yang bertanda 63

77 positif. Hal ini berarti, dengan semakin bertambahnya jumlah anggota keluarga sebesar satu orang, maka akan meningkatkan pula frekuensi kunjungan dalam setahun sebesar 280,65% (kategori 1) dan 257,53% (kategori 2), cateris paribus. Pada penelitian kali ini, jumlah responden pengunjung yang sudah menikah dan memiliki 2-4 orang anak (rata-rata anak tersebut berusia di bawah 12 tahun) memiliki proporsi sebesar 39% dan sebagian besar responden yang memiliki anak tersebut menghabiskan waktunya di arena anak. Apabila pengunjung tersebut memiliki jumlah anak yang usianya di bawah 12 tahun lebih dari dua orang, maka frekuensi kunjungan mereka ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan bertambah pula per tahunnya. Hal ini disebabkan karena anak-anak tersebut merasa nyaman dan memiliki keinginan untuk bermain di arena anak pada saat mereka berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 3. Pengetahuan Pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Pengetahuan pengunjung dapat diartikan, sudah berapa lama pengunjung tersebut mengetahui objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dalam penelitian kali ini juga, pengetahuan pengunjung merupakan salah satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan dalam setahun. Variabel ini berpengaruh pada taraf nyata α 5% dan memiliki koefisien regresi yang bertanda negatif. Hal yang demikian dapat diartikan bahwa dengan semakin mengertinya pengetahuan pengunjung terhadap situasi dan kondisi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, maka akan semakin menurun frekuensi kunjungan mereka dalam setahun sebesar 164,22% (kategori 3), cateris paribus. Kondisi seperti ini terjadi apabila pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tersebut telah mengerti dengan situasi dan kondisi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, maka para 64

78 pengunjung akan cenderung malas untuk berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dan mereka berinisiatif untuk mencari alternatif-alternatif objek wisata lainnya. 4. Taraf Pendidikan Pengunjung Hasil analisis regresi poisson terhadap variabel taraf pendidikan pengunjung menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata pada taraf nyata α 20% dengan nilai koefisien regresi yang bertanda positif. Berdasarkan hipotesis, apabila tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi maka akan meningkatkan pula frekuensi kunjungan mereka ke suatu objek wisata dalam setahun. Pada penelitian kali ini hipotesis tersebut terbukti, bahwa dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin meningkat pula frekuensi kunjungan mereka ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Penelitian ini pula menunjukkan bahwa pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang rata-rata berpendidikan SMA dan perguruan tinggi (PT). 65

79 VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan menimbulkan dampak terhadap masyarakat sekitar objek wisata. Dampak yang muncul dari suatu kegiatan wisata, yaitu munculnya dampak ekonomi. Dampak ekonomi tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif yang muncul dari adanya dampak ekonomi dapat bersifat langsung (direct). Munculnya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, baik berprofesi sebagai petugas kebersihan dan keamanan, serta profesi lain yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat adalah salah satu contoh dampak positif langsung (direct impact) yang muncul dengan adanya kegiatan wisata. Selain hal itu, dampak positif langsung lain yang muncul, seperti adanya pedagang-pedagang baru yang akan berjualan makanan, minuman, souvenir khas daerah setempat, dan sebagainya di sekitar kawasan wisata. Hal yang demikian akan membuat masyarakat sekitar mampu meningkatkan taraf hidupnya. Selain dampak positif langsung yang muncul, ada dampak lain yang akan timbul pula seperti dampak tidak langsung (indirect impact). Dampak tidak langsung berupa aktivitas ekonomi lokal dari suatu pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Dampak lanjutan ini dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan pendapatan masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata pada dasarnya dilihat dari keseluruhan pengeluaran pengunjung/wisatawan untuk akomodasi, konsumsi (baik konsumsi dari rumah maupun konsumsi di 66

80 lokasi wisata), biaya perjalanan ke lokasi wisata, dokumentasi, pembelian souvenir khas daerah setempat, serta pengeluaran lainnya. Keseluruhan dari biaya pengeluaran pengunjung akan diestimasi dari jumlah keseluruhan kunjungan pengunjung dan rata-rata pengeluaran dalam satu kali kunjungan wisata Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) Berdasarkan sebaran pengunjung (sebagai responden) di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang menurut struktur pengeluaran pada setahun terakhir, biaya perjalanan memiliki proporsi terbesar dari seluruh proporsi biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari pengunjung yang datang ke lokasi wisata ini dengan menggunakan mobil pribadi dan kendaraan umum. Oleh karena itu akan mempengaruhi besaran proporsi biaya yang mereka keluarkan untuk melakukan kegiatan wisata. Bagi pengunjung yang menggunakan mobil dan motor pribadi, biaya perjalanan yang mereka keluarkan berasal dari biaya bahan bakar kendaraan, sedangkan biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung yang menggunakan kendaraan umum berupa ongkos pulang-pergi atau biaya sewa kendaraan umum yang mereka gunakan. Hasil analisis secara rinci disajikan dalam Tabel 9 di bawah ini. 67

81 Tabel 9. Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Biaya Nilai (Rp.) Proporsi (%) Biaya perjalanan pulang-pergi ,65 28,40 Biaya tiket masuk Hutan ,17 14,60 Wisata Punti Kayu Palembang Konsumsi (dari rumah) Konsumsi (di lokasi) Pembelian souvenir Biaya fasilitas wisata lainnya, selain tiket masuk Biaya parkir Biaya dokumentasi Jumlah , , , , ,48 28,15 15, ,33 2, Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Dari tabel di atas terlihat, sebagian besar pengunjung mengeluarkan biaya untuk perjalanan mereka. Proporsi biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki proporsi paling besar, yaitu sebesar 28,40%. Hal ini menunjukkan bahwa biaya perjalanan memiliki pengaruh terhadap pengeluaran pengunjung pada saat melakukan kegiatan wisata karena sebagian besar dari mereka berwisata ke lokasi ini dengan menggunakan mobil pribadi atau dengan menyewa kendaraan umum, seperti bus pariwisata. Besarnya biaya yang dikeluarkan pengunjung akan berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan kawasan wisata yang akan mereka kunjungi. Proporsi pengeluaran pengunjung terkait dengan unit usaha dan fasilitas yang tersedia di lokasi wisata. Rata-rata pengeluaran pengunjung untuk satu kali kunjungan berkisar Rp ,22. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti daerah asal pengunjung, aktivitas utama yang dilakukan di objek wisata, dan lainlain. Tabel 10 menunjukkan jumlah total pengeluaran pengunjung per bulan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sebesar Rp Besarnya pengeluaran pengunjung per bulan didasarkan pada rata-rata jumlah pengunjung 68

82 Hutan Wisata Punti Kayu Palembang per bulan, yaitu sekitar orang (BKSDA, 2010). Besarnya arus uang tersebut akan menunjukkan seberapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pengeluaran pengunjung. Tabel 10. Total Pengeluaran Pengunjung di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Keterangan Proporsi Pengeluaran wisatawan di Hutan Wisata Punti Kayu 43,45% Palembang Biaya di luar lokasi wisata 56,55% Rata-rata pengeluaran pengunjung (Rp/hari/pengunjung) ,22 Jumlah pengunjung per bulan (orang) Total pengeluaran pengunjung per bulan (Rp) Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Keberadaan kawasan wisata membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha yang berkaitan dengan kebutuhan pengunjung selama berwisata. Unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saat ini masih sangat sedikit dan bersifat homogen. Sehingga perputaran arus uang yang terjadi diantara pengunjung dengan masyarakat lokal masih sangat kecil. Unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saat ini meliputi warung makan berjumlah 13 unit, warung minuman 3 unit, dan usaha foto keliling 2 orang. Penerimaan yang diterima oleh pemilik unit usaha adalah suatu pengeluaran pengunjung yang kemudian digunakan kembali oleh mereka untuk menjalankan aktivitas pada unit usaha tersebut. Pemilik unit usaha membutuhkan bahan baku untuk menjalankan usaha mereka. Komponen biaya yang utama dari unit usaha adalah biaya operasional dari menjalankan unit usaha tersebut yang meliputi biaya sewa bangunan dan biaya pembelian input/bahan baku dari produksi unit usaha, upah tenaga kerja non-keluarga, pengembalian kredit ke 69

83 bank, transportasi lokal, serta biaya kebutuhan pangan harian. Rincian proporsi penerimaan yang diterima pemilik usaha dan biaya-biaya yang dikeluarkan unit usaha tergambar pada Tabel 11. Tabel 11. Proporsi Penerimaan Usaha dan Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Komponen Nilai (Rp.) Proporsi (%) Penerimaan pemilik usaha Upah karyawan Biaya operasional unit usaha (biaya sewa dan biaya pembelian input/bahan baku) Kebutuhan pangan harian Jumlah Sumber: Hasil Analisis Data Primer, ,96 3,52 31,64 11, Dari Tabel 11 terlihat bahwa proporsi terbesar berupa penerimaan pemilik usaha, yaitu sebesar 52,96%. Adapun yang dimaksud dengan dampak ekonomi langsung adalah penerimaan yang diterima unit usaha dari pengeluaran pengunjung. Pada penelitian kali ini, penerimaan dari unit usaha memiliki proporsi paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang telah memberikan dampak ekonomi langsungnya. Proporsi selanjutnya diikuti oleh kebutuhan pangan harian dan biaya operasional unit usaha yang memberikan proporsi sebesar 31,64% dan 11,88%, sedangkan upah karyawan memberikan proporsi sebesar 3,52% Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) Pengembangan wisata alam di Palembang oleh PT Indosuma Putra Citra dapat membuka peluang untuk berusaha bagi masyarakat sekitar objek wisata, sehingga dapat menciptakan peluang kerja yang baru. Saat ini jumlah unit usaha yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang masih sedikit dan homogen 70

84 jenis usahanya, namun keseluruhan dari mereka mengelola unit usahanya secara sendiri. Tenaga kerja lokal hanya dilibatkan oleh pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang untuk membantu pelaksanaan kegiatan wisata di lokasi tersebut, sedangkan tenaga kerja yang dilibatkan oleh para pemilik unit usaha adalah tenaga kerja dari keluarga mereka sendiri. Apabila tiba hari minggu atau hari libur Nasional, para pemilik usaha cukup meminta bantuan suami dan anak-anak mereka dalam menyambut pengunjung yang datang. Sebagian besar tenaga kerja lokal yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang bekerja selama 7 hari kerja, namun hanya ada dua orang tenaga kerja tambahan pada saat hari minggu/libur, yaitu sebagai pemandu kuda dan pemandu gajah. Sebesar 60% dari total tenaga kerja yang menjadi responden merupakan penduduk asli daerah sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Keterangan lebih lanjut tentang jumlah tenaga kerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat dilihat pada Tabel 5. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dihitung dari proporsi pengeluaran unit usaha terhadap upah tenaga kerja yang berasal total pendapatan bersih unit usaha di lokasi wisata. Proporsi upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh unit usaha (dalam hal ini, pengelola) Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki proporsi sebesar 3,52% (Tabel 11). Hal ini dikarenakan sebagian besar unit usaha mengelola usahanya sendiri dan hanya unit usaha yang dikelola oleh PT Indosuma Putra Citra saja (Hutan Wisata Punti Kayu Palembang) yang memiliki tenaga kerja. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact) yang ditimbulkan dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang masih sangat rendah. 71

85 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) Kegiatan wisata tidak hanya memberikan dampak langsung dan dampak tidak langsung saja, tetapi kegiatan wisata juga mampu memberikan dampak lanjutannya. Dampak lanjutan diartikan sebagai suatu pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja lokal di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dampak lanjutan juga merupakan pengeluaran sehari-hari tenaga kerja lokal. Pada penelitian kali ini, tenaga kerja yang dihitung besar pengeluaran sehari-hari diasumsikan hanya tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu (tidak termasuk para pemilik unit usaha) saja. Sebagian besar tenaga kerja tersebut menggunakan penerimaan mereka untuk kebutuhan konsumsi mereka sehari-hari. Pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan konsumsi mereka memiliki proporsi sebesar 52,19% dari total pengeluarannya. Proporsi selanjutnya yaitu pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yaitu sebesar 35,48%. Kebutuhan sehari-hari mereka meliputi pembelian perlengkapan mandi dan kosmetik, snack-snack, pulsa, dan sebagainya. Proporsi sebesar 12,33% dikeluarkan tenaga kerja tersebut untuk biaya transportasi menuju lokasi tempat mereka bekerja. Tidak ada biaya sekolah anak dan listrik yang mereka keluarkan karena keseluruhan dari mereka belum ada yang menikah. Proporsi rata-rata pengeluaran tenaga kerja lokal dapat dilihat pada Tabel

86 Tabel 12. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal Nilai (Rp.) Proporsi (%) Biaya konsumsi Biaya sekolah anak Biaya listrik Biaya untuk kebutuhan sehari-hari (kosmetik, snack, pulsa) Biaya transportasi Jumlah , ,48 12, Sumber: Hasil Analisis Data Primer, Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Pengunjung Nilai multiplier effect digunakan dalam pengukuran dampak ekonomi dari pengeluaran pengunjung yang ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata yang mereka lakukan. Menurut Vanhove (2005), dalam mengukur dampak ekonomi dari suatu kegiatan wisata terhadap masyarakat lokal memiliki dua tipe pengganda, yaitu: (1) Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran pengunjung berdampak kepada peningkatan pendapatan masyarakat lokal, dan (2) Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan dari pengeluaran pengunjung dan berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak ekonomi tidak langsung (indirect effect) dan dampak lanjutan (induced). Hasil perhitungan multiplier effect pada penelitian kali ini dijelaskan pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Nilai Multiplier Effect dari Arus Uang yang Terjadi di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Kriteria Keynesian Income Multiplier Ratio Income Multiplier Tipe I Ratio Income Multiplier Tipe II Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Nilai 0,07 1,48 2,17 73

87 Dari hasil estimasi terhadap data yang diperoleh untuk menentukan seberapa besar dampak ekonomi yang timbul di lokasi wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, maka diperoleh nilai Keynesian Income Multiplier seperti tampak pada Tabel 13 di atas. Berdasarkan nilai yang disajikan dalam Tabel 9 didapatkan nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,07 yang artinya setiap terjadi peningkatan pengeluaran pengunjung sebesar 1 rupiah, maka akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan tenaga kerja dan para pemilik unit usaha di lokasi wisata diduga sebesar 0,07 rupiah. Keynesian Income Multiplier merupakan dampak ekonomi langsung yang diterima oleh unit usaha dari pengeluaran pengunjung, sedangkan dampak ekonomi tidak langsung berupa upah yang didapatkan tenaga kerja di lokasi wisata. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I yang telah didapatkan sebesar 1,48 yang artinya apabila terjadi peningkatan sebesar 1 rupiah terhadap pemilik unit usaha, maka akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan tenaga kerja lokal diduga sebesar 1,48 rupiah (berupa pendapatan bersih unit usaha dan upah tenaga kerja). Selanjutnya nilai yang diperoleh dari Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 2,17 yang artinya apabila terjadi peningkatan sebesar 1 rupiah terhadap pendapatan pemilik usaha, maka akan berdampak terhadap peningkatan pada dampak langsung, tidak langsung, dan ikutan (berupa pendapatan pemilik usaha, tenaga kerja, serta pengeluaran untuk konsumsi di tingkat lokal) yang diduga sebesar 2,17 rupiah. Berdasarkan hasil dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan objek wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu Palembang secara nyata telah memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat lokal, terutama bagi masyarakat yang telah membuka usahanya di lingkungan Hutan 74

88 Wisata Punti Kayu Palembang. Dampak ekonomi yang terjadi pada penelitian kali ini dikatakan rendah karena nilai Keynesian Income Multiplier yang diperoleh masih kurang dari atau sama dengan satu ( 1). Hal ini dikarenakan pengunjung yang datang ke lokasi ini lebih cenderung mengeluarkan pengeluarannya di luar objek wisata. Dengan kata lain, proporsi leakagesnya (kebocoran/pengeluaran di luar lokasi wisata) lebih besar daripada proporsi pengeluarannya di lokasi wisata, sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan Ratio Income Multiplier Tipe I dapat dikatakan telah memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisata karena nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan Tipe II sudah lebih besar atau sama dengan satu ( 1). Nilai Keynesian Income Multiplier ini masih terus dapat ditingkatkan sejalan dengan usaha peningkatan pengembangan sektor pariwisata alam dengan cara meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata tersebut, serta dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja yang akan terlibat pada kegiatan wisata. Hal ini pula diduga akan meningkatkan proporsi pengeluaran pengunjung di objek wisata (tourist expenditure), yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat lokal. Unit usaha yang berkembang juga sebaiknya dapat menambah variasi jenis dagangannya, agar dapat menarik minat pengunjung untuk membeli konsumsi pada unit usaha di lokasi wisata. 75

89 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan dari pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal: 1. Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi, seperti pengunjungnya mayoritas berusia diantara tahun, mayoritas diantara mereka berstatus belum menikah, dan sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa yang memiliki pendapatan per bulannya rata-rata Rp Rp ,-. Dalam melakukan kegiatan wisata para pengunjung tersebut biasanya membawa keluarga dengan jumlah rombongan sebanyak 3-5 orang. Adapun unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memberikan pendapatan bersih per-bulan sebesar Rp untuk warung makan, Rp untuk warung minuman, serta Rp untuk unit usaha foto keliling, sedangkan jumlah tenaga kerja lokal yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sebanyak 16 orang. Masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini memiliki karakteristik sosial ekonomi menengah keatas karena hal ini dapat dilihat dari penerimaan per bulan masyarakat tersebut yang mencapai angka Rp RP ,-. 2. Dari hasil penelitian dan estimasi dengan menggunakan regresi Poisson, ada empat faktor sosial-ekonomi yang dapat mempengaruhi fungsi permintaan wisata (demand pariwisata) di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Keempat faktor sosial-ekonomi tersebut adalah lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan pengunjung 76

90 terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta taraf pendidikan pengunjung. 3. Dampak ekonomi yang muncul akibat adanya suatu kegiatan wisata adalah dampak ekonomi langsung (direct impact), dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact), serta dampak ekonomi lanjutan (induced impact). Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha sebesar 52,96%. Dampak ekonomi tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal di objek wisata tersebut sebesar 3,52%, sedangkan dampak ekonomi lanjutan/induced berupa pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan pangan mereka sebesar 52,19%. Nilai Keynesian Income Multiplier pada penelitian kali ini sebesar 0,07; nilai Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1,48; dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 2, Saran Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam peningkatan fasilitas maupun kualitas objek wisata oleh pengelola guna meningkatkan perekonomian masyarakat lokal, terutama bagi masyarakat yang telah membuka usahanya di lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengelola wisata diharapkan agar lebih memperhatikan usaha pengembangan pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Fasilitas-fasilitas yang masih dalam kondisi kurang baik, misalnya toilet agar dapat ditingkatkan jumlahnya dan kondisi air pada toilet tersebut diharapkan pula dapat dioperasikan pada waktu ramai kunjungan. 77

91 2. Pengelola wisata diharapkan dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah di lingkup Provinsi Sumatera Selatan dalam meningkatkan promosi wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dengan cara menawarkan paket-paket wisata kepada masyarakat Provinsi Sumatera Selatan pada khususnya dan masyarakat di luar Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya. 3. Pengelola wisata juga diharapkan dapat bekerja sama dengan LSM-LSM yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dalam rangka mengenalkan wisata edukasi (edutourism) yang berbasiskan lingkungan atau konservasi kepada siswa Taman Kanak-Kanak (TK) dan siswa Sekolah Dasar (SD) yang ada di Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya dan di Kota Palembang pada khususnya. 78

92 DAFTAR PUSTAKA Alexa Kumpulan-kumpulan definisi, pengertian, arti, istilah. Artikel. definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11. [ 12 Mei 2010]. Anonimous Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. [ 03 Mei 2010]. Astana S, Deden D, Lukas RW, Lasmanto GH, Nunung P, dan Indartik Dampak Pengganda Industri Pembibitan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan 4(1): Badan Penelitian dan Pengembanagan Provinsi Jawa Tengah Faktor Daya Tarik Objek Sumberdaya Alam Sekawasan Sesuai Permintaan Pasar dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Jawa Tengah Bagian Utara. Artikel. [ 12 Mei 2010]. Badan Pusat Statistik Penerimaan Devisa Negara Indonesia. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan Sumatera Selatan dalam Angka Tahun Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan. Palembang. Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Sumatera Selatan Rekap Data Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Periode Tahun 1999-Oktober BKSDA Provinsi Sumatera Selatan. Palembang. Dinas Tenaga Kerja Kota Palembang , Upah Minimum Kota Palembang Naik 15 Persen. Artikel. upah-minimum-kota-palembang-naik-15-persen/8408.html. [ 12 Mei 2011]. Djuanda, B Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor. Gunawan H, Subarudi, dan Elvida YS Dinamika Pengunjung Wisata Alam Di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan 4(3): Drumm, A An Integrated Impact Assessment of Nature Tourism in Ecuador s Amazon Region. School of Environmental Sciences, University of Greenwich. London Milasari Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus: Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulyaningrum Eksternalitas Ekonomi Dalam Pembangunan Wisata Alam Berkelanjutan (Studi Kasus: Kawasan Wisata Alam Baturaden- Purwokerto, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah). Jurnal Penelitian Universitas Bengkulu 9(1):9-20. Mustofa, H Teknik Sampling. Artikel. [ 24 Desember 2010]. 79

93 Nugraha, W Analisis Supply-Demand Atraksi Wisata Pantai Alam Indah (PAI) Tegal. Tesis. Program Pascasarjana. Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro, Semarang. [ 18 Desember 2010]. Pandupitiyo D Motivasi dalam Berwisata: Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Berwisata Alam. Artikel. Studi-Deskriptif-Mengenai-Motivasi-Berwisata-Alam. [ 17 Juni 2011]. Pendit, NS Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Edisi ke-6. Pradnya Paramita. Jakarta. Pratiwi, WD Konsep-Konsep Perencanaan Pariwisata. Handout mata kuliah Pengantar Ilmu Kepariwisataan. [ 20 Desember 2010]. Rifqa Analisis Dampak Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Sebagai Kawasan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal (Studi Kasus: Pantai Swarna, Lebak, Banten). Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rowe A, John DS, dan Fiona B Travel and Tourism. Cambridge University Press. United Kingdom. SK Menteri Kehutanan No. 57/KPTS II/1985. Pergantian Nama Taman Syailendra menjadi Hutan Wisata Punti. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia. SK Menteri Kehutanan No. 687/KPTS II/1989. Pengertian Hutan Wisata. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia. Susilowati, MI Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Udayana United Tourism Pengertian Wisatawan. Artikel. [ 18 Desember 2010]. UU No. 5 Tahun Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-Undang Republik Indonesia. UU No. 9 Tahun Pengertian Pariwisata. Undang-Undang Republik Indonesia. Vanhove, N The Economics of Tourism Destinations. Elsevier Butterworth-Helnemann, Oxford University. United Kingdom. 80

94 Walpole, RE Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wardiyanta Metode Penelitian Pariwisata. Andi Offset, Yogyakarta. Yuyus, ER Panduan Objek Wisata Provinsi Sumatera Selatan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan. Palembang. 81

95 LAMPIRAN 82

96 Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung / Wisatawan INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor KUISIONER PENELITIAN Sebelumnya Anda sudah pernah berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu?, apabila Iya lanjut ke tahap wawancara Tanggal wawancara : No Responden : Nama : Alamat : Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Kami memohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara diucapkan terima kasih. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin : L/P 2. Usia :. Tahun 3. Status : Belum/ Sudah Menikah 4. Pendidikan formal terakhir yang ditempuh :. (...tahun) 5. Apakah pekerjaan Anda sehari-hari : a. Pegawai Negeri Sipil e. BUMN b. Nelayan f. Buruh c. Wiraswasta g. Pelajar d. Karyawan swasta h. Lainnya.. 6. Jumlah tanggungan Anda : orang 7. Pendapatan Anda perbulan.. 8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan Anda yang telah disebutkan di atas? a. Ya, bekerja sebagai.. b. Tidak. 9. Jika ada, berapa kisaran pandapatannya? Rp.. B. Dampak Ekonomi Hutan Wisata Punti Kayu 1. Anda datang ke tempat ini : a. Sendiri b. Kelompok c. Keluarga 2. Alat transportasi Anda menuju lokasi wisata ini : a. Mobil Pribadi b. Motor pribadi c. Kendaraan Umum 83

97 3. Lokasi asal :.. 4. Selama satu tahun terakhir, sudah berapa kali Anda mengunjungi lokasi ini?... kunjungan 5. Sudah berapa lama Anda mengetahui keberadaan objek wisata ini?...tahun 6. Jika Anda tidak datang sendiri, berapa banyak jumlah rombongan Anda:.orang 7. Biasanya Anda datang ke lokasi ini pada hari apa? Apakah Anda akan berkunjung ke tempat wisata ini kembali di lain waktu: a. Iya b. Tidak 9. Aktivitas utama apa yang Anda lakukan di objek wisata ini? Jarak lokasi asal Anda dengan lokasi wisata ini : km dan lama perjalanan Anda ke lokasi ini : menit / jam 11. Bagaimana menurut Anda perjalanan menuju lokasi wisata ini : a. Mudah b. Sulit 12. Biaya apa saja yang Anda keluarkan selama berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu ini : a. Biaya perjalanan pulang-pergi Tepatnya: Rp b. Biaya tiket masuk Tepatnya: Rp c. Konsumsi (dari rumah) Tepatnya: Rp d. Konsumsi (di lokasi) Tepatnya: Rp e. Pembelian souvenir (Jika Ada) Tepatnya: Rp f. Biaya fasilitas wisata lainnya, selain tiket masuk Tepatnya: Rp g. Biaya parkir Tepatnya: Rp h. Biaya dokumentasi Tepatnya: Rp i. Lainnya Tepatnya: Rp 13. Selain objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu, sebutkan lokasi lain yang menjadi prioritas kunjungan Anda? Tolong sebutkan secara spesifik objek wisatanya:. 14. Berapa lama perjalanan yang dihabiskan ke lokasi tersebut?...jam 15. Berapa pula biaya yang dihabiskan ke lokasi tersebut? Rp.. C. Prefensi Konsumen Terhadap Keberadaan Wisata Alam 1. Menurut Anda objek wisata apa yang paling sesuai berada di Palembang, Sumatera Selatan Umumnya? Sejauh pengalaman Anda, bagaimana kondisi lingkungan dengan adanya objek wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu? a. Tetap tidak berubah b. Semakin baik c. Semakin rusak 3. Berikut terdapat daftar tarif masuk per satu kali kunjungan, berikan tanda pada harga tiket maksimal yang besedia Anda bayarkan. a b c d e f. D. Persepsi Terhadap Lokasi dan Fasilitas di Objek Wisata No Keterangan Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk 1 a.sarana dan Prasarana b. Toilet c.tempat Sampah d. Saung Tidak Tersedia 84

98 e.warung Makan f.kios Cinderamata g.penyewaan Peralatan 2 Panorama Alam 3 Kebersihan lokasi Wisata 4 Akses dari Ibukota Provinsi dan Tempat asal 5 Keamanan 6 Sikap Masyarakat Sekitar Objek Wisata 7 Pengelola Objek Wisata 85

99 Lampiran 2. Kuisioner untuk Tenaga Kerja INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor Tanggal wawancara : No Responden : Nama : Alamat : KUISIONER PENELITIAN Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Kami memohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara diucapkan terima kasih. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin : L/P 2. Usia :. Tahun 3. Status : Belum/ Sudah Menikah 4. Pendidikan formal terakhir yang ditempuh :. (...tahun) 5. Jumlah tanggungan Anda : orang B. Pertanyaan Terkait Lokasi Wisata 1. Apakah Anda penduduk asli di wilayah ini? Iya / Tidak (Jika iya, lanjutkan ke pertanyaan no.3) Jika tidak, sudah berapa lama anda tinggal di sekitar lokasi ini?...tahun 2. Alasan utama Anda menetap di sekitar lokasi objek wisata ini : a. Bekerja b. Ikut suami/istri c. Lainnya.. 3. Apakah Anda merasakan adanya manfaat dari keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu ini? Iya / Tidak 4. Jika iya, apakah manfaat yang dapat Anda rasakan dengan adanya lokasi wisata ini? a. Peningkatan pendapatan c. Peningkatan lapangan pekerjaan b. Peningkatan sarana infrastruktur d. Peningkatan pengetahuan e. Alasan lainnya.. C. Pertanyaan Terkait Dengan Pekerjaan 1. Anda bekerja sebagai : 2. Sudah berapa lama Anda bekerja di sekitaran / objek wisata ini : Berapa lama Anda bekerja dalam satu hari?...jam 86

100 4. Berapa lama Anda bekerja dalam satu minggu?...hari 5. Sebelum Anda bekerja disini, apakah pekerjaan Anda sebelumya :. 6. Pendapatan Anda perbulan sebelum bekerja di unit usaha ini : 7. Pendapatan Anda perbulan sekarang : 8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan Anda yang telah disebutkan di atas? a. Ya, bekerja sebagai.. b. Tidak. 9. Jika ada, berapa kisaran pendapatan tambahan Anda? Pengeluaran Anda per bulan: a. Biaya konsumsi Tepatnya: Rp b. Biaya sekolah anak Tepatnya: Rp c. Biaya listrik Tepatnya: Rp d. Biaya kebutuhan sehari-hari Tepatnya: Rp e. Biaya transportasi Tepatnya: Rp f. Lainnya Tepatnya: Rp D. Prefensi Konsumen Terhadap Keberadaan Wisata Alam 1. Menurut Anda objek wisata apa yang paling sesuai berada di Palembang, Sumatera Selatan Umumnya? Sejauh pengalaman Anda, bagaimana kondisi lingkungan dengan adanya objek wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu? a. Tetap tidak berubah b. Semakin baik c. Semakin rusak 3. Berikut terdapat daftar tarif masuk per satu kali kunjungan, berikan tanda pada harga tiket maksimal untuk wisatawan, yang sesuai menurut Anda. a b c d e f. 4. Menurut Anda mengapa wisatawan perlu membayar? a. Karena Lingkungannya yang Indah dan Asri b. Kompensasi kepada masyarakat c. Lainnya, sebutkan 5. Menurut Anda apakah selama ini ada peran Pemerintah Kota Palembang dalam pengebngan kawasan wisata alam? Dalam hal apa? a. sarana infrastruktur c. membantu pemasaran e. b. pelatihan d. informasi 87

101 Lampiran 3. Kuisioner untuk Masyarakat Setempat INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor Tanggal wawancara : No Responden : Nama : Alamat : KUISIONER PENELITIAN Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Kami memohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara diucapkan terima kasih. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin : L/P 2. Usia :. Tahun 3. Status : Belum/ Sudah Menikah 4. Pendidikan formal terakhir yang ditempuh :. (...tahun) 5. Apakah pekerjaan Anda sehari-hari : a. Pegawai Negeri Sipil e. BUMN b. Nelayan f. Buruh c. Wiraswasta g. Pelajar d. Karyawan swasta h. Lainnya.. 6. Rata-rata pendapatan Saudara per bulan : Rp. 7. Jumlah tanggungan Anda : orang 8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan Anda yang telah disebutkan di atas? a. Ya, bekerja sebagai.. b. Tidak. 9. Jika ada, berapa kisaran pendapatan tambahan Anda? Berapa lama Anda sudah tinggal di lokasi ini : a. Penduduk asli c tahun b. 1-5 tahun d. > 10 tahun 11. Pengeluaran Anda per bulan: a. Biaya konsumsi Tepatnya: Rp b. Biaya sekolah anak Tepatnya: Rp c. Biaya listrik Tepatnya: Rp 88

102 d. Biaya kebutuhan sehari-hari Tepatnya: Rp e. Lainnya Tepatnya: Rp B. Dampak Adanya Hutan Wisata Punti Kayu 1. Pendapat Anda tentang adanya Hutan Wisata Punti Kayu ini : a. Keberatan b. Tidak menjadi masalah 2. Manfaat yang dapat Anda rasakan dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu : a. Peningkatan pendapatan c. Peningkatan pengetahuan b. Peningkatan lapangan pekerjaan d.tidak ada manfaat yang berarti e.lainnya.. 3. Kerugian yang dirasakan dengan adanya lokasi hutan wisata ini : a. Sampah c. Tidak ada kerugian b. Kebiasaan yang berubah d. Lainnya. 4. Jenis pekerjaan sampingan yang ada dengan adanya lokasi hutan wisata ini : a. Berjualan / berdagang b. Penyewaan jasa (peminjaman tikar, tenda-tenda kecil, dan sebagainya) c. Lainnya.. 5. Harapan Anda kedepannya dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini :. 89

103 Lampiran 4. Kuisioner untuk Unit Usaha INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor Tanggal wawancara : No Responden : Nama : Alamat : KUISIONER PENELITIAN Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Kami memohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara diucapkan terima kasih. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin : L/P 2. Usia :. Tahun 3. Status : Belum/ Sudah Menikah 4. Pendidikan formal terakhir yang ditempuh :. (...tahun) 5. Jumlah tanggungan Anda : orang 6. Berapa lama Anda sudah tinggal di lokasi ini : a. Penduduk asli c tahun b. 1-5 tahun d. > 10 tahun 7. Alasan utama Anda menetap di sekitar lokasi objek wisata ini : a. Penduduk Asli b. Bekerja c. Ikut suami/istri B. Pertanyaan Terkait Unit Usaha yang Dikelola 1. Unit usaha yang Anda miliki/ kelola.. 2. Sudah berapa lama Anda mendirikan unit usaha ini?...tahun atau.bulan 3. Sebelumnya Anda memiliki unit usaha ini, apakah unit usaha yang Anda miliki sebelumnya?...di Kapan Anda berjualan disini: a. Setiap hari b. Hari.. 5. Berapa jumlah tenaga kerja yang bekerja dengan Anda:..orang 6. Berapa lama Anda bekerja dalam satu hari?...jam 90

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dalam Alexa (2009), yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Objek Wisata Alam Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2013 ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG ACHADIAT DRITASTO, IR., MT.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa. kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa. kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan bisnis yang terus berkembang dan memiliki masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan pariwisata memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan 2016, Vol. 5, No. 2, 136-143 Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Eduart Wolok * Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita yang terletak di Desa Bojong Indah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata bahari sekitar Teluk Ratai. Lokasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah Dermaga Ketapang yang berada di Desa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu,

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR Oleh: MULIANI CHAERUN NISA L2D 305 137 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pariwisata Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pariwisata Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Menurut Damanik et al., (2006), pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata pariwisata berasal dari kata bahasa sangskerta yang terdiri atas dua kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata berarti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam, baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEM ERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

SMP NEGERI 3 MENGGALA

SMP NEGERI 3 MENGGALA SMP NEGERI 3 MENGGALA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. Untuk Kalangan Sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEGIATAN WISATA DI TAMAN WISATA ALAM GROJOGAN SEWU, KABUPATEN KARANGANYAR, PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR EVY NURFIANA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR Oleh: Nadya Tanaya Ardianti A07400018 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak diantara dua benua, yaitu Australia dan Asia, serta diantara dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Sebagai Negara kepulauan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan wilayah tidak dapat dilepaskan dari upaya mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai serangkaian upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta penggerak ekonomi masyarakat. Pada tahun 2010, pariwisata internasional tumbuh sebesar 7% dari 119

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, untuk sementara waktu dengan tujuan rekreasi dan bukan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar

Lebih terperinci

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah 1 Pengelolaan Taman Hutan Raya (TAHURA) Pengertian TAHURA Taman Hutan Raya adalah Kawasan Pelestarian Alam (KPA) Untuk tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang sifatnya sudah berkembang dan sudah mendunia. Indonesia sendiri merupakan negara dengan potensi pariwisata yang sangat tinggi. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci